Anda di halaman 1dari 9

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI SELULOLITIS

SELAMA FERMENTASI ALAMI


LIMBAH KULIT JERUK MANIS
La Ode Sumarlin * , Farida Ariyanti, Megga Ratnasari Pikoli, Anna Muawanah, Meyliana
Wulandari

OLEH :

NAMA : ARDIANTON MAKARIOS PAKPAHAN (170802130)

HERI FERNANDO SIMANJUNTAK ( 180802085)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kulit jeruk merupakan salah satu limbah organik yang
mengandung serat seperti selulosa dan hemiselulosa yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroorganisme selulolitik sebagai media pertumbuhan
dalam proses fermentasi. Mikroorganisme selulolitik dapat memanfaatkan
selulosa dan hemiselulosa sebagai substrat untuk menghasilkan enzim
selulase (Baharuddin et al ,2010)
Menurut Kusumaningati dkk. (2013), fermentasi limbah sayur dan
buah denganbantuan Zigomomonas mobilis menghasilkan etanol ketika
inokulum ditambahkan. Namun, tanpapenambahan inokulum, etanol tidak
dihasilkan. Isolasi bakteri selulolitik yang ditemukan selamaFermentasi
kulit jeruk diharapkan dapat mempercepat proses fermentasi sehingga
menjadi lebih baikefisiensi waktu fermentasi selain menghasilkan produk
fermentasi yang diinginkan. AlamiProses fermentasi selama 3 bulan belum
pernah diterapkan khususnya pada limbah kulit jeruk (C.sinensis)
mengenai bakteri yang berperan penting selama proses tersebut. Pada
tahap awal ini,Tujuan dari penelitian/penelitian ini antara lainmenyelidiki
profil koloni bakteri selama proses fermentasi kulit jeruk manisdan
mengetahui potensi bakteri selulolitik dalam menguraikan bahan organik
dari makanan maniskulit jeruk (C. sinensis) selama fermentasi..

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini mengamati profil koloni bakteri selama proses
fermentasi kulit jeruk terutama bakteri selulotik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme selulolitik dapat memanfaatkanselulosa dan hemiselulosa


sebagai substrat untuk menghasilkan enzim selulase (Baharuddin et al., 2010)
yang berperan dalam aplikasi industri, seperti tekstil, pulp, kertas, dan bioetanol
(Balasaravanan dkk., 2013). Apalagi penggunaan bakteri selulolitik sebagai
campuran pakan ternak bermanfaat untuk meningkatkan kualitas zat gizi yang
diserap (Hernawati et al., 2010). Pemanfaatan sampah organik melalui
fermentasi alami selama 3 bulan yang dikembangkan oleh Dr.Rosukon
Poompanvong (Bariyah, 2010) menghasilkan zat yang disebut enzim sampah.
Rangaswamy dkk. (2015) menemukan isolat bakteri dari buah delima busuk,
ubi jalar busuk, dan kentang busuk, diidentifikasi sebagai Gluconacetobacter sp.
Larutan enzim sampah juga berhasil mereduksi nitrogen amonia dan fosfat
sepenuhnya (Nazim, 2013). Namun, limbah buah dan sayuran berbeda-beda
aktivitas enzim dan antimikroba yang berbeda (Neupane & Khadka, 2019).
Selanjutnya, 3- bulan fermentasi alami konsorsium kulit buah (semangka, jeruk,
jeruk nipis, perona pipi, pepaya, jambu biji, pisang, kelengkeng, mangga, buah
naga, dan jambu biji) dalam berbagai kombinasi menghasilkan aktivitas enzim
selulase dan lipase. Beberapa konsorsium buah kombinasi, termasuk semangka
dan jeruk, menghasilkan aktivitas enzim selulase dan lipase tertinggi (Sumarlin
et al., 2013). Penelitian lain menilai spesies Trichoderma merupakan kandidat
yang paling cocok produksi dan pemanfaatan selulase di industri jika
dibandingkan dengan Aspergillus dan Humicola spesies (Imran dkk., 2016).
Bakteria yang paling banyak diasingkan adalah anggota genera: Erwinia,
Xanthomonas, Pseudomonas, dan Cytophaga. Penelitian Maheshwari dkk
(2018) elas mengungkapkan tingkat keanekaragaman mikroflora Bakteri Asam
Laktat (BAL) yang tinggi dari campuran buah yang difermentasi
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. BAHAN DAN REGENSIA

 Jeruk
 Gula aren
 Nutrient Agar (NA),
 MRVP (Methyl Red-Voges Proskauer)
 Media OF (Hugh and Leifson’s)
 Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
 NaCl ( 0,9%).

3.2. PROSEDUR PERCOBAAN

3.2.1. Fermentasi

Limbah kulit jeruk dicincang, dibilas dengan larutan NaCl 0,9%,


dimasukkan ke dalam wadah plastik penyimpanan wadah atau tangki
fermentasi, lalu ditambah gula jawa dan air dengan perbandingan 3 kg kulit
jeruk:1 kg gula palem:10 L air. Perbandingan ini sesuai dengan metode
fermentasi alami (Bariyah, 2010). Fermentasi dilakukan selama 3 bulan dan
dilakukan pengukuran pH pada setiap pengambilan sampel waktu. Fermentasi
dilakukan selama proses penelitian; bakteri tersebut selanjutnya diisolasi Media
karboksimetil selulosa (CMC). Proses fermentasi dilakukan selama 14 minggu
dimana pengambilan sampel pada minggu pertama dilakukan setiap hari selama
lima hari (H0–H4), sedangkan pengambilan sampel dari minggu ke-2 hingga
ke-14 dilakukan seminggu sekali (M2–M14). Proses isolasi pun dilakukan
dalam media Nutrient Agar dengan metode penyebaran dengan menghitung
Total Plate Count (TPC) sebesar koloni bakteri dan mengamati morfologi
makroskopis koloni bakteri. Jumlah bakteri dinyatakan dalam Unit Pembentuk
Koloni (CFU)/mL atau hitungan layak/mL.

3.2.2. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri

Sekitar 1 mL sampel diambil dari fermentor untuk selanjutnya


ditambahkan ke dalam 9 mL larutan fisiologis steril (NaCl 0,9%). Kemudian,
pengenceran serial dilakukan dengan mengencerkan 1 mL sampel ke dalam 9
ml larutan fisiologis steril (NaCl 0,9%). Sebanyak 0,1 mL hasil masing-masing
seri pengenceran diambil, ditebarkan pada media Nutrient Agar (NA), dan
diinkubasi pada ruangan suhu selama 24 jam untuk tumbuh.Isolasi bakteri
diterapkan pada sampel cair dan dilakukan pengenceran dengan cara
dipindahkan 101 hingga 108 cairan fermentasi di dalam fermentor selama
proses fermentasi, menumbuhkannya di NA media (lihat cara pengambilan
sampel diatas), dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Tumbuh koloni
bakteri diamati dan disubkultur sebagai kultur stok, sedangkan jumlah total
bakteri diukur dilakukan pada media NA dengan metode Total Plate Count
(TPC) (Madigan et al., 2009). Karakterisasi bakteri dilakukan dengan
mengamati ciri-ciri koloni murni isolat (warna, tepi, permukaan, bentuk)
(Cappuccino & Sherman, 2001), pewarnaan Gram dan sel (Madigan dkk.,
2009). Pengujian biokimia meliputi uji motilitas, uji katalase, MR-VP oksidase,
uji indol, uji sitrat, TSIA, uji gelatin, dan uji oksidasi fermentasi, dilanjutkan
dengan identifikasi genus bakteri berdasarkan Bergey's Manual of
Determinative Bacteriology (Holt et al.,1994).
3.2.3. Skrining untuk Bakteri Selulolitik

Isolat bakteri selulolitik diuji secara kualitatif dengan mengamati zona


bening yang dihasilkan dari degradasi selulosa. Kultur stok isolat bakteri
disubkultur dan diinkubasi pada suhu 37OC selama 24 jam sebelum diuji
aktivitasnya. Skrining bakteri selulolitik dilakukan dengan teknik coretan plat
pada media plat CMC untuk selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 OC selama 48
jam. Uji aktivitas selulolitik dilakukan dengan metode pewarnaan Gram. Itu
Koloni yang tumbuh pada media ditambahkan tetes Gram’s Iodine selama 3-5
menit dan diamati ada tidaknya zona bening yang terbentuk (Kasana et al.,
2008).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan bakteri dari proses fermentasi alami kulit jeruk dilakukan


untuk 14 minggu menghasilkan 20 isolat. Karakteristik 20 isolat bakteri
disajikan pada Tabel 1. Morfologi koloni 20 isolat menunjukkan 9 isolat
berbentuk lingkaran utuh tepi dan permukaan cembung. Dilihat dari
karakteristik selnya, 12 isolat diamati mempunyai kokus bentuk dan 8 isolat
memiliki sel berbentuk batang (Gambar 1). Perbedaan karakter morfologi dan
pengamatan mikroskopis dilanjutkan dengan uji aktivitas biokimia untuk
mengetahui marga. Identifikasi genus bakteri untuk setiap isolat dilakukan
berdasarkan kesamaan karakteristik menurut buku Bergey Manual
determinative Bacteriology ke-9 edisi. Skrining bakteri selulolitik hasil
fermentasi kulit jeruk menghasilkan 16 isolat dengan kemampuan menghasilkan
zona bening, kemudian diklasifikasikan sebagai bakteri selulolitik (Tabel 2).
Pertumbuhan konsorsium bakteri selama 14 minggu berfluktuasi dari waktu ke
waktu, sehingga menunjukkan adanya suksesi. Gambar 2a dan Gambar 2b
menunjukkan fluktuasi pertumbuhan bakteri selama fermentasi kulit jeruk. PH
awal pada saat fermentasi (Hari ke-0) adalah 4,8, namun terjadi penurunan yang
signifikan menjadi 3,58 pada hari ke-1. Mulai dari tahap awal fermentasi hingga
minggu ke-14, nilai pH berkisar dari 3.1 hingga 4.8. Namun penurunan nilai pH
terjadi pada minggu ke-1 hingga ke-6, dan pada minggu ke-9 hingga ke-10
(Gambar 3)
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan 16 dari total 20 isolat berhasil


yang diperoleh dari proses fermentasi kulit jeruk diidentifikasi sebagai
bakteri selulolitik. Selain itu, air fermentasi berpotensi digunakan dalam
berbagai aplikasi terkait peran bakteri selulolitik.

Anda mungkin juga menyukai