Anda di halaman 1dari 10

EduChemia Vol.3, No.

2, 2018
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI


PENGHASIL AMILASE DARI SAMPEL AIR TAWAR
DANAU TOBA
Saronom Silaban1, Polmar Simamora2
1,2
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan 20221, Indonesia

E-mail: saronomsilaban@unimed.ac.id

Diterima: 07 Juni 2018. Disetujui: 11 Juli 2018. Dipublikasikan: 30 Juli 2018


DOI: 10.30870/educhemia.v3i2.3438

Abstract: Amylases are starch hydrolyzing enzymes. These proteins are very important to
various industrial processes. Microorganisms are considered as a best source of amylase
production. This study aims to isolate the amylolytic bacteria from freshwater samples of
Lake Toba which have the potential to produce amylase enzymes. Freshwater samples of
Lake Toba were collected from three locations, that is Muara, Tipang and Bakkara and
subjected for isolation on defined medium. The isolate was identified and characterized on
microscopically and biochemically with catalase and MR-VP test. The results showed that
from three locations, obtained 18 bacteria isolates were potential to produce amylase. The
microscopic characterization show results in irregular, cream-colored, wavy edges and
elevation arise, while the catalase and MR-VP tests also showed positive results.
Keywords: starch; amylase; amylolytic bacteria; isolation

Abstrak: Amilase adalah enzim penghidrolisis pati. Protein ini sangat penting untuk
berbagai proses industri. Mikroorganisme dianggap sebagai sumber produksi amilase
terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri amilolitik dari sampel air tawar
Danau Toba yang berpotensi menghasilkan enzim amilase. Sampel air tawar Danau Toba
dikumpulkan dari tiga lokasi, yaitu Muara, Tipang dan Bakkara dan diisolasi pada media
yang ditentukan. Isolat diidentifikasi dan dikarakterisasi secara mikroskopis dan biokimia
dengan uji katalase dan MR-VP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga lokasi,
diperoleh 18 isolat bakteri yang berpotensi menghasilkan amilase. Karakterisasi mikroskopis
menunjukkan hasil yang tidak teratur, berwarna krem, tepi bergelombang dan timbul elevasi,
sementara uji katalase dan MR-VP juga menunjukkan hasil positif.
Kata kunci: pati; amylase; bakteri amilolitik; isolasi

222
223 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Silaban dan Simamora

PENDAHULUAN 2014). Amilase yang paling umum

Indonesia merupakan salah satu digunakan dalam industri makanan

Negara yang memiliki sumber adalah golongan α-amilase (EC.3.2.1.1)

karbohidrat yang melimpah, salah dan β-amilase (EC 3.2.1.2) (Souza, 2010;

satunya adalah pati. Pati diperoleh dari Singh et al. 2014). Sampai saat ini,

berbagai macam sumber antara lain: Indonesia masih mengimpor enzim ini

singkong, jagung, kentang, dan sagu. Pati dari beberapa negara, karena belum

dan hasil hidrolisis pati banyak adanya industri yang memproduksi enzim

dimanfaatkan untuk industri makanan, ini. Padahal Indonesia memiliki

farmasi, dan sebagai sumber energi biodiversitas mikroba yang tinggi

alternatif yang terbarukan. Pati juga bisa (Widyastuti 2008; Panjaitan & Madayanti

diolah menjadi bentuk pati termodifikasi 2017, yang potensial untuk menghasilkan

yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, α-amilase.

dimana sampai saat ini Indonesia masih Amilase umumnya dapat diisolasi

mengimpor pati jenis ini (Howeler & dari berbagai macam sumber, seperti

Hershey 2002). tanaman, hewan dan mikroorganisme.

Amilase merupakan enzim yang Namun, enzim amilase untuk keperluan

banyak dimanfaatkan dalam teknologi industri sebagian besar diisolasi dari

bioproses (Indrawati & Fifendi 2011). mikroba. Pemilihan mikroba sebagai

Sebagaimana LIPI (1999) melaporkan sumber enzim karena mempunyai

bahwa enzim ini menyumbang 30% dari beberapa keuntungan bila dibandingkan

total enzim dunia. Amilase merupakan dengan enzim yang diisolasi dari

enzim yang berperan dalam tumbuhan maupun hewan, seperti mudah

mendegradasi pati menjadi gula yang ditumbuhkan, pertumbuhan cepat, skala

lebih sederhana seperti maltosa, dekstrin, produksi sel mudah ditingkatkan, biaya

dan glukosa. Amilase telah dipakai pada produksi relatif lebih murah, dan kondisi

berbagai bidang industri seperti industri produksi tidak tergantung perubahan

makanan (Van der Maarel et al. 2002), musim dan waktu (Poernomo & Djoko

industri alkohol, gula, tekstil dan sirup 2003). Untuk pemanfaatan kekayaan

(Pangastuti dkk. 2002; Wirawan dkk. biodiversitas mikroba nasional sebagai

2008), industri kertas (Mitidieri et al. salah satu sumber enzim amilase yang

2006), industri deterjen (Gupta et al. potensial, maka dalam penelitian ini

2003) dan industri biodisel (Singh et al. dilakukan eksplorasi enzim golongan

e-ISSN 2502-4787
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Amilase 224

hidrolitik seperti amilolitik melalui tunggal untuk masing-masing sampel.


isolasi mikroba lokal yang bersumber Selanjutnya diteteskan larutan iodin pada
dari air tawar yang tercemar. Penelitian permukaan medium NA yang telah
ini diharapkan dapat memberikan mengandung koloni tunggal, kemudian
bermanfaat bagi pengembangan produksi didiamkan selama 15 menit. Penambahan
enzim amilase dari mikroba lokal. larutan iodin bertujuan untuk mendeteksi
keberadaan enzim amilase dalam sampel
METODE (Setyati & Subagiyo 2012). Zona bening
Bahan, Bahan Kimia dan Media pada media NA mengindikasikan enzim
Bahan utama yang digunakan dalam amilase diproduksi oleh isolat, sehingga
penelitian ini adalah sampel air dari air di daerah tersebut pati sudah dihidrolisis.
tercemar Danau Toba Sumatera Utara. Media yang berwarna biru kehitaman
Bahan untuk isolasi dan karakterisasi mengindikasikan bahwa pati pada media
digunakan nutrien agar (NA), Triple tersebut belum terhidrolisis. Tahapan
Sugar Iron Agar, Simmons Citrate Agar, isolasi bakteri amilolitik menggunakan
Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP), metode Sebayang (2005).
Methyl Red, hidrogen peroksida, natrium
Karakterisasi Morfologi Isolat
klorida, akuades, alkohol, spiritus, larutan Penghasil Amilase
iodin, kristal violet, safranin dan lugol. Bakteri hasil isolasi dari ketiga
sampel, selanjutnya dikarakterisasi secara
Isolasi Mikroorganisme Amilolitik
makroskopis menggunakan lup. Setiap
Sampel air diambil dari tiga lokasi
koloni bakteri yang tumbuh pada media
yaitu Bakkara, Muara dan Tipang dari
NA diamati morfologinya. Pengamatan
kedalaman 5 cm. Masing-masing 1 mL
morfologi dari tiap isolat meliputi warna,
sampel air disebar ke permukaan media
bentuk dan tepi koloni yang diamati dari
NA menggunakan mikropipet,
bagian atas, sedangkan permukaan koloni
selanjutnya diinkubasi selama 24 jam
diamati dari bagian samping.
pada suhu 37 °C. Koloni mikroba yang
tumbuh diambil dan digoreskan kedalam Karakterisasi Mikroskopis dengan
cawan petri yang mengandung media Perwarnaan Garam
NA, kemudian diinkubasi selama 48 jam Kultur isolat yang berumur 24 jam
pada suhu 37°C. Isolasi dilakukan diambil dengan menggunakan jarum ose,
berulang-ulang sampai diperoleh koloni kemudian dibuat preparat olesan (pada

e-ISSN 2502-4787
225 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Silaban dan Simamora

objek kaca) dengan menggunakan yaitu uji katalase dan uji Methyl Red-
natrium klorida fisiologis dan Voges Proskauer (MR-VP). Uji katalase
dikeringkan. Kemudian difiksasi di atas dilakukan dengan cara mengambil 2 tetes
Bunsen. Preparat ditetesi larutan Gram A hidrogen peroksida 3% diletakkan pada
(kristal violet) dan dibiarkan selama 3 kaca objek, selanjutnya isolat diambil
menit, kemudian dibilas dengan air dengan mengunakan jarum ose dan
mengalir. Selanjutnya ditetesi dengan diletakkan di atas cairan hidrogen
larutan Gram B (lugol) selama 1 menit, peroksida tersebut. Uji katalase positif
lalu dicuci dengan air mengalir. Larutan jika dihasilkannya gelembung udara.
Gram B (lugol) berfungsi untuk mengikat Sedangkan uji Methyl Red-Voges
warna dasar ungu atau sebagai penguat Proskauer (MR-VP) dilakukan dengan
warna dan membentuk kristal iodin menginokulasi 1 ose biakan bakteri ke
(Marc 2001). Selanjutnya ditetesi dengan dalam media MR-VP, kemudian
alkohol sampai sisa zat warna hilang diinkubasi selama 24 jam. Untuk
(sekitar 30 detik), dibilas kembali dengan pengujian Methyl Red, inokulat ditetesi
air mengalir. Pada tahap akhir, preparat dengan 2 tetes reagen Methyl Red, jika
ditetesi dengan larutan gram C (safranin) terbentuk cincin merah artinya reaksi
dan dibiarkan hingga mengering. positif (Dali dkk. 2013).
Sebelum pengamatan dilakukan, preparat
terlebih dahulu ditetesi dengan minyak HASIL DAN PEMBAHASAN
imersi, selanjutnya dilakukan Isolasi Mikroorganisme Amilolitik
pengamatan di bawah mikroskop dengan Dari ketiga lokasi sampel diperoleh
pembesaran 1000x. Pengamatan sebanyak 69 isolat mikroba (Tabel 1).
dilakukan dengan melihat morfologi sel Selanjutnya isolat dari Bakkara di beri
dan warna. Bakteri Gram-positif akan simbol MR, Bakkara diberi simbol BK,
memberikan warna biru keunguan, dan Tipang diberi simbol TP. Adanya
sedangkan bakteri Gram-negatif koloni dalam sampel air menunjukkan
memberikan warna merah (Dali dkk. bahwa mikroorganisme dalam sampel
2013). memiliki kemampuan untuk tumbuh pada
medium agar NA (Aiyer 2004;
Uji Biokimia Bakteri Penghasil Amilase
Kathiresan dan Manivannan 2006;
Uji bakteri penghasil amilase Mahdavi et al. 2010; Demirkan 2011).
dilakukan dalam dua tahap pengujian, Hal ini sejalan dengan Singh et al. (2014)

e-ISSN 2502-4787
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Amilase 226

yang menyatakan bahwa kemampuan Tabel 2. Analisis Kualitatif Produksi Amilase


oleh Isolat
mikroorganisme untuk tumbuh pada
Isolat Hasil
medium agar pati karena kemampuan MR2, MR7, MR9, MR10 Positif
mikroorganisme tersebut menggunakan MR3 Nagatif
BK5, BK6, BK7, BK8 Positif
pati sebagai substratnya. BK1, BK2, BK9 Nagatif
TP5, TP6, TP10 Positif
TP2, TP4, TP8 Nagatif
Tabel 1. Karakterisasi Pertumbuhan Mikroba
pada Medium Isolasi Agar NA
Hasil positif dalam Tabel 2
Lokasi Koloni Isolat
Sampel Air menunjukkan adanya zona hidrolisis,
Muara 26 BK1, BK2, BK3, BK4,
sementara hasil negatif berarti tidak ada
BK5, BK6, BK7, BK8,
BK9, BK10, BK11, zona bening yang diamati pada
BK12, BK13, BK14,
BK15, BK16, BK17,
penambahan larutan yodium pada pati
BK18, BK19, BK20, (Gambar 1). Ini menyiratkan tidak
BK21
Bakkara 21 MR1, MR2, MR3, adanya produksi enzim ekstraseluler.
MR4, MR5, MR6, Produksi warna di atas adalah karena
MR7, MR8, MR9,
MR10, MR11, MR12, fakta bahwa yodium (dalam bentuk ion
MR13, MR14, MR15,
I3–) terjebak dalam gulungan molekul
MR16, MR17, MR18,
MR19, MR20, MR21, beta amilosa. Pati memaksa atom yodium
MR22, MR23, MR24,
menjadi pengaturan linier di alur pusat
MR25, MR26
Tipang 22 TP1, TP2, TP3, TP4, koil amilosa. Ada beberapa transfer
TP5, TP6, TP7, TP8,
TP9, TP10, TP11, muatan antara pati dan yodium. Itu
TP12, TP13, TP14, mengubah cara elektron terkurung dan
TP15, TP16, TP17,
TP18, TP19, TP20, dengan demikian mengubah jarak dari
TP21, TP22 tingkat energi. Kompleks tepung yodium
memiliki jarak level energi yang tepat
Kemampuan untuk mendegradasi
untuk menyerap cahaya tampak yang
pati digunakan sebagai kriteria untuk
memberikan warna biru intens yang
penentuan produksi amilase oleh mikroba
kompleks. Ketika pati dipecah menjadi
pada reaksi dengan yodium. Isolat yang
unit karbohidrat yang lebih kecil karena
ditandai menunjukkan respon secara
aksi amilase, warna biru-hitam tidak
berbeda dengan yodium seperti yang
diproduksi.
ditunjukkan pada Tabel 2.

e-ISSN 2502-4787
227 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Silaban dan Simamora

reaksi yodium dengan pati dalam


medium. Tidak adanya penampakan zona
bening menunjukkan tidak adanya
produksi enzim intraseluler atau tidak
adanya produksi enzim (Singh et al.,
2014).

Karakterisasi Morfologi Isolat
Gambar 1. Penentuan Kualitatif Produksi Penghasil Amilase
Amilase Pada Media Agar NA
Isolat positif dimurnikan pada
Zona yang jelas diamati ke berbagai medium agar pati. Koloni yang terisolasi
luasan karena berbagai jumlah produksi ditandai secara morfologis. Terlihat
amilase, kecuali dalam kontrol di mana muncul dengan fitur yang berbeda seperti
seluruh kemiringan tetap biru karena yang diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakterisasi Morfologi Isolat Murni pada Media Agar Pati

Lokasi Kode Isolat Bentuk Warna Tepi Elevasi


Sampel
Muara MR2 Tidak Beraturan Putih Licin Timbul
MR3 Tidak Beraturan Krem Licin Timbul
MR7 Tidak Beraturan Krem Bercabang Datar
MR9 Bundar Putih Bercabang Datar
MR10 Tidak Beraturan Krem Licin Timbul
Bakkara BK1 Bundar Putih Licin Timbul
BK2 Tidak Beraturan Putih Licin Timbul
BK5 Tidak Beraturan Krem Berombak Cembung
BK6 Tidak Beraturan Putih Berombak Cembung
BK7 Tidak Beraturan Putih Licin Timbul
BK8 Tidak Beraturan Putih Berombak Cembung
BK10 Tidak Beraturan Putih Berombak Timbul
Tipang TP2 Bundar Putih Licin Cembung
TP4 Tidak Beraturan Putih Licin Cembung
TP5 Tidak Beraturan Krem Bundar Cembung
TP6 Tidak Beraturan Putih Bundar Timbul
TP8 Bundar Putih Bundar Timbul
TP10 Bundar Krem Bundar Timbul

Karakterisasi Mikroskopis dengan dikarakterisasi kembali dengan


Perwarnaan Garam
pewarnaan gram. Isolat positif ditandai
Isolat bakteri yang berpotensi
dengan perubahan warna isolat menjadi
menghasilkan amilase selanjutnya

e-ISSN 2502-4787
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Amilase 228

violet, sedangkan isolat negatif ditandai pakan ikan, menyebabkan sumber


dengan perubahan warna isolat menjadi nitrogen bagi pertumbuhan dan
merah (Tabel 4). kelimpahan mikroorganisme semakin
meningkat (Wardoyo 1981). Selain itu,
Tabel 4. Karakterisasi Bakteri Amilolitik secara
Mikroskopis dengan Pewarnaan Gram dalam pakan ikan juga terdapat

Isolat Hasil kandungan protein, lemak dan


MR2, MR7, MR9, MR10 Gram Positif karbohidrat. Jumlah karbohidart dalam
MR3 Gram Nagatif
BK5, BK6, BK7, BK8 Gram Positif pakan ikan diperkirakan sekitar 40,2%.
BK1, BK2, BK9 Gram Nagatif Karbohidrat yang terdapat dalam air
TP5, TP6, TP10 Gram Positif
TP2, TP4, TP8 Gram Nagatif memicu tumbuhnya bakteri amilolitik
(Marzuqi 2015). Bakteri amilolitik adalah
Uji Biokimia Bakteri Penghasil Amilase
jenis bakteri yang dapat memproduksi
Bakteri yang berpotensi enzim amilase dan mampu memecah pati
menghasilkan enzim amilase diuji secara (Türker & Özcan 2015). Mikroba
biokimia menggunakan uji MR-VP dan tersebut dapat menempati habitat air
uji katalase. Terbentuknya cincin merah tawar, seperti danau, sungai dan kolam
setelah penambahan reagen Methyl Red (Waluyo 2009). Genus bakteri amilolitik
menunjukkan reaksi positif. yang cukup luas dikenal adalah Bacillus,
Terbentuknya gelembung udara setelah Bacteriods, Lactobacillus, Clostridium,
penambahan hidrogen peroksida pada uji Micrococcus, Thermus, dan
katalase menunjukkan hasil positif (Tabel Actinomycetes (Reddy 2003).
5).
KESIMPULAN
Tabel 5. Uji Katalase Isolat Bakteri Amilolitik
Telah berhasil diisolasi mikroba
Isolat Hasil
MR2, MR3, MR9, MR10 Positif amilolitik dari sumber air tawar Danau
MR7 Negatif
Toba yang potensial menghasilkan enzim
BK2, BK5, BK6, BK8, BK9 Positif
BK1, BK7 Negatif amilase. Berdasarkan zona bening yang
TP5, TP6 Positif
TP2, TP4, TP8, TP10 Negatif dihasilkan, isolat MR10 merupakan isolat
positif yang paling berpotensi
Meningkatnya kandungan fosfor di
menghasilkan enzim amilase dalam
perairan Danau Toba dari bahan organik
jumlah besar.

e-ISSN 2502-4787
229 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Silaban dan Simamora

DAFTAR RUJUKAN

Aiyer, PD, 2004, ‘Effect of C: N ratio on Pasaman. Laporan Penelitian DIPA


alpha amylase production by Bacillus Reguler UNP’, Universitas Negeri
licheniformis SPT 27’, Afr J Padang, Padang.
Biotechnol, vol. 3, no. 10, hh. 519- Kathiresan, K, & Manivannan, S, 2006,
522. ‘Amylase production by Penicillium
Dali, S, Arfah, R, Karim, A, & Patong, fellutanum isolated from mangrove
AR, 2013, ‘Eksplorasi enzim amilase rhizosphere soil’, Afr J Biotechnol,
dari mikroba yang diisolasi dari vol. 5, no. 10, hh. 929-932.
sumber air panas di Sulawesi Mahdavi, A, Hassan Sajedi, R, Rassa, M,
Selatan dan aplikasinya dalam & Jafarian, V, 2010,
produksi maltodekstrin’. Laporan ‘Characterization of an a-amylase
Penelitian BOPTN, Universitas with broad temperature activity from
Hasanuddin, Makassar. an acid-neutralizing Bacillus cereus
Demirkan, E, 2011, ‘Production, strain’, Iranian J Biotechnol, vol. 8,
purification, and characterization no. 2, hh. 103-111.
of\alpha-amylase by Bacillus subtilis Marc, J, Maarel, D, & Bart, V, 2001,
and its mutant derivates’, Turkish J ‘Properties and aplications of strach-
Biology, vol. 35, no. 6, hh. 705-712. comverting enzymes of the α-
Gupta, R, Gigras, P, Mohapatra, H, amylase family’, J. Biotech, vol. 94,
Goswami, VK, & Chauhan, B, 2003, no. 1, hh. 137-155.
‘Microbial α-amylases: a Marzuqi, M, 2015, ‘Pengaruh kadar
biotechnological perspective’, karbohidrat dalam pakan terhadap
Process Biochem, vol. 38, no. 11, hh. pertumbuhan, efisiensi pakan dan
1599-1616. aktivitas enzim amilase pada ikan
Howeler, RH, & Hershey, CH, 2002, bandeng (Chanos chanos Forrskal)’,
‘Cassava in Asia: Research and (Doctoral dissertation, Tesis.
development to increase its potential Universitas Udayana).
use in food’, feed and industry: a Mitidieri, S, Martinelli, AHS, Schrank,
Thai example. A. & Vainstein, MH, 2006,
Irdawati & Fifendy, M, 2011, ‘Isolasi ‘Enzymatic detergent formulation
bakteri termofilik penghasil amilase containing amylase from Aspergillus
dari sumber air panas Rimbo Panti niger: a comparative study with

e-ISSN 2502-4787
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Amilase 230

commercial detergent formulations’, Sebayang, F, 2005, ‘Isolasi dan pengujian


Bioresource Technology, vol. 97, no. aktivitas enzim α-amilase dari
10, hh. 1217-1224. Aspergillus niger dengan
Panjaitan, RS, & Madayanti, F, 2017, menggunakan media campuran
‘Uji aktivitas antibakteri ekstrak onggok dan dedak’, Jurnal
kasar lipid ulva fasciata terhadap Komunikasi Penelitian’, vol. 17, no.
Bacillus cereus’, EduChemia (Jurnal 5, hh. 81-86.
Kimia dan Pendidikan), vol. 2, no. 1, Singh, H, Saharan, R, & Sharma, KP,
hh. 14-24. 2014, ‘Isolation and characterization
Pangastuti, A, Wahjuningrum, D, & of amylase producing bacteria from
Suwanto, A, 2002, ‘Isolasi, diverse environmental samples’, J.
karakterisasi dan kloning gen Microbiol Biotech Res, vol. 4, no. 4,
penyandi alfa-amilase bakteri halofil hh. 8-18.
moderat asal bledug kuwu’, Hayati, Souza, PMD, 2010, ‘Application of
vol. 9, no. 1, hh. 10-14. microbial α-amylase in industry-A
Poernomo, AT, & Djoko, DA, 2003, ‘Uji review’, Brazilian J. Microbiol, vol.
aktivitas crude enzim proteolitic 41, no. 4, hh. 850-861.
Baciluus subtilis FNCC0059 hasil Türker, C, & Özcan, BD, 2015, ‘Isolation
fermentasi curah’, Majalah Farmasi of Alpha-amylase producing
Erlangga, vol. 3, hh. 103-107. thermophilic bacillus strains and
Reddy, NS, Nimmagadda, A, Rao, partial characterization of the
KRSS, 2003, A overview of the enzymes’, Turkish J Agriculture-
michrobiology α-amylase family’, Food Sci Technol, vol. 3, no. 6, hh.
African J. Biotehnol, vol. 2, hh. 645- 387-393.
648. Van Der Maarel, MJ, Van der Veen, B,
Setyati, WA, & Subagiyo, S, 2012, Uitdehaag, JC, Leemhuis, H, &
‘Isolasi dan seleksi bakteri penghasil Dijkhuizen, L, 2002, ‘Properties and
enzim ekstraseluler (proteolitik, applications of starch-converting
amilolitik, lipolitik dan selulolitik) enzymes of the α-amylase family’, J.
yang berasal dari sedimen kawasan Biotech, vol. 94, no. 2, hh. 137-155.
mangrove’, Ilmu Kelautan: Wardoyo, STH, 1981, ‘Kriteria kualitas
Indonesian Journal of Marine air untuk keperluan pertanian dan
Sciences, vol. 17, no. 3, hh. 164-169. perikanan, Tranining Analisa

e-ISSN 2502-4787
231 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Silaban dan Simamora

Dampak Lingkungan PPLH-PSL’, Lombok’, J. Teknologi Pertanian,


Bogor. vol. 10, no. 3, hh 144-152.
Waluyo, L, 2009, ‘Mikrobiologi Wirawan, SK, Rismijana, J, & Hidayat,
lingkungan’, UMM Press, Malang. T, 2008, ‘Aplikasi α-amilase dan
Widyastuti, 2008, ‘Kadar alginat rumput selulase pada proses deinking kertas
laut yang tumbuh di perairan laut bekas campuran’, Berita Selulosa,
vol. 43, no. 1, hh. 11, 18.

e-ISSN 2502-4787

Anda mungkin juga menyukai