Received : June 20th, 2022 Accepted : July 23th, 2022 Web Publised ; July 30th, 2022
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cancer is a disease characterized by uncontrolled cell division and the ability of these cells to invade other
biological tissues, either by direct growth in adjacent tissues or by migration of cells to distant sites. The
purpose of this study was to determine the class of secondary metabolites contained in the ethanol extract of
cocoa leaves and their cytotoxicity by looking at the LC50 value using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
method. This research includes phytochemical screening of ethanol extract and the BSLT method by looking at
the number of deaths of Artemia salina leach larvae (LC50). The results of phytochemical screening tests showed
that the cocoa leaves contained flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, steroids, and glycosides. The
cytotoxicity test with probit analysis showed an LC50 value of 269,15 µg/mL, so it was concluded that the
ethanol extract of cocoa leaves was toxic and had potential as an anticancer.
Keywords: cocoa leaf, cytotoxicity, BSLT, LC50
1 Blanko 0 0 0 0 0 0 0
2 100 3 30 2 20 2 20 23,33 %
3 200 3 30 4 40 4 40 36,66 %
4 300 4 40 4 40 5 50 43,33 %
5 400 6 60 5 50 6 60 56,66 %
6 500 8 80 8 80 5 50 70 %
7 600 8 80 7 70 7 70 73,33 %
8 700 9 90 8 80 8 80 83,33 %
9 800 9 90 9 90 9 90 90 %
10 900 10 10 10 10 9 90 96,66 %
11 1000 10 100 10 100 10 100 100,00%
Tabel 4. Hasil Pengujian Sitotoksisitas Ekstrak Daun Kakao (Theobroma cacao L.)
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Rata-rata %
Konsentrasi Larva %
No Larva % Larva % Mortalitas
(µg/mL) mati Mortalitas mati Mortalitas mati Mortalitas
1 Blanko 0 0 0 0 0 0 0
2 100 3 30 2 20 2 20 23,33 %
3 200 3 30 5 50 4 40 40 %
4 300 4 40 4 40 6 60 46,66 %
5 400 6 60 5 50 7 70 60 %
6 500 8 80 8 80 5 50 70 %
7 600 8 80 6 60 9 90 76,66 %
8 700 9 90 8 80 8 80 83,33 %
Konsentrasi yang digunakan untuk yang rendah 100 µg/mL ke konsentrasi yang paling
sitotoksisitas yaitu persentase kematian larva antara tinggi terdapat pada konsentrasi 700 µg/mL
20-80% karena dengan persentase kematian mempunyai persentase yaitu sebesar 20-80%.
tersebut sudah dapat memberikan kurva yang lebih Sedangkan pada blanko tidak memberikan
linier, sehingga LC50 yang didapatkan pada uji mortalitas terhadap larva. Hal ini sesuai dengan
BSLT ini dapat menggambarkan hasil yang teori, bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
sebenarnya. semakin banyak jumlah larva yang mati. Selain itu
Berdasarkan tabel 4 didapatkan persentase dari persentase kematian larva tersebut dapat
kematian larva pada rentang 20-80% yaitu pada disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
konsentrasi 100-700 µg/mL. Untuk hasil pengujian ekstrak akan menghasilkan jumlah kematian larva
sitotoksisitas daun kakao dapat dilihat pada tabel 4. yang semakin tinggi pula12.
Berdasarkan data tersebut jumlah larva tiap Cara kerja senyawa toksik yang
perlakuan adalah 10 ekor dengan 3 kali perlakuan, menyebabkan kematian larva artemia adalah
sehingga totalnya 30 ekor. Tabel 4.4 dapat dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
diketahui persentase mortalitas dari konsentrasi racun perut. Senyawa toksik ini dapat mengganggu
84
85
Gambar 4.1 Grafik Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Daun Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap
Nilai Probit
L.) Hasil Ekstraksi Maserasi. Palembang.
IV. Kesimpulan Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 1 (2).Hal.43-48.
Golongan senyawa yang terkandung didalam 5. Rahimah, S., Maryam, F,.dan Limbong, A, B.
(2019, May). The Toxicity Test of Ethanol
daun kakao (Theobroma cacao L.) dengan metode
Extract of Leaves Averrhoa bilimbi L. Using
skrining fitokimia yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
saponin, steroid dan glikosida. Berdasarkan hasil Makassar. Journal of Pharmaceutical and
uji sitotoksisitas menggunakan metode Brine Medicinal Sciences.4 (1). Hal.10-14.
Shrimp Lethality Test menunjukkan bahwa ekstrak 6. Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E.,
etanol daun kakao (Theobroma cacao L.) memiliki Jacobsen, L.B., Nichols, D.E., dan
daya sitotoksisitas dengan nilai LC550 269,15 McLaughlin, J.L. (1982, May). Brine Shrimp:
A Convenient General Bioassay for Active
µg/mL.
Plant Constituents. Journal of medicinal
Planta Medica, 45(5). Hal.31-34.
Referensi 7. Chusniasih, B, dan Tutik. (2020, Oct). Uji
Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp
1. Nurani, L, H. (2012, May). Uji Sitotoksitas Lethality Test (bslt) dan Identifikasi
dan Anti Proliferatif Sel Kanker Payudara t47d Komponen Fitokimia Ekstrak Aseton Kulit
dan Sel Vero Biji Nigella Sativa. Yogyakarta. Buah Kakao (Theobroma cacao L.).
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (1). Hal.17-29. Lampung. Jurnal Analytical and
2. Muaja, A.D., Koleangan, H.S.J., dan Environmental Chemistry, 2 (2). Hal. 192-201
Runtuwene, M.R.J. (2013, Juli). Uji 8. Departemen Kesehatan RI. (1979, Juli 1).
Toksisitas Dengan Metode BSLT dan Analisis Materia Medika Indonesia, jilid III. Jakarta:
Kandungan Fitokimia Ekstrak Daun Seyogik Depkes RI. Hal. 155-159.
(Saurauia Bracteosa DC) Dengan Metode 9. Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter
Soxhletasi. Manado. Jurnal Mipa Unsrat Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Online, 2(2). Hal.115-118. Jakarta: Depkes RI. Hal. 3-12.
3. Masro’atun., Sari, D, N, R., dan Hasanah, A, 10. Djamil, R., dan Anelia, T. (2009, Sep).
U. (2017). Efektivitas Ekstrak Daun Kakao Penapisan Fitokimia, Uji BSLT Dan Uji
Terhadap Phytopthora palmivora Antioksidan Ekstrak Metanol Beberapa
effectiveness of Kakao Leaf Extracts to Spesies Papilionaceae. Jakarta Selatan.Jurnal
Phytopthora palmivora. Jember. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7(2).Hal.13-15.
Biologi dan Pembelajaran Biologi, 2(1). Hal. 11. Fadli., Suhaimi., dan Muhammad, I. (2019,
50-60 Apr). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
4. Hasanah, M. (2016, Feb).Analisis Golongan Daun Salam (Syzygium Polyanthum)(Wight)
Senyawa Kimia dan Uji Potensi Antioksidan Walp.) Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp
dari Ekstrak Daun Cokelat (Theobroma cacao Lethality Test). Pontianak. Open Jornal
86
87
ABSTRAK
Gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka morbiditas dan
mortalitas. Radikal bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Adanya peningkatan jumlah radikal bebas dan produksi ROS yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan sistem kekebalan tubuh. Daun jamblang adalah tumbuhan dari familia Myrtaceae yang digunakan
untuk kesehatan, mengandung senyawa flavonoid yang kaya akan antioksidan dan berpotensi dalam mengurangi tekanan
darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder, menguji aktivitas antioksidan dengan
metode ABTS, uji aktivitas penghambatan ACE dengan metode Chusman dan Cheung menggunakan Spektrofotometer
UV, dan uji toksisitas dengan metode BSLT. Serbuk simplisia daun jamblang diekstrak dengan maserasi kinetik
menggunakan etanol 70%, kemudian dilakukan penapisan fitokimia, diuji aktivitas antioksidan, aktivitas penghambatan
ACE, dan toksisitas ekstraknya. Hasil penapisan fitokimia dari serbuk dan ekstrak etanol 70% daun jamblang
menunjukkan adanya kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, kuinon, minyak atsiri, steroid dan triterpenoid.
Kandungan flavonoid total daun jamblang adalah 1,60%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%
daun jamblang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 46,73 bpj. Selain itu, ekstrak
etanol 70% daun jamblang juga memiliki aktivitas dalam penghambatan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dengan
nilai IC50 128,4 ± 0,57 bpj dan nilai LC50 sebesar 83,58 bpj. Sehingga ekstrak etanol 70% daun jamblang ini dapat
digunakan sebagai alternatif untuk terapi dalam pengobatan antihipertensi.
ABSTRACT
Cardiovascular disorders such as hypertension are one of the main causes of high morbidity and mortality. Free radicals
and Reactive Oxygen Species (ROS) are the cause of cardiovascular disease. An increase in the number of free radicals
and excessive production of ROS in the body can cause an imbalance in the immune system. Jamblang leaves are plants of
the family Myrtaceae that are used for health, contain flavonoid compounds that are rich in antioxidants, and have the
potential to reduce blood pressure. This study aims to identify secondary metabolite compounds, test their antioxidant
activity with the ABTS method, test the ACE inhibitory activity by the Chusman and Cheung methods using a UV
spectrophotometer, and the toxicity test by the BSLT method. Simplisia powder of jamblang leaves was extracted by kinetic
maceration using 70% ethanol, then phytochemical screening, tested for antioxidant activity, ACE inhibitory activity, and
extract toxicity. Phytochemical screening results from 70% ethanol extract and jamblang leaves showed flavonoids,
alkaloids, saponins, tannins, quinones, essential oils, steroids, and triterpenoids. The total flavonoid content of jamblang
leaves is 1.60%. The results of the study showed that 70% ethanol extract of jamblang leaves had a very strong
antioxidant activity with an IC50 value of 46.73 ppm. Besides, 70% ethanol extract of jamblang leaves also has activity in
inhibiting Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) with IC50 value 128.4 ± 0.57 ppm and LC50 value of 83.58 ppm. So that
70% ethanol extract of jamblang leaves can be used as an alternative for therapy in antihypertensive treatment.
ABTS, lalu dicukupkan volume nya sampai 5 mL, persentase inhibisi (%), kemudian % inhibisi yang
dengan etanol absolut hingga diperoleh larutan dengan didapat digunakan untuk menentukan nilai IC50.
konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 bpj. Kemudian
dihomogenkan, dan diukur serapannya secara Uji Toksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 412 (BSLT) (Wahyu et al, 2015). Pengujian BSLT
nm. Kemudian dihitung nilai Konsentrasi Inhibisi hingga menggunakan larva udang berjumlah 10 ekor sebagai
50% (nilai IC50). objek pengamatan untuk pengujian mortalitas dan LC50-
nya. Selanjutnya, ditambahkan ekstrak etanol sehingga
Penghambatan Angiotensin Converting Enzyme konsentrasi akhirnya menjadi 50, 100, 500, dan 1.000
(ACE) (Balasuriya et al, 2011). Penyiapan dapar fosfat µg/mL, sedangkan untuk kontrol tidak ditambahkan
mengandung NaCl 300 mM pH 8,3, kemudian larutan ekstrak. Dilakukan sebanyak tiga ulangan pada
penyiapan larutan kontrol kaptopril, larutan uji ekstrak masing-masing konsentrasi ekstrak dan kontrol,
etanol 70% daun jamblang, penyiapan ACE 4 mU/mL, kemudian dilakukan pengamatan setelah 24 jam dengan
substrat HHL 5 mM, penetapan panjang gelombang menghitung jumlah larva yang mati dari total larva yang
maksimum asam hipurat, dan pembuatan larutan seri dimasukkan sehingga diperoleh persen mortalitas.
pembanding asam hipurat, kemudian dibuat larutan Adapun nilai LC50 diperoleh dengan menggunakan
blanko, dan seri larutan uji ekstrak daun jamblang (100 analisis probit LC50 pada selang kepercayaan 95%
bpj, 120 bpj, 140 bpj, 160 bpj, 180 bpj, dan 200 bpj), menggunakan program SPSS.
dipipet masing-masing 50 L larutan uji dan 50,0 L
larutan substrat kedalam tabung reaksi, diprainkubasi HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 15 menit suhu 370C, ditambahkan 50,0 L
larutan ACE ke dalam tabung reaksi. Diinkubasi selama Ekstraksi
30 menit pada suhu 37oC, kemudian ditambahkan 200,0 Serbuk simplisia daun jamblang diekstraksi secara
L asam klorida 1M. Diekstraksi dengan 1,5 mL maserasi kinetik pada temperatur ruangan menggunakan
etilasetat, sentrifugasi pada rpm 4000 selama 15 menit. pelarut etanol 70% dan dilakukan remaserasi sampai
Sejumlah 1,0 mL supernatan dipipet kedalam tabung terjadi perubahan warna filtrat dari pekat menjadi jernih.
reaksi lain dan diuapkan pada suhu ruang selama 2 jam. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
Setelah kering, dilarutkan dengan 3,0 mL aquadest dengan rotavapor pada suhu 450C, rotasi 70 rpm dan
kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer tekanan dalam vakum 175 mmHg. Setelah diperoleh
ultraviolet cahaya tampak pada panjang gelombang ekstrak kental etanol 70% daun jamblang, dihitung
228nm. Serapan yang diperoleh dikonversikan ke dalam DER-native dan rendemen ekstrak. Nilai DER-native
kurva baku larutan seri pembanding asam hipurat untuk tersebut dapat mempengaruhi aktivitas penghambatan
menghitung konsentrasi asam hipurat. Konsentrasi asam ACE dan kadar flavonoid total pada setiap ekstrak. Nilai
hipurat yang diperoleh digunakan untuk menghitung DER-native dan rendemen ekstrak etanol 70% daun
jamblang dapat dilihat pada Tabel 1.
Penetapan Kadar Flavonoid Total gelombang maksimum dan diperoleh 429,0 nm.
Pada penetapan kadar flavonoid total digunakan Penetapan kadar flavonoid total dilakukan untuk
kuersetin sebagai baku pembanding yang akan bereaksi mengetahui jumlah flavonoid yang terkandung dalam
dengan AlCl3 sehingga terjadi pergeseran panjang ekstrak etanol 70% daun jamblang. Kadar flavonoid total
gelombang maksimum ke arah panjang gelombang yang dalam ekstrak etanol 70% daun jamblang yang diperoleh
lebih besar (batokromik), dilakukan penentuan panjang yaitu sebesar 1,60% (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun
(asam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat) jamblang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang
Hasil uji antioksidan dengan metode ABTS sangat kuat dengan nilai IC50 <50 bpj (Dewi et al, 2016).
diperoleh nilai IC50 46,73 bpj (Tabel 4 & Gambar 1). Hal
Tabel 4. Persen Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang dengan Metode ABTS
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Konsentrasi dan % Inhibisi dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang
Uji Penghambatan ACE (Angiotensin Converting Pembuatan kurva baku asam hipurat dilakukan
Enzyme) untuk mendapatkan persamaan garis linear yang
digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan uji dan
Pembuatan Kurva Baku Asam Hipurat konsentrasi larutan kontrol (Gambar 2).
y = 0,2869 + 0,0498x
R2 = 0,9999
1
Serapan
0,5
0
0 5 10 15
Konsentrasi (bpj)
Gambar 2. Kurva Baku Hubungan antara Konsentrasi Asam Hipurat dengan Serapan
Pengujian Penghambatan Aktivitas ACE dengan Kaptopril dan ekstrak yang digunakan dapat
Metode Chusman dan Chung menghambat pembentukan asam hipurat dari hasil reaksi
Pengujian penghambatan aktivitas ACE pemecahan antara substrat HHL dan ACE. Asam hipurat
dilakukan dengan menggunakan blanko (tanpa yang terbentuk diukur serapannya menggunakan
penambahan ekstrak), kaptopril sebagai kontrol positif, spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
dan larutan uji (ekstrak etanol 70% daun jamblang). serapan maksimum yang diperoleh yaitu 228,0 nm.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Persentase daya hambat yang diperoleh digunakan untuk
serapan yang diperoleh bervariasi tergantung pada menghitung nilai IC50 zat uji maupun kontrol. Dari hasil
konsentrasi yang digunakan, dimana semakin besar tersebut dapat diketahui persen Inhibisi pada konsentrasi
konsentrasi maka semakin kecil serapan yang diperoleh, tertinggi kaptopril (20 bpj) seri I, II, dan III masing-
dan semakin besar daya hambatnya terhadap ACE. masing sebesar 76,38%, 79,48%, dan 78,25% (Tabel 5).
Konsentrasi Asam Hipurat pada Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (bpj)
Konsentrasi
Seri I Seri II Seri III
Ekstrak (bpj)
I II III I II III I II III
100 2,3032 2,5241 2,4839 2,4900 2,4980 2,4900 2,4920 2,5120 2,5141
120 2,3032 2,3454 2,3313 2,3153 2,3112 2,3213 2,3313 2,3112 2,3273
140 2,0562 1,9900 2,0884 2,0241 2,0201 2,0040 1,9900 2,0120 2,0100
160 1,8133 1,8876 1,8313 1,8494 1,8655 1,8353 1,8534 1,8253 1,8394
180 1,7369 1,7610 1,7369 1,7510 1,7570 1,7430 1,7329 1,7430 1,7430
200 1,4819 1,4237 1,5382 1,4880 1,4880 1,5100 1,5000 1,5000 1,5040
Pada pembuatan kurva baku asam hipurat antara hipurat yang terdapat dalam ekstrak etanol 70% daun
konsentrasi dan serapan asam hipurat diperoleh jamblang (Tabel 6). Kemudian dihitung persentase daya
persamaan regresi linear yaitu y = 0,2869 + 0,0498 x. hambatnya dan dibuat kurva hubungan antara % inhibisi
Serapan larutan uji selanjutnya dikonversikan ke dalam terhadap konsentrasi kaptopril atau larutan uji, kemudian
persamaan tersebut sehingga diperoleh konsentrasi asam dihitung nilai IC50.
Tabel 7. Persen Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang terhadap ACE
Pada ekstrak etanol 70% daun jamblang, persen 65,94%, 65,85% (Tabel 7). Dimana nilai ini mendekati
Inhibisi pada konsentrasi tertinggi (200 bpj) seri I, II, III nilai persen inhibisi dari Kaptopril yang digunakan
masing-masing memiliki daya hambat sebesar 66,35%, sebagai baku pembanding.
67,67%, 65,07%; 66,21%, 66,21%, 65,71%; 65,94%,
Gambar 3. Diagram Nilai IC50 dari Kaptopril dan Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang
Nilai IC50 dihitung untuk mengetahui konsentrasi ACE dari kaptopril memiliki nilai IC50 7,0 bpj lebih
kaptopril maupun ekstrak uji yang dapat menghambat kecil dibandingkan dengan nilai IC50 ekstrak etanol 70%
50% kerja ACE. Berdasarkan data pada Tabel 8 dan daun jamblang yaitu 128,4 bpj. Sehingga dapat diketahui
Gambar 3 dapat diketahui bahwa aktivitas penghambat bahwa ekstrak etanol 70% daun jambang memiliki
Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 104
Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.
kemampuan untuk menghambat ACE dan dapat Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT
digunakan sebagai terapi untuk pengobatan menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun jamblang
antihipertensi. bersifat sitotoksik dengan nilai LC50 <1000 bpj yaitu
Uji Toksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test sebesar 83,58 bpj (Tabel 9). Ekstrak yang bersifat toksik
(BSLT) saat diuji dengan menggunakan metode Brine Shrimp
Efek toksisitas dari ekstrak etanol 70% daun Lethality Test (BSLT) dapat menyebabkan kematian
jambang diidentifikasi dengan persentase kematian larva 50% larva artemia dalam waktu 24 jam pada konsentrasi
udang menggunakan analisis prohibit (LC50). Hubungan LC50 <1000 bpj menandakan bahwa sampel memiliki
regresi linear antara Log konsentrasi (x) dengan % potensi sebagai antikanker, antibakteri, antijamur dan
kematian (y) menghasilkan persamaan regresi linear sebagainya (Mayer,1982).
yaitu y = -33,9 + 43,65x (Gambar 4). Nilai LC50 dihitung
dengan menggunakan persamaan linear tersebut.
Tabel 9. Hasil Uji Toksisitas dengan BSLT pada Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang
Konsentrasi % LC50
Log (x) Mati Hidup ∆ Mati ∆ Hidup M/T
Ekstrak (bpj) Kematian (bpj)
1000 3 28 2 48 2 48/50 96,00
100 2 16 14 20 16 20/36 55,50 83,58
10 1 4 26 4 42 4/46 8,70
Gambar 4. Grafik Linearitas Hasil BSLT Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.
Published under licence by TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara
TM Conference Series 02 (2018), Page 361–366
reviseptiani8@gmail.com
Abstrak
Jamblang (Syzygium cumini L. Skeels) merupakan salah satu tumbuhan famili Myrtaceae yang telah dikenal dan dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Kandungan senyawa aktif dalam tanaman cukup banyak, diantaranya senyawa golongan polifenol yang
merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Daun jamblang sebagai senyawa antioksidan dapat diperoleh melalui ekstraksi
dengan etanol dan difraksinasi dengan n-heksan serta etil asetat. Ekstrak dan fraksi daun jamblang diduga memiliki aktivitas
menangkal radikal bebas terhadap DPPH. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol,
fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat dari daun jamblang. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
80% dan difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Ekstrak dan fraksi diuji dengan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH.
Absorbansi DPPH diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm pada menit ke 15 setelah penambahan
pelarut metanol. Ekstrak etanol memiliki nilai IC50 13,46 µg/mL, fraksi n-heksan 52,435 µg/mL, fraksi etil asetat 5,31 µg/mL
kategori sangat kuat dan untuk kuersetin memiliki IC50 sebesar 4,35 µg/mL. Fraksi n-heksan diklafikasikan kuat aktivitas
antioksidannya sedangkan ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan kuersetin diklasifikasikan sangat kuat. Hal tersebut menunjukan
bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dibanding pelarut lainnya.
1. Pendahuluan
Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian secara global. Berdasarkan badan kesehatan dunia
WHO, lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit jantung, dan diabetes. Angka kematian akibat penyakit ini diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia
sebanyak 52 juta jiwa pada tahun 2030[1]. Istilah antioksidan diketahui memiliki pengaruh positif bagi kualitas
kesehatan manusia terutama kemampuannya dalam menetralisir dampak negatif dari radikal bebas [2].
Antioksidan merupakan atom atau molekul pemberi elektron yang dapat meredam dampak negatif radikal bebas.
Antioksidan mampu menetralkan radikal bebas atau bahan yang dapat mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang
merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan [3].
Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan jamblang
Eugenia cumini Merr merupakan nama dulu dari Syzygium cumini) [4]. Daun jamblang mengandung glikosida,
flavonol, kuersetin, mirisetin 3-O-4 asetil- L-ramnopiranosida, triterpenoid dan tanin [5].
Ruan et al. (2009) juga melakukan pengujian aktivitas antioksidan pada tanaman jamblang. Hasil pengujian
menunjukkan ekstrak metanol daun jamblang memiliki aktivitas antioksidan (IC50 125,39 bpj) [6]. Lia marliani
menggunakan pelarut air dengan IC50 sebesar 12,84 μg/mL. Namun belum ada dilaporkan aktivitas antioksidan
dengan menggunakan ekstrak etanol dan fraksinasi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan aktivitas antioksidan
dari ekstrak etanol dan fraksinasi. Pada penelitian ini peneliti menguji aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH. Metode DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana cepat, dan mudah untuk screening aktivitas
antioksidan dari bahan makanan atau ekstrak suatu tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
aktivitas antioksidan ekstrak etanol, fraksi n-heksan serta fraksi etil asetat daun jamblang (Syzygium cumini L. Skeels)
dengan metode DPPH.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2.2. Metode
Penelitian ini dilakukan dari April 2017 sampai dengan Agustus 2017. Alat yang digunakan Maserator, penguap
putar (Stuart), neraca analitis (Vibra), oven (Memmert), tanur (Gallenkamp), labu tentukur 50 mL (Oberoi), labu
tentukur 10 mL (Oberoi), labu tentukur 5 ml (oberoi), krus porselin, bola hisap (D&N), spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-1800). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi
etil asetat daun jamblang, kuersetin, pelarut etanol 80 %, pelarut n-heksan, pelarut etil asetat, metanol p.a., DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil). Identifikasi tumbuhan dilakukan diHerbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera
Utara.
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai
absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y).
3. Hasil
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah tumbuhan jamblang ( Syzigium cumini L. Skeel) suku Myrtaceae.
Penetapan kadar air dari simplisia daun jamblang diperoleh 7,94%. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
diperoleh 15,58%. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol diperoleh 15,92%. Penetapan kadar abu total
diperoleh 6,06%. Penetapan kadar abu tidak larut asam diperoleh 0,83%. Penetapan kadar air dari ekstrak etanol daun
jamblang 6,61%. Penetapan kadar abu total diperoleh 4,71%. Penetapan kadar abu tidak larut asam diperoleh 0,75%.
Revi Septiani / TM Conference Series 02 (2018) 361–366 364
Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun jamblang menunjukkan adanya senyawa kimia golongan
flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid. Fraksi n-heksan terdapat senyawa triterpenoid/steroid dan
fraksi etil asetat menunjukan adanya senyawa golongan flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Hal ini menunjukan
bahwa daun jamblang berpotensi sebagai antioksidan. Senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan yaitu
flavonoid, tanin . Senyawa tersebut bertindak sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang
dikandungnya mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas[12].Selain itu senyawa steroid juga mempunyai potensi
sebagai antioksidan. Hal ini didukung berdasarkan penelitian oleh Cui yang menyatakan bahwa ekstrak etanol 80%
dari inonotus obliquus yang positif mengandung steroid seperti lanosterol dan ergosterol peroksida menghasilkan
aktivitas antioksidan sekunder radical scavenger yang cukup aktif [13].
Hasil ekstraksi simplisia daun jamblang 300 (g) menggunakan pelarut etanol 80% diperoleh ekstrak etanolnya
sebanyak 67,731 g. Fraksi n-heksan 11,90 g dan fraksi etil asetat 11,95 g. Ekstrak dan fraksiyang diperoleh diuji
aktivitas antioksidan dengan metode pemerangkapan/ peredaman radikal bebas DPPH.
Aktivitas antioksidan ektrak etanol dan fraksi diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH pada menit ke-15.
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan fraksi serta pembanding secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut :
Tabel 1. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari Ekstrak Etanol Daun Jamblang
No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 3,778x-1,132 R= 0,998 13,53
5 0,826 16,61
10 0,627 36,73
15 0,453 54,29
20 0,242 75,61
Tabel 2. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari Fraksi n-heksan Daun Jamblang
No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 0,951x-0,842 R= 0,999 53,43
20 0,815 17,73
40 0,626 36,79
60 0,444 55,12
80 0,233 74,46
20 0,809 18,33
40 0,604 39,05
60 0,414 58,25
80 0,216 78,23
Rata-rata 52,435
Tabel 3. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari fraksi etil asetat Daun Jamblang
No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 9,631x-1,128 R= 0,997 5,32
2 0,827 16,55
4 0,618 37,67
6 0,417 54,86
8 0,226 77,16
2 0,825 16,78
4 0,618 37,61
6 0,444 55,19
8 0,225 77,29
Rata-rata 5,31
4. Pembahasan
Hasil pada Tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan
pembanding memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda satu dengan yang lain. Hasil analisis peredaman radikal
bebas oleh ekstrak dan fraksi menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi berbanding lurus dengan peningkatan persen
peredaman karena semakin banyak atom hidrogen dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun
jamblang yang berpasangan dengan elektron pada radikal bebas DPPH sehingga serapan semakin menurun yang
ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi kuning [11]. Ekstrak etanol daun jamblang memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 rata-rata sebesar 13,46µg/mL, fraksi n-heksan nilai IC50 sebesar
52,435 µg/mL dikategorikan kuat dan fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai
IC50 sebesar 5,31 µg/mL serta kuersetin nilai IC50 sebesar 4,35 µg/mL kategori sangat kuat. Perbedaan nilai IC50
pada masing-masing ekstrak dan fraksi disebabkan oleh adanya distribusi jenis dan jumlah senyawa metabolit
sekunder yang bersifat sebagai antioksidan berdasarkan kepolaran pelarut yang digunakan [14]. Pelarut etanol 80%
(campuran alkohol dan air) memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengekstraksi hampir semua senyawa bahan alam
[15]. Menurut Harborne (1996), etanol dapat menarik senyawa alkaloid, steroid, saponin, flavonoid, antakuinon, dan
glikosida [16]. Tingginya aktivitas antioksidan diduga karena senyawa polifenol dalam ekstrak etanol menghasilkan
aktivitas yang kuat dalam menangkap radikal bebas. Polifenol atau flavonoid memberikan kontribusi langsung kepada
efek antioksidan, juga memiliki peran dalam mencegah oksidasi lipid [17].
Referensi
[1] Kementrian Kesehatan RI. (2012). Penyakit Tidak Menular.Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.volume 2, semester 2012
[2] Ade Aprilia Surya Putri dan Nurul Hidayati. (2015).Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan
Nyiri Batu (Xylocarpus moluccensis) 1(4), 38
[3] Noya, E., Buang, Y., dan Cunha T.D. (2013). Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan Fraksi Kloroform Ekstrak
Metanol Sarang Semut (Myrmecodia pendans). Jurnal Kimia Terapan. 1(1), 6-7.
[4] Arifin, Helmi, Anggraini, Nelvi, Handayani, Dian, dan Rasyid, Roslinda. (2006). Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr.
J. Sains Tek. Farmasi.
[5] Ayyanar, M dan Pandurangan, SB. (2012). Syzygium cumini (L.) Skeels: A review of its fitochemical constituents and traditional
uses.Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine,240-243.
[6] Ruan, ZP, Zhang, LL and Lin, YM. (2008).Evaluation of the Antioxidant Activity of Syzygium cumini Leaves, Molecules, 13, pp.2545-
2556
[7] WHO. (1992). Quality Control Methods for Herbal Materials. Switzerland: Geneva. 33-35.
[8] Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid keenam. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 299-305, 334-335.
[9] Ditjen POM RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 169-171.
[10] Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3). Halaman 263.
[11] Molyneux P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin
J. Sci. Technol. 26 (2) : 211-219.
[12] Silalahi, J. (2006).Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 38-55.
[13] Cui, Y., Kim, D.S., dan Park, K.C. (2004).Antioxidant Effect InonotusObliquus.J Etnopharmacol.96,79-85.
[14] Huliselan, Y., dan Defny S. W. (2015).Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Etilasetat, dan n-Heksan dari Daun Sesewanua
(Clerodendron Squamatum Vahl.). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 4(3): 155-163.
[15] Anonim. (2011).Medicinal Plants of the Myrtaceae: Psidium, Pimenta and Syzygium.
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/60652/15/15_chapter%2011.pdf. Halaman 94-103.Diakses pada 15 September 2017
[16] Harborne, J.B. (1996). Metode fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi Kesebelas. Bandung: Penerbit ITB.
[17] Sannigrahi, dkk. (2010). Antioxidant Potential of Crude Extract and Different Fractions of Enhydra fluctuans Lour. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research. 9(1): 75-82