Anda di halaman 1dari 23

Article

Indonesian Journal of Chemical


Science and Technology
State University of Medan
e-ISSN : 2622-4968, p-ISSN : 2622-1349
IJCST-UNIMED, Vol. 05, No. 2, Page ; 80 – 87

Received : June 20th, 2022 Accepted : July 23th, 2022 Web Publised ; July 30th, 2022

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cytotoxicity Test of Cocoa Leaf Ethanol Extract (Theobroma


Cacao L.) With Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method
Zulmai Rania*, Ridwantoa, Dikki Miswandaa, Rafita Yuniartia, Ani Sutianib, Ricky Andi
Syahputrab, Reza Irmaa
a Department of Pharmacy, Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah., Jalan Garu II Medan Amplas 20147,
North Sumatera, Indonesia
b Department of Chemistry, Universitas Negeri Medan, Jalan Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Medan
20221, North Sumatera, Indonesia
*Email : zulmairani@umnaw.ac.id
ABSTRACT

Cancer is a disease characterized by uncontrolled cell division and the ability of these cells to invade other
biological tissues, either by direct growth in adjacent tissues or by migration of cells to distant sites. The
purpose of this study was to determine the class of secondary metabolites contained in the ethanol extract of
cocoa leaves and their cytotoxicity by looking at the LC50 value using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
method. This research includes phytochemical screening of ethanol extract and the BSLT method by looking at
the number of deaths of Artemia salina leach larvae (LC50). The results of phytochemical screening tests showed
that the cocoa leaves contained flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, steroids, and glycosides. The
cytotoxicity test with probit analysis showed an LC50 value of 269,15 µg/mL, so it was concluded that the
ethanol extract of cocoa leaves was toxic and had potential as an anticancer.
Keywords: cocoa leaf, cytotoxicity, BSLT, LC50

I. Pendahuluan untuk melakukan pengobatan menggunakan bahan


Kanker adalah segolongan penyakit yang alam atau obat tradisional2.
ditandai dengan pembelahan sel yang tidak Salah satu tanaman yang berpotensi adalah
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk tanaman kakao1. Tanaman kakao di Indonesia
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman
pertumbuhan langsung di jaringan yang perkebunan yang terus dibudidayakan hingga saat
bersebelahan atau dengan migrasi sel ke tempat ini, karena tanaman kakao mempunyai nilai
yang jauh1. Dalam perkembangan dibidang ekonomi yang tinggi yang dapat dijadikan sebagai
kesehatan telah ditemukan obat-obat antikanker sumber pendapatan perkebunan ataupun kelompok
dan dilakukan kemoterapi, namun obat antikanker masyarakat3. Daun kakao berpotensi dikembangkan
yang telah ada umumnya selain memiliki khasiat untuk pengobatan sebagai anti kanker karena
antikanker, obat tersebut juga bersifat merusak sel- kandungan senyawa fitokimianya. Ekstrak daun
sel yang normal serta faktor biaya yang mahal juga kakao mengandung golongan senyawa kimia
menjadi kendala. Hal ini mendorong masyarakat alkaloid, flavonoid, fenolik dan saponin. ekstrak
80

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87
daun cokelat juga memiliki potensi sebagai telur Artemia salina leach, alat-alat gelas
antioksidan yang tinggi, dengan intensitas laboratorium.
potensinya sebagai antioksidan (IC50) sebesar 42,11 Bahan-bahan yang digunakan produksi
μg/ml4. Peranan antioksidan sangat penting dalam Merck meliputi: asam asetat anhidrat,bismut
meredam efek radikal bebas yang berkaitan erat nitrat, asam sulfat pekat, kloroform, toluen, raksa
dengan terjadinya penyakit degeneratif yang (II) klorida, timbal (II) asetat, besi (III) klorida,
didasari oleh proses biokimia dalam tubuh. serbuk magnesium, kloral hidrat, natrium
Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan hidroksida, asam klorida pekat, iodium, alfa naftol,
cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kalium iodida, asam nitrat dan tanaman daun kakao
kemampuannya mengikat logam, berada dalam (Theobroma cacao L.), telur Artemia salina leach,
bentuk glukosida (mengandung rantai samping garam laut, aquadest serta etanol 96%.
glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut 2.2. Prosedur penelitian
aglikon5. Pembuatan Ekstrak
Penelitian ini dilakukan sebagai indikator Prosedur ekstraksi dilakukan menggunakan
awal dalam pengujian sitotoksik. Mayer metode maserasi dengan cara menimbang 500
mengemukakan juga bahwa salah satu metode awal gram serbuk simplisia daun kakao (Theobroma
untuk uji sitotoksik adalah Brine Lethality Test cacao L.) dimasukkan ke dalam bejana, kemudian
(BSLT). BSLT merupakan salah satu metode yang dituangkan dengan 75 bagian (3750 ml) cairan
banyak digunakan untuk uji sitotoksisitas/skrining penyari etanol 96% lalu dia diaduk-aduk sesekali.
senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman Setelah 5 hari campuran di serkai dan ampasnya
menggunakan larva Artemia salina leach sebagai diperas. Dicuci ampasnya dengan cairan penyari
hewan uji. Metode BSLT telah terbukti memiliki etanol 96% secukupnya hingga diperoleh 100
korelasi dengan aktivitas antikanker. Metode ini bagian (5000 ml) maserat. Lalu dipindahkan ke
mudah dikerjakan, murah, cepat, dan cukup dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk
akurat6. Larva Artemia salina dianggap mewakili terlindung dari cahaya selama 2 hari dan disaring.
organisme zoologis untuk uji kematian secara in Maserat dipekatkan dengan alat rotary evavorator
vivo. Uji BSLT dilakukan dengan mengamati pada temperatur tidak lebih dari 40oC dan diperoleh
tingkat kematian yang ditimbulkan setelah diberi ekstrak kental8.
ekstrak terhadap larva udang jenis Artemia salina Karakterisasi Simplisia
setelah diinkubasi selama 1x24 jam. Hasil yang Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi :
diperoleh kemudian dihitung sebagai nilai LC50 pemeriksaan makroskopik simplisia, pemeriksaan
(lethal concentration) ekstrak, dimana konsentrasi mikroskopik serbuk simplisia, penetapan kadar air,
ekstrak yang dapat menyebabkan kematian Artemia penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
salina sebanyak 50%7. Berdasarkan uraian diatas kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu
dan berbagai aktivitas biologis senyawa yang total, penetapan kadar abu tidak larut asam9.
dikandung oleh daun kakao mendorong penulis Skrining Fitokimia
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Skrining fitokimia meliputi pemeriksaan
daun kakao sebagai bahan alam potensial untuk golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
dikembangkan sebagai agen antikanker dengan tanin, triterpenoid/steroid dan glikosida.
menguji sitotoksisitas dari ekstrak daun kakao
menggunakan metode BSLT terhadap larva udang
Artemia salina leach. Pengujian Sitotoksisitas dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT)
Pembuatan Larutan Ekstrak
II. Metodologi Penelitian Larutan ekstrak etanol daun kakao
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi (Theobroma cacao L.) dibuat menjadi 10
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini konsetrasi untuk terlebih dahulu digunakan sebagai
meliputi timbangan analitik, lemari pengering, orientasi, yaitu konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500,
alumunium foil, mikroskop, blender, rotary 600, 700, 800, 900 , 1000 µg/ml, dan 1 tabung
evavorator, tanur, hot plate, cawang penguap, digunakan untuk kontrol negatif, masing-masing
desikator, wadah maserasi, vial, bejana penetasan dengan tiga kali pengulangan.
81

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87
Pembuatan Air Laut Buatan ditarik ke garis konsentrasi dimana konsentrasi zat
Air laut buatan dibuat dengan cara yang menyebabkan kematian 50% larva yang
melarutkan 38 gram garam tanpa iodium dalam 1 disebut LC50. Untuk menghitung LC50 digunakan
liter air, lalu diaduk sampai homogen. Kemudian kurva yang menyatakan log konsetrasi sebagai
disaring dengan kertas Whatman10. sumbu X dan % mortalitas sebagai sumbu Y. Hasil
Penetasan Telur Artemia Salina Leach LC50 diperoleh dari perpotongan garis terhadap
Penetasan telur dilakukan dalam wadah kedua sumbu tersebut13.
bening dengan menggunakan media air laut.
Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian III. Hasil dan Diskusi
oleh sekat berlubang, yaitu bagian gelap dan bagian 3.1. Analisis hasil karakterisasi
terang. Sekat berlubang menjadi jalan untuk larva Penetapan karakterisasi suatu simplisia perlu
yang telah menetas untuk bergerak secara alamiah dilakukan dengan tujuan untuk menjamin mutu dari
ke arah terang. Wadah diisi dengan satu liter air suatu simplisia tersebut. Penetapan karakterisasi ini
laut buatan. Kemudian pada bagian gelap dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
dimasukkan satu sendok telur. Pada wadah bagian ditetapkan dalam Materia Medika Indonesia. Hasil
gelap ditutup dengan alumunium foil atau lakban karakterisasi simplisia daun kakao dapat dilihat
hitam. Pada wadah bagian terang diberi penerangan pada tabel 1.
dengan cahaya lampu agar suhu penetasan 25-30oC Tabel 1. Hasil karakterisasi simplisia daun kakao
tetap terjaga. Telur udang dibiarkan terendam (Theobroma cacao L.)
selama 48 jam sampai telur menetas. Telur akan No Parameter Rata-rata Persyaratan
menetas dalam waktu 24-36 jam dan akan bergerak MMI (%)
1 Kadar air 7,33 % < 10
secara alamiah menuju daerah terang sehingga
larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit 2 Kadar sari larut 7,86 % ≥7
air
telur. Larva yang telah aktif bergerak siap 3 Kadar sari larut 4,97 % ≥ 3,5
digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian11. etanol
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Daun Kakao 4 Kadar abu total 3,92 % ≤8
Disiapkan vial untuk tiap kelompok sesuai 5 Kadar abu tidak 0,49 % ≤1
larut asam
tingkat konsentrasi, masing-masing disediakan 5 Penetapan kadar air dilakukan untuk
vial dan replikasi sebanyak 3 kali. Vial diisi memberikan batasan maksimal atau rentang
dengan sampel yang telah dilarutkan dengan air besarnya kandungan air. Pengaturan kadar air
laut buatan sebanyak 10 ml. Sebanyak 10 ekor sesuai dengan standar bertujuan untuk menghindari
larva Artemia dimasukkan ke dalam masing- pertumbuhan jamur yang cepat pada ekstrak. Hasil
masing vial yang telah berisi senyawa uji. Kontrol dari penetapan kadar air simplisia daun kakao ini
negatif (blanko) diberi perlakuan yang sama seperti diperoleh 7,33%, sehingga hal ini sesuai dengan
larutan uji tetapi tidak ditambahkan dengan ekstrak. yang di persyaratkan pada MMI yaitu <10% yang
Jumlah larva udang yang mati dalam tiap vial merupakan nilai maksimal yang diperbolehkan
dihitung selama 24 jam. Tingkat toksisitas terkait dengan kemurnian dan kontaminasi yang
ditentukan dengan menghitung jumlah larva yang mungkin terjadi. Pada pengujian kadar sari larut
mati. Kriteria standar untuk menilai kematian larva dalam air serbuk simplisia daun kakao didapatkan
udang adalah bila larva udang tidak menunjukkan persentase kadar sebesar 7,86 %, sedangkan untuk
pergerakan selama beberapa detik observasi12. pengujian kadar sari larut dalam etanol serbuk
2.3 Analisis Data simplisia daun kakao di peroleh persentase
Data hasil penelitian dihitung dengan kadarnya sebesar 4,97 %. Kadar sari larut dalam air
menggunakan analisis probit menggunakan SPSS dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan
20 for windows untuk mengetahui harga LC50, yaitu jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut
dengan menghitung tingkat kematian atau dalam air dan kandungan senyawa yang dapat
mortalitas secara regresi linier, yaitu dengan terlarut dalam etanol. Prinsip dari ekstraksi
membandingkan antara jumlah larva yang mati dan didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
jumlah total larva. Nilai LC50 diperoleh dengan cara perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
menarik garis pada nilai 50% dari sumbu mortalitas saling bercampur14.
sampai memotong sumbu grafik. Perpotongan garis
82

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87
Pada pengujian kadar abu total serbuk senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid, merupakan
simplisia daun kakao didapatkan persentase kadar golongan polifenol yang diketahui bersifat sebagai
sebesar 3,92 % dan untuk pengujian kadar abu antioksidan dikarenakan gugus hidroksil yang
tidak larut asam didapatkan persentase kadarnya terikat pada struktur4. Pengujian pada daun kakao
sebesar 0,49 %. Penetapan kadar abu total menunjukkan positif mengandung senyawa
bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,
mineral internal dan eksternal dari proses awal steroid dan glikosida. Dari hasil skrining fitokimia,
hingga terbentuknya ekstrak, sedangkan penetapan mengandung senyawa flavonoid yang dapat
kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk menangkap radikal bebas untuk menghambat
mengetahui besarnya tingkat pengotor yang kerusakan sel. Kandungan flavonoid yang tinggi
tercampur pada serbuk saat preparasi simplisia. berkontribusi pada efek antioksidan, peningkatan
Prinsip kerjanya yaitu bahan di panaskan pada imun, dan sifat antikanker7.
temperatur hingga senyawa organik dan turunannya 3.2 Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Daun Kakao
terdekstruksi dan menguap hingga tersisa unsur (Theobroma cacao L.) Dengan Metode Brine
mineral dan anorganik saja14. Shrimp Lethality Test (BSLT)
Skrining fitokimia dilakukan untuk menguji Uji sitotoksisitas ini dilakukan dengan
ada tidaknya senyawa metabolit sekunder metode BSLT menggunakan Artemia salina leach
diantaranya seperti alkaloid, flavonoid, saponin, sebagai hewan uji karena lebih mudah dalam
steroid/triterpenoid,tannin dan glikosida. Hasil pengerjaannya, harganya murah, cepat
skirining fitokimia ekstrak etanol daun kakao dapat mendapatkan hasilnya . Artemia salina yang
dilihat pada tabel 2. digunakan pada pengujian sitotoksisitas adalah
Hasil skrining menunjukkan bahwa serbuk Artemia salina yang berada pada tahap naupli atau
simplisia dan ekstrak etanol daun kakao tahap larva. Larva yang digunakan adalah larva
mengandung senyawa metabolit sekunder yang yang berumur 48 jam karena larva berada dalam
sama yaitu golongan alkaloid positif ditandai pada keadaan paling peka pada umur 48 jam. Hal ini
pereaksi mayer menunjukkan hasil positif karena disebabkan karena pada umur 48 jam organ-organ
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih pada Artemia salina sudah terbentuk lengkap.
kemudian pada pereaksi dragendorf menunjukkan Dengan terbentuknya mulut, Artemia salina dapat
hasil yang positif karena terbentuk warna jingga meminum ALB (air laut buatan) yang sudah diberi
dan pada pereaksi bouchardat juga menunjukkan ekstrak daun kakao dengan berbagai konsentrasi,
hasil yang positif karena membentuk endapan sehingga kematian Artemia salina benar-benar
cokelat, flavonoid ditandai terjadi warna jingga disebabkan karena ekstrak daun kakao dalam
pada lapisan amil alkohol, saponin ditandai dengan berbagai konsentrasi tersebut15.
terbentuk busa, tanin ditandai dengan terjadi warna Larutan ekstrak etanol daun kakao dibuat
biru kehitaman, steroid ditandai dengan terjadi menjadi 10 konsentrasi untuk terlebih dahulu
warna biru hijau dan glikosida ditandai dengan digunakan sebagai orientasi, yaitu konsentrasi 100,
terbentuknya cincin berwarna ungu. 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000
Tabel 2 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Dan µg/mL dengan ditambah kontrol negatif yang
Ekstrak Etanol Daun Kakao hanya berisi air garam dan larva udang.
Hasil Penambahan kontol negatif dilakukan untuk
No Parameter Simplisia Ekstrak mengetahui pengaruh air garam maupun faktor lain
terhadap kematian larva, sehingga kematian larva
1 Alkaloid + +
dapat dipastikan karena efek dari ekstrak yang
2 Falvonoid + +
ditambahkan. Uji BSLT ini dilakukan masing-
3 Tanin + +
masing sebanyak 3 kali pengulangan (triplo) untuk
4 Saponin + +
5 Steroid + + memperoleh keakuratan data dan mengurangi
6 Glikosida + + kesalahan dalam proses penelitian. Pengamatan
Keterangan : (+) memberikan reaksi dilakukan 24 jam setelah perlakuan konsentrasi
(-) tidak memberikan reaksi ekstrak. Perhitungan kematian larva dilakukan
Aktivitas senyawa antikanker pada ekstrak dengan cara mengamati pergerakan larva selama
daun kakao, salah satunya dipengaruhi oleh adanya
83

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87
beberapa detik. Kematian larva dihitung jika tidak masing-masing konsentrasi. Untuk hasil uji
ada pergerakan larva selama beberapa detik12. pendahuluan pada uji sitotoksisitas daun kakao
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 3.
diperoleh kematian larva berbeda-beda pada

Tabel 3 Uji Sitotoksisitas Ekstrak Daun Kakao


Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Rata-rata %
No Konsentrasi Mortalitas
(µg/mL) Larva % Larva % Larva %
mati Mortalitas mati Mortalitas mati Mortalitas

1 Blanko 0 0 0 0 0 0 0
2 100 3 30 2 20 2 20 23,33 %
3 200 3 30 4 40 4 40 36,66 %
4 300 4 40 4 40 5 50 43,33 %
5 400 6 60 5 50 6 60 56,66 %
6 500 8 80 8 80 5 50 70 %
7 600 8 80 7 70 7 70 73,33 %
8 700 9 90 8 80 8 80 83,33 %
9 800 9 90 9 90 9 90 90 %
10 900 10 10 10 10 9 90 96,66 %
11 1000 10 100 10 100 10 100 100,00%

Tabel 4. Hasil Pengujian Sitotoksisitas Ekstrak Daun Kakao (Theobroma cacao L.)
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Rata-rata %
Konsentrasi Larva %
No Larva % Larva % Mortalitas
(µg/mL) mati Mortalitas mati Mortalitas mati Mortalitas
1 Blanko 0 0 0 0 0 0 0
2 100 3 30 2 20 2 20 23,33 %
3 200 3 30 5 50 4 40 40 %
4 300 4 40 4 40 6 60 46,66 %
5 400 6 60 5 50 7 70 60 %
6 500 8 80 8 80 5 50 70 %
7 600 8 80 6 60 9 90 76,66 %
8 700 9 90 8 80 8 80 83,33 %
Konsentrasi yang digunakan untuk yang rendah 100 µg/mL ke konsentrasi yang paling
sitotoksisitas yaitu persentase kematian larva antara tinggi terdapat pada konsentrasi 700 µg/mL
20-80% karena dengan persentase kematian mempunyai persentase yaitu sebesar 20-80%.
tersebut sudah dapat memberikan kurva yang lebih Sedangkan pada blanko tidak memberikan
linier, sehingga LC50 yang didapatkan pada uji mortalitas terhadap larva. Hal ini sesuai dengan
BSLT ini dapat menggambarkan hasil yang teori, bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
sebenarnya. semakin banyak jumlah larva yang mati. Selain itu
Berdasarkan tabel 4 didapatkan persentase dari persentase kematian larva tersebut dapat
kematian larva pada rentang 20-80% yaitu pada disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
konsentrasi 100-700 µg/mL. Untuk hasil pengujian ekstrak akan menghasilkan jumlah kematian larva
sitotoksisitas daun kakao dapat dilihat pada tabel 4. yang semakin tinggi pula12.
Berdasarkan data tersebut jumlah larva tiap Cara kerja senyawa toksik yang
perlakuan adalah 10 ekor dengan 3 kali perlakuan, menyebabkan kematian larva artemia adalah
sehingga totalnya 30 ekor. Tabel 4.4 dapat dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
diketahui persentase mortalitas dari konsentrasi racun perut. Senyawa toksik ini dapat mengganggu
84

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87
alat pencernaan dan menghambat reseptor perasa percobaan sebanyak 50% dari keseluruhannya.
pada daerah mulut larva. Hal inilah yang Nilai LC50 dapat dihitung dengan persamaan regresi
menyebabkan kegagalan larva mendapatkan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai
stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali (probit 50% kematian hewan uji) sebagai y
makanannya dan menyebabkan kematian larva16. sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi.
Mekanisme kematian larva diperkirakan Antilog nilai x tersebut merupakan nilai LC50.
berhubungan dengan fungsi senyawa flavonoid dan Parameter yang ditunjukkan untuk mengetahui
alkaloid. Flavonoid dan alkaloid memiliki adanya aktivitas biologis pada suatu senyawa
mekanisme sebagai antikanker karena flavonoid terhadap hewan uji ialah dengan menghitung
yang menghambat daya makan larva.Selain dari jumlah larva yang mati karena pengaruh pemberian
itu, mekanisme flavonoid sebagai anti kanker ada senyawa dengan konsentrasi yang telah ditentukan
beberapa teori. Flavonoid sebagai antioksidan yaitu (Agustini, 2013). Setelah dilakukan analisis probit
melalui mekanisme pengaktifan jalur apoptosis sel dapat diketahui grafik persamaan garis lurus Y =
kanker. Mekanisme apoptosis sel pada teori ini 1,9629 X + 0,2363. Sedangkan koefesien korelasi
akibat fragmentasi DNA. Fragmentasi ini diawali yang didapatkan yakni R2 = 0,964 yang berarti
dengan dilepasnya rantai proksimal DNA oleh sebesar 96,4% perubahan nilai probit dipengaruhi
senyawa oksigen reaktif seperti radikal hidroksil. oleh konsentrasi ekstrak.
Efek lainnya adalah flavonoid sebagai penghambat Hal ini menunjukkan meningkatnya
proliferasi tumor/kanker yang salah satunya dengan konsentrasi ekstrak diikuti meningkatnya nilai
menginhibisi aktivitas protein kinase sehingga probit (respon kematian larva) (Dahlan, 2018).
menghambat jalur transduksi sinyal dari membran Berdasarkan nilai R2 yang didapatkan tersebut
ke sel inti. Flavonoid menghambat aktivitas dapat dikatakan bahwa tingkat hubungan yang
reseptor tirosin kinase, karena aktivitas reseptor dihasilkan tergolong sangat kuat.
tirosin kinase yang meningkat berperan dalam Grafik menunjukkan log konsentrasi
pertumbuhan keganasan sel kanker. Flavonoid juga terhadap nilai probit yang didapat dari persentase
berfungsi untuk mengurangi resistensi tumor kematian larva. Kemudian dimasukkan nilai Y
terhadap agen kemoterapi5. yaitu nilai probit 50% hewan ujidan didapatkan
Alkaloid yang berasal dari tumbuhan nilai X = 2,43 maka nilai LC50 antilog 2,43 yaitu
memiliki mekanisme sitotoksik yaitu berperan 269,15 µg/mL.
sebagai tubulin inhibitor. Pada proses siklus sel Suatu senyawa bersifat toksik dan
alkaloid berikatan dengan tubulin yaitu suatu berpotensi sebagai antikanker pada uji BSLT jika
protein yang menyusun mikrotubulus. Terikatnya memiliki nilai LC50 <1000 µg/mL. Hasil LC50 yang
tubulin pada alkaloid mengakibatkan polimerisasi didapat lebih kecil dari 1000 µg/mL yaitu 269,15
protein menjadi mikrotubulus akan terhambat µg/mL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak
sehingga pembentukan spindle mitotik akan etanol daun kakao bersifat toksik dan berpotensi
terhambat pula dan siklus sel akan terhenti pada sebagai antikanker6.
metafase. Karena tidak dapat melakukan
pembelahan sel, sel tersebut kemudian akan
mengalami apoptosis17.
Data yang diperoleh pada tabel 4.4
tersebut, kemudian dianalisis dengan menggunakan
tabel analisis probit untuk mendapat nilai LC50.
Lethal concentration 50 (LC50) adalah besarnya
konsentrasi yang dapat membunuh hewan

85

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87

Gambar 4.1 Grafik Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Daun Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap
Nilai Probit
L.) Hasil Ekstraksi Maserasi. Palembang.
IV. Kesimpulan Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 1 (2).Hal.43-48.
Golongan senyawa yang terkandung didalam 5. Rahimah, S., Maryam, F,.dan Limbong, A, B.
(2019, May). The Toxicity Test of Ethanol
daun kakao (Theobroma cacao L.) dengan metode
Extract of Leaves Averrhoa bilimbi L. Using
skrining fitokimia yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
saponin, steroid dan glikosida. Berdasarkan hasil Makassar. Journal of Pharmaceutical and
uji sitotoksisitas menggunakan metode Brine Medicinal Sciences.4 (1). Hal.10-14.
Shrimp Lethality Test menunjukkan bahwa ekstrak 6. Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E.,
etanol daun kakao (Theobroma cacao L.) memiliki Jacobsen, L.B., Nichols, D.E., dan
daya sitotoksisitas dengan nilai LC550 269,15 McLaughlin, J.L. (1982, May). Brine Shrimp:
A Convenient General Bioassay for Active
µg/mL.
Plant Constituents. Journal of medicinal
Planta Medica, 45(5). Hal.31-34.
Referensi 7. Chusniasih, B, dan Tutik. (2020, Oct). Uji
Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp
1. Nurani, L, H. (2012, May). Uji Sitotoksitas Lethality Test (bslt) dan Identifikasi
dan Anti Proliferatif Sel Kanker Payudara t47d Komponen Fitokimia Ekstrak Aseton Kulit
dan Sel Vero Biji Nigella Sativa. Yogyakarta. Buah Kakao (Theobroma cacao L.).
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (1). Hal.17-29. Lampung. Jurnal Analytical and
2. Muaja, A.D., Koleangan, H.S.J., dan Environmental Chemistry, 2 (2). Hal. 192-201
Runtuwene, M.R.J. (2013, Juli). Uji 8. Departemen Kesehatan RI. (1979, Juli 1).
Toksisitas Dengan Metode BSLT dan Analisis Materia Medika Indonesia, jilid III. Jakarta:
Kandungan Fitokimia Ekstrak Daun Seyogik Depkes RI. Hal. 155-159.
(Saurauia Bracteosa DC) Dengan Metode 9. Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter
Soxhletasi. Manado. Jurnal Mipa Unsrat Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Online, 2(2). Hal.115-118. Jakarta: Depkes RI. Hal. 3-12.
3. Masro’atun., Sari, D, N, R., dan Hasanah, A, 10. Djamil, R., dan Anelia, T. (2009, Sep).
U. (2017). Efektivitas Ekstrak Daun Kakao Penapisan Fitokimia, Uji BSLT Dan Uji
Terhadap Phytopthora palmivora Antioksidan Ekstrak Metanol Beberapa
effectiveness of Kakao Leaf Extracts to Spesies Papilionaceae. Jakarta Selatan.Jurnal
Phytopthora palmivora. Jember. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7(2).Hal.13-15.
Biologi dan Pembelajaran Biologi, 2(1). Hal. 11. Fadli., Suhaimi., dan Muhammad, I. (2019,
50-60 Apr). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
4. Hasanah, M. (2016, Feb).Analisis Golongan Daun Salam (Syzygium Polyanthum)(Wight)
Senyawa Kimia dan Uji Potensi Antioksidan Walp.) Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp
dari Ekstrak Daun Cokelat (Theobroma cacao Lethality Test). Pontianak. Open Jornal

86

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 80-87
Systems STF Muhammadiyah, 4(1). Hal.17-
21.
12. Supriningrum, R., Sapri., Pranamala, V. A.
(2016, Nov). Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Etanol Akar KB (Coptosapelta tomentosa
Valeton ex K.Heyne) dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Samarinda.
Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(2). Hal.161-165.
13. Agustini, N.W.S. (2013). Aktivitas
Antioksidan Dan Uji Toksisitas Hayati
Pigmen Fikobili Protein dari Ekstrak Spirulina
Platensis. Bogor. Journal Bioteknologi,
9(1).Hal. 107-110.
14. Handayani, S., Komar, R. W., dan Insanu, M.
(2018, Feb). Penapisan Fitokimia Dan
Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Mawar
(Syzygium jambos Alston). Journal Farmasi,
5(3). Hal.174-180.
15. Panjaitan, B.R. (2011, Juli). Uji Toksisitas
Akut Ekstrak Kulit Batang Pulasari (Alyxiae
Cortex) Dengan Metode Brine Shirmp
Lethality (BSLT). Yogyakarta. Skripsi. Hal.
42.
16. Sondakh, M.R. (2017). Uji Toksisitas Akut
Ekstrak Spons Laut (Callyspongia aerizusa)
terhadap Larva Artemia salina Leach dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Test.
Manado.Jurnal e-Biomedik (eBm), 6 (2).
Hal.1-4.
17. Nuraini., Asriani, I., dan Iin, N. (2015, Jul).
Identifikasi dan Karakterisasi Senyawa
Bioaktif Antikanker Dari Ekstrak Etanol Kulit
Batang Kayu Bitti (Vitex cofassus). Al Kimia.
Makassar: UIN Alauddin. 3(2): 15-27.

87

IJCST.2022 © 2022 State University of Medan


e-ISSN 2776-1878 p-ISSN 2086-7816

Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting


Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang
(Syzigium cumini L.)

Desi Nadya Aulena1*, Risma Marisi Tambunan1, Pratami Desya1


1
Laboratorium Farmakognosi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Srengseng Sawah - Jagakarsa, Jakarta Selatan,
12640, Indonesia

*E-mail korespondensi: desi.nadya@univpancasila.ac.id

ABSTRAK

Gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka morbiditas dan
mortalitas. Radikal bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Adanya peningkatan jumlah radikal bebas dan produksi ROS yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan sistem kekebalan tubuh. Daun jamblang adalah tumbuhan dari familia Myrtaceae yang digunakan
untuk kesehatan, mengandung senyawa flavonoid yang kaya akan antioksidan dan berpotensi dalam mengurangi tekanan
darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder, menguji aktivitas antioksidan dengan
metode ABTS, uji aktivitas penghambatan ACE dengan metode Chusman dan Cheung menggunakan Spektrofotometer
UV, dan uji toksisitas dengan metode BSLT. Serbuk simplisia daun jamblang diekstrak dengan maserasi kinetik
menggunakan etanol 70%, kemudian dilakukan penapisan fitokimia, diuji aktivitas antioksidan, aktivitas penghambatan
ACE, dan toksisitas ekstraknya. Hasil penapisan fitokimia dari serbuk dan ekstrak etanol 70% daun jamblang
menunjukkan adanya kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, kuinon, minyak atsiri, steroid dan triterpenoid.
Kandungan flavonoid total daun jamblang adalah 1,60%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%
daun jamblang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 46,73 bpj. Selain itu, ekstrak
etanol 70% daun jamblang juga memiliki aktivitas dalam penghambatan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dengan
nilai IC50 128,4 ± 0,57 bpj dan nilai LC50 sebesar 83,58 bpj. Sehingga ekstrak etanol 70% daun jamblang ini dapat
digunakan sebagai alternatif untuk terapi dalam pengobatan antihipertensi.

Kata Kunci: ABTS, Angiotensin Converting Enzyme, Antioksidan, BSLT, Jamblang

The Activity of Antioxidants, ACE (Angiotensin-Converting Enzyme) Inhibitor, and Toxicity


from 70% Ethanol Jamblang Leaves Extracts (Syzigium cumini L.)

ABSTRACT

Cardiovascular disorders such as hypertension are one of the main causes of high morbidity and mortality. Free radicals
and Reactive Oxygen Species (ROS) are the cause of cardiovascular disease. An increase in the number of free radicals
and excessive production of ROS in the body can cause an imbalance in the immune system. Jamblang leaves are plants of
the family Myrtaceae that are used for health, contain flavonoid compounds that are rich in antioxidants, and have the
potential to reduce blood pressure. This study aims to identify secondary metabolite compounds, test their antioxidant
activity with the ABTS method, test the ACE inhibitory activity by the Chusman and Cheung methods using a UV
spectrophotometer, and the toxicity test by the BSLT method. Simplisia powder of jamblang leaves was extracted by kinetic
maceration using 70% ethanol, then phytochemical screening, tested for antioxidant activity, ACE inhibitory activity, and
extract toxicity. Phytochemical screening results from 70% ethanol extract and jamblang leaves showed flavonoids,
alkaloids, saponins, tannins, quinones, essential oils, steroids, and triterpenoids. The total flavonoid content of jamblang
leaves is 1.60%. The results of the study showed that 70% ethanol extract of jamblang leaves had a very strong
antioxidant activity with an IC50 value of 46.73 ppm. Besides, 70% ethanol extract of jamblang leaves also has activity in
inhibiting Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) with IC50 value 128.4 ± 0.57 ppm and LC50 value of 83.58 ppm. So that
70% ethanol extract of jamblang leaves can be used as an alternative for therapy in antihypertensive treatment.

Keywords: ABTS, Angiotensin-Converting Enzyme, Antioxidants, BSLT, Syzigium Cumini L.

Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 99


Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

PENDAHULUAN Ekstraksi. Determinasi daun jamblang (Syzigium cumini


L.), dilakukan penetapan Bahan Organik Asing,
Radikal bebas dan Reactive Oxygen Species diserbukan, diukur derajat halus 4/18, kemudian
(ROS) merupakan penyebab terjadinya penyakit seperti dimaserasi kinetik dengan pelarut etanol 70% dengan
kanker, diabetes, kardiovaskuler dan inflamatori. pengadukan kontinyu, pada temperatur kamar.
Adanya peningkatan jumlah radikal bebas dan produksi Remaserasi dilakukan sebanyak 3 kali sampai tersari
ROS yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan sempurna, kemudian diuapkan dengan rotavapor hingga
terjadinya ketidakseimbangan sistem kekebalan tubuh. diperoleh ekstrak kental. Setelah diperoleh ekstrak
Oleh karena itu, diperlukan tambahan antioksidan dari kental etanol 70% daun jamblang, dihitung DER-native
luar tubuh (Wiwit et al., 2015). Gangguan dan rendemen ekstrak dan dilakukan penapisan
kardiovaskuler seperti hipertensi merupakan salah satu fitokimia.
penyebab utama tingginya angka morbiditas dan
mortalitas (Anwar et al., 2016). Menurut data Riskesdas,
pada tahun 2018 prevalensi hipertensi pada penduduk
umur di atas 18 tahun di Indonesia sebesar 34,10%
(Riskesdas, 2018).
Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total. Uji ini mengikuti
menggunakan obat golongan Antagonis beta adrenergik, metode menurut literatur Farmakope Herbal Indonesia
penghambat kanal kalsium, diuretik, dan penghambat (Depkes RI, 2008). Sejumlah 43,21 mg ekstrak daun
ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Obat-obatan jamblang, 35,30 ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan
penghambat ACE diketahui cukup efektif dan telah berturut-turut 1 ml larutan HMT; 20 mL aseton P dan 2
banyak digunakan dalam terapi hipertensi (Gunawan et ml larutan asam klorida 25%, direfluks selama 30 menit.
al., 2009). Sekarang ini, telah banyak pengobatan Disaring menggunakan kapas, dimasukkan filtrat ke
konvensional yang dikembangkan untuk mengatasi dalam labu tentukur 100 mL. Direfluks kembali residu
penyakit hipertensi. Akan tetapi, penggunaan obat- dengan 20 mL aseton P selama 30 menit, disaring dan
obatan konvensional dalam jangka waktu yang lama dicampur filtrat ke dalam labu tentukur 100 mL.
dapat menimbulkan efek samping lainnya serta memicu Ditambahkan aseton P sampai tanda. Dipipet 20,0 mL
kemungkinan terjadinya ketidakpatuhan pasien dalam filtrat ke dalam corong pisah, ditambahkan 20 mL air
mengkonsumsi obat, sehingga hal ini menjadi perhatian dan ekstraksi 3 kali, tiap kali menggunakan 15 mL etil
mengenai pentingnya alternatif lain untuk pengobatan asetat P. Dimasukkan fase etil asetat ke dalam labu
penyakit hipertensi, salah satunya adalah pengembangan tentukur 50 mL, ditambahkan etil asetat P sampai tanda.
obat-obatan tradisional (Nugroho et al., 2013). Kadar flavonoid total dihitung dengan menggunakan
Ekstrak etanol 80% daun jamblang telah diuji rumus berikut.
aktivitas antioksidan yang berkaitan dengan senyawa
flavonoid yang dikandungnya, dimana flavonoid juga
berpotensi dalam penurunan tekanan darah (Septiani,
2018). Tanaman yang mengandung flavonoid golongan
flavon, flavonol, flavanol, antosianin dan isoflavon, serta Ket : Cp = Konsentrasi baku pembanding (% b/v); Au =
komponen polifenol seperti tanin hidrolisa, xanton, Serapan larutan uji dengan alumunium klorida; Abu =
prosianidin dapat menghambat ACE (Angiotensin Serapan larutan uji tanpa alumunium klorida; Ap =
Converting Enzyme) (Balasuriya & Rupasinghe, 2011). Serapan larutan pembanding dengan alumunium klorida;
Sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk Abp = Serapan larutan pembanding tanpa alumunium
menghasilkan suatu ekstrak etanol daun jamblang yang klorida; 1,25 = Faktor konstanta
memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan
penghambatan ACE yang memenuhi parameter mutu Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS
ekstrak dan uji toksisitas. Sehingga dapat digunakan (asam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat)
sebagai bahan baku ekstrak, dan dapat dikembangkan (Fitriana et al., 2015). Dibuat larutan stock ABTS,
menjadi sediaan obat herbal terstandar. larutan blanko, pengukuran aktivitas pengikatan radikal
bebas ABTS dengan sampel yaitu Larutan stock sampel
METODOLOGI PENELITIAN ekstrak daun jamblang 1000 bpj dipipet masing-masing
125, 250, 375, 500, dan 625 µL, campuran ditambah 1
Bahan. Simplisia daun jamblang (Syzigium cumini L.), mL larutan ABTS, lalu dicukupkan volumenya sampai 5
Etanol 70%, asam hipurat (Sigma), Angiotensin mL dengan etanol pro analisa, sehingga diperoleh
Converting Enzyme (ACE) (Sigma), Hipuril-L-Histidil- larutan dengan konsentrasi 25, 50, 75, 100, dan 125 bpj.
L-Leusin (Sigma), Baku Pembanding Kaptopril Selanjutnya dihomogenkan, lalu diukur serapannya pada
(BPOM), ABTS (asam 2,2-Azinobis(3- spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 412
etilbenzatiazolin)-6-sulfonat), vitamin C, larva udang, nm. Lalu dibuat larutan stock vitamin C, diukur aktivitas
DMSO. pengikatan radikal bebas ABTS dengan Vitamin C
murni yaitu dilakukan dengan memipet masing-masing
Metode 5, 10, 15, 20, dan 25 µL, dari larutan stock vitamin C
murni 1000 bpj. Campuran ditambah 1 mL larutan

Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 100


Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

ABTS, lalu dicukupkan volume nya sampai 5 mL, persentase inhibisi (%), kemudian % inhibisi yang
dengan etanol absolut hingga diperoleh larutan dengan didapat digunakan untuk menentukan nilai IC50.
konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 bpj. Kemudian
dihomogenkan, dan diukur serapannya secara Uji Toksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 412 (BSLT) (Wahyu et al, 2015). Pengujian BSLT
nm. Kemudian dihitung nilai Konsentrasi Inhibisi hingga menggunakan larva udang berjumlah 10 ekor sebagai
50% (nilai IC50). objek pengamatan untuk pengujian mortalitas dan LC50-
nya. Selanjutnya, ditambahkan ekstrak etanol sehingga
Penghambatan Angiotensin Converting Enzyme konsentrasi akhirnya menjadi 50, 100, 500, dan 1.000
(ACE) (Balasuriya et al, 2011). Penyiapan dapar fosfat µg/mL, sedangkan untuk kontrol tidak ditambahkan
mengandung NaCl 300 mM pH 8,3, kemudian larutan ekstrak. Dilakukan sebanyak tiga ulangan pada
penyiapan larutan kontrol kaptopril, larutan uji ekstrak masing-masing konsentrasi ekstrak dan kontrol,
etanol 70% daun jamblang, penyiapan ACE 4 mU/mL, kemudian dilakukan pengamatan setelah 24 jam dengan
substrat HHL 5 mM, penetapan panjang gelombang menghitung jumlah larva yang mati dari total larva yang
maksimum asam hipurat, dan pembuatan larutan seri dimasukkan sehingga diperoleh persen mortalitas.
pembanding asam hipurat, kemudian dibuat larutan Adapun nilai LC50 diperoleh dengan menggunakan
blanko, dan seri larutan uji ekstrak daun jamblang (100 analisis probit LC50 pada selang kepercayaan 95%
bpj, 120 bpj, 140 bpj, 160 bpj, 180 bpj, dan 200 bpj), menggunakan program SPSS.
dipipet masing-masing 50 L larutan uji dan 50,0 L
larutan substrat kedalam tabung reaksi, diprainkubasi HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 15 menit suhu 370C, ditambahkan 50,0 L
larutan ACE ke dalam tabung reaksi. Diinkubasi selama Ekstraksi
30 menit pada suhu 37oC, kemudian ditambahkan 200,0 Serbuk simplisia daun jamblang diekstraksi secara
L asam klorida 1M. Diekstraksi dengan 1,5 mL maserasi kinetik pada temperatur ruangan menggunakan
etilasetat, sentrifugasi pada rpm 4000 selama 15 menit. pelarut etanol 70% dan dilakukan remaserasi sampai
Sejumlah 1,0 mL supernatan dipipet kedalam tabung terjadi perubahan warna filtrat dari pekat menjadi jernih.
reaksi lain dan diuapkan pada suhu ruang selama 2 jam. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
Setelah kering, dilarutkan dengan 3,0 mL aquadest dengan rotavapor pada suhu 450C, rotasi 70 rpm dan
kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer tekanan dalam vakum 175 mmHg. Setelah diperoleh
ultraviolet cahaya tampak pada panjang gelombang ekstrak kental etanol 70% daun jamblang, dihitung
228nm. Serapan yang diperoleh dikonversikan ke dalam DER-native dan rendemen ekstrak. Nilai DER-native
kurva baku larutan seri pembanding asam hipurat untuk tersebut dapat mempengaruhi aktivitas penghambatan
menghitung konsentrasi asam hipurat. Konsentrasi asam ACE dan kadar flavonoid total pada setiap ekstrak. Nilai
hipurat yang diperoleh digunakan untuk menghitung DER-native dan rendemen ekstrak etanol 70% daun
jamblang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. DER-native dan Rendemen Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

Bahan Simplisia (g) Jumlah Ekstrak (g) DER-native Rendemen (%)


Daun Jamblang 501,1 108,26 4,6287 21,60

Penapisan Fitokimia dapat mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas


Hasil penapisan fitokimia (Tabel 2) menunjukkan sehingga radikal bebas dapat diubah menjadi tidak aktif.
bahwa serbuk simplisia dan ekstrak etanol 70% daun
jamblang memiliki kandungan senyawa alkaloid, Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia Serbuk dan Ekstrak Etanol
flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid, triterpenoid, 70% Daun Jamblang
dan minyak atsiri. Hasil ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Septiani (2018) Daun Jamblang
bahwa serbuk simplisia dan ekstrak etanol 70% daun No. Penapisan Fitokimia Serbuk
Ekstrak
jamblang juga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, Simplisia
saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid (Septiani, 2018). 1. Alkaloid + +
Penapisan fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak 2. Flavonoid + +
etanol 70% daun jamblang dilakukan untuk 3. Saponin + +
4. Tanin : Galat/ katekuat +/+ +/+
mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit
5. Kuinon + +
sekunder yang terdapat di dalam simplisia dan ekstrak. 6. Steroid + +
Hasil tersebut menunjukkan bahwa daun jamblang 7. Triterpenoid + +
memiliki potensi sebagai antioksidan dan penghambat 8. Minyak Atsiri + +
ACE dengan adanya senyawa yang mempunyai potensi 9. Kumarin - -
sebagai antioksidan yaitu flavonoid, tanin dan steroid. Keterangan : (+) : Mengandung golongan senyawa; (-) :
Senyawa-senyawa tersebut bertindak sebagai penangkap Tidak mengandung golongan senyawa
adikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya
Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 101
Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

Penetapan Kadar Flavonoid Total gelombang maksimum dan diperoleh 429,0 nm.
Pada penetapan kadar flavonoid total digunakan Penetapan kadar flavonoid total dilakukan untuk
kuersetin sebagai baku pembanding yang akan bereaksi mengetahui jumlah flavonoid yang terkandung dalam
dengan AlCl3 sehingga terjadi pergeseran panjang ekstrak etanol 70% daun jamblang. Kadar flavonoid total
gelombang maksimum ke arah panjang gelombang yang dalam ekstrak etanol 70% daun jamblang yang diperoleh
lebih besar (batokromik), dilakukan penentuan panjang yaitu sebesar 1,60% (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

Kadar Rata-rata Kadar


Bobot Zat Uji Serapan Serapan
Sampel Flavonoid Total Flavonoid Total
(mg) Tanpa AlCl3 dengan AlCl3
(%) (%)
0,0529 0,7277
BP Kuersetin 10,00 0,0527 0,7272 - -
0,0526 0,7268
43,3 0,0388 0,0762 1,60
43,2 0,0396 0,0760 1,56
Ekstrak Daun
43,4 0,0375 0,0759 1,64 1,60
Jamblang
21,8 0,0402 0,0675 2,32
21,7 0,0409 0,0676 2,28

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun
(asam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat) jamblang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang
Hasil uji antioksidan dengan metode ABTS sangat kuat dengan nilai IC50 <50 bpj (Dewi et al, 2016).
diperoleh nilai IC50 46,73 bpj (Tabel 4 & Gambar 1). Hal

Tabel 4. Persen Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang dengan Metode ABTS

Konsentrasi % Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang


Ekstrak Keterangan
(bpj) I II III
20 0,5179 35,1327% 0,5174 35,1954% 0,5167 35,2831%

40 0,4274 46,4679% 0,4260 46,6433% 0,4256 46,6934%


“Sangat Kuat”
60 0,3254 59,2435% 0,3237 59,4564% 0,3256 59,2184% Rata-Rata
(46,73 bpj)
80 0,2253 68,0235% 0,2561 67,9233% 0,2564 67,8858%
100 0,2127 73,3592% 0,2123 73,4093% 0,2133 73,2841%
IC50 46,85 bpj 46,65 bpj 46,69 bpj

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Konsentrasi dan % Inhibisi dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 102


Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

Uji Penghambatan ACE (Angiotensin Converting Pembuatan kurva baku asam hipurat dilakukan
Enzyme) untuk mendapatkan persamaan garis linear yang
digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan uji dan
Pembuatan Kurva Baku Asam Hipurat konsentrasi larutan kontrol (Gambar 2).

y = 0,2869 + 0,0498x
R2 = 0,9999
1

Serapan
0,5

0
0 5 10 15
Konsentrasi (bpj)

Kurva Baku Asam Hipurat


Linear (Kurva Baku Asam Hipurat )

Gambar 2. Kurva Baku Hubungan antara Konsentrasi Asam Hipurat dengan Serapan

Pengujian Penghambatan Aktivitas ACE dengan Kaptopril dan ekstrak yang digunakan dapat
Metode Chusman dan Chung menghambat pembentukan asam hipurat dari hasil reaksi
Pengujian penghambatan aktivitas ACE pemecahan antara substrat HHL dan ACE. Asam hipurat
dilakukan dengan menggunakan blanko (tanpa yang terbentuk diukur serapannya menggunakan
penambahan ekstrak), kaptopril sebagai kontrol positif, spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
dan larutan uji (ekstrak etanol 70% daun jamblang). serapan maksimum yang diperoleh yaitu 228,0 nm.

Tabel 5. Hasil Uji Aktivitas Antihipertensi Kaptopril terhadap ACE

Konsentrasi Konsentrasi Asam Hipurat


Persen Inhibisi (%) IC50 (bpj)
kaptopril (bpj)
(bpj) I II III I II III I II III
10 1,9538 1,8815 1,9176 55,63 57,27 56,45
12 1,7670 1,7108 1,7329 59,87 61,15 60,65
14 1,5419 1,5321 1,4920 64,98 65,21 66,12
7,1571 6,8690 6,9105
16 1,3173 1,3133 1,2811 70.08 70,18 70,91
18 1,1767 1,1627 1,1566 73,28 73,60 73,73
20 1,0401 0,9036 0,9578 76,38 79,48 78,25
Rata-rata IC50 7,0 ± 0,16

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Persentase daya hambat yang diperoleh digunakan untuk
serapan yang diperoleh bervariasi tergantung pada menghitung nilai IC50 zat uji maupun kontrol. Dari hasil
konsentrasi yang digunakan, dimana semakin besar tersebut dapat diketahui persen Inhibisi pada konsentrasi
konsentrasi maka semakin kecil serapan yang diperoleh, tertinggi kaptopril (20 bpj) seri I, II, dan III masing-
dan semakin besar daya hambatnya terhadap ACE. masing sebesar 76,38%, 79,48%, dan 78,25% (Tabel 5).

Tabel 6. Konsentrasi Asam Hipurat pada Ekstrak Daun Jamblang

Konsentrasi Asam Hipurat pada Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (bpj)
Konsentrasi
Seri I Seri II Seri III
Ekstrak (bpj)
I II III I II III I II III
100 2,3032 2,5241 2,4839 2,4900 2,4980 2,4900 2,4920 2,5120 2,5141
120 2,3032 2,3454 2,3313 2,3153 2,3112 2,3213 2,3313 2,3112 2,3273
140 2,0562 1,9900 2,0884 2,0241 2,0201 2,0040 1,9900 2,0120 2,0100
160 1,8133 1,8876 1,8313 1,8494 1,8655 1,8353 1,8534 1,8253 1,8394
180 1,7369 1,7610 1,7369 1,7510 1,7570 1,7430 1,7329 1,7430 1,7430
200 1,4819 1,4237 1,5382 1,4880 1,4880 1,5100 1,5000 1,5000 1,5040

Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 103


Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

Pada pembuatan kurva baku asam hipurat antara hipurat yang terdapat dalam ekstrak etanol 70% daun
konsentrasi dan serapan asam hipurat diperoleh jamblang (Tabel 6). Kemudian dihitung persentase daya
persamaan regresi linear yaitu y = 0,2869 + 0,0498 x. hambatnya dan dibuat kurva hubungan antara % inhibisi
Serapan larutan uji selanjutnya dikonversikan ke dalam terhadap konsentrasi kaptopril atau larutan uji, kemudian
persamaan tersebut sehingga diperoleh konsentrasi asam dihitung nilai IC50.

Tabel 7. Persen Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang terhadap ACE

% Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang terhadap ACE


Konsentrasi
Seri I Seri II Seri III
Ekstrak (bpj)
I II III I II III I II III
100 43,18 42,68 43,59 43,46 43,27 43,46 43,41 42,96 42,91
120 47,70 46,74 47,06 47,42 47,52 47,29 47,06 47,52 47,15
140 53,31 54,81 52,58 54,04 54,13 54,49 54,81 54,31 54,36
160 58,82 57,14 58,41 58,00 57,64 58,32 57,91 58,55 58,23
180 60,56 60,01 60,56 60,24 60,10 60,42 60,65 60,42 60,42
200 66,35 67,67 65,07 66,21 66,21 65,71 65,94 65,94 65,85

Pada ekstrak etanol 70% daun jamblang, persen 65,94%, 65,85% (Tabel 7). Dimana nilai ini mendekati
Inhibisi pada konsentrasi tertinggi (200 bpj) seri I, II, III nilai persen inhibisi dari Kaptopril yang digunakan
masing-masing memiliki daya hambat sebesar 66,35%, sebagai baku pembanding.
67,67%, 65,07%; 66,21%, 66,21%, 65,71%; 65,94%,

Tabel 8. IC50 Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

Ekstrak Daun Rata-rata IC50


Pengulangan IC50 (bpj)
Jamblang (bpj)
I 128,2
Seri I II 129,7 129,1 ± 0,80
III 129,3
I 128,1
Seri II II 128,4 128,0 ± 0,42
III 127,6
I 127,8
Seri III II 128,0 128,2 ± 0,45
III 128,7
Rata-rata IC50 Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (bpj) 128,4 ± 0,57

Gambar 3. Diagram Nilai IC50 dari Kaptopril dan Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

Nilai IC50 dihitung untuk mengetahui konsentrasi ACE dari kaptopril memiliki nilai IC50 7,0 bpj lebih
kaptopril maupun ekstrak uji yang dapat menghambat kecil dibandingkan dengan nilai IC50 ekstrak etanol 70%
50% kerja ACE. Berdasarkan data pada Tabel 8 dan daun jamblang yaitu 128,4 bpj. Sehingga dapat diketahui
Gambar 3 dapat diketahui bahwa aktivitas penghambat bahwa ekstrak etanol 70% daun jambang memiliki
Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 104
Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

kemampuan untuk menghambat ACE dan dapat Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT
digunakan sebagai terapi untuk pengobatan menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun jamblang
antihipertensi. bersifat sitotoksik dengan nilai LC50 <1000 bpj yaitu
Uji Toksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test sebesar 83,58 bpj (Tabel 9). Ekstrak yang bersifat toksik
(BSLT) saat diuji dengan menggunakan metode Brine Shrimp
Efek toksisitas dari ekstrak etanol 70% daun Lethality Test (BSLT) dapat menyebabkan kematian
jambang diidentifikasi dengan persentase kematian larva 50% larva artemia dalam waktu 24 jam pada konsentrasi
udang menggunakan analisis prohibit (LC50). Hubungan LC50 <1000 bpj menandakan bahwa sampel memiliki
regresi linear antara Log konsentrasi (x) dengan % potensi sebagai antikanker, antibakteri, antijamur dan
kematian (y) menghasilkan persamaan regresi linear sebagainya (Mayer,1982).
yaitu y = -33,9 + 43,65x (Gambar 4). Nilai LC50 dihitung
dengan menggunakan persamaan linear tersebut.

Tabel 9. Hasil Uji Toksisitas dengan BSLT pada Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

Konsentrasi % LC50
Log (x) Mati Hidup ∆ Mati ∆ Hidup M/T
Ekstrak (bpj) Kematian (bpj)
1000 3 28 2 48 2 48/50 96,00
100 2 16 14 20 16 20/36 55,50 83,58
10 1 4 26 4 42 4/46 8,70

Gambar 4. Grafik Linearitas Hasil BSLT Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Anwar, M.A., Al Disi, S.S., & Eid, A.H. (2016). Anti-
etanol 70% daun jamblang memiliki aktivitas sebagai hypertensive herbs and their mechanisms of
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 46,73 bpj. action: Part II. Frontiers in Pharmacology, 7, 1-
Selain itu, ekstrak etanol 70% daun jamblang juga 25.
memiliki aktivitas dalam penghambatan Angiotensin Balasuriya, B.W., Nileeka & Rupasinghe, H.P.
Converting Enzyme (ACE) dengan nilai IC50 128,4 ± Vasantha. (2011). Plant Flavonoids as
0,57 bpj dan nilai LC50 sebesar 83,58 bpj. Sehingga Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors In
ekstrak etanol 70% daun jamblang ini dapat digunakan Regulation of Hypertension. Journal Functional
sebagai alternatif untuk terapi dalam pengobatan Foods in Health and Disease, 1(5), 172-188.
antihipertensi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014).
Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Direktorat
UCAPAN TERIMA KASIH Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008).
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta:
besarnya kepada Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
atas bantuannya dalam menyediakan sarana prasarana Makanan. h 172-174.
selama penelitian ini berlangsung. Fitriana, W.D., Sri, F., & Taslim, E. (2015). Uji
Aktivitas Antioksidan terhadap DPPH dan ABTS
dari Fraksi-fraksi Daun Kelor (Moringa oleifera).
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan

Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 105


Aktivitas Antioksidan, Penghambatan ACE (Angiotensin-Converting Enzyme), dan Toksisitas dari Ekstrak Etanol 70% Daun Jamblang (Syzigium cumini L.) | Aulena et al.

Pembelajaran Sains 2015, Bandung, Indonesia.


ISBN: 978-602-19655-8-0.
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).
Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Marhani, R.S. (2014). Hypertension in Elderly Men with
a Family Approach. Jurnal Medula, 3(1), 91–97.
Nugroho, Malik, & Pramono. (2013). Total phenolic and
flavonoid contents, and in vitro antihypertension
activity of purified extract of Indonesian cashew
leaves (Anacardium occidentale L.). International
Food Research Journal, 20(1), 299-305.
Septiani, R. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Dan Fraksi Daun Jamblang (Syzygium cumini L.)
dengan Metode DPPH (skripsi). Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Tristantini, Dewi. dkk. (2016). Pengujian Aktivitas
Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada
Daun Tanjung (Mimusops elengi L). Prosiding
Seminar Nasional Pengembangan Teknologi
Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia, ISSN 1693-4393. Yogyakarta.
Ulfatun Nisa, Ulfa Fitriani, Enggar Wijayanti. (2017).
Aktivitas Ramuan Daun Salam, Herba Pegagan,
Akar Alang-Alang dan Biji Pala pada Tikus
Hipertensi yang Diinduksi Prednison dan Garam.
Jurnal Kefarmasian Indonesia, 7(2), 87-94.
Wahyu, Arimbi, Andi, H., & Afghani, J. (2015). Uji
Toksisitas Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test) terhadap Hasil Fraksinasi Ekstrak
Kulit Buah Tampoi (Baccaurea Macrocarpa).
JKK, 4(1), 75-83.

Sainstech Farma Vol 13 No.2, Juli 2020 | 106


TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM)

PAPER – OPEN ACCESS

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Fraksi N-Heksan


Serta Fraksi Etil Asetat Daun Jamblang (Syzygium Cumini L.
Skeels) Dengan Metode Dpph
Author : Revi Septiani
DOI : 10.32734/tm.v1i2.217
Electronic ISSN : 2623-0550
Print ISSN : 2623-0542

Volume 1 Issue 2 – 2018 TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.
Published under licence by TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara
TM Conference Series 02 (2018), Page 361–366

TALENTA Conference Series


Available online at https://talentaconfseries.usu.ac.id

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Fraksi N-Heksan Serta


Fraksi Etil Asetat Daun Jamblang (Syzygium Cumini L. Skeels)
Dengan Metode Dpph
Revi Septiania*, Mariannea, Marline Nainggolana
a
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

reviseptiani8@gmail.com

Abstrak
Jamblang (Syzygium cumini L. Skeels) merupakan salah satu tumbuhan famili Myrtaceae yang telah dikenal dan dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Kandungan senyawa aktif dalam tanaman cukup banyak, diantaranya senyawa golongan polifenol yang
merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Daun jamblang sebagai senyawa antioksidan dapat diperoleh melalui ekstraksi
dengan etanol dan difraksinasi dengan n-heksan serta etil asetat. Ekstrak dan fraksi daun jamblang diduga memiliki aktivitas
menangkal radikal bebas terhadap DPPH. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol,
fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat dari daun jamblang. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
80% dan difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Ekstrak dan fraksi diuji dengan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH.
Absorbansi DPPH diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm pada menit ke 15 setelah penambahan
pelarut metanol. Ekstrak etanol memiliki nilai IC50 13,46 µg/mL, fraksi n-heksan 52,435 µg/mL, fraksi etil asetat 5,31 µg/mL
kategori sangat kuat dan untuk kuersetin memiliki IC50 sebesar 4,35 µg/mL. Fraksi n-heksan diklafikasikan kuat aktivitas
antioksidannya sedangkan ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan kuersetin diklasifikasikan sangat kuat. Hal tersebut menunjukan
bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dibanding pelarut lainnya.

Kata kunci : daun jamblang; fraksinasi, anitoksidan; DPPH; IC50

1. Pendahuluan
Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian secara global. Berdasarkan badan kesehatan dunia
WHO, lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit jantung, dan diabetes. Angka kematian akibat penyakit ini diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia
sebanyak 52 juta jiwa pada tahun 2030[1]. Istilah antioksidan diketahui memiliki pengaruh positif bagi kualitas
kesehatan manusia terutama kemampuannya dalam menetralisir dampak negatif dari radikal bebas [2].
Antioksidan merupakan atom atau molekul pemberi elektron yang dapat meredam dampak negatif radikal bebas.
Antioksidan mampu menetralkan radikal bebas atau bahan yang dapat mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang
merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan [3].

© 2018 The Authors. Published by TALENTA Publisher Universitas Sumatera Utara


Selection and peer-review under responsibility of Seminar Ilmiah Nasional Dies Natalis USU-65
Revi Septiani / TM Conference Series 02 (2018) 361–366 362

Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan jamblang
Eugenia cumini Merr merupakan nama dulu dari Syzygium cumini) [4]. Daun jamblang mengandung glikosida,
flavonol, kuersetin, mirisetin 3-O-4 asetil- L-ramnopiranosida, triterpenoid dan tanin [5].
Ruan et al. (2009) juga melakukan pengujian aktivitas antioksidan pada tanaman jamblang. Hasil pengujian
menunjukkan ekstrak metanol daun jamblang memiliki aktivitas antioksidan (IC50 125,39 bpj) [6]. Lia marliani
menggunakan pelarut air dengan IC50 sebesar 12,84 μg/mL. Namun belum ada dilaporkan aktivitas antioksidan
dengan menggunakan ekstrak etanol dan fraksinasi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan aktivitas antioksidan
dari ekstrak etanol dan fraksinasi. Pada penelitian ini peneliti menguji aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH. Metode DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana cepat, dan mudah untuk screening aktivitas
antioksidan dari bahan makanan atau ekstrak suatu tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
aktivitas antioksidan ekstrak etanol, fraksi n-heksan serta fraksi etil asetat daun jamblang (Syzygium cumini L. Skeels)
dengan metode DPPH.

2. Bahan dan Metode

2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.

2.2. Metode

Penelitian ini dilakukan dari April 2017 sampai dengan Agustus 2017. Alat yang digunakan Maserator, penguap
putar (Stuart), neraca analitis (Vibra), oven (Memmert), tanur (Gallenkamp), labu tentukur 50 mL (Oberoi), labu
tentukur 10 mL (Oberoi), labu tentukur 5 ml (oberoi), krus porselin, bola hisap (D&N), spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-1800). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi
etil asetat daun jamblang, kuersetin, pelarut etanol 80 %, pelarut n-heksan, pelarut etil asetat, metanol p.a., DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil). Identifikasi tumbuhan dilakukan diHerbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera
Utara.

2.2.1. Karakterisasi simplisia dan ekstrak


Pemeriksaan karakteristik simplisia seperti penetapan kadar air dilakukan menurut prosedur WHO (1992) [7];
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan
kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan menurut prosedur yang terdapat dalam buku
Materia Medika Indonesia [8].Skrining fitokimia serbuk simplisia daun jamblang meliputi pemeriksaan senyawa
alkaloida, glikosida, saponin [9]; flavonoid, tanin, dan triterpenoid/ steroid [10].

2.2.2. Pembuatan ekstrak etanol dan fraksinasi


Serbuk simplisia daun jamblang dimaserasi dengan etanol 80% selama 7 hari sambil sekali-sekali diaduk, kemudian
disaring, dan filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan alat penguap putar. Ekstrak etanol difraksinasi dengan n-
heksan membentuk dua lapisan lapisan n-heksana (lapisan atas) diambil, fraksinasi dilakukan sampai lapisan n-
heksana memberikan hasil negatif dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Lapisan n-heksana yang dikumpulkan lalu
dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi n-heksan. Perlakuan yang sama pada fraksinasi etil
asetat memberikan hasil negatif dengan pereaksi FeCl3. Lapisan etil asetatat dikumpulkan dan dipekatkan dengan
rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi etil asetat.

2.2.3. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode peredaman DPPH


Kemampuan sampel uji dalam meredam radikal bebas DPPH dilihat dari perubahan warna DPPH dari ungu menjadi
kuning dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebanyak 50%)yang digunakan
sebagai parameter untuk menilai aktivitas antioksidan sampel uji.
Revi Septiani / TM Conference Series 02 (2018) 361–366 363

2.2.4. Pengukuran larutan DPPH


Dipipet larutan DPPH 0,5 mM sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 mL, dicukupkan
dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm). Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 400-800
nm.

2.2.5. Pembuatan larutan induk ekstrak, fraksi dan kuersetin


Sebanyak 10 mg ekstrak dan fraksi ditimbang kemudian masing-masing dilarutkan dalam labu tentukur 10 mL
dengan metanol, lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).

2.2.6. Pengukuran aktivitas antioksidan


LIB ekstrak etanol dipipet sebanyak 0,05 mL; 0,1 mL; 0,15 mL; 0,2 mL; kemudian dimasukkan ke dalam labu
tentukur 10 mL (untuk mendapatkan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm).LIB fraksi n-heksan dipipet
sebanyak 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL; kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL (untuk mendapatkan
konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm).LIB fraksi etil asetat dipipet sebanyak 0,02 mL; 0,04 mL; 0,06
mL; 0,08 mL; kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL (untuk mendapatkan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm,
6 ppm dan 8 ppm).
LIB kuersetin dipipet sebanyak 0,02 mL; 0,04 mL; 0,06 mL; dan 0,08 mL ke dalam labu tentukur 10 mL untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm.
Kemudian kedalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 2 mL larutan induk baku (LIB) DPPH 0,5 mM, lalu
volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan (masing-masing ekstrak dan fraksi diulangi
dua kali dengan LIB yang berbeda). Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 15 menit pada panjang
gelombang 516 nm[11].

2.2.7. Penentuan persen peredaman


Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH akibat adanya penambahan sampel. Nilai
serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan ekstrak dihitung sebagai persen peredaman (%peredaman)
dengan rumus sebagai berikut:
% peredaman = ("A" _"kontrol" "- " "A" _"sampel" )/"A" _"kontrol" x100%
Keterangan:
Akontrol = Absorbansi tidakmengandung sampel
Asampel = Absorbansi sampel

Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai
absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y).

3. Hasil

3.1. Hasil identifikasi tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah tumbuhan jamblang ( Syzigium cumini L. Skeel) suku Myrtaceae.

3.2. Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia dan ekstrak

Penetapan kadar air dari simplisia daun jamblang diperoleh 7,94%. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
diperoleh 15,58%. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol diperoleh 15,92%. Penetapan kadar abu total
diperoleh 6,06%. Penetapan kadar abu tidak larut asam diperoleh 0,83%. Penetapan kadar air dari ekstrak etanol daun
jamblang 6,61%. Penetapan kadar abu total diperoleh 4,71%. Penetapan kadar abu tidak larut asam diperoleh 0,75%.
Revi Septiani / TM Conference Series 02 (2018) 361–366 364

3.3. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia

Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun jamblang menunjukkan adanya senyawa kimia golongan
flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid. Fraksi n-heksan terdapat senyawa triterpenoid/steroid dan
fraksi etil asetat menunjukan adanya senyawa golongan flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Hal ini menunjukan
bahwa daun jamblang berpotensi sebagai antioksidan. Senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan yaitu
flavonoid, tanin . Senyawa tersebut bertindak sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang
dikandungnya mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas[12].Selain itu senyawa steroid juga mempunyai potensi
sebagai antioksidan. Hal ini didukung berdasarkan penelitian oleh Cui yang menyatakan bahwa ekstrak etanol 80%
dari inonotus obliquus yang positif mengandung steroid seperti lanosterol dan ergosterol peroksida menghasilkan
aktivitas antioksidan sekunder radical scavenger yang cukup aktif [13].

3.4. Hasil ekstraksi dan fraksinasi

Hasil ekstraksi simplisia daun jamblang 300 (g) menggunakan pelarut etanol 80% diperoleh ekstrak etanolnya
sebanyak 67,731 g. Fraksi n-heksan 11,90 g dan fraksi etil asetat 11,95 g. Ekstrak dan fraksiyang diperoleh diuji
aktivitas antioksidan dengan metode pemerangkapan/ peredaman radikal bebas DPPH.

3.5. Analisis aktivitas antioksidan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH

Aktivitas antioksidan ektrak etanol dan fraksi diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH pada menit ke-15.
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan fraksi serta pembanding secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut :

Tabel 1. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari Ekstrak Etanol Daun Jamblang
No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 3,778x-1,132 R= 0,998 13,53

5 0,826 16,61
10 0,627 36,73
15 0,453 54,29
20 0,242 75,61

II 0 0,991 0 Y= 3,8x-0,936 R=0,999 13,4


5 0,822 17,05
10 0,622 37,2
15 0,445 55,09
20 0,238 75,98
Rata-rata 13,46

Tabel 2. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari Fraksi n-heksan Daun Jamblang
No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 0,951x-0,842 R= 0,999 53,43
20 0,815 17,73
40 0,626 36,79
60 0,444 55,12
80 0,233 74,46

II 0 0,991 0 Y= 0,981x-0,504 R=0,999 51,44


Revi Septiani / TM Conference Series 02 (2018) 361–366 365

20 0,809 18,33
40 0,604 39,05
60 0,414 58,25
80 0,216 78,23
Rata-rata 52,435

Tabel 3. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari fraksi etil asetat Daun Jamblang
No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 9,631x-1,128 R= 0,997 5,32

2 0,827 16,55
4 0,618 37,67
6 0,417 54,86
8 0,226 77,16

II 0 0,991 0 Y= 9,649x-1,224 R=0,998 5,3

2 0,825 16,78
4 0,618 37,61
6 0,444 55,19
8 0,225 77,29
Rata-rata 5,31

Tabel 4. Aktivitas penangkap radikal DPPH dari kuersetin


No Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi Korelasi IC50
(ppm) DPPH oleh Linier
ekstrak (%)
I 0 0,991 0 Y= 11,52x-0,272 R= 0,998 4,36
2 0,756 23,64
4 0,559 43,59
6 0,301 69,63
8 0,077 92,23

II 0 0,991 0 Y= 11,48x-0,108 R=0,997 4,34


2 0,743 25,03
4 0,566 42,81
6 0,297 69,99
8 0,076 92,33
Rata-rata 4,35

Tabel 5. Kategori nilai IC 50 sebagai antioksidan


Sampel Kategori

Ekstrak etanol Sangat Kuat


Fraksi n-heksan Kuat

Fraksi etil asetat Sangat Kuat


Kuersetin Sangat Kuat
Revi Septiani / TM Conference Series 02 (2018) 361–366 366

4. Pembahasan

Hasil pada Tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan
pembanding memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda satu dengan yang lain. Hasil analisis peredaman radikal
bebas oleh ekstrak dan fraksi menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi berbanding lurus dengan peningkatan persen
peredaman karena semakin banyak atom hidrogen dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun
jamblang yang berpasangan dengan elektron pada radikal bebas DPPH sehingga serapan semakin menurun yang
ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi kuning [11]. Ekstrak etanol daun jamblang memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 rata-rata sebesar 13,46µg/mL, fraksi n-heksan nilai IC50 sebesar
52,435 µg/mL dikategorikan kuat dan fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai
IC50 sebesar 5,31 µg/mL serta kuersetin nilai IC50 sebesar 4,35 µg/mL kategori sangat kuat. Perbedaan nilai IC50
pada masing-masing ekstrak dan fraksi disebabkan oleh adanya distribusi jenis dan jumlah senyawa metabolit
sekunder yang bersifat sebagai antioksidan berdasarkan kepolaran pelarut yang digunakan [14]. Pelarut etanol 80%
(campuran alkohol dan air) memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengekstraksi hampir semua senyawa bahan alam
[15]. Menurut Harborne (1996), etanol dapat menarik senyawa alkaloid, steroid, saponin, flavonoid, antakuinon, dan
glikosida [16]. Tingginya aktivitas antioksidan diduga karena senyawa polifenol dalam ekstrak etanol menghasilkan
aktivitas yang kuat dalam menangkap radikal bebas. Polifenol atau flavonoid memberikan kontribusi langsung kepada
efek antioksidan, juga memiliki peran dalam mencegah oksidasi lipid [17].

5. Kesimpulan dan Saran


Daun jamblang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat sampai sangat kuat. Aktivitas yang paling besar dengan
parameter IC50 berturut-turut adalah kuersetin, fraksi etil asetat, ekstrak etanol dan fraksi n-heksan. Diharapkan
penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menguji dengan berbagai parameter seperti antidiabetes, anti aging dan lainnya.

Referensi
[1] Kementrian Kesehatan RI. (2012). Penyakit Tidak Menular.Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.volume 2, semester 2012
[2] Ade Aprilia Surya Putri dan Nurul Hidayati. (2015).Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan
Nyiri Batu (Xylocarpus moluccensis) 1(4), 38
[3] Noya, E., Buang, Y., dan Cunha T.D. (2013). Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan Fraksi Kloroform Ekstrak
Metanol Sarang Semut (Myrmecodia pendans). Jurnal Kimia Terapan. 1(1), 6-7.
[4] Arifin, Helmi, Anggraini, Nelvi, Handayani, Dian, dan Rasyid, Roslinda. (2006). Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr.
J. Sains Tek. Farmasi.
[5] Ayyanar, M dan Pandurangan, SB. (2012). Syzygium cumini (L.) Skeels: A review of its fitochemical constituents and traditional
uses.Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine,240-243.
[6] Ruan, ZP, Zhang, LL and Lin, YM. (2008).Evaluation of the Antioxidant Activity of Syzygium cumini Leaves, Molecules, 13, pp.2545-
2556
[7] WHO. (1992). Quality Control Methods for Herbal Materials. Switzerland: Geneva. 33-35.
[8] Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid keenam. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 299-305, 334-335.
[9] Ditjen POM RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 169-171.
[10] Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3). Halaman 263.
[11] Molyneux P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin
J. Sci. Technol. 26 (2) : 211-219.
[12] Silalahi, J. (2006).Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 38-55.
[13] Cui, Y., Kim, D.S., dan Park, K.C. (2004).Antioxidant Effect InonotusObliquus.J Etnopharmacol.96,79-85.
[14] Huliselan, Y., dan Defny S. W. (2015).Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Etilasetat, dan n-Heksan dari Daun Sesewanua
(Clerodendron Squamatum Vahl.). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 4(3): 155-163.
[15] Anonim. (2011).Medicinal Plants of the Myrtaceae: Psidium, Pimenta and Syzygium.
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/60652/15/15_chapter%2011.pdf. Halaman 94-103.Diakses pada 15 September 2017
[16] Harborne, J.B. (1996). Metode fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi Kesebelas. Bandung: Penerbit ITB.
[17] Sannigrahi, dkk. (2010). Antioxidant Potential of Crude Extract and Different Fractions of Enhydra fluctuans Lour. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research. 9(1): 75-82

Anda mungkin juga menyukai