Anda di halaman 1dari 44

PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN FUNGSI MAKNA

TRADISI PECAH TELUR DALAM ADAT PERKAWINAN


MASYARAKAT JAWA DI DESA MASJID II
KECAMATAN LUBUK PAKAM

PROPOSAL

Oleh:

PUSPITA INDAH SARI


NPM : 191214012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA
AL WASHLIYAH
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan

baik yang berjudul : Perubahan dan Kesinambungan Fungsi Makna Tradisi Pecah

Telur dalam Adat Perkawinan Masyarakat Jawa di Desa Masjid II Kecamatan

Lubuk Pakam.

Penulisan proposal skripsi ini diajukan untuk mengetahui Fungsi Makna

Tradisi Pecah Telur dalam Adat Perkawinan Masyarakat Jawa di Desa Masjid II

Kecamatan Lubuk Pakam. Skripsi ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan studi

untuk memperoleh gelar Strata satu (S-1), pada program studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim

Nusantara Al Washliyah Medan. selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu

kelancaran penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan

proposal skripsi ini dan masih banyak terdapat kesahalan. Oleh karena itu sudi

kiranya pembaca memberikan saran dan kritik yang sifatnya dapat memperbaiki

dan dapat dijadikan pelajaran bagi yang membaca. Semoga dengan selesainya

proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan semua

pihak. Amin ya Rabbal a’lamin.

Medan, Februari 2021


Penulis,

Puspita Indah Sari

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................5

1.3 Batasan Masalah..................................................................................5

1.4 Rumusan Masalah................................................................................6

1.5 Tujuan Penelitian................................................................................6

1.6 Manfaat Penelitian..............................................................................7

1.7 Anggapan Dasar...................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kajian Teori.........................................................................................9

2.1.1 Pengertian Kebudayaan................................................................9

2.1.2. Pengertian Perubahan dan Kesinambungan................................9

2.2 Perkawinan.........................................................................................10

2.2.1 Pengertian Perkawinan..............................................................10

2.2.2 Rukun dan Syarat Sah Perkawinan............................................12

2.2.3 Dasar Hukum Perkawinan.........................................................14

2.2.4 Pengertian Perkawinan dalam Adat Jawa.................................15

2.2.5 Dasar-Dasar Perkawinan Menurut Hukum Adat.......................17

2.2.6 Syarat-syarat Pernikahan Adat...................................................18

2.2.7 Tahap-tahap Prosesi Pernikahan Adat Jawa..............................18

2.2.8 Makna Pecah Telur....................................................................21

ii
2.3 Tradisi................................................................................................23

2.3.1 Pengertian Tradisi......................................................................23

2.3.2. Pengertian Tradisi Pecah Telur...............................................23

2.3.4 Kajian Penelitian Relevan..........................................................24

BAB III METODE PENELITIAN 26

3.1. Desain Penelitian..............................................................................26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................27

3.3 Sumber Data......................................................................................27

3.4 Pemilihan Informan...........................................................................28

3.5 Instrumen Penelitian..........................................................................29

3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................30

3.7 Teknik Analisa Data..........................................................................31

3.8 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang multikulturasi yaitu negara yang

memiliki suku dan kebudayaan. Salah satunya adalah suku Minang, Jawa, Batak,

Angkola Mandailing, dan Fakpak Dairi, Dari setiap suku tersebut tentunya

memiliki beragam kebudayaan dan terdapat pula berbagai adat istiadat, bahasa,

tata nilai dan budaya yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Adat istiadat, tata

nilai dan budaya tersebut antara lain mengatur beberapa aspek kehidupan, seperti

hubungan sosial kemasyarakatan, ritual peribadatan, kepercayaan, mitos-mitos,

sanksi adat dan budaya, yang berlaku dilingkungan masyarakat yang ada.

Menurut peraturan undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

dalam pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang

perempuamn sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berdasarkan hukum agama, perkawinan merupakan suatu perbuatan yang suci.

Suci I sini dapat diartikan sebagai pengikat janji antara seorang pria dan wanita

dalam menjalankan dan memenuhi perintah tuhan. Hal itu bertujuan agar nantinya

kehidupan kedua mempelai berjalan baik dan juga sejahterah (Hilman, 1990:10).

Dalam melaksanakan perkawinan antara satu tempat dengan tempat

lainnya itu berbeda-beda caranya. Perkawinan juga dipengaruhi oleh unsyr adat

dan tradisi masyarakat setempat. Tradisi tersebut adalah ritual atau upacara yang

dilakukan secara turun-temurun dan sampai saat ini masih sering dilaukan.

1
2

Berbagai proses kegiatan perkawinan dilakukan agar perkawinan

senantiasa selamat dan berjalan dengan baik sehingga memberikan kebahagiaan di

kemudian hari, disebut sebagai upacara adat. Setiap kegiatan yang dilakukan

dalam upacara adat perkawinan memiliki lambang dan makna pengharapan

tertentu. Di berbagai negara termasuk indonesia, terdapat adat istiadat yang

dijadikan sebagai antara tata hidup, Adat istiadat ataupun kebiasaan hidup setiap

bangsa tentunya memiliki perbedaan. Kebiasaan yang yang dilakukan oleh suku

bangsa selama berpuluh-puluh tahun disebut sebagai tradisi. Di indonesia terdapat

berbagai ragam budaya, salah satu dianataranya ialah budaya daerah. Setiap

daerah mempunyai keunikan dan ciri khas yang tidak dimiliki daerah lain. Hukum

adat merupakan hukum tidak tertulis yang berdasarkan kepada pandangan hidup

dan juga kebudayaan, serta dapa menjadi pedoman bagi orang indonesia bagi

kehidupan sehari-hari dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, baik daerah

kota maupun desa. Setiap upacara adat yang dilakukan diberbagai turun-temurun

memiliki tujuan agar suatu pernikahan selamat, sejahterah dan mendatangkan

suatu kebahagiaan. (Budiyono,2016: 97)

Seperti pada tradisi pecah telur yang ada dalam adat perkwaninan jawa

yang dilaksanakan secara turun temurun sampai sekarang. Adat ataupun upacara

yang dikenal dengan sebutan tradisi pecah telur merupakan upacara yang

dilakukan dalam perkwinan adat jawa. Tradisi pecah telur yang dilaksanakan di

desa Masjid II Lubuk Pakam dilaksanakan dengan cara pengantin pria yang

menginjak telur dan pengantin wanita yang membersihkan telur tersebut. Makna

dari pecah telur ini bahwa seorang pria atau suami harus bertanggung jawab atas
3

istrinya dan memenuhi segala kebutuhan istrinya dan sang istri juga harus

memenuhi apa yang diperintahkan suami dan dapat memberikan ketenangan serta

dapat menjaga nama baik suami.

Perkembangan upacara dan tradisi pecah telur di desa Masjid II

Kecamatan Lubuk Pakam telah mengalami perubahan. Upacara dan tradisi pecah

telur tidak seperti dahulu pelaksanaannya pada saat ini tradisi pecah telur

dilaksanakan jika keluarga sang pengantin mengadakan hajatan besar-besaran

baru tradisi pecah telur ini dilaksanakan.jika keluarga pengantin tidak

melaksanakan hajatan yang sederhana tanpa adanya resepsi pernikahan maka

tradisi pecah telur dan tradisi adat jawa lainnya. Dan ada juga yang tidak

mengadakan pecah telur ini dikarenakan didalam islam tidak mewajibkan adanya

pecah telur tersebut dan yang tidak melaksanakan tradisi pecah telur ini biasanya

sudah mendalami dan memahami ajaran islam. Tetapi masih banyak yang tetap

melaksanakan tradisi pecah telur ini.

Perkembangan tradisi pecah telur telah mengalami perubahan dikarenakan

ada yang tidak setuju yaitu sebagian masyarakat yang telah mendalami ajaran

islam tidak diperbolehkan untuk melaksanakan tradisi pecah telur. Meskipun ada

sebagian yang tidak melaksanakan tradisi pecah telur tersebut, tetapi kita harus

melestarikan budaya kita, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan

terhadap leluhur. Budaya adalah salah satu warisan nenek moyang kita yang tak

ternilai harganya. Budaya juga merupakan identitas bangsa yang membuat kita

memiliki kekhasan yang berbeda dengan negara-negara lain. Maka dari itu kita

harus melestarikan budaya kita sampai kapan pun.


4

Sampai ini pun etnis jawa tetap bertahan di sumatera utara, salah satunya

adalah di desa masjid II Kecamatan Lubuk Pakam, dan kebanyakan oran jawa

tempat ini masih menggunakan tradisi jawa yang turun temurun dari orang tua.

Salah satunya tradisi pecah telur dalam perkawinan jawa. Hal ini dilakukan agar

kehidupan selanjutnya dan keluarga yang melangsungkan acara ini terhindar dari

mara bahaya, tradisi ini telah dilakukan bertahun-tahun lamanya yang telah

menjadi kepercayaan dalam masyarakat suku jawa yang tidak hanya dilakukan di

desa Masjid II Kecamtan Lubuk Pakam saja tetapi disetiap tempat suku jawa

berada.

Tradisi pecah telur yang dilksanakan di desa Masjid II Kecamatan Lubuk

Pakam demgam cara pengantin pria menginjak telur dan pengantin wanita yang

membersihkan telur tersebut. Makna sari pecah telur ini bahwa seorang pria atau

suami harus bertanggung jawab atas istrinya dan memenuhi segala kebutuhan

istrinya dan sang istri juga harus mematuhi apa yang diperintahkan suami dan

dapat memberikan ketenangan serta dapat menjaga nama baik suami.

Banyak yang mengatahui tradisi pecah telur dalam pernikahan jawa tetapi

banyak juga yang tidak mengetahui maknanya bahkan orang yang sudah

melaksanakannya ada sebagian yang tidak tahu apa makna melakukan tradisi

tersebut. Tradisi pecah telur berasal dari Jawa tetapi tidak hanya dilaksanakan di

lingkungan jawa bahkan wilayah Sumatera utara yang bersuku Jawa saja bahkan

wilayah Sumatera utara yang bersuku Jawa juga masih melaksankan trasisi ini..
5

Orang-orang hanya mengetahui kalau tradisi tersebut sudah diilakukan

sejak dahulu jadi mereka harus melakukannya juga. Jadi peneliti disini ingin

meneliti tradisi pecah telur dalam perkawinan adat jawa agar masyarakat tau

makna didalam tradisi pecah telur dan peneliti juga ingin mengetahui bagaimana

perkembangan upacara dan tradisi pecah telur di desa Masjid II Kecamatan Lubuk

Pakam. Dari uraian diatas peneliti mengangkat materi peneliti ini dengan fokus

peneliti pada judul “Perubahan dan Kesinambungan Fungsi Makna Tradisi Pecah

Telur Dalam Perkawinan Masyarakat Jawa di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk

Pakam”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan urian diatas dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Tradisi Pecah Telur dalam Perkawinan adat jawa telah mengalami

perubahan.

2. Kesinambungan Tradisi Pecah Telur dalam perkawinan Masyarakat Jawa

di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

3. Makna fungsi Tradisi Pecah Telur dalam adat perkawinan masyarakat

Jawa di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini adalah kualitatif yang hanya membahas makna simbolis

tradisi pecah telur dalam prosesi perkawinan suku jawa di desa Masjid II
6

Kecamatan Lubuk Pakam yang mana penulis akan membatasi ruang lingkup

penelitian yaitu:

1. Tentang prosesi Tradisi Pecah Telur dalam perkawinan suku jawa

yang telah mengalami perubahan.

2. Kesinambungan Makna Tradisi Pecah Telur Dalam Perkawinan

Masyarakat Jawa di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam.

3. Tentang makna simbolis yang terkandung pada Pecah Telur dalam

prosesi perkawinan suku jawa.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosesi Tradisi Pecah Telur pada sistem perkawinan di Desa

Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam yang telah mengalami perubahan?

2. Apa makna simbolis yang terkandung pada Tradisi Pecah Telur dalam

prosesi perkawinan suku jawa di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk

Pakam?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosesi Tradisi Pecah Telur pada sistem suku jawa di

Desa MasjidII Kecamatan Lubuk Pakam yang telah mengalami perubahan.

2. Untuk mengetahui makna simbolis yang terkandung pada Pecah Telur

dalam prosesi perkawinan suku jawa di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk

Pakam.
7

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini penulis berharap agar penelitian ini menjadi bahan

kajian sumber tentang bagaimana tradisi pecah telur dalam adat perkawinan

masyarakaty jawa. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan agar tradisi pecah

telur lebih dikenal dan diketahui oleh masyarakat. Untuk penulis sendiri

penelitian ini menjadi penambah wawasan dan pengalaman mengenai tradisi

jawa yang masih dilakukan sampai saat ini.

1. Manfaat Bagi Masyarakat Umum

Dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat dan semua kalangan

khususnya di desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam. Penelitian ini juga

dilakukan untuk mengetahui pandangan islam mengenai adat dan tradisi pecah

telur dalam perkawinan orang jawa.

3. Manfaat Bagi Penulis

Menjadi sumber pembelajaran sejarah dan juga budaya bagi peneliti

khususnya tentang adat dan tradisi perkawinan jawa di desa Masjid II.

4. Manfaat Bagi Fakultas

Sebagai sumber dan kajian mahasiswa, selain itu juga seagai bahan informasi

tambahan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan peneltian lebih

lanjut tentang tradisi pecah telur dalam masyarakat suku jawa.


8

1.7 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori dan pendapat yang

dijadikan landasan dalam dalam suatu penelitian. Anggapan dasar dalam

penelitian ini sebagai berikut. Tradisi pecah telur sampai saat ini masih

dilaksanakan karena masyarakat setempat percaya jika kita melakukan tradisi

pecah telur dalam adat perkainan jawa. Maka keluarga yang melangsungkan acara

ini terhindar dari mara bahaya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Menurut sugiyono (2017:81) “teori adalah alur logika atau penalaran, yang

merupakan seperangkat konsep, difinisi, dan proposisi yang disusun secara

sistematis.” Ada beberapa teori-teori yang dilakukan oleh penulis untuk

membahasa suatu permasalahan.

2.1.1 Pengertian Kebudayaan

Para ahli, memiliki berbagai macam pendapat mengenai definisi dari

kebudayaan. Koeanjarsningrat, mengatakan bahwa kebudayaan diambil dari

bahasa sangsekerta buddaya.merupakan bentuk jaml dari buddi, yag memiliki ari

budi atau akal. Secara etimogis, kata kebudayaan memiliki arti hal-hal yang

berkaitan ataupun berhubungan dengan akal. Namun ada yang beranggapan pula

bahwa kata “budaya” (culture) berasal dari disiplin ilmu Antropologi; dengan

tokohnya killman, diartikan sebagai filsafah, ideology, nilai-nilai, anggapan,

keyakinan harapan, sikap, dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu

masyarakat (Darojat 2015:04).

Berikut ini adalah definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

1. Tylor, ia merupakan seorang antropolog inggris. Tylor berpendapat bahwa

budaya merupakan suatu keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terdapat

ilmu pengetahuan, serta kebiasaan serta kemampuan lainnya yang dipelajari

oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.

9
10

2. Lowie, seorang anttropolg asal Amerika Serikat, ia berpendapat bahwa

kebudayaan merupakan segala sesuatu yang didapatkan individu dari

masyarakat. Hal itu mencakup kepercayaan adat istiadat, kebiasaan makan,

keahlian. Itu semua didapatkan bukan semata karena kreativitas sendiri, akan

tetapi warisan masa lalu yang didapatkan melalui pendidikan formal atau

informal.

3. Koentjaraningrat, guru besar dari universitas indonesia ini menyatakan

kebudayaan berpendapat bahwa, kebudayaan merupakan keseluruhan sistem,

gagasan, tindakan, serta hasil karya manusia yang dijadikan bahan ajaran

dalam kehidupan bermasyarakat.

2.2 Perkawinan

2.2.1 Pengertian Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan Secara Umum

Dalam Bahasa Indonesia, “Perkawinan” berasal dari kata “Kawin”, yang

menurut bahasa, artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga

“pernikahan”, berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya

mengumpulkan, saling memasukan, dan digunakan arti bersetubuh

(wathi). Kata “nikah” sendiri sering digunakan untuk arti bersetubu

(coitus), juga untuk arti akad nikah.

Pengertian Perkawinan menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 1

tahun 1974 tentang Perkawinan dalam pasal 1 adalah ikatan lahir batin

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan
11

tujuan membenuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasarkn ketuhanan yang Maha Esa.

. Perkawinan Menurut Hukum Islam

Perkawinan menurut syara’ nikah adalah akad serah terima antara laki-laki

dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya

dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta

masyarakat yang sejahtera. Para ahli fiqih berkata, zawwaj atau nikah

adalah akad yang secara keseluruhan didalam nya mengandung kata; inkah

atau tazwij.Hal ini sesuai ungkapan yang ditulis oleh Zakiyah Derajat dan

teman-teman yang memberikan definisi perkawinan sebagai berikut:

“Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin

dengan lafaznikah atau tazwij atau semakna keduanya”

3. Perkawinan Menurut Hukum Adat

Perkawinan adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang

bentuk-bentuk perkawinan, cara-ara pelamaran, upacara perkawinan dan

putusnya perkawinan, aturan hukum adat perkawinan diberbagai daerah

indonesia berbeda-beda dikarenakan sifat kemasyarakatan, agama dan

kepercayaan mereka yang berbeda-beda, jadi walaupun sudah berlaku

undang-undang perkawinan yang bersifat rasional, yang berlaku untuk

seluruh warga di indonesia namun disana-sini diberbagai daerah masih

berlaku hukum perkawinan adat, karena undang-undang hanya mengatur

hal-hal yang pokok saja dan tidak mengatur hal-hal yang bersifat khusus

setempat.
12

2.2.2 Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

Secara harfiah rukun dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang wajib

dilaksanakan agar sahnya suatu perkerjaan. Sedangkan syarat dapat diartikan

sebagai suatu aturan yang harus diindahkan dan dilakukan (AZ-

Auhaili,20013:48). Adapun beberapa rukun pernikahan yang telah disepakati

jumhur ulama yaitu:

a. Ada calon pasangan laki-laki

1. Beragama Islam

2. Laki-laki

3. Jelas orangnya

4. Cakap bertindak

5. Tidak ada halangan pernikahan

b. Adanya calon pasangan perempuan:

1. Beragama Islam

2. Perempuan

3. Jelas orangnya

4. Dapat dimintai persetujuan

5. Tidak ada halangan pernkahan

c. Adanya wali dari pihak wanita

1. Islam

2. Baligh

3. Berakal

4. Merdeka
13

5. Pria

6. Bisa melihat dan mendengar

7. Memiliki daya ingat yang kuat

d. Adanya dua orang saksi

1. Baligh

2. Berakal

3. Merdeka

4. Pria

5. Islam

6. Bisa melihat dan mendengar

7. Memiliki daya ingat yang kuat

e. Sighat akad nikah

Pernikahan biasanya dilakukan dengan ijab dan qabul yang dilakukan

dengan lisan. Ini disebut dengan akad atau perjanjian pernikahan. Kalau dilakukan

oleh orang yang memiliki keterbatasan dalam bicara atau bisu dilakukan dengan

memberi isyarat tangan atau kepala yang dapat dimengerti. Ijab qabul

dilaksanakan oleh wali dari sang mempelai perempuan sedangkan qabul

dilaksankan oleh mempelai pria.

Hukum dari sighat akad antara lainnya adalah Calon suami harus sepadan

dengan calon istri, yaitu bahwa dia yang berakhlaq mulia, memiliki komitmen

keagamaan tinggi, serta dapat menjaga amanah dan dalam pelaksanaan sighat

akad, seseorang boleh menunjuk orang lain sebagai wakilnya. Oleh karena itu,
14

calon suami boleh mewakilkan akad pernikahan kepada siapa saja yang

dikehendakinya.

2.2.3 Dasar Hukum Perkawinan

Hukum nikah (perkawinan), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara

manusia dan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologs antar

jenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan

tersebur. Perkawinan yang merupakan sunatullah pada dasarnya adalah mubah

tergantung kepada tingkat maslahatnya. Hukum Islam mengenal lima kategori

hukum yang lazim dikenal dengan sebutan al ahkam al-khamsah (hukum yang

lima) yakni: wajib (harus), sunnah atau mustahab atau tathawwu’ (anjuran atau

dorongan, atau sebaiknya dilakukan), ibahah atau mubah (kebolehan), karahah

atau makruh (kurang atau tidak disukai, sebaiknya ditinggalkan) dan haram

(larangan keras)

Adapun pengertian dari kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wajib (harus)

Wajib yaitu perkawinan yang harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki

kemampuan untuk menikah (berumah tangga) serta memiliki nafsu biologis

(nafsu syahwat) dan khawatir benar dirinya akan melaukan zina manakala tidak

melakukan perkawinan. Keharusan perkawinan ini didasarkan atas alasan

bahwa mempertahankan kehormatan diri dari kemungkinan berbuat zina adalah

wajib.

2. Sunnah
15

Perkawinan menjadi sunnah bila dilakukan seseorang dpandang dari pandang

faktor pertumbuhan jasmaninya sudah wajar dan cenderung untuk kawin. Ia

sudah punya kemampuan membiayai hidup sendiri. Baginya melakukan

perkawinan sunnah, bila dia kawin menerima pahala, kalau tidak atau belum

kawin, dia tidak berdosa.

3. Mubah

Pernikahan akan menjadi mubah apanila seseorang belum memiliki hasrat dan

kemauan untuk menikah. Selain itu, tidak ada rasa khwatir dalam dirinya,

apabila belum menikah.

4. Makruh

Pernikahan akan makruh hukumnya apabila seseorang tidak memiliki kemauan

dalam menikah, hal ini disebabkan karena ia mengidap penyakit, baik itu

impotensi ataupun sudah lanjut usia.

5. Haram

Pernikahan hukumnya haram apabila seseorang merasa tidak mampu

memenuhi hak-hak pasangannya, serta tidak mampu bertanggung jawa

terhadap istri dan memiliki tujuan yang negatif dlam pernikannya (Shuffa,

2014:383).

2.2.4 Pengertian Perkawinan dalam Adat Jawa

Berdasarkan tinjauan mengenai adat istiadat jawa, adat perkawinan jawa

ini sudah lama tumbuh dan berkembang,. Perkembangannya tidak hanya

dilingkungan keraton saja, tetapi juga diluar keraton. Dalam dan dan tradisi jawa,

terapat sistem tata nilai dan juga norma yang berlaku dalam kehidupan
16

masyarakat. Umumnya, upacara tradisi dimaknai sebagai pengetahuan, doktrin,

kebiasaan, dan lain-lain yang dipahami sebagai pengetahuan yang telah

diwariskan secara turun-temurun termasuk cara penyampaian (Funk dan

Wagnalls, 2013:78).

Upacara tradisi diwujudkan menurut dalam pandangan norma yang

merupakan prinsip yang berlaku dalam hidup masyarakat jawa,. Hal ini bertujuan

agar mendapat kebahagiaan dan kesejahteraan selama hidup. Seperti dalam firman

Allah Q.S.An Nur/24:32


‫صلِ ِحيْن ِمنْ عِ با ِد ُكم و ِام ۤا ِٕى ُك ۗم ِانْ َّي ُك ْو ُن ْوا فُ َق ر ۤاء ي ُْغنِهم هّٰللا‬
ُ ُِ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ّ ٰ ‫َواَ ْن ِكحُوا ااْل َ َي ٰامى ِم ْن ُك ْم َوال‬
‫ِمنْ َفضْ ل ۗ ِٖه َوهّٰللا ُ َواسِ ٌع َعلِ ْي ٌم‬

32. Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan
juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-
laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha
Mengetahui.

Salah satu budaya lokal yang cukup penting dan berpengaruh di Indonesia

ialah budaya dan adat jawa, karena sebagian besar etnis ini menjadi populasi di

Indonesia. Terdapat korelasi yang kuat antara islam dan jawa. Islam datang dan

berkembang di daerah jawa dipengaruhi oleh kultur budaya yang ada. Korelasi

ataupun hubungan antara islam dengan budaya jawa dapat digambarkan oleh

aspek hitoris dan antropologis. Perpaduan antara ajaran Islam dan jawa lebih

sering terlihat dari kewalihan jalan mistik dan kesempurnaan manusia yang

diterapakn dengan kultur keraton (Suwardi,2014:81).


17

Menurut masyarakat jawa, alam sekitar tempat mereka tinggal sangat

mempengaruhi cara berfikir dan kehidupan mereka (Franz,2014:30). Cara orang

jawa untuk memenuhi kebutuhan spritual ialah dengan menjalankan upacara

tradisional. Jiwa kebatinan yang dimiliki orang jawa bersumber dari ajaran agama

yang berhiaskan budaya daerah. Kehidupan orang jawa berorientasi kepada nilai

luhur yang diturunkan secara turun- temurun oleh nenek moyangnya

(Endrawarsa,2017:27).

Adat budaya perkawinan jawa merupakan salah satu kebudayaan yang ada

di Nusantara. Sangat penting dan perlu untuk melestarikan kebudayaan ini.

Budaya yang sudah diturunkan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Sesuai

dengan ungkapan yang mengatakan bahwa, bngsa yang besar merupakan bangsa

memiliki budaya yang tinggi (Thomas,2015:134).

Menurut orang jawa perkawinan merupakan pertemuan antara pengantin

pria dan wanita dalam susunan kerajaan jawa. Hal itu terus diajarkan dan

dipertahankan dari generasi satu ke generasi berikutnya, orang jawa mengatakan

itulah yang disebut dengan falsafah hidup.

2.2.5 Dasar-Dasar Perkawinan Menurut Hukum Adat

Berikut ini hal yang menjadi dasar-dasar perkawinan dalam hukum adat:

1. Pernikahan sebagai tujuan untuk menciptakan serta membentuk rumah tangga

yang nantinya memiliki hubungan kekeraban damai, rukun dan juga bahagia.

2. Pernikahan yang dilakukan harus sah berdasarkan hukum agama dan juga

harus mendapat pengakuan dari anggota keluarga.


18

3. Pernikahan dilakukan karena persetujuan orag tua dan keluarga. Masyarakat

bisa menolak atas pernikahan tersebut jika tidak diakui masyarakat adat.

4. Ada dua jenis perceraian, perceraian yang diperbolehkan dan tidak

diperbolehkan. Hal itu dampak atas perceraian tersebut dapat mencegah belah

kekeluargaan atau tidak.

5. Dalam hukum adat, terdapat keseimabangan antara suami dan juga istri. Itu

semua tergantung keadaan hukum adat yang mereka pakai serta gunakan.

Sebagian hukum adat ada yang menetapkan istri hanya sebagai ibu rumah

tangga, ada pula hukum adat yang tidak menetapkan demikian.

2.2.6 Syarat-syarat Pernikahan Adat

1. Mempelai Pria.

2. Mempelai Wanita.

3. Wali, orang tua dari mempelai perempuan yang akan menikahkannya. Jika

orang tua sudah tidak ada lagi, maka bisa digantikan oleh saudara kandung

yang laki-laki dan juga wali hakim.

4. Perangkat desa sebagai saksi

5. Keluarga kedua belah pihak.

6. Mahar bisa berupa uang ataupun barang yang nantinya akan digunakan oleh

calon istri (Rodiyah,2014:54).

2.2.7 Tahap-tahap Prosesi Pernikahan Adat Jawa


Tahap-tahap menjelang upacara pernikahan

1. Nontoni
19

Nontoni merupakan usaha pihak pria untuk mengenal calon pengantin

perempuan. Nontoni ini bertjuan agar kedua calon pengantin saling kenal satu

sama lain. Kalau dalam islam nontoni ini disebut dengan taaruf jika pria dan

perempuan sudah mengenal satu sama lain maka dilanjutkan dengan acara

lamaran. Tetapi pada saat sudah banyak yang tidak menggunakan nontoni

karena langsung keacara lamaran saja.

2. Lamaran

Lamaran dilakukan oleh utusan pihak laki-laki yang disaksikan oleh

masyarakat atau kerabat kedua belah pihak. Jika lamaran diterima maka

dilanjutkan perbincangan untuk menyatukan kedua calon pengantin.

3. Paningsetan

Yang dimaksud dengan paningsetan adalah tukar cincin atau biasanya yang

disebut pada saat ini tunangan. Tujuan dari paningsetan adalah mengikat atau

mempererat hubungn sari kedua belah pihak.

4. Ulem

Ulem adalah menyebarkan undangan kepada masyarakat setempat dan saudara

atau kerabat dari kedua mempelai dan orang tua.

5. Siraman

Sehari acara sebelum pernikahan calon pengantin perempuan melaksanakan

siraman. Yang bertujuan sebagai pembersih jiwa dan raga calon pengantin.

6. Midodareni
20

Calon penantin perempuan dirias dan ditinggaalkan dikamar tidak boleh tidur

sampai tengah malam. Pada malam mododareni ini calon pengantin akan

ditemani bidadari-bidadari cantik.

A Pelaksanaan Upacara Pernikahan

1. Pelaksaan akad nikah merupakan suatu janji ataupun ikatan yang

berlangsung ketika dan kabul. Dimana wali seorang perempuan

mengemukakan kepada calon suami anaknya. Laki-laki yang suda

menetapkan hati dan pilihannya pada perempuan tersebut, itulah yang

disebut dengan ijab. Dan calon suami yang bersangkutan menyatakan

menerima perempuan tersebut sebagai istrinya yang dinyatakan kabul.

2. Upacara Temu Manten, kedua calon mempelai saling dipertemukan

dengan adanya pengiring masing-masing mempelai. Upacara temu manten

ini merupakan suatu tanda yang mengisyaratkan bahwa kedua mempelai

telah sah menjadi suami istri.

3. Lempar Sirih, kedua pengantin saling melempar sirih yang berisi kapur

sirih yang diikat dengan benang. Lempar sirih ini bertujuan untuk

mengusir roh jahat dan gangguan mahluk halus.

4. Pecah Telur, pengantn pria menginjak telur ayam kampung sampai pecah

dan pengantin perempuan membersihkan kaki pengantin pria dengan air

kembang setaman kemudian di lap menngunakan tisu atau sejenis kain.

5. Dulungan, ibu dari pengantin perempuan membawakan piring yang berisi

dengan lauk pauk, kemudian pengantin pria menyuapkan nasi kepada

pengantin perempuan dan begitu pun sebaliknya pengantin perempuan


21

menyuapkan nasi kepada pengantin pria. Hal ini melambangkan bahwa

kedua pengantin telah siap mengarungi kehidupan rumah tangga dalam

keadaan suka dan duka, serta menikmati apa yang telah dimiliki bersama.

6. Duduk Sanding, pengantin pria da pengantin perempuan didudukan

dipelaminan sebagai tanda telah sah sebagai suami istri dan bisa duduk

berdekatan.

7. Sungkeman, proses ini dilakukan oleh kedua pengantin.mempelai pria dan

juga wanita melakukan sungkem kepada kedua orang tua, baik orang tua

kandung maupun mertua. Sungkeman ini merupakan bentuk

penghormatan kepada kedua orang tua yang sudah berbear hati

membesarkan anaknya dengan curahan kasih sayangnya

(Bayundhy,2015:60).

2.2.8 Makna Pecah Telur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makan adalah (1) arti, (2) maksud

pebicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk

kebahasaan. Makna (pikiran atau referensi) adalah hubungan antara lambang

(simbol) dan acuan atau referen.

Menurut pandangan Saussure, makna adalah “pengertian” atau “konsep’

yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Ada beberapa

penjelasan tentang pengertian makna salah satunya adalah suatu hubungan khas

yang tidak teranalisis dengan hal-hal atau benda-benda lain, yang kedua
22

pemahaman makna kata-kata yang digabungkan dengan sebuah kata dalam

kamus, yang ketiga konsekuensi-konsekuensi praktis suatu hal dalam

pengalaman untuk masa yang akan dating, yang keempat suatu kegiatan yang

diproyeksikan kedalam suatu objek.

Pemahaman makna (bahasa inggris:sense) dibedakan dari arti (bahasa

inggris:meaning) di dalam semantik, arti dalam hal ini menyangkut makna

leksikal atau sesuai dengan konsep yang digambarakan pada kata tersebut,

cenderung terdapat di dalam kamus terutama Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Makna sendiri adalah pertautan yang ada di unsur-unsur bahasa itu sendiri.

Terdapat tiga hal untuk menjelaskan istilah makna, (1) kata yaitu elemen terkecil

dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, (2)

kalimatt adalah gabungan dua kata ataupun lebih, baik itu dalam bentuk lisan

maupun tulisan yang disusun sesuai pola tertentu sehingga memiliki arti, dan (3)

apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi.

Dari definisi tersebut maka makna merupakan arti atau suatu maksud yang

tersimpul dari kata, jadi antara makna, tulisan, dan komunikasi sangat

berkesinambungan, contohnya dari tulisan bisa mengacu ke karya sastra puisi

misalnya didalamnya terkandung makna yang tersirat, dan juga proses

komunikasi dapat menimbulkan sebuah makna.


23

2.3 Tradisi

2.3.1 Pengertian Tradisi

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan istiadat, yakni kebiasaan-

kebiasan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang

meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan

yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang

sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu

kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.

Tradisi adalah kesamaan baik benda material maupun gagasan yang berasal

dari masa lalu, akan tetapi bentuknya masih ada sampai sekarang, tidak rusak dan

tidak hancurdisebut sebagai tradisi. Secara sederhana tradisi diartikan sebagai

warisan masa lalu.

Suatu kebiasaan yang dilakukan masyarakat dengan berpijak pada sejarah

ataupun masa lalu dalam hal adat, bahasa, dan sebagainya yang diturunkan ke

generasi selanjutnya disebut tradisi. Kebiasaan yang diturunkan, biasanya dengan

mudah diterima masyarakat. Pasalnya mereka beranggapan bahwa jika sesuatu itu

benar lebih baik diterima saja,. Setiap daerah memiliki tradsinya masing-masing,

seperti bahasa daerah yang digunakan dalam setiap daerah (Shadly, 2018:3).

2.3.2. Pengertian Tradisi Pecah Telur

Setiap prosesi yang dilakukan dalam upacara pecah telur memiliki makna

dan simbol tersendiri. Saat proses menginjak telur dan mencuci kaki dengan ai

rkembang setaman, dapat digambarakan bahwa pengantin pria berhasil

menurunkan benih dan mendapatkan keturunan yang baik. Adapun proses yang
24

dilakukan saat prosesi pecah telur ialah: pengantin pria berdiri, bersiap dengan

posisi kaki siap untuk menginjak telur. Telur yang akan diinjak diletakan diatas

nampan,. Pengantin wanita dalam keadaan jongkok didepannya. Setelah mempelai

pria memcahkan telur, makaa mempelai wanita segara membersihkan kaki

memepali pria menggunakan air setaman (Perbowosari,2014:85).

Acara ritual pecah telur memiliki makna filosofiss yang penting bagi kedua

mempelai. Telur yang digunakan dalam adat perkawinan jawa harus telur ayam

kampung. Telur ini diletakan diatas kaki kanan pengantin pria, telur harus

dipecahkan, setelah selei kaki kanan pengantin pria dibersihkan lalu dikeringkan.

Mempelai wanita memasangkan sendal kepada mempalai pria, proses itu

menyimbolkan bahwa sang mempelai wanita taat dan patuh kepada suami. Makna

dari ritual pecah telur melambangkan adanya proses peralihan dari masa lajang

bagi kedua mempelai yang akan memasuki kehidupan nyata yang penuh

rintangan. Oleh sebab itu, saat menginjak telur pengantin pria mengucapkan

kalimat: “Ambedah korining kasuwargan (menembus surga)”, Prosesi pecah telur,

hanya ada dalam upacara perkawinan adat jawa (Perbowosari,2018:85)

2.3.4 Kajian Penelitian Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan dan berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan tentang nilai budaya dalam tradisi pecah telur di

Dwsa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam, penulis menemukan beberapa

penelitian yang relevan antara lain:

1. Skripsi Afsah Awaliyah tahun 2020 yang berjudul “Tradisi Pecah Telur

Dalam Adat Pernikahan Masyarakat Jawa Di Desa Sait Buttu Sarinu,


25

Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun”. Dalam skripsinya

ia menjelaskan prosesi tradisi pecah telur. Untuk mengetahui bagaimana awal

adanya tradisi pecah telur dan mengapa masi dikembangkan dan dilaksanakan

pada saat ini. Dan mengeahui bagaimana makna-makna simbolis dari prosesi

pecah telur.

2. Skripsi Siti Komariah tahun 2018 yang berjudul “Makan Simbolis Pecah

Telur Pada Prosesi Perkawinan Suku Jawa Studi Kasus di Desa Catur

Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Kajian

Etnografi).” Dalam skripsinya, ia menjelaskan proses pecah telur, persiapan

yang harus dilakukan ketika akan melakukan acara pecah telur, kapan

dilaksanakan prosesi pecah telur. Dalam penelitian ini juga membahas makan

apa saja yang terkandung didalam prosesi pecah telur.

3. Skripsi Siti Aliyah Sembiring tahun 2018 yang berjudul “Makan Simbolik di

Balik Tradisi Pecah Telur Dalam Pernikahan Adat Jawa”. Dalam skripsi ini

menjelaskan tentang pelaksanaan tradisi pecah telur, serta mengetahui makan-

makna yang terkandung dalam tradisi pecah telur pada upacara pernikahan

adat jawa. Dan juga membahasa tentang peratan yang dipakai ketika tradisi

pecah telur dimulai.

.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan semua proses yang dilakukan dalam

perencanaan dan pealksanaan suatu penelitian, yang membantu peneliti

mengumpulkan data dan menganalisis data. Sebab itu desain penelitian sangat

menentukan dan memegang peranan penting dalam keberhasilan dan keakuratan

data penelitiam.

Metode penelitian adalah suatu langkah yang digunakan untuk

memperoleh data terkait penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini sangat

diperlukan langkah yang relevan untuk memperoleh data. Menurut pendapat

Sugiyono, metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data

untuk tujuan tertentu (Sugiyono,2016:1-2).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana penelitian

ini akan menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis dan juga lisan dari orang

yang dianggap menjadi saksi sejarah atau peristiwa. Penelitian kualitatif ini

merupakan jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti suatu objek yang

bersifat alamiah. Penelitian ini juga berguna untuk memperoleh informasi sesuai

dengan objek yng diteliti. Penelitian kualitatf sengaja penelti gunakan karena

dapat mendeskripsikan secara jelas penelitian yang penulis teliti yaiyu, bagaimana

tradisi pecah telur dalam adat perkawinan jawa yang ada di desa Masjid II

Kecamatan Lubuk Pakam.

26
27

Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi budaya., dengan

teknik trianggulasi yang berfokus pada kebudayaan ataupun kebiasaan manusia

yang sudah menjadi pedoman sekelompok masyarakat, baik berupa nilai, perilaku,

adat, yang diturunkan secara turun-temurun (Liiweri,2013:8).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam yang

merupakan tempat terjadinya tradisi pecah telur. Kemudian untuk waktu

penelitian dilakukan pada bulan Februari 2023.

3.3 Sumber Data

Data Primer

Data primer digunakan untuk memperoleh data yang dapat menyelesaikan

masalah yang ada. Biasanya data yang didapat, dikumpulkan langsung oleh

peneliti, karena data ini hanya didapatkan langsung dari sumber pertama. Sumber

utama biasanya diperoleh dari hasil wawancara langsung bersama tokoh-tokoh

yang berkaitan langsung dengan penelitian yang penulis teliti. Menurut Lexy,

sumber uatam didapatkan melalui wawancara, dokumentasi dan juga melalui

perekaman video (Lexy, 2016 :157). Penulis mendapatkan data primer dari hasil

wawancara langsung bersama tokoh yang memahami dan mengerti terkait tradisi

pecah telur. Adapun tokoh yang menjadi sumber utama penulis ialah ketua adat

dan tokoh agama.

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah dikumpulkan dari data yang

telah ada sebelumnya dengan maksud menyelesaikan masalah yang dihadapi


28

dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah artikel, jurnal

serta situs di internet yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Oleh karena

itu, selain data primer peneliti juga menggunakan sumber data sekunder. Adapun

data sekunder yang penulis dapatkan terkait penelitian ini ialah data yang

bersumber buku dan jurnal. Umumnya buku dan jurnal tersebut memiliki

keterkaitan dengan tradisi pecah telur serta nilai kehidupan sosial budaya yang ada

pada tradisi tersebut.

3.4 Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan diharapkan informan yang dipilih dapat

memahami dan menguasai data yang dibutuhkan oleh peneliti untuk tujuan

memahami pokok bahasan yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis memilih

beberapa informan diantaranya yaitu:

1. Sutini

Merupakan ketua marhaban desa masjid II dimana setiap orang yang

melangsungkan pernikahan pasti mengundang merhaban untuk mendoakan

sang mempelai, proses pelaksanaan tradisi pecah telur dalam perkawinan jawa

yang ikut berperan dalam melangsungkan proses tradisi pecah telur. Ibu sutini

orang yang sudah paham dan sering menyaksikan.

2. Sisum

Merupakan tokoh masyarakat yang sudah melaksanakan tradisi pecah telur

tersebut dan apa saja yang diperlukan dalam melaksanakan tradisi pecah telur

serta bagaimana proses pelaksanaanya.

3. Inem
29

Merupakan ketua adat dalam proses pelaksanaan tradisi pecah telur dalam

perkawinan jawa yang berperan penting dalam pelaksanaan tradisi pecah telur.

Bu inem orang yang sudah ahli dalam melaksanakan perkawinan jawa.

4. Lusi

Merupakan masyarakat desa masjid II yang juga sering menyaksikan proses

tradisi pecah telur di desa masjid II.

5. Waginah

Merupakan tokoh masyarakat yang akan memberikan pandangan apakah

tradisi pecah telur pada masa dulu masih sama dengan masa sekarang.

Tabel 3.4 Nama Informan

No Nama Jabatan Umur


1. Sutini Ketua Marhaban 48
2. Sisum Tokoh Masyarakat 59
3. Inem Ketua Adat 43
4. Lusi Masyarakat 43
5. Waginah Tokoh Masyarakat 75

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data pennelitian. Tanpa adanya instrumen peneliti tidak akan

bisa mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti untuk peneliti. Peneliti

mendapatkan data dalam penelitian dengan cara bertanya, mendengarkan, dan

mencatatat semua yang diperoleh dari hasil wawancara.


30

3.6 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan peninjauan secara cermat dengan mewajibkan

peneliti hrus berkecimpung dan turun langsung ke lapangan mengamati hal-hal

yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti (Sugiyono, 2015:64).

Dengan survei lokasi penelitian desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

dan wawancara secara langsung oleh masyarakat kegunaan observasi ini agar

peneliti mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tradisi pecah telur.

Penelitian ini bersifat observasi partisipan, dimana peneliti terlibat langsung

dalam prosesi pecah telur sebagai pengamat dan yang memaknai setiap peristiwa

tersebut.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer), yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Wawancara peneliti lakukan dengan beberapa informan yang

menjadi narasumber. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai makna subjektif yang berkaitan dengan topik yang diteliti

(Poerwandari:2013). Untuk memperoleh data primer mengenai tradisi adat

perkawinan pecah telur, peneliti menggunakan teknik wawancara kepada orang

yang paham dan mengerti betul mengenai tradisi perkawinan (Suharsimi,

2014:133).
31

Dalam sebuah penelitian, wawancara berfungsi untuk memperoleh serta

mengumpulkan berbagai ketererangan mengenai kehidupan masyarakat yang

menjadi sumber utama dari metode observasi, dalam teknik wawancara ini

peneliti menggunakan wawancara secara langsung dimana pewawancara langsung

bertatap muka dengan narasumber untuk mendapatkan informasi dan juga data

yang diperlukan.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2018:476) Dokumentasi adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen serta keterngan yang dapat mendukung penelitian. Untuk mendukung

penelitian ini maka peneliti perlu mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya

dengan teknik dokumentasi ini. Agar kemurnian penelitian dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah.

3.7 Teknik Analisa Data

Proses analisa data merupakan suatu langkah yang digunakan untuk

memilih dan menyusun data berupa doumentasi ataupun data yang didapatkan

dilapangan secarra sistematis (Sugiyono:2016 :244). Penelitian ini menggunakan

analisis data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk ucapan atau perbuatan tradisi

pecah telur. Miles dan Hubermen berpendapaat bahwa dalam menganalisis data

kualitatif, perlu dilakukan secar interaktif dan berlangsung teru menerus. Menurut

sugiyono, dalam menganalisis data terdapat reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Sugiyono:2017:246).

a. Reduksi Data
32

Yaitu melakukan sebuah rangkuman serta memilih hal yang benar-benar

penting dan perlu. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas

serta memberikan kemudahan kepada peneliti untuk melakukan pengumpulan

data berikutnya. Dalam melakukan reduksi data, kita dapat menggunakan

peralatan elektronik sebagai alat bantu. Reduksi data diperoleh melalui

wawancara, observasi, atau catatan lapangan. Hal itu dilakukan untuk

memperoleh informasi secara jelas, sehingga peneliti mampu mempertanggung

jawabkan data yang didapatkan (Sugiyono 2017: 247).

b. Penyajian Data

Mendisplaykan data bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam

menyusun data apa saja yang diperlukan serta merencanakan apa saja langkah

yang akan dilakukan selanjutnya. Dalam mendisplaykan data sebaiknya tidak

hanya menggunakan teks naratif saja, tetapi juga berupa grafik, matrik, network

dan chart (Sugiyono 2014: 249).

c. Penarikan Kesimpulan

Dalam menarik kesimpulan, pengambilannya dilakukan secara bertahap.

Hal utama yang dilakukan ialah, menyusun hipotesisatau simpulan sementara,

ketikan data yang didapatkan sudah lengkap, maka sebaiknya lakukan verivikasi

data, Langkah selanjutnya ialah membuat kesimpulan akhir setelah langkah

pertama sudah selesai (Zainal Arifin:171-172).

3.8 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ketika melakukan pemeriksaan keabsahan data dalam, peneliti

menggunakan metode triangulasi data. Tiangulasi data merupakan suatu teknik


33

yang digunakan untuk teknik pemeriksaan data yang bertujuan untuk pengecekan

atau sebagai perbanding data (Lexyy, 2014:330). Tujuan dari triangulasi ialah

dapat mengetahui kebenaran dan keabsahan suatu data mengenai adat dan tradisi

pecah telur dalam perkawinan jawa di Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam.

Triangulasi terbagi menjadi 4 yaitu:

1. Triangulasi metode, dilakukan dengan wawancara observasi dan juga survey.

Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara benar. Dalam

penggunaan metode wawancara, observasi, dan survey dilakukan agar dapat

melakukan pengecekan kebenaran informasi mengenai objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan yang berbeda, hal ini

bertujuan agar peneliti dapat melakukan pengecekan kebenaran dari informasi.

Teknik tringulasi metode, dilakukan apabila kebenaran dari informan

diragukan.

2. Teknik triangulasi antar-peneliti. Teknik dan metode ini digunakan dengan

cara melebihkan informan dalam pengumpulan dan juga analisa data. Secara

tidak langsung, teknik ini memberikan pengetahuan yang cukup banyak

kepada peneliti tentang informasi yang diperlukan.

3. Teknik truangulasi sumber data, merupakan suatu teknik yang digunakan

untuk menggali benar atau tidaknya suatu informasi. Baik informasi yang

bersumber dari buku, arsip, dokumen, gambar ataupun foto. Setiap sumber

akan memberikan keterangan terhadap topik yang diteliti.

4. Triangulasi Teori, merupakan hasil akhir dari sebuah penelitian. Metode ini

menjadi tahap akhir yang dapat digunakan sebagaidasar penarikan


34

kesimpulan. Teknik ini berfungsi untuk memberikan pemahaman kepada

peneliti dalam menggali pengetahuan berdasarkan analisis yang digunakan

(Mudja:2013).

Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan triangulasi metode dan

teori. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan informan yang berbeda, dengan

tujuan memastikan data yang didaptkan merupakan data yang benar. Setelah itu,

data disimpulkan dengan cara memvalidasinya dengan berbagai sumber. Kerolasi

dua triangulasi ini digunakan berdasarkan kegiatan lapangan, sehingga

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data secara lengkap. Kombinasi dari

triangulasi ini dilakukan berdasarkan dengan kegiatan lapangan sehingga peneliti

dapat mengumpulkan data secara lengkap.

Gambar 3.3 Peta Kabupaten Deli Serdang

Gambar 3.4 Peta Wilayah Lubuk Pakam


35

DAFTAR PUSTAKA

Awaliyah, A. (2020). Tradisi Pecah Telur dalam Adat Pernikahan Masyarakat


Jawa Di Desa Sait Buttu Saribu, Kecamatan Pematang Sidamanik,
Kabupaten Simalungun (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara).

Cahyani, T. D. (2020). Hukum Perkawinan (Vol. 1). UMMPress.

Milenia, P. P. (2022). Tradisi Pecah Telur Pada Prosesi Pernikahan Adat Jawa
Di Kota Jambi Tahun 1979-2021 (Doctoral dissertation, Ilmu sejarah).

Milenia, P. P. (2022). TRADISI PECAH TELUR PADA PROSESI PERNIKAHAN


ADAT JAWA DI KOTA JAMBI TAHUN 1979-2021 (Doctoral dissertation,
Ilmu sejarah).

Neonnub, F. I., & Habsari, N. T. (2018). Belis: tradisi perkawinan masyarakat


Insana kabupaten Timor Tengah Utara (kajian historis dan budaya tahun
2000-2017). Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 8(01), 107-
126.

Nomor, U. U. (1). tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pratama, B. A., & Wahyuningsih, N. (2018). Pernikahan Adat Jawa Di Desa


Nengahan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Haluan Sastra
Budaya, 2(1), 19-40.

Santoso, S. (2016). Hakekat Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan,


Hukum Islam dan Hukum Adat. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam, 7(2), 412-434.

Sembiring, S. A. (2018). Makna Simbolik Di Bali Tradisi Pecah Telur Dalam


Pernnikahan Adat Jawa (Studi Kualitatif Pada Masyarakat Kecamatan
Labuhan Deli) (Doctoral dissertation).
36

Sentia, I. (2021). Makna Simbolis dan Nilai Budaya Pecah Telur pada Prosesi
Pernikahan Suku Jawa di Dusun IX Desa Sidua-Dua Kecamatan Kualuh
Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara (Doctoral dissertation, Universitas
Sumatera Utara).

Siti Komariah, A., Mailinar, M., & Aminuddin, A. (2018). Makna Simbolis Pecah
Telur Pada Prosesi Perkawinan Suku Jawa Studi Kasus Di Desa Catur
Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Kajian
Etnografi) (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).

Surahman, E., Satrio, A., & Sofyan, H. (2020). Kajian teori dalam
penelitian. JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), 49-58.

Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. (2022). Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan


Dari Berbagai Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan
Yang Bersifat Universal. Cross-border, 5(1), 782-791.
37

Lampiran I. Daftar Pertanyaan Narasumber

Dalam hal ini pewawancara memiliki kebebasan dalam menanyakan

pertanyaan kepada narasumber.

Peneliti mengajukan 10 pertanyaan kepada para Informan sebagai berikut :

1. Apakah fungsi makna tradisi pecah telur dalam perkawinan adat jawa?

2. Bagaimanakah perubahan makna pecah telur dari zaman dulu sampai

sekarang?

3. Apa yang menyebabkan tradisi pecah telur menyebab perubahan ?

4. Perlukah kita melestarikan budaya tradisi pecah telur ?

5. Bagaimana cara kita melestarikan budaya tradisi pecah telur ?

6. Kenapa kita harus melestarikan budaya tradisi pecah telur ?

7. Apakah yang dimaksud dengan fungsi makna tradisi pecah telur ?

8. Bagaimanakah tradisi pecah telur dilaksanakan ?

9. Apa yang dimaksud makna pecah telur dalam perkawinan jawa dan

bagaimana cara pelaksanaannya ?

10. Apa fungsi makna tradisi pecah telur telur dalam perkawinan adat jawa ?
38

Lampiran II. Daftar Informan Penelitian

Nama : Sisum

Alamat : Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

Umur : 59

Keahlian : Memasak

Nama : Waginah

Alamat : Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

Umur : 75
Keahlian : Menjahit

Nama : Sutini

Alamat : Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

Umur : 48

Keahlian : Membuat Kue

Nama : Lusi

Alamat : Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

Umur : 43

Keahlian : Memasak

Nama : Inem

Alamat : Desa Masjid II Kecamatan Lubuk Pakam

Umur : 43

Keahlian : Membuat Kue


39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai