Oleh:
Prof. Dr. Maidin Gultom, SH., MHum
Disampaikan pada
Kuliah Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)
HK LAW EDUCATION CENTRE
MEDAN
2022 1
Fungsi MA adalah untuk melakukan
pengawasan dan pengaturan.
2
Berwenang untuk meminta keterangan tentang hal-
hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari
semua tingkat peradilan.
3
Mahkamah Agung dapat mengatur
lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan.
4
Bentuk pengawasan MA yang menjadi pranata
Hukum, berupa:
5
Fatwa Mahkamah Agung yaitu,Surat Ketua Mahkamah
Agung yang dibuat secara khusus kepada pengadilan
tertentu untuk memberikan petunjuk tehnis atau
teguran yang berkaitan dengan proses persidangan atas
proses Eksekusi putusan pengadilan.
6
Berkaitan dengan fungsi pengawasan
Mahkamah Agung atas
penyelengaraan peradilan, perlu
disikapi berbagai perkembangan
terhadap proses peradilan,sebagai
berikut :
7
Tujuan peradilan kasasi yaitu :
8
Tujuan yurisprudensi :
9
Putusan Bebas Pengadilan Negeri
10
Pasal 244 KUHAP menentukan :
Terdakwa atau penuntut umum dapat
mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung
kecuali terhadap putusan bebas.
11
Ketentuan ini juga dipertegas dalam
Pasal 67 KUHAP untuk larangan
pengajuan permohonan banding
putusan bebas.
13
Berkaitan dengan petunjuk teknis
MA tersebut,dapat diberlakukan
ulasan sebagai berikut:
14
Bahwa”sense clair” yang tercantum
dalam Pasal 1324 KUH Perdata yang
menentukan bahwa apabila kata-
kata suatu”perjanjian” sudah jelas,
tidak lah diperkenankan untuk
menyimpang dengan jalan
penafsiran.
15
Dibenarkan proses ”contra legem” :
16
Bahwa akan tetapi permohonan banding dan
kasasi hanya mungkin dapat diajukan pihak
terpidana karena kekeliruan hakim tidak
dapat dipikulkan pada pihak yang diputus
bebas.
17
– Bahwa praktik peradilan yang berjalan semua ini
(yang bersifat”contra leggem”) dapat ditelusuri
pada rumusan kaidah hukum dalam
yurisprudensi.
18
Berkaitan dengan praktik peradilan
berkaitan dengan proses ”contra legem”
dapat diajukan sebagai berikut:
19
Alasan ”vorm verzuim” inilah yang
dijadikan alasan penerbitan SEMA No.
MA/Pemb./1154/74, tanggal 25 Desember
1974,
yang didasari suatu konstatasi bahwa
putusan Pengadilan Negri/Tinggi kadang-
kadang tidak disertai pertimbangan yang
dikehendaki UU,
21
Bahwa permohonan itu telah lewat tanggal
waktu,conform pasal 245 KUHAP (Putusan MA
No.521 K/Kr/1975 tanggal 25 september 1974)
22
Bahwa permohonan tidak mengajukan memori
kasasi(Pasal 248 ayat (1) KUHAP) Atau terlambat
mengajukan memori kasasi(Pasal 248 ayat (1) dan
ayat (4) KUHAP).
23
berkaitan dengan hal ini juga,isi SEMA
No.MA/Pemb/83 tanggal 4 agustus
1983,yang menyusun standart kasasi dalam
2 (dua) aspek:
24
Berpedoman pada tugas dan fungsi peradilan kasasi dalam
aspek penciptaan yurisprudesi dengan aspek pembinaan
administratif dilingkungan peradilan,
25
Bahwa sebagai SEMA dan yurisprudesi yang
berkaitan dengan putusan kasasi terhadap putusan
bebas seyogianya dikumpulkan untuk dijadkan
patokan eksaminasi (penilaian), terhadap kinerja
para hakim yang menyatakan putusan bebas
dimasa yang akan datang.
26
Bahwa tujuan eksaminasi terhadap hakiam
rendahan adalah dimaksudkan untuk
peningkatkan kualitas profesi hakim dan
bahwa putusan bebas adalah suatu bentuk
penerapan perlindungan HAM yang harus
dijunjung tinggi melalui peradilan.
27
Bahwa diluar tujuan peningkatan kualitas
profesi Hakim diharapkan pelaksanaan
eksekusi juga dijadikan sarana utama untuk
penerapan program pengawasan itu dengan
sistem nilai,sehingga hakim yang
profesional mampu membuat putusan yang
cermat dan adil.
28
Hakim yang profesional ditentukan oleh 3
(tiga) hal harus diliki secara simultan, yaitu
29
IQ (Intellegence Quotient) atau tingkat kecerdasan.
30
EQ (Emotional quotient)atau tingkat kemampuan
mengendalika emosi, yang merupakan memahami
persaan orang lain dan kemampuan memilah persaan
sendiri.
31
SQ Sritual Quotient) atau tingkat kemampuan menghayati
dan mengamalkan ajaran/nilai-nilai agama.
32