Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 2 Hukum Pidana

UPAYA
HUKUM
Annas Fajri B. H. H. | 205010036
Dinda Sulistiana | 205010002
Hananthya Firdhayanti K. | 205010027
Kiki Hananda Saputra | 205010007
Nurul Amaliyah | 205010024
Rifa Fauziah Utami | 205010018
PENGERTIAN
Upaya hukum adalah suatu upaya atau hak yang diberikan oleh undang-undang
kepada seseorang atau badan hukum untuk dalam hal tertentu melawan putusan
hakim.

Perbedaan upaya hukum menurut bab XVII-XVIII KUHAP dan Pasal 1 butir 12 KUHAP

- Menurut bab XVII-XVIII KUHAP :


a. Upaya hukum biasa terdiri dari banding dan kasasi, dan
b. Upaya hukum luar biasa yang terdiri dari kasasi demi kepentingan umum dan
peninjauan kembali (PK)

- Sedangkan, menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP :


Upaya hukum terdiri dari perlawanan, banding, kasasi, dan Peninjauan Kembali (PK).
Dalam KUHAP terdapat beberapa pasal yang dapat diketegorikan sebagai upaya hukum yang
dapat dilakukan dalam perkara pidana, yaitu sebagai berikut :

1. UPAYA HUKUM PRAPRADILAN


Prapradilan dapat diartikan sebagai lembaga mandiri yang ada di dalam hukum pidana Indonesia.
Menurut KUHAP, prapradilan tersebut diatur dalam Pasal 77 s/d Pasal 83. Dalam
pelaksanaannya, prapradilan sering digunakan para pihak untuk mengajukan upaya hukum guna
menguji apakah tindakan-tindakan yang dilakukan apparat penegak hukum (Polisi, Jaksa atau
KPK) dalam melakukan tindakan hukum selah benar dimata hukum atau tidak pada dasarnya,
dalam prapradilan yang dinilai hanyalah aspek formil terhadap tindakan aparat hukum, sehingga
tidak berhubungan dengan pokok perkara.
2. UPAYA HUKUM BIASA
Upaya hukum biasa ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu upaya hukum banding, dan upaya
hukum kasasi.
3. UPAYA HUKUM LUAR BIASA
Upaya hukum luar biasa ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pertama, pemeriksaan kasasi demi
kepentingan hukum, dan kedua, Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan yang berkekuatan
hukum tetap.
BANDING

Banding yaitu upaya terdakwa/penuntut umum untuk menolak putusan pengadilan tingkat I dan
mengajukan perlawanan ke pengadilan tinggi yang membawa ke pengadilan negeri.
Yang berhak mengajukan banding sesuai dengan pasal 223 jo 67 KUHAP adalah :
1. Terdakwa dan kuasanya
2. Penuntut Umum
Pada pasal 67 KUHAP pada dasarnya semua putusan pengadilan dpaat diajukan
banding, kecuali :
- Putusan bebas apabila tidak terbukti
- Putusan lepas dari segala tuntutan hukum karena kurang tepatnya pnerapan hukum terbukti
tetapi ada dasar pemaaf contohnya sakit jiwa.
- Putusan dalam acara cepat.
KASASI

Kasasi adalah salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah satu atau kedua belah pihak
terhadap suatu putusan pengadilan tinggi. Terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan kasasi bila masih
merasa belum puas dengan isi putusan pengadilan tinggi kepada mahkamah agung.

Diatur dalam Pasal 244 KUHAP yang menyatakan terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada MA, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan
permintaan pemeriksaan kasasi kepada MA kecuali terhadap putusan bebas.
Selanjutnya dalam Pasal 253 KUHAP disebutkan pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan
oleh MA atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 248
KUHAP guna menentukan :
● Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya;
● Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang;
● Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Dalam perkembangannya, terhadap frasa “kecuali terdahap putusan bebas” dalam Pasal 244
KUHAP telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) melalui Putusannya
No. 114/PUUX/2012 tanggal 28 Maret 2013. Sehingga saat ini terdakwa mapun penuntut
umum tetap dapat mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas tersebut.
PEMERIKSAAN TINGKAT KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM

Aturan mengenai ini diatur dalam Pasal 259 KUHAP yang menjelaskan demi
kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada MA, dapat diajukan satu kali
permohonan kasasi oleh Jaksa Agung. Pada prinsipnya, putusan kasasi demi
kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan.
PENINJAUAN KEMBALI (PK) PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH
MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP

Aturan mengenai ini diatur dalam Pasal 263 KUHAP yang menyatakan terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana
atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali (PK) kepada MA. Adapun alasan-alasan
mengajukan PK yaitu :
• Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui
pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala
tuntutanhukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan
ketentuan pidana yang lebih ringan;
• Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau
keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan
satu dengan yang lain;
• Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Dalam Pasal 268 ayat (3) KUHAP menyatakan permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan hanya dapat
dilakukan satu kali saja. Namun, pasca adanya putusan MK No. 114/PUU-X/2012 tanggal 28 Maret 2013, maka
saat ini PK yang ingin diajukan terpidana atau ahli warisnya dapat dilakukan berkali-kali tanpa harus dibatasi.

Anda mungkin juga menyukai