Janpatar Simamora
Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234
Email: patarmora_81@yahoo.co.id
ABSTRAK
Secara teori, jaksa penuntut umum (JPU) tidak bebas oleh JPU tidak memberikan upaya hukum
diperkenankan mengajukan upaya hukum kasasi biasa terhadap putusan bebas serta menghilangkan
terhadap vonis bebas sebagaimana diatur dalam fungsi Mahkamah Agung sebagai pengadilan kasasi
Pasal 244 KUHAP. Namun dalam praktik selama terhadap putusan bebas, sehingga tidak tercapai
ini, JPU telah beberapa kali mengajukan kasasi kepastian hukum yang adil dan prinsip perlakuan
terhadap vonis bebas dan beberapa di antaranya yang sama di hadapan hukum.
dikabulkan oleh Mahkamah Agung. Hal ini terjadi Kata kunci: putusan bebas, kasasi, negara hukum,
karena larangan mengajukan kasasi atas vonis kepastian hukum.
bebas sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHAP
terkesan multitafsir sehingga menimbulkan
perbedaan pendapat dalam penerapannya. Kondisi
semacam ini sangat berseberangan dengan prinsip- ABSTRACT
prinsip negara hukum, khususnya dalam upaya In theory, a public prosecutor is not permitted to file
mewujudkan kepastian hukum. Atas dasar itulah, an appeal against acquittal as set forth in Article
maka kemudian Mahkamah Konstitusi melalui 244 of the Criminal Procedure Code. However,
putusannya dengan Nomor 114/PUU-X/2012 in practice these days, from a few cassation filed
menyatakan bahwa frasa “kecuali terhadap against acquittal, some of which were given by
putusan bebas” sebagaimana tercantum dalam the Supreme Court. The thing is the prohibition of
Pasal 244 Undang-Undang Nomor 8 Tahun filing an appeal against acquittal seems to have
1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) multiple interpretations that lead to differences in
adalah bertentangan dengan UUD NRI Tahun its application. This condition does not conform
1945. Menurut pertimbangan hukum Mahkamah to the principle of rule of law, especially in the
Konstitusi, larangan mengajukan kasasi atas vonis
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |1
efforts to achieve legal certainty. On this basis acquittal filed by the prosecutor could not provide
it is then through the Decision Number 114/ such a usual legal remedy against acquittal and
PUU-X/2012, the Constitutional Court stated also eliminate the function of the Supreme Court
that the phrase: “except against acquittal,” as as the court of appeal against acquittal. Thus, legal
contained in Article 244 of the Law Number 8 of certainty and the principle of equality before the
1981 on Criminal Procedure Code, is inconsistent law could be obtained.
with the 1945 Constitution of the Republic of Keywords: acquittal, cassation, rule of law, legal
Indonesia. According to the Constitutional Court’s certainty.
legal reasoning, the prohibition of appeal against
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |3
bebas (vrijspraak)? perjalanannya bahwa apa yang dicita-citakan
Plato sejak awal ternyata sangat sulit untuk
III. STUDI PUSTAKA direalisasikan. Karena faktanya bahwa negara
A. Urgensi Prinsip Kepastian Hukum yang diperintah oleh seorang filosof yang bijak
dalam Negara Hukum tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itulah maka Plato
Memperbincangkan urgensi prinsip kemudian menegaskan bahwa sesungguhnya
kepastian hukum dalam negara hukum ada pilihan terbaik dalam mengelola negara harus
baiknya diawali dari pembahasan mengenai tunduk pada aturan-aturan yang berlaku.
konsepsi pemikiran tentang negara hukum itu
sendiri. Konsepsi pemikiran tentang negara hukum Dalam perjalanan berikutnya, pemikiran
sudah muncul jauh sebelum terjadinya Revolusi Plato dikembangkan oleh muridnya yang bernama
1688 di Inggris, namun dalam perjalanannya Aristoteles. Dalam pandangannya, Aristoteles
baru muncul kembali pada abad ke XVII dan berusaha mewariskan ajaran gurunya dengan
mulai populer pada abad ke XIX (Huda, 2005: melakukan penyempurnaan terhadap pengertian
1). Lahirnya pemikiran tentang negara hukum negara hukum. Aristoteles mengatakan bahwa
merupakan reaksi atas tindakan sewenang- suatu negara yang baik adalah negara yang
wenang yang dilakukan penguasa ketika itu. Oleh diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan
karena itu maka pembatasan kekuasaan penguasa hukum (Ence, 2008: 32). Menurut Aristoteles,
perlu dilakukan melalui perangkat hukum agar sesungguhnya yang memerintah dalam negara
pemerintahan dapat terkendali dengan baik dan bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil
jauh dari tindakan sewenang-wenang. dan kesusilaan berperan guna menentukan baik
buruknya suatu hukum. Manusia harus dididik
Cita negara hukum untuk pertama kalinya menjadi warga negara yang baik dan ber-asusila,
dikemukakan oleh seorang filosof Yunani sehingga kemudian pada akhirnya manusia akan
bernama Plato. Dalam bukunya yang berjudul menjadi warga negara yang mampu bersikap
Nomoi, Plato menggambarkan bagaimana adil dalam kehidupannya sehari-hari. Aristoteles
pentingnya posisi hukum dalam mengatur tidak mengadakan pembedaan antara “dunia cita-
negara. Bahkan kemudian Plato menyatakan cita” (wereld van ideeen) dan dunia gejala-gejala
bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang baik (verschijnselen), akan tetapi bahwa pikirannya
adalah pemerintahan yang diatur dan didasarkan langsung ditujukan pada kenyataan dari dunia
pada hukum. Pandangan Plato tersebut cukup yang dapat diamati (zinnelijke wereld) (Sutikno,
menyiratkan makna bagaimana pentingnya 2008: 52).
hukum dalam penyelenggaraan sebuah kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pada awalnya, Plato Adapun Immanuel Kant menggambarkan
dalam bukunya berjudul Republic, menginginkan negara hukum sebagai penjaga malam, artinya
agar negara diperintah oleh seorang raja filosof bahwa tugas negara hanya menjaga hak-hak
dengan harapan bahwa negara akan dapat rakyat (Kurde, 2005: 17). Namun demikian,
diperintah secara bijak tanpa harus tunduk pada gagasan ini tentunya masih mengandung
aturan hukum (Fuady, 2009: 27). Namun dalam kelemahan, karena dalam praktik ada kalanya
negara tidak hanya bertugas menjaga dan
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |5
semakin menguatkan pemaknaan negara hukum di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan
khususnya pengertian konstitusi yang tidak dapat bernegara. Oleh sebab itu, maka kepastian
dimaknai hanya sebatas pengaturan hal-hal umum hukum harus selalu terakomodir dalam setiap
dan abstrak dalam kehidupan bernegara. produk hukum agar kemudian hukum itu mampu
memberikan rasa aman dan menciptakan situasi
Friedrich Julius Stahl (Fuady, 2009: 27),
tenteram di tengah-tengah masyarakat.
seorang sarjana hukum Jerman menjelaskan
bahwa suatu negara hukum formal harus Hukum yang berlaku dalam suatu negara
memenuhi persyaratan sebagai berikut: hukum seyogianya dirumuskan secara demokratis,
artinya bahwa hukum yang terbentuk dan berlaku
1. Adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi
adalah hukum yang benar-benar dikehendaki oleh
manusia;
rakyat (Wahjono, 1986: 8). Dengan demikian,
2. Adanya pemisahan kekuasaan; maka upaya menciptakan negara hukum yang
demokratis (democratise rechtsstaat) akan dapat
3. Pemerintah dijalankan berdasarkan kepada
diwujudnyatakan. Oleh sebab itu, maka Indonesia
undang-undang (hukum tertulis);
sebagai negara hukum sebagaimana telah
4. Adanya pengadilan administrasi. ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD
NRI Tahun 1945 sepenuhnya harus menjalankan
Pada prinsipnya, kendati ditemukan roda pemerintahan berdasarkan ketentuan hukum
beberapa perbedaan istilah dan pengertian serta yang telah digariskan dalam konstitusi. Negara
ciri-ciri terkait dengan negara hukum, namun dari hukum harus menjunjung tinggi prinsip kepastian
keseluruhan pandangan yang ada selalu berusaha hukum agar kemudian hukum itu benar-benar
menegaskan bahwa negara hukum adalah mampu memberikan manfaat maksimal bagi
negara yang melandaskan setiap kehidupan warga negaranya.
kenegaraannya didasarkan pada mekanisme
hukum yang jelas dan tidak bersifat multitafsir. Bagir Manan (2005: 72) menjelaskan
Hukum haruslah mampu menciptakan kepastian bahwa paling kurang terdapat lima unsur
di tengah-tengah masyarakat. Kalau kemudian atau komponen yang sangat mempengaruhi
suatu produk hukum justru melahirkan kondisi perwujudan kepastian hukum, di antaranya:
sebaliknya, yaitu kondisi ketidakpastian dan peraturan perundang-undangan, pelayanan
serba multitafsir, maka kiranya patut ditelisik birokrasi, proses peradilan, kegaduhan politik dan
lebih jauh akan efektivitas dari produk hukum kegaduhan sosial. Pandangan ini menunjukkan
yang bersangkutan. bahwa peraturan perundang-undangan mendapat
prioritas utama sebagai salah satu unsur dalam
Dari uraian tersebut di atas, kiranya dapat mewujudkan kepastian hukum. Oleh sebab itu,
dipahami bahwa betapa urgensinya prinsip maka seyogianya suatu peraturan perundang-
kepastian hukum dalam negara hukum seperti undangan, termasuk KUHAP tidak menimbulkan
Indonesia. Kepastian hukum merupakan salah suatu kondisi yang melahirkan multitafsir dalam
satu tujuan hukum, selain sejumlah tujuan pengimplementasian peraturan perundang-
lainnya seperti keadilan dan kemanfaatan. undangan tersebut.
Hukum diciptakan untuk mewujudkan kepastian
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |7
(Hamzah, 2005: 292). Tujuan utama upaya tengah-tengah masyarakat. Hal ini menjadi
hukum kasasi juga dapat dimaksudkan (Harahap, sangat relevan mengingat berbagai bentuk
2006: 539-542) sebagai berikut: pengaturan dalam peraturan perundang-
undangan yang ada tidak selamanya
1. Sebagai koreksi terhadap kesalahan putusan
mampu menjangkau berbagai persoalan
bawahan.
hukum yang ada. Apalagi tidak jarang
Dalam tujuan ini, upaya hukum kasasi bahwa hukum justru ketinggalan jauh dari
dimaksudkan dalam rangka meluruskan ragam perbuatan yang semestinya perlu
kesalahan penerapan hukum, agar kemudian diatur oleh hukum. Tingkat perkembangan
hukum benar-benar diimplementasikan perbuatan yang bertentangan dengan
sebagaimana mestinya serta cara mengadili hukum kerap tidak berjalan seirama dengan
perkara dilaksanakan sesuai dengan pola pengaturannya dalam bentuk hukum.
ketentuan undang-undang yang berlaku. Oleh karenanya, maka menjadi sesuatu
Tujuan ini dapat dipahami mengingat yang wajar bila kemudian ditemukan
bahwa majelis hakim yang memutus pada suatu kondisi di mana terjadi kekosongan
tingkat bawahan adalah juga manusia biasa hukum dan harus dijawab segera melalui
yang tidak luput dari kesalahan maupun pembentukan hukum baru agar tidak
kekhilafan. Sehingga sebagai manusia biasa, menimbulkan persoalan yang lebih
sangat dimungkinkan terjadi kesalahan runyam.
maupun kekhilafan dalam memutus suatu
3. Pengawasan terciptanya keseragaman
perkara. Dengan upaya kasasi, maka akan
penerapan hukum.
terbuka ruang untuk melakukan koreksi
atas kesalahan yang terjadi pada saat proses Adapun tujuan lain dari pemeriksaan
persidangan di tingkat bawahan. kasasi adalah dalam rangka mewujudkan
kesadaran akan keseragaman penerapan
2. Menciptakan dan membentuk hukum baru.
hukum atau unified legal frame work dan
Selain sebagai tindakan koreksi, adakalanya unified legal opinion. Melalui putusan
kasasi di Mahkamah Agung sekaligus kasasi dalam bentuk yurisprudensi, akan
berperan menciptakan hukum baru dalam mengarahkan keseragaman pandangan
bentuk yurisprudensi. Berdasarkan jabatan dan titik tolak penerapan hukum. Dengan
dan wewenang yang melekat padanya demikian, manakala muncul suatu peristiwa
dalam bentuk judge making law, tidak hukum di kemudian hari yang memiliki
jarang Mahkamah Agung menciptakan sejumlah persamaan dengan suatu peristiwa
hukum baru yang disebut “hukum kasus” hukum sebelumnya yang telah dijatuhi
atau case law. Hal ini umumnya ditujukan vonis oleh Mahkamah Agung, akan dapat
dalam rangka mengisi kekosongan hukum diputus dengan merujuk pada putusan
maupun dalam rangka menyejajarkan sebelumnya.
makna dan jiwa ketentuan undang-undang
Dalam perundang-undangan Belanda,
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
setidaknya terdapat tiga alasan pokok untuk
perkembangan nilai-nilai yang muncul di
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |9
yang menyangkut masalah kurang tepatnya lagi berpatokan pada mekanisme sebagaimana
penerapan hukum dan putusan pengadilan diatur dalam Pasal 244 KUHAP.
dalam acara cepat. Dari kedua ketentuan pasal
Jika dikaji dari substansi Keputusan Menteri
dimaksud, maka secara teori, terhadap putusan
Kehakiman dengan Nomor M.14-PW.07.03
bebas tidak dimungkinkan adanya upaya hukum
Tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman
banding maupun kasasi. Baik Pasal 67 maupun
Pelaksanaan KUHAP itu, maka ditemukan adanya
Pasal 244 KUHAP mengecualikan putusan bebas
pengecualian dalam hal pengajuan banding atas
dari upaya hukum banding dan kasasi. Bahkan
putusan bebas. Banding atas putusan bebas dapat
dalam Pasal 233 ayat (2) ditegaskan bahwa hanya
dimintakan dengan didasarkan pada situasi dan
permintaan banding sebagaimana dimaksud pada
kondisi serta demi upaya penegakan hukum,
Pasal 67 yang boleh diterima panitera pengadilan
keadilan dan kebenaran. Ketentuan ini kemudian
negeri dalam waktu tujuh hari sesudah putusan
dimaknai oleh jaksa penuntut umum sebagai
dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan
sebuah peluang dalam rangka mengajukan
kepada terdakwa yang tidak hadir sebagaimana
banding maupun kasasi terhadap vonis bebas
dimaksud dalam Pasal 196 ayat (2).
selama ini. Sejumlah kasus dengan vonis bebas
Kendati secara teori ditemukan larangan (vrijspraak) oleh pengadilan tingkat pertama
untuk mengajukan kasasi atas vonis bebas oleh diajukan kasasi oleh JPU. Ironisnya, tidak
penuntut umum, namun di sisi lain, ditemukan jarang pengajuan kasasi yang dilakukan oleh
pula pola pengaturan yang memungkinkan jaksa penuntut umum melahirkan putusan yang
diajukannya kasasi atas vonis bebas dimaksud sangat bertolakbelakang dengan vonis bebas
dalam bentuk regulasi yang lebih rendah dari yang dijatuhkan sebelumnya. Sederet kasus
KUHAP. Pengaturan dimaksud dituangkan dalam yang pernah terjadi atas pengajuan kasasi sebuah
bentuk Keputusan Menteri Kehakiman dengan vonis bebas di pengadilan tingkat pertama adalah
Nomor M.14-PW.07.03 Tahun 1983 tentang perkara pidana korupsi yang menimpa Raden
Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Sonson Natalegawa, Direktur Bank Bumi Daya
khususnya pada angka 19 Lampiran Keputusan yang kala itu divonis pidana 2 tahun 6 bulan oleh
dimaksud yang pada intinya menyebutkan bahwa MA dalam perkara kasasi. Kasus lain yang juga
terhadap putusan bebas tidak dapat dimintakan pernah terjadi adalah perkara yang menimpa
banding, namun berdasarkan situasi dan kondisi Gubernur Bengkulu, Agusrin M. Najamuddin
serta demi hukum, keadilan dan kebenaran, maka yang diputus bebas oleh Pengadilan Negeri
terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. Jakarta Pusat, namun kemudian dimintakan
Hal ini akan didasarkan pada yurisprudensi. Jadi kasasi oleh jaksa.
artinya bahwa bila memang situasi dan kondisi
Demikian juga dalam perkara Wali Kota
serta demi hukum, keadilan dan kebenaran
Bekasi, Mochtar Mohammad yang dijatuhi vonis
membutuhkan perlunya dilakukan kasasi atas
bebas oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
vonis bebas, maka Mahkamah Agung akan
Bandung, namun kemudian diajukan kasasi oleh
memproses permintaan kasasi dimaksud. Hanya
jaksa dan oleh MA dijatuhi hukuman selama 4
saja, proses kasasi dimaksud akan didasarkan
tahun penjara. Hal yang sama juga pernah menimpa
pada yurisprudensi Mahkamah Agung, jadi bukan
Bupati Subang, Eep Hidayat yang sebelumnya
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 11
materil vonis terdahulu. Dengan demikian, maka B. Pertimbangan Hakim Mahkamah
upaya mewujudkan keadilan dan kemanfaatan Konstitusi dalam Rangka Mewujudkan
sebagai bagian penting dari pilar-pilar hukum Kepastian Hukum Atas Pengajuan
itu sendiri akan lebih dimungkinkan untuk Kasasi oleh JPU Terhadap Vonis Bebas
diwujudnyatakan. Hukum bukan hanya soal (Vrijspraak)
kepastian, tetapi juga menyangkut keadilan dan
Harus diakui bahwa selama ini, pro dan
kemanfaatan.
kontra atas upaya kasasi terhadap putusan bebas
Pada akhirnya, situasi dan kondisi yang pengadilan tingkat pertama nampaknya mendapat
demikian memang telah menimbulkan kontradiksi argumen pembenar yang sama kuatnya. Di satu
dalam hal pengajuan kasasi atas vonis bebas oleh sisi, tidak dibukanya ruang kasasi atas vonis
JPU. Di satu sisi, pengaturan yang ada kurang bebas pengadilan tingkat pertama dipandang
memungkinkan bagi JPU untuk mengajukan sebagai upaya menciptakan kepastian hukum.
kasasi atas vonis bebas, namun di sisi lain, Namun di sisi lain, bahwa ketentuan ini seolah
bahwa dalam pelaksanaannya justru tidak jarang melepaskan hakim yang mengadili perkara
JPU mengajukan kasasi atas vonis bebas dan pada tingkat pertama terbebas dari kontrol dan
direspons pula oleh Mahkamah Agung. Kondisi kesalahan maupun kekhilafan atas putusan yang
yang demikian pada akhirnya menjadi kurang dijatuhkannya. Kedua hal ini pada akhirnya
sejalan dengan prinsip-prinsip negara hukum. berujung pada situasi yang penuh dengan
Dalam negara hukum, keberadaan hukum ketidakpastian.
memperoleh ruang pengakuan yang cukup besar.
Hakim MK sendiri terbelah dalam dua
Sementara hukum itu sendiri ditujukan dalam
pandangan berbeda (dissenting opinion) dalam
rangka menciptakan kepastian, keadilan dan
menguji konstitusionalitas Pasal 244 KUHAP.
kemanfaatan. Manakala di antara unsur-unsur
Menurut Hakim Konstitusi Harjono, ketentuan
tujuan hukum dimaksud tidak tercapai, maka
Pasal 244 KUHAP tidaklah bertentangan dengan
menjadi sangat beralasan untuk mengkaji ulang
UUD 1945. Hal itu didasarkan pada argumen
aturan hukum yang ada.
bahwa keberadaan Pasal 244 KUHAP merupakan
Munculnya kondisi yang bertolak belakang upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia
antara pengaturan dan praktik pengajuan terhadap mereka yang haknya pernah dilanggar
kasasi atas vonis bebas oleh JPU selama karena statusnya terdakwa, setelah adanya putusan
ini pada akhirnya menimbulkan perdebatan pengadilan yang sah. Oleh sebab itu, menurut
berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat. Harjono, sekalipun ditemukan sejumlah praktik
Hal ini juga mengakibatkan upaya perwujudan yang berseberangan dengan ketentuan Pasal 244
kepastian hukum dalam hal pengajuan kasasi KUHAP, hal itu tidaklah dapat dijadikan rujukan
atas vonis bebas oleh JPU menjadi samar-samar. untuk menyatakan sebuah undang-undang
Di satu sisi, secara teori tidak dimungkinkan bertentangan dengan UUD. Yang semestinya
diajukan kasasi atas vonis bebas oleh JPU, namun harus dilakukan adalah sebaliknya, pengujian
dalam pelaksanaannya justru telah berulang kali undang-undang harus dijadikan koreksi terkait
diajukan kasasi atas vonis bebas oleh JPU dan apakah praktik yang dijalankan telah sesuai
direspons oleh Mahkamah Agung. dengan konstitusi atau tidak.
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 13
melarang upaya hukum kasasi, namun and Nijboer, et. Al., seperti dikutip Andi Hamzah
di lain pihak Mahkamah Agung dalam (2008: 41) yang mengatakan bahwa hukum
praktiknya menerima dan mengadili pidana itu adalah hukum tertulis, tidak seorangpun
permohonan kasasi terhadap putusan dapat dipidana berdasarkan hukum kebiasaan
bebas yang dijatuhkan oleh pengadilan di dan hukum kebiasaan tidak menciptakan hal
bawahnya. Oleh karena itu, untuk menjamin dapat dipidana (strafbaarheid), maka KUHAP
kepastian hukum yang adil dan perlakuan sebagai hukum tertulis harus terlepas dari ragam
yang sama di hadapan hukum, Mahkamah ketentuan yang terkesan samar-samar dan tidak
perlu menentukan konstitusionalitas Pasal menimbulkan ragam penafsiran agar proses
244 KUHAP khususnya frasa “kecuali penerapannya dapat dijalankan dengan baik. Jika
terhadap putusan bebas.” terdapat peraturan perundang-undangan yang
tidak jelas, maka hal itu menuntut untuk diberikan
Dari pendapat Mahkamah tersebut dapat
penjelasan (Kurnia, 2009: 58).
dipahami bahwa terjadinya kontradiksi dalam
implementasi Pasal 244 KUHAP selama ini telah Patut juga dicatat bahwa berdasarkan
menimbulkan ketidakpastian hukum di tengah- Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
tengah masyarakat. Pelarangan permintaan disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
kasasi atas putusan bebas oleh penuntut umum merupakan kekuasaan yang merdeka dalam
di satu sisi dan diterimanya permohonan kasasi menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
atas putusan bebas oleh Mahkamah Agung di sisi hukum dan keadilan. Dalam upaya penegakan
lain pada akhirnya menjadi problem yang tidak hukum dan keadilan, tentu tidak dapat dilepaskan
semestinya terjadi dan harus segera diakhiri. dari sebuah kejujuran tentang makna kebenaran.
Atas dasar sejumlah pertimbangan itulah, maka Yang benar akan dinyatakan benar dan yang salah
kemudian putusan Mahkamah Konstitusi dengan akan dinyatakan salah. Oleh sebab itu, maka
Nomor 114/PUU-X/2012 yang diucapkan pada sekalipun permintaan kasasi atas vonis bebas
sidang pleno Mahkamah Konstitusi pada Kamis, (vrijspraak) telah memperoleh ruang legitimasi
28 Maret 2013 lalu, yang menyatakan bahwa frasa yang memadai, namun demikian tidak berarti
“kecuali terhadap putusan bebas” sebagaimana serta merta dapat dimaknai bahwa Mahkamah
tercantum dalam Pasal 244 Undang-Undang Agung akan selalu menyatakan dan memutuskan
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara seseorang terdakwa selalu bersalah dan dijatuhi
Pidana (KUHAP) adalah bertentangan dengan pidana sebagaimana didakwakan penuntut
UUD NRI Tahun 1945 dianggap telah memberi umum. Karena bagaimanapun perlindungan hak-
kepastian hukum dalam hal pengajuan kasasi hak tersangka atau terdakwa yang terdapat dalam
oleh jaksa penuntut umum terhadap vonis bebas. sistem peradilan pidana merupakan salah satu
prasyarat terselenggaranya proses hukum yang
Dengan adanya putusan Mahkamah
adil (Tahir, 2010: 9).
Konstitusi dimaksud, maka jaksa penuntut
umum telah memperoleh kepastian hukum dalam Jadi semestinya tidak ada yang perlu
mengajukan kasasi atas putusan bebas yang dirisaukan dengan putusan MK yang satu ini.
dijatuhkan pada pengadilan tingkat pertama. Para terpidana yang memperoleh vonis bebas di
Selain itu, sebagaimana diungkapkan oleh Cleiren pengadilan tingkat pertama tidak perlu merisaukan
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 15
dalam rangka mewujudkan independensi, mendasarkan pertimbangannya bahwa larangan
transparansi dan objektivitas hakim dalam mengajukan kasasi atas vonis bebas oleh JPU
menangani suatu perkara. Pertimbangan yang sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHAP
digunakan Mahkamah Konstitusi dalam memutus tidak memberikan upaya hukum biasa terhadap
judicial review atas perkara ini lebih didasarkan putusan bebas, yang berarti fungsi Mahkamah
dalam rangka memberikan kepastian hukum atas Agung sebagai pengadilan kasasi terhadap
pengajuan kasasi oleh JPU terhadap vonis bebas. putusan bebas yang dijatuhkan oleh pengadilan
yang ada di bawahnya sama sekali ditiadakan.
V. SIMPULAN
Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga
Berdasarkan analisis sebagaimana mengedepankan pertimbangan bahwa di satu
diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan pihak Pasal 244 KUHAP melarang upaya hukum
bahwa selama ini, dalam hal pengajuan kasasi kasasi, namun di lain pihak Mahkamah Agung
atas vonis bebas (vrijspraak) oleh jaksa penuntut dalam praktiknya menerima dan mengadili
umum telah terjadi kontradiksi antara pengaturan permohonan kasasi terhadap putusan bebas yang
dan pelaksanaannya. Secara teori, Pasal 244 dijatuhkan oleh pengadilan di bawahnya, sehingga
KUHAP mengecualikan pengajuan kasasi atas tidak tercapai kepastian hukum yang adil dan
vonis bebas (vrijspraak) oleh jaksa penuntut perlakuan yang sama di hadapan hukum. Kini,
umum, namun dalam pelaksanaannya justru dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi
terdapat sejumlah vonis bebas pada pengadilan yang telah memberikan kepastian hukum atas
tingkat pertama dimintakan kasasi oleh jaksa pengajuan kasasi terhadap vonis bebas oleh JPU,
penuntut umum. Hal ini tidak terlepas dari maka diharapkan putusan ini dapat dimaksimalkan
larangan mengajukan kasasi atas vonis bebas menjadi sarana legal untuk mengoreksi putusan
sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHAP hakim yang terlalu “bermurah hati” dalam
terkesan multitafsir sehingga menimbulkan mengabulkan vonis bebas.
perbedaan pendapat dalam penerapannya selama
ini. Kondisi semacam ini justru berseberangan
dengan prinsip-prinsip negara hukum, khususnya
dalam upaya mewujudkan kepastian hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Atas dasar itulah, maka kemudian
Asshiddiqie, Jimly. 2010. Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi melalui putusannya dengan
Pengujian Undang-Undang. Edisi Kedua.
Nomor 114/PUU-X/2012 yang diucapkan pada
Cetakan Pertama. Jakarta: Sinar Grafika.
sidang pleno Mahkamah Konstitusi pada Kamis,
28 Maret 2013 lalu, menyatakan bahwa frasa Ence, Irianto A Baso. 2008. Negara Hukum dan
“kecuali terhadap putusan bebas” sebagaimana Hak Uji Konstitusionalitas Mahkamah
tercantum dalam Pasal 244 Undang-Undang Konstitusi: Telaah Terhadap Kewenangan
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Bandung: Alumni.
Pidana (KUHAP) adalah bertentangan dengan
Fuady, Munir. 2009. Teori Negara Hukum Modern
UUD NRI Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi
(Rechtstaat). Bandung: Refika Aditama.
Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 17