Anda di halaman 1dari 17

KEPASTIAN HUKUM PENGAJUAN KASASI

OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM TERHADAP VONIS BEBAS


Kajian Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 114/PUU-X/2012

The Legal Certainty of Prosecutor’s


Cassation against Acquittal
An Analysis of Constitutional Court’s Decision Number 114/PUU-X/2012

Janpatar Simamora
Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234
Email: patarmora_81@yahoo.co.id

Diterima tgl 1 November 2013/Disetujui tgl 24 Maret 2014

ABSTRAK

Secara teori, jaksa penuntut umum (JPU) tidak bebas oleh JPU tidak memberikan upaya hukum
diperkenankan mengajukan upaya hukum kasasi biasa terhadap putusan bebas serta menghilangkan
terhadap vonis bebas sebagaimana diatur dalam fungsi Mahkamah Agung sebagai pengadilan kasasi
Pasal 244 KUHAP. Namun dalam praktik selama terhadap putusan bebas, sehingga tidak tercapai
ini, JPU telah beberapa kali mengajukan kasasi kepastian hukum yang adil dan prinsip perlakuan
terhadap vonis bebas dan beberapa di antaranya yang sama di hadapan hukum.
dikabulkan oleh Mahkamah Agung. Hal ini terjadi Kata kunci: putusan bebas, kasasi, negara hukum,
karena larangan mengajukan kasasi atas vonis kepastian hukum.
bebas sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHAP
terkesan multitafsir sehingga menimbulkan
perbedaan pendapat dalam penerapannya. Kondisi
semacam ini sangat berseberangan dengan prinsip- ABSTRACT
prinsip negara hukum, khususnya dalam upaya In theory, a public prosecutor is not permitted to file
mewujudkan kepastian hukum. Atas dasar itulah, an appeal against acquittal as set forth in Article
maka kemudian Mahkamah Konstitusi melalui 244 of the Criminal Procedure Code. However,
putusannya dengan Nomor 114/PUU-X/2012 in practice these days, from a few cassation filed
menyatakan bahwa frasa “kecuali terhadap against acquittal, some of which were given by
putusan bebas” sebagaimana tercantum dalam the Supreme Court. The thing is the prohibition of
Pasal 244 Undang-Undang Nomor 8 Tahun filing an appeal against acquittal seems to have
1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) multiple interpretations that lead to differences in
adalah bertentangan dengan UUD NRI Tahun its application. This condition does not conform
1945. Menurut pertimbangan hukum Mahkamah to the principle of rule of law, especially in the
Konstitusi, larangan mengajukan kasasi atas vonis

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |1
efforts to achieve legal certainty. On this basis acquittal filed by the prosecutor could not provide
it is then through the Decision Number 114/ such a usual legal remedy against acquittal and
PUU-X/2012, the Constitutional Court stated also eliminate the function of the Supreme Court
that the phrase: “except against acquittal,” as as the court of appeal against acquittal. Thus, legal
contained in Article 244 of the Law Number 8 of certainty and the principle of equality before the
1981 on Criminal Procedure Code, is inconsistent law could be obtained.
with the 1945 Constitution of the Republic of Keywords: acquittal, cassation, rule of law, legal
Indonesia. According to the Constitutional Court’s certainty.
legal reasoning, the prohibition of appeal against

I. PENDAHULUAN “kecuali terhadap putusan bebas” sebagaimana


tercantum dalam Pasal 244 Undang-Undang
Dalam Pasal 244 Undang-Undang Nomor
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Pidana (KUHAP) adalah bertentangan dengan
(Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
UUD NRI Tahun 1945. Dengan demikian,
disebutkan bahwa “terhadap putusan perkara
maka sejak saat pembacaan putusan dimaksud,
pidana yang diberikan pada tingkat terakhir
jaksa penuntut umum berwenang mengajukan
oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah
kasasi atas putusan bebas yang dijatuhkan pada
Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat
pengadilan tingkat pertama. Sebab putusan
mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi
Mahkamah Konstitusi berlaku prospektif ke
kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap
depan (forewerd looking), tidak retrospektif ke
putusan bebas.” Kemudian pelaksanaannya
belakang (backward looking) (Asshiddiqie, 2010:
bahwa ternyata ketentuan ini kerap menimbulkan
224).
perdebatan terkait dengan boleh tidaknya jaksa
penuntut umum (JPU) mengajukan kasasi kepada Perkara konstitusi ini sendiri bermula
Mahkamah Agung terhadap putusan atau vonis dari adanya permohonan yang diajukan oleh I,
bebas (vrijspraak). Para praktisi dan pakar, seorang pensiunan PNS dari Sumatera Barat.
termasuk kalangan akademisi bidang hukum Menurut pemohon, bahwa frasa “kecuali
selama ini telah berupaya menggulirkan sejumlah terhadap putusan bebas” sebagaimana yang
pandangan dalam rangka mengurai polemik tercantum pada bagian akhir Pasal 244 merupakan
dimaksud. suatu dalil hukum yang multitafsir dan menjadi
sumber ketidakpastian hukum, baik bagi seorang
Kini polemik berkepanjangan seputar sah
terdakwa maupun penuntut umum. Atas dasar
tidaknya upaya hukum kasasi yang diajukan oleh
itu, kemudian pemohon meminta majelis hakim
jaksa penuntut umum (JPU) atas vonis bebas di
MK untuk menguji Pasal 244 Undang-Undang
pengadilan tingkat pertama akhirnya terjawab
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
sudah. Mahkamah Konstitusi melalui putusannya
Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Nomor 114/PUU-X/2012 yang diucapkan pada
Pidana) terhadap:
sidang pleno Mahkamah Konstitusi pada Kamis,
28 Maret 2013 lalu, menyatakan bahwa frasa • Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945

2| Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


yang berbunyi “Negara Indonesia adalah sebab atas dasar ketentuan Pasal 244 KUHAP,
negara hukum.” jaksa penuntut umum tidak bisa melakukan upaya
hukum kasasi. Namun kenyataannya penuntut
• Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
umum melakukan upaya kasasi atas dasar Pasal
“Segala warga negara bersamaan
244 KUHAP karena menurut jaksa penuntut
kedudukannya di dalam hukum dan
umum kata “bebas” dalam pasal ini dibagi dalam
pemerintahan dan wajib menjunjung
dua kategori yaitu “bebas murni” dan “bebas
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
tidak murni.”
ada kecualinya.”
Atas dasar permohonan itu, maka kemudian
• Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, yang
MK menjatuhkan putusan dalam perkara ini
berbunyi “Setiap orang berhak atas
dengan amar putusan sebagai berikut:
pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan • Menyatakan frasa, “kecuali terhadap
yang sama di depan hukum.“ putusan bebas” dalam Pasal 244 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Pemohon sendiri sebelumnya telah divonis
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
bebas oleh Pengadilan Negeri Lubuk Sikaping
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor
pada tanggal 18 Juni 2008. Namun kemudian,
76, Tambahan Lembaran Negara Republik
jaksa penuntut umum melakukan upaya kasasi
Indonesia Nomor 3209) bertentangan
atas dasar ketentuan dalam Pasal 244 KUHAP
dengan Undang-Undang Dasar Negara
dengan mengajukan argumen hukum bahwa kata
Republik Indonesia Tahun 1945;
“bebas” dalam pasal dimaksud dibagi dalam dua
kategori, yaitu “bebas murni” dan “bebas tidak • Menyatakan frasa, “kecuali terhadap
murni.” Ketika itu, JPU mengartikulasikan bahwa putusan bebas” dalam Pasal 244 Undang-
vonis yang dijatuhkan kepada pemohon bukanlah Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
vonis bebas dalam kategori “bebas murni.” Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Dengan demikian, maka JPU berkesimpulan Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor
bahwa upaya hukum kasasi ke Mahkamah 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Agung atas vonis yang dijatuhkan kala itu cukup Indonesia Nomor 3209) tidak mempunyai
dimungkinkan. kekuatan hukum mengikat.

Fakta inilah yang kemudian dijadikan oleh


II. RUMUSAN MASALAH
pemohon sebagai alasan dengan mendalilkan
bahwa hak konstitusional pemohon yang dijamin Berdasarkan uraian sebagaimana
oleh Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 telah dirugikan dituangkan dalam bagian Pendahuluan tersebut
karena rumusan norma yang diatur pada Pasal 244 di atas, maka hal yang ingin dikaji lebih dalam
KUHAP bersifat multitafsir. Sebab pada awalnya, adalah sebagai berikut: Apakah putusan hakim
pemohon berkeyakinan ketika Pengadilan Negeri Mahkamah Konstitusi Nomor 114/PUU-X/2012
Lubuk Sikaping pada tanggal 19 Juni 2008 dapat dijadikan dasar hukum dalam pengajuan
telah menjatuhkan putusan yang membebaskan kasasi oleh jaksa penuntut umum terhadap vonis
pemohon maka putusan tersebut adalah final,

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |3
bebas (vrijspraak)? perjalanannya bahwa apa yang dicita-citakan
Plato sejak awal ternyata sangat sulit untuk
III. STUDI PUSTAKA direalisasikan. Karena faktanya bahwa negara
A. Urgensi Prinsip Kepastian Hukum yang diperintah oleh seorang filosof yang bijak
dalam Negara Hukum tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itulah maka Plato
Memperbincangkan urgensi prinsip kemudian menegaskan bahwa sesungguhnya
kepastian hukum dalam negara hukum ada pilihan terbaik dalam mengelola negara harus
baiknya diawali dari pembahasan mengenai tunduk pada aturan-aturan yang berlaku.
konsepsi pemikiran tentang negara hukum itu
sendiri. Konsepsi pemikiran tentang negara hukum Dalam perjalanan berikutnya, pemikiran
sudah muncul jauh sebelum terjadinya Revolusi Plato dikembangkan oleh muridnya yang bernama
1688 di Inggris, namun dalam perjalanannya Aristoteles. Dalam pandangannya, Aristoteles
baru muncul kembali pada abad ke XVII dan berusaha mewariskan ajaran gurunya dengan
mulai populer pada abad ke XIX (Huda, 2005: melakukan penyempurnaan terhadap pengertian
1). Lahirnya pemikiran tentang negara hukum negara hukum. Aristoteles mengatakan bahwa
merupakan reaksi atas tindakan sewenang- suatu negara yang baik adalah negara yang
wenang yang dilakukan penguasa ketika itu. Oleh diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan
karena itu maka pembatasan kekuasaan penguasa hukum (Ence, 2008: 32). Menurut Aristoteles,
perlu dilakukan melalui perangkat hukum agar sesungguhnya yang memerintah dalam negara
pemerintahan dapat terkendali dengan baik dan bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil
jauh dari tindakan sewenang-wenang. dan kesusilaan berperan guna menentukan baik
buruknya suatu hukum. Manusia harus dididik
Cita negara hukum untuk pertama kalinya menjadi warga negara yang baik dan ber-asusila,
dikemukakan oleh seorang filosof Yunani sehingga kemudian pada akhirnya manusia akan
bernama Plato. Dalam bukunya yang berjudul menjadi warga negara yang mampu bersikap
Nomoi, Plato menggambarkan bagaimana adil dalam kehidupannya sehari-hari. Aristoteles
pentingnya posisi hukum dalam mengatur tidak mengadakan pembedaan antara “dunia cita-
negara. Bahkan kemudian Plato menyatakan cita” (wereld van ideeen) dan dunia gejala-gejala
bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang baik (verschijnselen), akan tetapi bahwa pikirannya
adalah pemerintahan yang diatur dan didasarkan langsung ditujukan pada kenyataan dari dunia
pada hukum. Pandangan Plato tersebut cukup yang dapat diamati (zinnelijke wereld) (Sutikno,
menyiratkan makna bagaimana pentingnya 2008: 52).
hukum dalam penyelenggaraan sebuah kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pada awalnya, Plato Adapun Immanuel Kant menggambarkan
dalam bukunya berjudul Republic, menginginkan negara hukum sebagai penjaga malam, artinya
agar negara diperintah oleh seorang raja filosof bahwa tugas negara hanya menjaga hak-hak
dengan harapan bahwa negara akan dapat rakyat (Kurde, 2005: 17). Namun demikian,
diperintah secara bijak tanpa harus tunduk pada gagasan ini tentunya masih mengandung
aturan hukum (Fuady, 2009: 27). Namun dalam kelemahan, karena dalam praktik ada kalanya
negara tidak hanya bertugas menjaga dan

4| Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


melindungi hak-hak rakyat, namun harus turut 3. Konstitusi merupakan dasar dari segala
campur tangan pada kondisi dan hal-hal tertentu. hukum bagi negara yang bersangkutan.
Dari pandangan Aristoteles itu dapat dipahami Dalam hal ini, hukum yang berdasarkan
bahwa negara hukum memiliki keterkaitan yang konstitusiharus melarang setiap pelanggaran
sangat erat dengan keadilan dan konstitusi. Oleh terhadap hak dan kemerdekaan rakyat.
sebab itulah, maka berbagai negara, termasuk
Sedangkan Hans Kelsen (Huda, 2005: 106)
Indonesia menempatkan pengaturan konsepsi
memberikan argumentasi bahwa dalam kaitan
negara hukum dalam konstitusinya. Hal ini
negara hukum yang juga merupakan negara
dilakukan agar penegasan konsep negara hukum
demokratis setidaknya harus memiliki empat
dapat terpatri dalam kehidupan kenegaraan
syarat rechtsstaat, yaitu:
dan menjadi landasan yang sangat kuat dalam
menjalankan roda pemerintahan dan kehidupan 1. Negara yang kehidupannya sejalan dengan
bernegara. konstitusi dan undang-undang yang proses
pembuatannya dilakukan oleh parlemen;
Dalam perjalanannya, konsep negara
hukum sering diterjemahkan dengan berbagai 2. Negara yang mengatur mekanisme
istilah yang berbeda-beda. Di negara-negara pertanggungjawaban atas setiap kebijakan
Eropa Continental, konsep negara hukum disebut dan tindakan yang dilakukan oleh elit
dengan istilah rechtsstaat. Istilah rechtsstaat negara;
adalah merupakan bahasa Belanda yang memiliki
3. Negara yang menjamin kemerdekaan
makna dan pengertian sejajar dengan rule of law
kekuasaan kehakiman;
di negara-negara yang menganut sistem Anglo
Saxon. Di Indonesia dikenal dengan istilah 4. Negara yang melindungi hak asasi
”negara hukum,” yang dalam bahasa Jerman manusia.
disebut dengan istilah ”rechtsstaat” atau dalam
bahasa Perancis disebut dengan istilah ”Etat Kemudian terkait dengan posisi norma
de Droit” dan istilah ”Stato di Diritto” dalam hukum dalam sebuah negara, Hans Kelsen dalam
bahasan Italia (Fuady, 2009: 2). bukunya “General Theory of Law and State”
yang dialihbahasakan oleh Somardi (2007: 179)
Dicey dalam Munir Fuady (2009: 3-4) menjelaskan bahwa norma-norma konstitusi yang
menyebutkan bahwa ada tiga arti dari negara mengatur pembentukan norma-norma umum
hukum dalam arti rule of law, yaitu: yang harus diterapkan oleh pengadilan dan organ-
organ penegak hukum lainnya bukanlah norma-
1. Supremasi absolut ada pada hukum, bukan
norma yang lengkap dan berdiri sendiri. Norma
pada tindakan kebijaksanaan atau prerogatif
itu bagian intrinsik dari segenap norma hukum
penguasa;
yang harus diterapkan oleh pengadilan dan organ-
2. Berlakunya prinsip persamaan di muka organ penegak hukum lainnya. Atas dasar itulah,
hukum (equility before the law), di mana maka konstitusi tidak dapat disebut sebagai satu
semua orang harus tunduk kepada hukum contoh norma hukum yang tidak mempunyai
dan tidak seorangpun yang berada di atas sanksi. Pandangan Hans Kelsen itu setidaknya
hukum (above the law);

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |5
semakin menguatkan pemaknaan negara hukum di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan
khususnya pengertian konstitusi yang tidak dapat bernegara. Oleh sebab itu, maka kepastian
dimaknai hanya sebatas pengaturan hal-hal umum hukum harus selalu terakomodir dalam setiap
dan abstrak dalam kehidupan bernegara. produk hukum agar kemudian hukum itu mampu
memberikan rasa aman dan menciptakan situasi
Friedrich Julius Stahl (Fuady, 2009: 27),
tenteram di tengah-tengah masyarakat.
seorang sarjana hukum Jerman menjelaskan
bahwa suatu negara hukum formal harus Hukum yang berlaku dalam suatu negara
memenuhi persyaratan sebagai berikut: hukum seyogianya dirumuskan secara demokratis,
artinya bahwa hukum yang terbentuk dan berlaku
1. Adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi
adalah hukum yang benar-benar dikehendaki oleh
manusia;
rakyat (Wahjono, 1986: 8). Dengan demikian,
2. Adanya pemisahan kekuasaan; maka upaya menciptakan negara hukum yang
demokratis (democratise rechtsstaat) akan dapat
3. Pemerintah dijalankan berdasarkan kepada
diwujudnyatakan. Oleh sebab itu, maka Indonesia
undang-undang (hukum tertulis);
sebagai negara hukum sebagaimana telah
4. Adanya pengadilan administrasi. ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD
NRI Tahun 1945 sepenuhnya harus menjalankan
Pada prinsipnya, kendati ditemukan roda pemerintahan berdasarkan ketentuan hukum
beberapa perbedaan istilah dan pengertian serta yang telah digariskan dalam konstitusi. Negara
ciri-ciri terkait dengan negara hukum, namun dari hukum harus menjunjung tinggi prinsip kepastian
keseluruhan pandangan yang ada selalu berusaha hukum agar kemudian hukum itu benar-benar
menegaskan bahwa negara hukum adalah mampu memberikan manfaat maksimal bagi
negara yang melandaskan setiap kehidupan warga negaranya.
kenegaraannya didasarkan pada mekanisme
hukum yang jelas dan tidak bersifat multitafsir. Bagir Manan (2005: 72) menjelaskan
Hukum haruslah mampu menciptakan kepastian bahwa paling kurang terdapat lima unsur
di tengah-tengah masyarakat. Kalau kemudian atau komponen yang sangat mempengaruhi
suatu produk hukum justru melahirkan kondisi perwujudan kepastian hukum, di antaranya:
sebaliknya, yaitu kondisi ketidakpastian dan peraturan perundang-undangan, pelayanan
serba multitafsir, maka kiranya patut ditelisik birokrasi, proses peradilan, kegaduhan politik dan
lebih jauh akan efektivitas dari produk hukum kegaduhan sosial. Pandangan ini menunjukkan
yang bersangkutan. bahwa peraturan perundang-undangan mendapat
prioritas utama sebagai salah satu unsur dalam
Dari uraian tersebut di atas, kiranya dapat mewujudkan kepastian hukum. Oleh sebab itu,
dipahami bahwa betapa urgensinya prinsip maka seyogianya suatu peraturan perundang-
kepastian hukum dalam negara hukum seperti undangan, termasuk KUHAP tidak menimbulkan
Indonesia. Kepastian hukum merupakan salah suatu kondisi yang melahirkan multitafsir dalam
satu tujuan hukum, selain sejumlah tujuan pengimplementasian peraturan perundang-
lainnya seperti keadilan dan kemanfaatan. undangan tersebut.
Hukum diciptakan untuk mewujudkan kepastian

6| Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


B. Kasasi Sebagai Salah Satu Upaya Kasasi adalah merupakan salah satu hak
Hukum yang termasuk dalam kategori upaya hukum
biasa. Sebagai suatu hak, maka pengajuan
Menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka
kasasi menimbulkan kewajiban bagi pihak
(12) KUHAP, yang dimaksud dengan upaya
lain, yaitu pengadilan. Pengajuan kasasi wajib
hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum
diterima oleh pihak pengadilan, jadi tidak ada
untuk tidak menerima putusan pengadilan yang
alasan untuk menolaknya. Persoalan apakah
berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau
nantinya permohonan itu diterima atau ditolak,
hak terpidana untuk mengajukan permohonan
hal itu sepenuhnya merupakan kompetensi dari
peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara
Mahkamah Agung untuk memutuskannya. Dalam
yang diatur dalam undang-undang ini. Sebagai
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi offline 1.3,
suatu hak, maka tentunya upaya hukum tersebut
istilah kasasi didefinisikan sebagai pembatalan
sangat tergantung kepada terdakwa maupun
atau pernyataan tidak sah oleh Mahkamah Agung
penuntut umum apakah akan mempergunakannya
terhadap putusan hakim karena putusan dimaksud
atau tidak. Jika, baik terdakwa maupun penuntut
dianggap menyalahi atau tidak sesuai dengan
umum dapat menerima suatu putusan yang
undang-undang.
dijatuhkan pengadilan, maka mereka dapat
untuk tidak menggunakan hak dimaksud. Namun Jadi, kasasi dapat dipahami sebagai suatu
demikian juga sebaliknya, jika terdakwa ataupun langkah pembatalan oleh Mahkamah Agung
penuntut umum merasa keberatan dengan suatu atas putusan pengadilan di tingkat bawahnya
putusan yang dijatuhkan pengadilan, maka hak karena dianggap tidak sesuai dengan peraturan
tersebut dapat dipergunakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Coops
ketentuan yang berlaku. mencoba mendefinisikan kasasi dalam bukunya
yang berjudul “Grondtrekken van het Nederlansch
Berdasarkan ketentuan dalam KUHAP,
Burgerlijk Procesrecht” dengan pengertian bahwa
dikenal dua macam upaya hukum, yaitu upaya
perkataan “kasasi” yang di negeri kelahirannya
hukum biasa (gewone rechtsmiddelen) dan upaya
Perancis disebut “cassation” berasal dari kata
hukum luar biasa (buiten gewone rechtsmiddelen).
kerja casser yang berarti membatalkan atau
Upaya hukum biasa terdiri dari perlawanan
memecahkan (Soedirdjo, 1984: 1). Kasasi
(verzet), banding (revisi/hoger beroep), kasasi
juga dapat diartikulasikan sebagai hak yang
(cassatie). Ketentuan terhadap upaya hukum
diberikan kepada terdakwa dan penuntut umum
biasa diatur dalam BAB XVII Bagian Kesatu
untuk meminta kepada Mahkamah Agung agar
dan Bagian Kedua. Sedangkan upaya hukum
dilakukan pemeriksaan terhadap putusan perkara
luar biasa (buiten gewone rechtsmiddelen) yang
pidana yang diberikan oleh pengadilan tingkat
terdiri dari pemeriksaan tingkat kasasi demi
bawahnya (Muhammad, 2007: 266).
kepentingan hukum (cassatie in het belang
van hetrecht) serta peninjauan kembali putusan Adapun tujuan kasasi dapat dijelaskan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan sebagai upaya untuk menciptakan kesatuan
hukum tetap (herziening). Upaya hukum luar penerapan hukum dengan jalan membatalkan
biasa diatur dalam BAB XVIII. putusan yang bertentangan dengan undang-
undang atau keliru dalam menerapkan hukum

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |7
(Hamzah, 2005: 292). Tujuan utama upaya tengah-tengah masyarakat. Hal ini menjadi
hukum kasasi juga dapat dimaksudkan (Harahap, sangat relevan mengingat berbagai bentuk
2006: 539-542) sebagai berikut: pengaturan dalam peraturan perundang-
undangan yang ada tidak selamanya
1. Sebagai koreksi terhadap kesalahan putusan
mampu menjangkau berbagai persoalan
bawahan.
hukum yang ada. Apalagi tidak jarang
Dalam tujuan ini, upaya hukum kasasi bahwa hukum justru ketinggalan jauh dari
dimaksudkan dalam rangka meluruskan ragam perbuatan yang semestinya perlu
kesalahan penerapan hukum, agar kemudian diatur oleh hukum. Tingkat perkembangan
hukum benar-benar diimplementasikan perbuatan yang bertentangan dengan
sebagaimana mestinya serta cara mengadili hukum kerap tidak berjalan seirama dengan
perkara dilaksanakan sesuai dengan pola pengaturannya dalam bentuk hukum.
ketentuan undang-undang yang berlaku. Oleh karenanya, maka menjadi sesuatu
Tujuan ini dapat dipahami mengingat yang wajar bila kemudian ditemukan
bahwa majelis hakim yang memutus pada suatu kondisi di mana terjadi kekosongan
tingkat bawahan adalah juga manusia biasa hukum dan harus dijawab segera melalui
yang tidak luput dari kesalahan maupun pembentukan hukum baru agar tidak
kekhilafan. Sehingga sebagai manusia biasa, menimbulkan persoalan yang lebih
sangat dimungkinkan terjadi kesalahan runyam.
maupun kekhilafan dalam memutus suatu
3. Pengawasan terciptanya keseragaman
perkara. Dengan upaya kasasi, maka akan
penerapan hukum.
terbuka ruang untuk melakukan koreksi
atas kesalahan yang terjadi pada saat proses Adapun tujuan lain dari pemeriksaan
persidangan di tingkat bawahan. kasasi adalah dalam rangka mewujudkan
kesadaran akan keseragaman penerapan
2. Menciptakan dan membentuk hukum baru.
hukum atau unified legal frame work dan
Selain sebagai tindakan koreksi, adakalanya unified legal opinion. Melalui putusan
kasasi di Mahkamah Agung sekaligus kasasi dalam bentuk yurisprudensi, akan
berperan menciptakan hukum baru dalam mengarahkan keseragaman pandangan
bentuk yurisprudensi. Berdasarkan jabatan dan titik tolak penerapan hukum. Dengan
dan wewenang yang melekat padanya demikian, manakala muncul suatu peristiwa
dalam bentuk judge making law, tidak hukum di kemudian hari yang memiliki
jarang Mahkamah Agung menciptakan sejumlah persamaan dengan suatu peristiwa
hukum baru yang disebut “hukum kasus” hukum sebelumnya yang telah dijatuhi
atau case law. Hal ini umumnya ditujukan vonis oleh Mahkamah Agung, akan dapat
dalam rangka mengisi kekosongan hukum diputus dengan merujuk pada putusan
maupun dalam rangka menyejajarkan sebelumnya.
makna dan jiwa ketentuan undang-undang
Dalam perundang-undangan Belanda,
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
setidaknya terdapat tiga alasan pokok untuk
perkembangan nilai-nilai yang muncul di

8| Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


melakukan kasasi, yaitu: apabila terdapat kelalaian titik akhir dari suatu proses peradilan yang pada
dalam acara (vormverzuim), peraturan hukum akhirnya berpotensi menimbulkan ketidakpastian
tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada di tengah-tengah masyarakat. Padahal salah satu
pelaksanaannya, dan apabila tidak dilaksanakan tujuan hukum adalah dalam rangka mewujudkan
cara melakukan peradilan menurut cara yang kepastian hukum.
ditentukan dalam undang-undang (Hamzah, 2005:
Selanjutnya, terhadap putusan kedua,
292-293). Dalam proses penerapannya, tidak
yakni putusan bebas, bahwa menurut ketentuan
semua putusan yang dapat diajukan kasasi. Bila
Pasal 244 KUHAP, putusan bebas sebenarnya
kemudian muncul persoalan semacam ini, yaitu
tidak dapat diajukan kasasi. Hanya saja dalam
terkait putusan mana yang sesungguhnya dapat
praktik yang terjadi selama ini bahwa putusan
diajukan kasasi, maka dalam menjawab persoalan
bebas tidak jarang diajukan kasasi oleh penuntut
yang demikian, ketentuan Pasal 244 KUHAP
umum. Selain itu, sejumlah putusan bebas yang
menjadi sangat relevan untuk dijadikan ukuran,
pernah diajukan kasasi oleh penuntut umum
kendatipun sesungguhnya belum memberikan
tidak jarang pula dikabulkan oleh Mahkamah
makna secara terang benderang. Pasal 244
Agung. Sejumlah putusan kasasi yang diberikan
KUHAP berbunyi: “terhadap putusan perkara
Mahkamah Agung atas vonis bebas pada akhirnya
pidana yang diberikan pada tingkat terakhir
melahirkan yurisprudensi yang kemudian
oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah
dijadikan rujukan dalam menangani perkara yang
Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat
sama di kemudian hari.
mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi
kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap
putusan bebas.” Menurut ketentuan tersebut, IV. ANALISIS
dapat disimpulkan bahwa bahwa putusan A. Pengaturan dan Pelaksanaan Pengajuan
perkara pidana yang dapat diajukan permohonan Kasasi Atas Vonis Bebas oleh JPU
pemeriksaan kasasi adalah semua putusan perkara Sebelum Keluarnya Putusan MK Nomor
pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh 114/PUU-X/2012
pengadilan, kecuali terhadap, pertama, putusan Pengaturan mengenai pengajuan kasasi atas
Mahkamah Agung dan kedua, putusan bebas vonis bebas diatur dalam Pasal 244 KUHAP yang
(vrijspraak). berbunyi “terhadap putusan perkara pidana yang
Terhadap putusan pertama, yakni putusan diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan
Mahkamah Agung, adalah merupakan suatu lain selain daripada Mahkamah Agung,
hal yang wajar bila terhadap putusan ini tidak terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan
dimungkinkan untuk diajukan permohonan permintaan pemeriksaan kasasi kepada
kasasi. Dasar pertimbangannya adalah jelas Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan
bahwa bila suatu putusan kasasi dapat dikasasi bebas.” Selanjutnya dalam Pasal 67 KUHAP
kembali, maka tidak akan tercipta suatu kepastian dijelaskan bahwa terdakwa atau penuntut umum
hukum dari mekanisme peradilan yang demikian. berhak untuk minta banding terhadap putusan
Selain itu, bila suatu putusan kasasi dapat pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap
diajukan kasasi, maka tidak akan ditemukan putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) |9
yang menyangkut masalah kurang tepatnya lagi berpatokan pada mekanisme sebagaimana
penerapan hukum dan putusan pengadilan diatur dalam Pasal 244 KUHAP.
dalam acara cepat. Dari kedua ketentuan pasal
Jika dikaji dari substansi Keputusan Menteri
dimaksud, maka secara teori, terhadap putusan
Kehakiman dengan Nomor M.14-PW.07.03
bebas tidak dimungkinkan adanya upaya hukum
Tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman
banding maupun kasasi. Baik Pasal 67 maupun
Pelaksanaan KUHAP itu, maka ditemukan adanya
Pasal 244 KUHAP mengecualikan putusan bebas
pengecualian dalam hal pengajuan banding atas
dari upaya hukum banding dan kasasi. Bahkan
putusan bebas. Banding atas putusan bebas dapat
dalam Pasal 233 ayat (2) ditegaskan bahwa hanya
dimintakan dengan didasarkan pada situasi dan
permintaan banding sebagaimana dimaksud pada
kondisi serta demi upaya penegakan hukum,
Pasal 67 yang boleh diterima panitera pengadilan
keadilan dan kebenaran. Ketentuan ini kemudian
negeri dalam waktu tujuh hari sesudah putusan
dimaknai oleh jaksa penuntut umum sebagai
dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan
sebuah peluang dalam rangka mengajukan
kepada terdakwa yang tidak hadir sebagaimana
banding maupun kasasi terhadap vonis bebas
dimaksud dalam Pasal 196 ayat (2).
selama ini. Sejumlah kasus dengan vonis bebas
Kendati secara teori ditemukan larangan (vrijspraak) oleh pengadilan tingkat pertama
untuk mengajukan kasasi atas vonis bebas oleh diajukan kasasi oleh JPU. Ironisnya, tidak
penuntut umum, namun di sisi lain, ditemukan jarang pengajuan kasasi yang dilakukan oleh
pula pola pengaturan yang memungkinkan jaksa penuntut umum melahirkan putusan yang
diajukannya kasasi atas vonis bebas dimaksud sangat bertolakbelakang dengan vonis bebas
dalam bentuk regulasi yang lebih rendah dari yang dijatuhkan sebelumnya. Sederet kasus
KUHAP. Pengaturan dimaksud dituangkan dalam yang pernah terjadi atas pengajuan kasasi sebuah
bentuk Keputusan Menteri Kehakiman dengan vonis bebas di pengadilan tingkat pertama adalah
Nomor M.14-PW.07.03 Tahun 1983 tentang perkara pidana korupsi yang menimpa Raden
Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Sonson Natalegawa, Direktur Bank Bumi Daya
khususnya pada angka 19 Lampiran Keputusan yang kala itu divonis pidana 2 tahun 6 bulan oleh
dimaksud yang pada intinya menyebutkan bahwa MA dalam perkara kasasi. Kasus lain yang juga
terhadap putusan bebas tidak dapat dimintakan pernah terjadi adalah perkara yang menimpa
banding, namun berdasarkan situasi dan kondisi Gubernur Bengkulu, Agusrin M. Najamuddin
serta demi hukum, keadilan dan kebenaran, maka yang diputus bebas oleh Pengadilan Negeri
terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. Jakarta Pusat, namun kemudian dimintakan
Hal ini akan didasarkan pada yurisprudensi. Jadi kasasi oleh jaksa.
artinya bahwa bila memang situasi dan kondisi
Demikian juga dalam perkara Wali Kota
serta demi hukum, keadilan dan kebenaran
Bekasi, Mochtar Mohammad yang dijatuhi vonis
membutuhkan perlunya dilakukan kasasi atas
bebas oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
vonis bebas, maka Mahkamah Agung akan
Bandung, namun kemudian diajukan kasasi oleh
memproses permintaan kasasi dimaksud. Hanya
jaksa dan oleh MA dijatuhi hukuman selama 4
saja, proses kasasi dimaksud akan didasarkan
tahun penjara. Hal yang sama juga pernah menimpa
pada yurisprudensi Mahkamah Agung, jadi bukan
Bupati Subang, Eep Hidayat yang sebelumnya

10 | Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


divonis bebas pada pengadilan tingkat pertama, Agung (Undang-Undang ini terakhir kali diubah
namun kemudian diajukan kasasi dan berhasil menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009)
dijerat hukuman 5 tahun penjara melalui putusan disebutkan bahwa Mahkamah Agung memutus
Mahkamah Agung (Simamora, 2013: 4). Deretan permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan
perkara dimaksud tentu kian menunjukkan bahwa tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua
upaya kasasi atas vonis bebas pengadilan tingkat lingkungan peradilan. Lebih lanjut dalam Pasal
pertama telah memperoleh ruang pembenar 30 ayat (1) disebutkan bahwa Mahkamah Agung
sepanjang jaksa mampu membuktikan segala dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau
dakwaannya di tingkat kasasi atau Mahkamah penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
Agung mampu menemukan sejumlah fakta terkait lingkungan peradilan karena:
ketidaktepatan proses hukum yang dijalankan
1. Tidak berwenang atau melampaui batas
pada pengadilan tingkat bawahnya sebagaimana
wewenang;
tujuan utama dari upaya hukum kasasi. Gayung
pun bersambut. Dengan adanya sejumlah putusan 2. Salah menerapkan atau melanggar hukum
Mahkamah Agung yang merespons pengajuan yang berlaku;
kasasi atas vonis bebas oleh JPU, maka kemudian
3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang
putusan tersebut pada akhirnya dijadikan sebagai
diwajibkan oleh peraturan perundang-
yurisprudensi dalam menangani permintaan kasasi
undangan yang mengancam kelalaian
oleh penuntut umum atas vonis bebas selama ini.
itu dengan batalnya putusan yang
Sekalipun pola pengaturan pengajuan kasasi bersangkutan.
atas vonis bebas oleh JPU tidak dimungkinkan
Dengan didasarkan pada sejumlah
menurut KUHAP, namun jika dilihat dari langkah
ketentuan dimaksud, maka dapat dikatakan bahwa
Mahkamah Agung yang melahirkan yurisprudensi
Mahkamah Agung memiliki dasar hukum yang
melalui sejumlah putusannya terkait kasasi atas
cukup kuat dalam menerima permohonan kasasi
vonis bebas, maka Mahkamah Agung tidaklah
atas vonis bebas. Selain itu, upaya pengajuan
serta merta dapat dipersalahkan. Pasalnya, bisa jadi
kasasi yang digulirkan JPU atas vonis bebas yang
Mahkamah Agung berpandangan bahwa larangan
dijatuhkan pengadilan tingkat pertama bisa saja
mengajukan kasasi atas vonis bebas sebagaimana
dimaknai oleh Mahkamah Agung sebagai upaya
ditentukan dalam Pasal 244 KUHAP kurang
dalam rangka menciptakan berjalannya fungsi
sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat,
kontrol Mahkamah Agung sebagai pelaksana
sehingga demi kepastian hukum, keadilan dan
kekuasaan kehakiman tertinggi atas setiap putusan
kemanfaatan, maka pengajuan upaya hukum
pengadilan yang berada di tingkat bawahnya.
kasasi terhadap vonis bebas dapat dibenarkan.
Bagaimanapun harus diakui bahwa hakim
Selain itu, dalam rangka menguatkan
adalah manusia biasa yang tidak mungkin
sejumlah putusan kasasi atas vonis bebas yang
luput dari berbagai kesalahan dan kekhilafan.
pernah dikabulkan, Mahkamah Agung sebenarnya
Oleh sebab itu, menjadi sangat beralasan bagi
memiliki dasar hukum yang kuat dalam
Mahkamah Agung untuk menerima dan memutus
mengabulkannya. Berdasarkan Pasal 29 Undang-
vonis bebas dalam rangka menguji kebenaran
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 11
materil vonis terdahulu. Dengan demikian, maka B. Pertimbangan Hakim Mahkamah
upaya mewujudkan keadilan dan kemanfaatan Konstitusi dalam Rangka Mewujudkan
sebagai bagian penting dari pilar-pilar hukum Kepastian Hukum Atas Pengajuan
itu sendiri akan lebih dimungkinkan untuk Kasasi oleh JPU Terhadap Vonis Bebas
diwujudnyatakan. Hukum bukan hanya soal (Vrijspraak)
kepastian, tetapi juga menyangkut keadilan dan
Harus diakui bahwa selama ini, pro dan
kemanfaatan.
kontra atas upaya kasasi terhadap putusan bebas
Pada akhirnya, situasi dan kondisi yang pengadilan tingkat pertama nampaknya mendapat
demikian memang telah menimbulkan kontradiksi argumen pembenar yang sama kuatnya. Di satu
dalam hal pengajuan kasasi atas vonis bebas oleh sisi, tidak dibukanya ruang kasasi atas vonis
JPU. Di satu sisi, pengaturan yang ada kurang bebas pengadilan tingkat pertama dipandang
memungkinkan bagi JPU untuk mengajukan sebagai upaya menciptakan kepastian hukum.
kasasi atas vonis bebas, namun di sisi lain, Namun di sisi lain, bahwa ketentuan ini seolah
bahwa dalam pelaksanaannya justru tidak jarang melepaskan hakim yang mengadili perkara
JPU mengajukan kasasi atas vonis bebas dan pada tingkat pertama terbebas dari kontrol dan
direspons pula oleh Mahkamah Agung. Kondisi kesalahan maupun kekhilafan atas putusan yang
yang demikian pada akhirnya menjadi kurang dijatuhkannya. Kedua hal ini pada akhirnya
sejalan dengan prinsip-prinsip negara hukum. berujung pada situasi yang penuh dengan
Dalam negara hukum, keberadaan hukum ketidakpastian.
memperoleh ruang pengakuan yang cukup besar.
Hakim MK sendiri terbelah dalam dua
Sementara hukum itu sendiri ditujukan dalam
pandangan berbeda (dissenting opinion) dalam
rangka menciptakan kepastian, keadilan dan
menguji konstitusionalitas Pasal 244 KUHAP.
kemanfaatan. Manakala di antara unsur-unsur
Menurut Hakim Konstitusi Harjono, ketentuan
tujuan hukum dimaksud tidak tercapai, maka
Pasal 244 KUHAP tidaklah bertentangan dengan
menjadi sangat beralasan untuk mengkaji ulang
UUD 1945. Hal itu didasarkan pada argumen
aturan hukum yang ada.
bahwa keberadaan Pasal 244 KUHAP merupakan
Munculnya kondisi yang bertolak belakang upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia
antara pengaturan dan praktik pengajuan terhadap mereka yang haknya pernah dilanggar
kasasi atas vonis bebas oleh JPU selama karena statusnya terdakwa, setelah adanya putusan
ini pada akhirnya menimbulkan perdebatan pengadilan yang sah. Oleh sebab itu, menurut
berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat. Harjono, sekalipun ditemukan sejumlah praktik
Hal ini juga mengakibatkan upaya perwujudan yang berseberangan dengan ketentuan Pasal 244
kepastian hukum dalam hal pengajuan kasasi KUHAP, hal itu tidaklah dapat dijadikan rujukan
atas vonis bebas oleh JPU menjadi samar-samar. untuk menyatakan sebuah undang-undang
Di satu sisi, secara teori tidak dimungkinkan bertentangan dengan UUD. Yang semestinya
diajukan kasasi atas vonis bebas oleh JPU, namun harus dilakukan adalah sebaliknya, pengujian
dalam pelaksanaannya justru telah berulang kali undang-undang harus dijadikan koreksi terkait
diajukan kasasi atas vonis bebas oleh JPU dan apakah praktik yang dijalankan telah sesuai
direspons oleh Mahkamah Agung. dengan konstitusi atau tidak.

12 | Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


Untuk melihat lebih lengkap pendapat dari pendapat Mahkamah pada bagian (3.13.1)
berbeda hakim MK Harjono dalam putusan ini, yang dimuat dalam putusan tersebut dengan
berikut kutipan sebagian dari pendapatnya: bunyi sebagai berikut:

“…Dengan dihilangkannya frasa “kecuali “...Apabila Pasal 67KUHAP menentukan


putusan bebas” Pasal 244 KUHAP maka pengecualian untuk memohon pemeriksaan
secara fundamental telah merobohkan banding terhadap putusan tingkat pertama
sistem KUHAP, yang implikasinya akan yang menyatakan bebas, lepas dari segala
memandulkan banyak pasal KUHAP yang tuntutan hukum yang menyangkut masalah
lain, padahal penghilangan tersebut tidak kurang tepatnya penerapan hukum dan
ada dasar konstitusionalnya. Praktik putusan pengadilan dalam acara cepat,
bukanlah rujukan untuk menyatakan sebuah maka Pasal 244 KUHAP mengecualikan
undang-undang bertentangan dengan permohonan pemeriksaan kasasi terhadap
Undang Undang Dasar dan justru pengujian putusan bebas. Kedua ketentuan tersebut
undang-undang seringkali dimaksudkan sama sekali tidak memberikan upaya
untuk mengoreksi apakah praktik yang hukum biasa terhadap putusan bebas, yang
berlaku telah sesuai dengan konstitusi, berarti fungsi Mahkamah Agung sebagai
oleh karenanya tidak jarang Mahkamah pengadilan kasasi terhadap putusan bebas
memutuskan dengan konstitusional yang dijatuhkan oleh pengadilan yang ada
bersyarat (conditionally constitutional) di bawahnya sama sekali ditiadakan;
untuk mengoreksi praktik yang tidak benar
Selain itu, pada bagian (3.13.2) pendapat
tersebut dan tidak sebaliknya.”
Mahkamah juga disebutkan pertimbangan hukum
Namun kemudian pendapat berbeda ini sebagai berikut:
tidak berada dalam posisi seimbang dengan
“Bahwa tanpa bermaksud melakukan
pendapat hakim lainnya. Mayoritas hakim
penilaian atas putusan-putusan Mahkamah
konstitusi berpendapat bahwa frasa “kecuali
Agung, kenyataan selama ini menunjukkan
terhadap putusan bebas” dalam Pasal 244
bahwa terhadap beberapa putusan bebas
KUHAP bertentangan dengan konstitusi dan oleh
yang dijatuhkan oleh pengadilan yang
karenanya dinyatakan tidak memiliki kekuatan
berada di bawah Mahkamah Agung, memang
hukum mengikat. Lalu bagaimana sesungguhnya
tidak diajukan permohonan banding (vide
pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam
Pasal 67 KUHAP), akan tetapi diajukan
rangka menciptakan kepastian hukum atas upaya
permohonan kasasi dan Mahkamah Agung
JPU dalam mengajukan kasasi terhadap vonis
mengadilinya. Padahal, menurut ketentuan
bebas? Jika dicermati secara seksama putusan
Pasal 244 KUHAP terhadap putusan
Mahkamah Konstitusi terhadap pengujian
bebas tidak boleh dilakukan upaya hukum
konstitusionalitas Pasal 244 KUHAP, maka dapat
kasasi. Hal itu mengakibatkan terjadinya
dilihat bahwa upaya mewujudkan kepastian
ketidakpastian hukum dalam praktik karena
hukum dalam hal pengajuan kasasi atas vonis
terjadinya kontradiksi dalam implementasi
bebas oleh JPU mendapat pertimbangan yang
pasal tersebut. Di satu pihak pasal tersebut
sangat mendasar. Setidaknya hal itu tercermin

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 13
melarang upaya hukum kasasi, namun and Nijboer, et. Al., seperti dikutip Andi Hamzah
di lain pihak Mahkamah Agung dalam (2008: 41) yang mengatakan bahwa hukum
praktiknya menerima dan mengadili pidana itu adalah hukum tertulis, tidak seorangpun
permohonan kasasi terhadap putusan dapat dipidana berdasarkan hukum kebiasaan
bebas yang dijatuhkan oleh pengadilan di dan hukum kebiasaan tidak menciptakan hal
bawahnya. Oleh karena itu, untuk menjamin dapat dipidana (strafbaarheid), maka KUHAP
kepastian hukum yang adil dan perlakuan sebagai hukum tertulis harus terlepas dari ragam
yang sama di hadapan hukum, Mahkamah ketentuan yang terkesan samar-samar dan tidak
perlu menentukan konstitusionalitas Pasal menimbulkan ragam penafsiran agar proses
244 KUHAP khususnya frasa “kecuali penerapannya dapat dijalankan dengan baik. Jika
terhadap putusan bebas.” terdapat peraturan perundang-undangan yang
tidak jelas, maka hal itu menuntut untuk diberikan
Dari pendapat Mahkamah tersebut dapat
penjelasan (Kurnia, 2009: 58).
dipahami bahwa terjadinya kontradiksi dalam
implementasi Pasal 244 KUHAP selama ini telah Patut juga dicatat bahwa berdasarkan
menimbulkan ketidakpastian hukum di tengah- Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
tengah masyarakat. Pelarangan permintaan disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
kasasi atas putusan bebas oleh penuntut umum merupakan kekuasaan yang merdeka dalam
di satu sisi dan diterimanya permohonan kasasi menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
atas putusan bebas oleh Mahkamah Agung di sisi hukum dan keadilan. Dalam upaya penegakan
lain pada akhirnya menjadi problem yang tidak hukum dan keadilan, tentu tidak dapat dilepaskan
semestinya terjadi dan harus segera diakhiri. dari sebuah kejujuran tentang makna kebenaran.
Atas dasar sejumlah pertimbangan itulah, maka Yang benar akan dinyatakan benar dan yang salah
kemudian putusan Mahkamah Konstitusi dengan akan dinyatakan salah. Oleh sebab itu, maka
Nomor 114/PUU-X/2012 yang diucapkan pada sekalipun permintaan kasasi atas vonis bebas
sidang pleno Mahkamah Konstitusi pada Kamis, (vrijspraak) telah memperoleh ruang legitimasi
28 Maret 2013 lalu, yang menyatakan bahwa frasa yang memadai, namun demikian tidak berarti
“kecuali terhadap putusan bebas” sebagaimana serta merta dapat dimaknai bahwa Mahkamah
tercantum dalam Pasal 244 Undang-Undang Agung akan selalu menyatakan dan memutuskan
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara seseorang terdakwa selalu bersalah dan dijatuhi
Pidana (KUHAP) adalah bertentangan dengan pidana sebagaimana didakwakan penuntut
UUD NRI Tahun 1945 dianggap telah memberi umum. Karena bagaimanapun perlindungan hak-
kepastian hukum dalam hal pengajuan kasasi hak tersangka atau terdakwa yang terdapat dalam
oleh jaksa penuntut umum terhadap vonis bebas. sistem peradilan pidana merupakan salah satu
prasyarat terselenggaranya proses hukum yang
Dengan adanya putusan Mahkamah
adil (Tahir, 2010: 9).
Konstitusi dimaksud, maka jaksa penuntut
umum telah memperoleh kepastian hukum dalam Jadi semestinya tidak ada yang perlu
mengajukan kasasi atas putusan bebas yang dirisaukan dengan putusan MK yang satu ini.
dijatuhkan pada pengadilan tingkat pertama. Para terpidana yang memperoleh vonis bebas di
Selain itu, sebagaimana diungkapkan oleh Cleiren pengadilan tingkat pertama tidak perlu merisaukan

14 | Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


putusan ini sepanjang mampu membuktikan di pengadilan tingkat pertama, tidak lagi dapat
ketidakterlibatannya dalam sebuah perkara mengasumsikan hal itu sebagai sebuah putusan
yang didakwakan kepadanya. Artinya bahwa final (inkracht). Sebab jaksa penuntut umum
upaya kasasi atas putusan bebas yang dijatuhkan telah memiliki ruang legalitas yang cukup untuk
pengadilan tingkat pertama tidak dengan mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.
sendirinya akan membatalkan putusan pengadilan Putusan ini sekaligus menutup ruang bagi upaya
di tingkat bawahnya. Bisa saja menguatkan atau memperdebatkan keabsahan kasasi yang diajukan
membatalkan putusan bebas yang diajukan kasasi jaksa atas vonis bebas di pengadilan tingkat
ke MA. Semua itu tergantung pada pertimbangan pertama.
MA dalam mengadili perkara yang diajukan.
Yang patut dipikirkan kemudian adalah
Harap diingat juga bahwa salah satu tujuan bagaimana kemudian agar Mahkamah Agung
hukum adalah dalam rangka menciptakan adanya dapat bekerja dengan profesional, transparan
kepastian, selain keadilan dan kemanfaatan. dan independen serta objektif dalam menangani
Manakala hukum justru melahirkan ketidakpastian, setiap permintaan kasasi atas vonis bebas yang
maka semestinya hukum yang demikian patut diajukan oleh penuntut umum. Hal ini perlu
dikoreksi keberadaannya. Langkah itulah yang diingatkan agar jangan sampai putusan kasasi
sesungguhnya dilakukan MK melalui pengujian Mahkamah Agung atas vonis bebas justru
atas Pasal 244 KUHAP. Ketentuan pelarangan melahirkan suatu putusan yang berseberangan
pengajuan kasasi oleh penuntut umum terhadap dengan nilai kebenaran dan keadilan. Mahkamah
vonis bebas sebagaimana ditentukan dalam Pasal Agung juga perlu membentengi integritas para
244 KUHAP sangat tidak sejalan dengan fakta punggawanya agar tidak mudah tergoda dan
hukum yang selama ini terjadi. Oleh karena itu, terpengaruh dengan berbagai iming-iming
maka dalam rangka mewujudkan tujuan hukum, pihak tertentu dalam menangani suatu perkara.
khususnya mewujudkan kepastian, menjadi Sehingga dengan demikian, maka kepercayaan
sangat tepat untuk menghilangkan frasa “kecuali publik terhadap Mahkamah Agung sebagai
terhadap putusan bebas” sebagaimana tertuang lembaga peradilan tertinggi dalam mewujudkan
dalam Pasal 244 KUHAP selama ini. keadilan dan kebenaran dapat terpelihara dengan
utuh.
Bagaimanapun harus diakui bahwa hakim
adalah manusia biasa yang tidak mungkin Oleh sebab itu, maka putusan MK dengan
luput dari berbagai kesalahan dan kekhilafan. Nomor 114/PUU-X/2012 yang mengabulkan
Oleh sebab itu, selayaknya sebuah vonis bebas permohonan pemohon dalam menentukan
difasilitasi dengan ruang terbuka untuk menguji konstitusionalitas Pasal 244 KUHAP patut
kebenaran materil vonis dimaksud. Dengan dimaknai sebagai ruang yang sangat efektif
demikian, maka upaya mewujudkan keadilan dan dalam mengakhiri kontradiksi yang terjadi selama
kemanfaatan sebagai bagian penting dari pilar- ini. Kalaupun kemudian ditemukan pendapat
pilar hukum itu sendiri akan lebih dimungkinkan berbeda antara sesama hakim konstitusi dalam
untuk diwujudnyatakan. Dengan adanya putusan menguji konstitusionalitas Pasal 244 KUHAP,
Mahkamah Konstitusi ini, maka bagi para hal itu harus dilihat dan diletakkan dalam porsi
terpidana yang telah memperoleh vonis bebas yang semestinya, yaitu sebagai sebuah dinamika

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 15
dalam rangka mewujudkan independensi, mendasarkan pertimbangannya bahwa larangan
transparansi dan objektivitas hakim dalam mengajukan kasasi atas vonis bebas oleh JPU
menangani suatu perkara. Pertimbangan yang sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHAP
digunakan Mahkamah Konstitusi dalam memutus tidak memberikan upaya hukum biasa terhadap
judicial review atas perkara ini lebih didasarkan putusan bebas, yang berarti fungsi Mahkamah
dalam rangka memberikan kepastian hukum atas Agung sebagai pengadilan kasasi terhadap
pengajuan kasasi oleh JPU terhadap vonis bebas. putusan bebas yang dijatuhkan oleh pengadilan
yang ada di bawahnya sama sekali ditiadakan.
V. SIMPULAN
Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga
Berdasarkan analisis sebagaimana mengedepankan pertimbangan bahwa di satu
diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan pihak Pasal 244 KUHAP melarang upaya hukum
bahwa selama ini, dalam hal pengajuan kasasi kasasi, namun di lain pihak Mahkamah Agung
atas vonis bebas (vrijspraak) oleh jaksa penuntut dalam praktiknya menerima dan mengadili
umum telah terjadi kontradiksi antara pengaturan permohonan kasasi terhadap putusan bebas yang
dan pelaksanaannya. Secara teori, Pasal 244 dijatuhkan oleh pengadilan di bawahnya, sehingga
KUHAP mengecualikan pengajuan kasasi atas tidak tercapai kepastian hukum yang adil dan
vonis bebas (vrijspraak) oleh jaksa penuntut perlakuan yang sama di hadapan hukum. Kini,
umum, namun dalam pelaksanaannya justru dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi
terdapat sejumlah vonis bebas pada pengadilan yang telah memberikan kepastian hukum atas
tingkat pertama dimintakan kasasi oleh jaksa pengajuan kasasi terhadap vonis bebas oleh JPU,
penuntut umum. Hal ini tidak terlepas dari maka diharapkan putusan ini dapat dimaksimalkan
larangan mengajukan kasasi atas vonis bebas menjadi sarana legal untuk mengoreksi putusan
sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHAP hakim yang terlalu “bermurah hati” dalam
terkesan multitafsir sehingga menimbulkan mengabulkan vonis bebas.
perbedaan pendapat dalam penerapannya selama
ini. Kondisi semacam ini justru berseberangan
dengan prinsip-prinsip negara hukum, khususnya
dalam upaya mewujudkan kepastian hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Atas dasar itulah, maka kemudian
Asshiddiqie, Jimly. 2010. Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi melalui putusannya dengan
Pengujian Undang-Undang. Edisi Kedua.
Nomor 114/PUU-X/2012 yang diucapkan pada
Cetakan Pertama. Jakarta: Sinar Grafika.
sidang pleno Mahkamah Konstitusi pada Kamis,
28 Maret 2013 lalu, menyatakan bahwa frasa Ence, Irianto A Baso. 2008. Negara Hukum dan
“kecuali terhadap putusan bebas” sebagaimana Hak Uji Konstitusionalitas Mahkamah
tercantum dalam Pasal 244 Undang-Undang Konstitusi: Telaah Terhadap Kewenangan
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Bandung: Alumni.
Pidana (KUHAP) adalah bertentangan dengan
Fuady, Munir. 2009. Teori Negara Hukum Modern
UUD NRI Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi
(Rechtstaat). Bandung: Refika Aditama.

16 | Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1 April 2014: 1- 17


Hamzah, Andi. 2005. Hukum Acara Pidana Simamora, Janpatar. 15 April 2013. “Legalitas
Indonesia. Edisi Revisi. Cetakan Keempat. Kasasi Vonis Bebas.” Koran Jakarta.
Jakarta: Sinar Grafika.
Soedirdjo. 1984. Kasasi dalam Perkara Pidana.
___________. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Akademika Pressindo.
Edisi Revisi. Cetakan Keempat. Jakarta:
Sutikno, Mr. 2008. Filsafat Hukum. Cetakan
Rineka Cipta.
Keduabelas. Jakarta: Pradnya Paramita.
Harahap, M. Yahya. 2006. Pembahasan
Tahir, Heri. 2010. Proses Hukum yang Adil dalam
Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Kasasi dan Peninjauan Kembali. Edisi
Kedua. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Sinar Wahjono, Padmo. 1986. Indonesia Negara
Grafika. Berdasarkan Atas Hukum. Cetakan Kedua.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Huda, Ni’matul. 2005. Negara Hukum, Demokrasi
dan Judicial Review. Yogyakarta: UII
Press.

Kelsen, Hans. 1973. General Theory of Law


and State. Dialihbahasakan oleh Somardi.
2007. Teori Hukum dan Negara: Dasar-
Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik. Jakarta: Bee
Media Indonesia.

Kurde, Nukthoh Arfawie. 2005. Telaah Kritis


Teori Negara Hukum, Konstitusi dan
Demokrasi dalam Kerangka Pelaksanaan
Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Berdasarkan UUD 1945. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Kurnia, Titon Slamet. 2009. Pengantar Sistem


Hukum Indonesia. Bandung: PT. Alumni.

Manan, Bagir. 2005. Sistem Peradilan Berwibawa


(Suatu Pencarian). Yogyakarta: FH UII
Press.

Muhammad, H. Rusli. 2007. Hukum Acara


Pidana Kontemporer. Bandung: Citra
Aditya Bhakti.

Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum (Janpatar Simamora) | 17

Anda mungkin juga menyukai