Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MIKROBA

“CIRI-CIRI FISIOLOGIS BAKTERI”

OLEH :
NAMA : ANISA KURNIATI
NIM : 1806050008
KELAS / SEMESTER : A / IV

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
I. JUDUL

Ciri –Ciri Fisiologis Bakteri

II. DASAR TEORI

Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa.Karena itu ciri
fisiologis atau biokimia merupakan kriteria yang amat penting didalam identifikasi yang spesimen
yang tidak dikenal.Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil.
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan
antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan enegti dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus
mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi
dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan.
Dengan demikian enzim yang ridak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan enzim-
enzim tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan
tersebut sudah ada (Volk & Wheeler. 1993).

Isolasi dan identifikasi merupakan metode konvensional dalam pemeriksaan bakteri yang
didasarkan pada reaksi biokimia. Oleh karena itu, dalam isolasi dan identifikasi bakteri diperlukan
media yang selektif. Setelah dilakukan pewarnaan Gram dilanjutkan dengan uji biokimia pada
berbagai media seperti gula. Bakteri yang sudah diisolasi dan diidentifikasi selanjutnya diuji secara
serologis untuk menentukan serotipenya. Isolasi dan identifikasi untuk berbagai jenis bakteri dapat
mengikuti metode Cowan (1984)(Suwito, 2010).

Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari banyak
koloni yang berlainan jenis sehingga didapat koloni murni pada setiap cawan petri. Koloni bakteri
yang diambil untuk dimurnikan adalah koloni yang dominan. Metode pemurnian yang digunakan
adalah cawan gores dengan modifikasi (Huda,2012). Penggunaan cawan petri biasanya rawan
terkontaminasi bakteri dari udara sehingga pada penelitian ini pemurnian dilakukan dengan
menggoreskan bakteri yang akan dimurnikan pada permukaan media miring dalam tabung reaksi
dengan jarum ose. Tabung reaksi dapat ditutup dengan kapas steril sehingga resiko terkontaminasi
oleh bakteri dari udara dapat di minimalisir. Hal ini dilakukan terus sampai diperoleh koloni murni.
Koloni murni adalah koloni yang memiliki morfologi sama karena berasal dari pembelahan satu sel.
Koloni bakteri dapat dikatakan murni jika kolonikoloni pada ujung strek berbentuk sama. Jika masih
terdapat koloni yang berbeda pada ujung strek maka dilakukan strek ulang pada setiap kolonikoloni
yang berbeda tersebut sampai diperoleh koloni murni (Huda,2012).
Isolat bakteri yang memiliki aktivitas antibakteri dikarakterisasi melalui dua tahap yaitu :

1. Pengamatan gram dan motilitas.

2. Uji biokimia.

Pengamatan gram dilakukan dengan menggunakan 3% KOH dan uji motilitas dengan
menggunakan water pepton. Uji biokimia yang dilakukan meliputi uji katalase, oksidase, hidrolisis
urea, hidrolisis gelatin, sitrat, fermentasi karbohidrat dan MR/VP (Huda,2012).

Semua bakteri harus menggunakan sumber energy dari lingkungannya untuk memproduksi ATP.
ATP dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Bakteri memproduksi enzim agar dapat
mengoksidasi sumber energy dari ingkungan, namun bagaimanapun sumber energy untuk bakteri
berbeda tergantung dari enzim spesifik yang diproduksi tiap-tiap bakteri. Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya, bahwa mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi
pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi,
mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba. Untuk identifikasi dapat dilakukan dengan :

 Pemeriksaan biokmia, mendeteksi adanya enzim, protein, atau, konstituen dinding sel
spesifik. Beberapa enzim penting karena dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan cepat atau
membantu membedakan kelompok-kelompok utama bakteri.
 Dengan menggunakan antibody yang telah diketahui, dapat dilakukan identifikasi antigen
dalam specimen atau biakan. Pemeriksaan ini mencakup enzyme immunoassay (EIA atau ELISA),
pemeriksaan presipitin, counterimmunoelectrophoresis (CIE), Western blots, dan aglutinasi partikel
lateks.
 Pewarnaan. Pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan cepat yang penting. Banyak tersedia
pewarnaan khusus lain yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi (misal, tahan asam dari
pewarna antibodi fluoresens).
 Gene probe menentukan ada tidaknya suatu sekuens gen tertentu (misal, gen untuk produksi
verotoksin pada sebuah strain E. coli), tetapi cara ini mungkin memerlukan amplifikasi DNA
(Alcamo, 1996).

Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan


pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada
pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah
yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba (Waluyo, 2007).
Bakteri heterotropik umumnya menggunakan karbohidrat sebagai sumber energy.Banyak bakteri
menggunakan glukosa, monosakarida atau gula sederhana, karena memiliki enzim yang dibutuhkan
untuk degradasi dan oksidasi jenis gula ini. Lebih sedikit bakteri dapat menggunakan karbohidrat
kompleks seperti disakarida (laktosa atau sukrosa) atau polisakarida (amilum). Disakarida dan
polisakarida terdiri dari gula-gula sederhana yag saling terikat oleh ikatan glikosida, karena itu bakteri
harus menghasilkan enzim yang dapat memutuskan ikatan ini jika ingin menggunakan gula ini
sebagai sumber energy. Jika bakteri tidak dapat menghasilkan enzim tersebut maka bakteri itu tidak
bisa menggunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber energinya. Sebagai contoh, laktosa adalah
disakarida yang terdiri dari monomer glukosa dan galaktosa yang berikatan dengan ikatan glikosida.
Bakteri yang menggunakan laktosa mula-mula harus menghasilkan enzim lactase (beta-galaktosidase)
untuk memutuskan ikatan glikosida antar laktosa. Amilum adalah polisakarida yang besar yang terdiri
dari rantai panjang monomer glukosa yang saling berikatan dengan ikatan glikosida. Bakteri yang
menggunakan amilum harus dapat memproduksi eksoenzim, alpha amylase, yang dapat memutuskan
ikatan tersebut (Darkuni, 2008).

Masing-masing bakteri memiliki enzimnya sendiri yang menjadikannya dapat menggunakan


karbohidrat secara terpisah, karena itu sering digunakan dalam identifikasi spesies bakteri.Seseorang
dapat menentukan apakah bakteri yang diuji dapat menggunakan karbohidrat yang diberikan dengan
memeriksa keberadaan bioproduk yang diproduksi melalui oksidasi karbohidrat terebut.Pada akhirnya
pH indicator dapat ditambahkan untuk mendeteksi asam metabolic yang telah dihasilkan setelah
oksidasi dan fermentasi gula. Reagen dapat ditambahkan setelah bakteri mengalami pertumbuhan,
karena reagen dapat bereaksi dengan bioproduk spesifik atau produk intermediet dari proses
metabolism (Pelczar, 1986). Adapun media yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah
media agar tegak untuk menguji motilitas bakteri, uji gula-gula yang terdiri dari sukrosa, laktosa,
manosa, maltose, sakarosa, uji indol, uji H2S, uji urea, uji methyl red, uji VP (Voges Proskauer), dan
uji simon sitrat (Hadiutomo,1990).

Uji fisiologis merupakan tahapan lanjutan yang diperlukan untuk mengidentifikasi suatu bakteri.
Uji fisiologis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji katalase, ujiindol, uji MR, uji Simmons
Citrate dan uji TSIA:

a. Uji katalase.

Diletakkan 2tetes H2O2 pada kacao bjek yang bersih. Isolat bakteri diambil menggunakan jarum
ose, kemudian dipindahkan keatas kaca objek dan dicampurkan. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya gelembung-gelembung oksigen yang menunjukkan bahwa organisme yang bersangkutan
menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

b. Uji motilitas.

Isolasi tbakteri ditusukkan ke dalam media SIM semi padat pada tabung reaksi menggunakan
jarum ose tusuk steril. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Uji positif ditandai
dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar, maka bakteri tersebut bergerak (motil) dan bila
pertumbuhan bakteri tidak menyebar hanya berupa satu garis, maka bakteri tersebut tidak bergerak
(nonmotil).

c. Uji Indol.

Diambil satu koloni terpisah dengan menggunakanj arum ose, kemudian diinokulasi kedalam
media SIM dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Setelah inkubasi ditambahkan 10- 12 tetes
reagen Kovac. Positif ditandai dengan terbentuknya lapisan berwarna merah dibagian atas biakan.

d. Uji MR.

Diambil satu koloni terpisah dengan menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasi kedalam
mediaMR-VP dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Pada uji MR, ditambahkan 3-4 tetes
indikator merah metil.Uji positif ditandai dengan perubahan warna medium menjadi merah,artinya
terbentuk asam. Uji merah metil (methyl red test) bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
untuk mengoksidasi glukosa dengan memproduksi asam dengan konsentrasi tinggi sebagai hasil
akhirnya. Jika media MRVP akan menjadi merah setelah ditambahkan merah metil menunjukkan
bahwa hasil uji positif, sedangkan jika media tetap berwarna kuning menunjukkan hasil uji negatif.

e. Uji Simmons Citrate.

Diambil satu koloni terpisah dengan menggunakan jarum ose dan diinokulasikan pada media
Simmons Citrate lalu diinkubasi pada temperatur 37ºC selama 24 jam. Diamati adanya perubahan
warna pada medium biakan.Uji positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi biru.

f. Uji TSIA.

Diambil sebagian kecil koloni bakteri dengan menggunakan ose dan diinokulasikan pada media
TSIA, kemudian dilakukan dengan cara menusuk tegak lurus pada bagian butt (tusuk) dan car azigzag
pada bagian slant (miring). Diinkubasi pada temperatur 37ºC selama 24jam. Diamati perubahan warna
medium yang terjadi. Apabila bagian slant berwarna merah dan butt berwarna kuning maka bakteri
mampu memfermentasi glukosa, sedangkan apabila bagian slant dan butt keduanya berwarna kuning
maka bakteri mampu memfermentasi sukrosa dan laktosa. Uji TSIA ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan dari suatu bakteri dalam memfermentasi gula untuk menghasilkan asam atau gas. Warna
merah pada agar menunjukkan reaksi basa, sedangkan warna kuning menunjukkan reaksi asam.
Warna merah pada permukaan agar dan kuning di bagian bawah agar menunjukkan bahwa terjadinya
fermentasi glukosa. Warna kuning pada bagian permukaan dan bawah tabung menunjukkan terjadinya
fermentasi laktosa dan sukrosa (Darmayasa, 2008).
Identifikasi genus dari suatu bakteri memerlukan karakter-karakter utama dari bakteri yaitu
morfologi sel (bentuk sel dan susunan sel), uji biokimia dan tipe fermentasi. Isolat yang berpotensi
sebagai probiotik pada hasil penelitian ini diperoleh lima isolat bakteri dengan tiga jenis genera dan
satu spesies bakteri yang memilki kesamaan genus pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pada
penelitian ikan laut diperoleh isolat-isolat yang berpotensi sebagai probiotik yaitu gram positif
(Bacillus, Lactococcus, Micrococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Streptococcus,
Weisslla) dan gram negatif (Aeromonas, Alteromonas, Photorhodobac- terium, Pseudomonas,
Vibrio). Empat jenis genus yang didapat dari penelitian Feliatra dan Suryadi (2004) yaitu genus
Lactococcus, Carnoacterium, Staphylococcus, Bacillus, Eubacterium, Pseudomonas, Lactobacillus,
Micrococcus, dan Bifidobacterium. Penelitian Ghosh et al. (2007) mendapatkan empat jenis genus
yaitu Pseudomonas, Aeromonas, Edwardsiella dan Bacillus (Yulvizar, 2013). Prinsip utama ciri-ciri
fisiologis bakteri

1. Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu : Fase lag (Fase dimana bakteri mengalami masa
penyesuaian), Fase log (Fase pertumbuhan bakteri secara signifikan), Fase stasioner (Fase terjadinya
kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi dari media untuk tetap hidup), Fase kematian (Fase
dimana terjadinya kematian pada bakteri ). (Dwidjoseputro, 1994).

2. Sifat Fisiologis Bakteri

Bakteri merupakan organisme bersel tunggal dan mampu bereproduksi sendiri. Bakteri tidak
memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku
terbuat dari peptidoglikan, didalam sitoplasma terdapat materi genetik (DNA maupun RNA). Bakteri
bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sel sederhana (Corwin, 2008).
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya dikarenakan tidak memiliki zat warna (Waluyo, 2007).

3. Inkubasi

Inkubasi yaitu perlakuan terhadap bakteri yang dilakukan pada suhu optimum untukpertumbuhan
bakteri (35°C-37°C) dan kelembapan udara yang mengandung CO2sekitar 3-5% (Pelczar, 1986).

4. Tekhnik Aseptis

Pencegahan kontaminasi selama membuat dan mensterilkan medium kultur (Curtis, 1999).

III. TUJUAN

Untuk Mengamati secara langsung atau tidak langsung produk kegiatan enzimatik bakteri.
IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :

a) Kapas
b) Korek
c) Api
d) Ose Bulat
e) Ose Lurus
f) Pembakar Spirtus
g) Rak Tabung Reaksi
h) Tabung Reaksi

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
a) Media Bakteri
b) Reagen Alfa Naftol
c) Reagen Kalium Hidroksida
d) Reagen Kovac
e) Suspensi Bakteri
V. PROSEDUR KERJA
1. Uji Motil

Ose lurus difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu ose lurus ditusukkan pada
media dalam tabung reaksi yang sebeumnya jiga sudah difiksasi. Didiamkan sekitar 24 jam lalu
diamati apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak yang ditandai dengan adanya
tanda zigzag pada media yang sudah ditusukkan.

2. Uji Karbohidrat
 Glukosa, Laktosa, Mannosa, Maltosa, Sakarosa

Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung reaksi dan
kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri diaduk dengan menggunakan ose.
Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak
yang ditandai adanya gelembung gas pada tabung kecil.

3. Uji Indol

Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung reaksi dan
kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri diaduk dengan menggunakan ose.
Didiamkan sekitar 24 jam lalu ditambahkan dengan reagen Kovac sekitar 3 tetes kemudian diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak. Yang ditandai dengan adanya gelembung
gas di atas permukaan media.

4. Uji H2S

Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung reaksi dan
kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media agar miring untuk bakteri diberi olesan dengan
pola zigzag dengan ose yang sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak. Yang ditandai dengan adanya plumbum
sulfide yang berwarna hitam.
5. Uji M. Red

Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung reaksi dan
kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri diaduk secara perlahan dengan
menggunakan ose yang sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan
dengan reagen metil merah sekitar 3 tetes kemudian diamati apakah bakteri tersebut melakukan
pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan warna menjadi merah.

6. Uji V.pros

Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung reaksi dan
kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri diaduk secara perlahan dengan
menggunakan ose yang sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan
dengan reagen KOH dan Alfa Naftol sekitar 10 tetes kemudian diamati apakah bakteri tersebut
melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan warna menjadi kehitaman di
permukaan media.

7. Uji Sitrat

Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala api sampai hangat kuku,
kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi
terlebih dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung reaksi dan
kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media agar miring untuk bakteri diberi olesan dengan
pola zigzag dengan ose yang sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan warna menjadi
biru.
VI. HASIL PENGAMATAN

PERLAKUAN SEBELUM SESUDAH KET


Suspensi pada ose
lurus ditusukkan
pada media dalam
tabung reaksi lalu Motil (-)
didiamkan sekitar
24 jam

Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk meng- Glukosa (+g)
gunakan ose secara
perlahan lalu
Didiamkan sekitar
24 jam
Suspensi bakteri
pada ose bulat
Dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media Laktosa (+g)
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan
lalu didiamkan
sekitar 24 jam
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media Mannosa
diaduk meng- (+g)
gunakan ose secara
perlahan lalu
didiamkan sekitar
24 jam

Suspensi bakteri
pada ose bulat
Dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk meng-
gunakan ose secara Maltosa (+g)
perlahan lalu
didiamkan sekitar
24 jam
Suspensi bakteri
pada ose bulat
Dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media Sakarosa
Diaduk meng- (+g)
gunakan ose secara
perlahan
Lalu didiamkan
sekitar 24 jam

Suspensi bakteri
pada ose bulat
Dimasukkan
Dalam tabung
reaksi kemudian
media diaduk Indol (+g)
meng- gunakan ose
secara perlahan.
Diamkan sekitar
24 jam lalu
diteteskan pereaksi
kovac.

Suspensi bakteri
pada ose bulat
Dimasukkan dalam
tabung reaksi lalu
dibuat pola zigzag H2S (-)
pada agar miring
tersebut lalu
didiamkan sekitar
24 jam

Suspensi bakteri
pada ose bulat Di
masukkan dalam
tabung reaksi lalu
ose diputar secara
perlahan lalu di M.Red (-)
diamkan sekitar 24
jam kemudian
ditambahkan
pereaksi M.red

Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi lalu
ose diputar secara
perlahan lalu di-
diamkan sekitar 24 V.pros (+)
jam kemudian
ditambahkan
pereaksi KOH dan
alfa naftol

Suspensi bakteri
pada ose bulat
Dimasukkan dalam
tabung reaksi lalu
dibuat
pola zigzag pada Sitrat (+)
agar miring
tersebut lalu
didiamkan sekitar
24 jam
VII. PEMBAHASAN

Beberapa macam identifikasi bakteri dilakukan dengan kriteria pengamatan meliputi :


pengamatan morfologi bakteri, uji luminisensi bakteri, pengecatan flagela, uji oxidase, uji sensitif
terhadap 2-4 diamino, uji gelatin, uji indole, uji sukrose, uji laktose, uji VP Vox dan uji 2-3 butanidiol
(Pringgenies, 2004). Dalam praktikum ini dilakukan identifikasi dengan uji biokimia dengan uji gula-
gula (glukosa, laktosa, maltosa, mannose dan sukrosa), uji motil, uji indol, uji TSIA, uji MR-VP, dan
uji sitrat.

Uji-uji ini sangat penting dalam identifikasi bakteri-bakteri patogen begitu pula uji yang lain
sebenarnya digunakan untuk mengidentifikasi bakteri dengan karakter tertentu, yang mana dengan
karakter tersebut ia dapat dibedakan dengan jelas dari bakteri-bakteri yang lain yang hidup
disekitarnya.

Pertama dilakukan uji gula-gula, mengambil suspense bakteri dengan menggunakan ose bulat
yang sebelumnya telah difiksasi kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang didalamnya terdapat
tabung Durham . Tabung ini ditempatkan pada tabung reaksi yang telah berisi cairan pertumbuhan
mikroorganisme dan zat indikator yang dapat menandai terjadinya perubahan warna karena adanya
perubahan derajat keasaman dan gas yang dihasilkan dicirikan dengan terdapatnya gas di ujung
tabung durham setelah mikroorganisme diinokulasi.Kemudian media diaduk menggunakan ose secara
perlahan.

Dari hasil pengamatan didapati untuk uji gula-gula memberikan hasil yang positif, yaitu ditandai
dengan perubahan warna merah menjadi kuning. Hail ini sesuai dengan literature untuk bakteri
Klebsiella sp yaitu terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning karena jika bakteri tersebut
memfermentasi glukosa maka akan dihasilkan asam sehingga setelah diinkubasi warna media menjadi
kuning..Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koloni bakteri mampu memfermentasikan
karbohidrat dengan substrat glukosa, mannosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa.

Kemudian di dalam larutan gula-gula disimpan tabung durham untuk melihat apakah ketika
memfermentasi glukosa bakteri tersebut menghasilkan gas atau tidak, misalnya pada beberapa bakteri
dalam proses fermentasinya dihasilkan gas CO2. Jika bakteri tersebut menghasilkan gas ketika proses
fermentasi maka dalam tabung durham akan terlihat gelembung-gelembung gas.
Klebsiella aerogenes atau disebut juga Aerobacter aerogenes merupakan bakteri bacillus gram negatif
yang dapat menghasilkan gas.

Secara teoritis, bakteri heterotrofik dapat menggunakan berbagai senyawa organik sebagai
sumber energi. Senyawa-senyawa ini mencakup karbohidrat , asam lemak, asam organik, dan asam-
asam amino. Bagi banyak bakteri, senyawa yang lebih disukai ialah karbohidrat, terutama glukosa.
Perombakan glukosa dapat terjadi melalui glikolisis yang akan menghasilkan asam piruvat. Untuk
organisme anaerobik, mereka menghasilkan energi melalui proses fermentasi. Misalnya pada
Streptococcus lactis, bakteri tersebut menguraikan glukosa menjadi asam laktat. Bakteri – bakteri
yang melakukan fermentasi glukosa dapat dikelompokkan berdasarkan produk akhir utama fermentasi
karbohidrat, yaitu:

 Bakteri asam laktat: Streptococcus, Lactobacillus, Leuconostoc


 Bakteri asam propionate: Propionibacterium, Veillonella
 Bakteri coli-aerogenes tifoid: Escherichia, Enterobacter, Salmonella
 Bakteri aseton, butil alkohol: Clostridium, Eubacterium, Bacillus
 Bakteri asam asetat: Acetobacter.

Kemudian dilakukan uji motil, mengambil suspense bakteri dengan ose lurus kemudian
menginokulasi ke dalam media cair pertumbuhan dalam tabung reaksi. Dari hasil pengamatan uji
motil emnunjukkan hasil negatif. Hal ini sesuai dengan literature dimana Klebsiella tidak mampu
bergerak karena tidak memiliki flagel tetapi mampu memfermentasikan karbohidrat membentuk asam
dan gas. Spesies Klebsiella sp menunjukan pertumbuhan mucoid, kapsul polisakarida yang besar dan
tidak motil

Kemudian dilakukanuji indol. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat.
Suspensi bakteri pada ose bulat dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian media diaduk
menggunakan ose secara perlahan. Diamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan pereaksi kovacs.Hasil uji
indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan. Artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber carbon,
yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan merupakan
komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah
dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein. Enzim yang berperan dalam proses
ini adalah triptonase. Produk metabolit 31 triptofan adalah indol, asam piruvat dan amonia.
Keberadaan indol dideteksi dengan reagen kovac dan terbentuknya warna merah.
Setelah itu dilakukan Uji H2S, suspensi bakteri pada ose bulat dimasukkan dalam tabung reaksi
lalu dibuat pola zigzag pada agar miring tersebut lalu didiamkan sekitar 24 jam. Pada uji H2S
menunjukkan hasil negatif ditandai dengan tidak terbentuknya endapan hitam pada medium. Hal ini
menunjukkan bahwa sample tidak mengandung bakteri yang menghasilkan hydrogen sulfide dari
asam amino sistem melalui kerja enzim sistein desulfurase. Seharusnya, bakteri tersebut menghasilkan
H2S maka H2S yang terbentuk akan bereaksi dengan plumbum asetat menghasilkan plumbum sulfide
yang berwarna hitam pada media

Uji metil red dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri mixed acid
fermenter (peragian asam campuran). Pada uji ini akumulasi asam-asam dapat menurunkan pH
sampai 5. Sehingga bila indikator metil merah ditambahkan dalam kondisi pH serendah itu maka
indikator tersebut akan berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa organisme tersebut adalah
peragian asam campuran. Pada umumnya organisme ini adalah penghasil gas yang istimewa karena
menghasilkan enzim format hidrogenase yang memecahkan asam format menjadi karbon dioksida dan
air dalam jumlah sebanding. Suspensi bakteri pada ose bulat dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ose
diputar secara perlahan lalu didiamkan sekitar 24 jam kemudian ditambahkan pereaksi Methyl red.
Pada hasil pengamatan uji metil red memberikan hasil yang negatif karena tidak terbentuk larutan
berwarna merah.
Namun jika pada uji methyl red menunjukkan hasil positif yang ditandai terbentuknya warna
merah pada permukaan media artinya bakteri tersebut dapat memfermentasi glukosa dan asam
laktat,asetat,suksinat dan format disamping CO2, H2 dan etanol sehingga pH turun yang
menyebabkan indikator berubah warna

Kemudian dilakukan Uji VP. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bakteri tersebut tidak
menghasilkan asam melainkan 2,3-butanadiol dan etanol Untuk mendeteksi keberadaan senyawa 2,3-
butanadiol dilakukan uji Voges-Proskauer, dimana memerlukan pereaksi Barrit, pereaksi ini yaitu
campuran dari α-naftol dan KOH, karena untuk mendeteksi senyawa 2,3- butanadiol tidak dapat
secara langsung melainkan mendeteksi melalui prekursornya yaitu asetoin (asetil-metil dan karbinol)
dimana apabila terdapat asetoin maka akan mengakibatkan adanya perubahan warna menjadi merah
muda. Metode ini sering disebut metode tidak langsung Voges-Proskauer (Rostinawati, 2008).
Pengujian yang dilakukan memberikan hasil positif. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
warna dari larutan menjadi warna merah muda setelah penambahan reagen Barrit

Setelah itu dilakukan Uji Sitrat. Uji sitrat dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut
menggunakan sitrat sebagai sumber energi apabila tidak ada glukosa atau laktosa. Sitrat permease
berperan membawa sitrat dari luar sel ke dalam sel. Sitrat yang telah berada di dalam sel akan masuk
ke dalam siklus krebs. Sitrat merupakan intermediet utama siklus krebs, sitrat akan diubah menjadi
asam oksaloasetat dan asam asetat dengan bantuan enzim sitrase. Selanjutnya asam oksaloasetat dan
asam asetat diubah menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Karbondoiksida bereaksi dengan air
dan natrium yang terdapat dalam media agar simmons citrate sehingga membentuk natrium
bikarbonat. Medium agar sitrat adalah medium sintetik yang mengandung sitrat sebagai sumber
karbon satu-satunya ,sedangkan sebagai sumber nitrogennya digunakan garam ammonium dan bukan
asam amino. Agar sitrat Simmons juga mengandung indicator biru bromtimol yang dapat berubah
warna dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin. Indikator ini mendeteksi perubahan PH
apabila keadaan telah berubah dari asam menjadi basa. Pengamatan menunjukkan terjadi perubahan
pada agar miring, terdapat perubahan warna pada media. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri pada
sampel menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Ini ditandai dengan adanya bekas zig-zag yang
digoreskan sebelum diinkubasi pada permukaan medium agar miring sitrat. Indikator juga mendeteksi
pertumbuhan mikroorganisme dengan adanya perubahan warna yang terjadi.

Dari hasil pengamatan bakteri yang teridentifikasi tidak tepat, seharusnya bakteri yang
diidentifikasi adalah Eschericia coli. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor kesalahan
diantaranya ose yang digunakan saat mengambil bakteri masih belum dingin sehingga mematikan
bakteri tersebut, selain itu proses pengerjaan identifikasi kurang aseptis sehingga memungkinkan
bakteri lain untuk tumbuh.
VIII. PENUTUP

8.1 Simpulan
Dari praktikum yyang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan bahwa Dapat mengamati secara
langsung atau tidak langsung produk kegiatan enzimatik bakteri dari hasil pengamatan dapat di
identifikasi dengan menggunakan uji biokimia bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel adalah
Klebsiella aerogenes. Namun terdapat kesalahan dalam pengidentifikasian, dimana bakteri yang
seharusnya ada dalam suspensi adalah Eschericia coli.
8.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum kedepannya praktikan agar lebih teliti dan cermat ktika melakukan
pratikum dan alat-alat lab yang di sediakan lebih lengkap lagin
DAFTAR PUSTAKA

- Hadiotomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.
Gramedia.
- Suriawiria . unus . 2005 . Mikrobiologi Dasar. Jakarta : papas sinar sinanti.
- https://www.academia.edu.laporan-praktikum-fisiologi-mikroba-ciri-ciri-bakteri/ 0045672-
2014- diakses pada 6 Mei 2020 pukul 16.35 WITA
- https://www.scribd.id/materi fisiologi mikroba-265437/11/08- diakses pada 6 Mei 2020 pukul
18.42 WITA.

Anda mungkin juga menyukai