Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

EKOLOGI PESISIR & KELAUTAN


“KARAKTERISTIK, STRUKTUR & DINAMIKA WILAYAH PESISIR DAN LAUT”

OLEH:
NAMA : ANISA KURNIATI
NIM : 1806050008
KELAS :A
SEMESTER : V (LIMA)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut ............................................................ 3
2.2 Struktur Wilayah Pesisir dan Laut ................................................................... 4
2. 3 Dinamika Wilayah Pesisir dan Laut ................................................................. 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................................... 22
3.2 Saran .................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan Rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
judul”Karakteristik, Struktur dan Dinamika Wilayah Pesisir dan Laut”. Saya juga
mengucapakan limpah terima kasih kepada, Dosen pengasuh mata kuliah Ekologi Pesisir dan
Kelautan Kelas A Prodi Biologi Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa Cendana yang
telah menyerahkan kepercayaan kepada saya guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempruna. Oleh karena
itu,kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat di harapkan untuk
menyempurnakan tulisan ini.
Akhir kata,semoga makalah ini bermanfaat dan dapat membantu pembaca dalam
mengerjakan tugas dan mampu menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui lebih
dalam mengenai Karakteristik, Struktur dan Dinamika Wilayah Pesisir dan Laut . Saya pun
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah saya ini terdapat perkataan
yang tidak berkenan.

Kupang,September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila
ditinjau dari garis pantai (coast line) maka wilayah pesisir memiliki dua macam batas
(boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus
dengan garis pantai (cross shore) (Dahuri, et al, 1996). Sedangkan menurut Soegiarto, 1976
di dalam Sinurat RM, 2000, Definisi wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara darat
dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam
air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di daerah daratan seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran.
Menurut Rais (1993) di dalam Sinurat RM, (2000) memberikan definisi bahwa disebut
wilayah pesisir adalah spasial ke arah darat dimana pengaruh laut masih ada, terutama
pengaruh pasang surut (batas ekosistem air payau) dan ke arah laut dimana pengaruh darat
masih dominan (batas sedimentasi sungai). Dari definisi wilayah pesisir di atas memberikan
suatu pengertian bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang dinamis dan mempunyai
kekayaan habitat yang sangat beragam didarat dan di laut serta saling berintegrasi antara
habitat tersebut.

Karakteristik khusus dari wilayah pesisir menurut Jan C. Post dan Carl G. Lundin
(1996) antara lain:
 Suatu wilayah yang dinamis dengan seringkali terjadi perubahan sifat biologis,
kimiawi, dan geologi.
 Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan produktivitas yang
tinggi yang memberikan tempat hidup penting buat beberapa jenis biota laut
 Ciri-ciri khusus wilayah pesisir—seperti adanya terumbu karang, hutan bakau, pantai
dan bukit pasir—sebagai suatu sistem yang akan sangat berguna secara alami untuk
menahan atau menangkal badai, banjir, dan erosi
 Ekosistem pesisir dapat digunakan untuk mengatasi akibat-akibat dari pencemaran,
khususnya yang berasal dari darat (sebagai contoh: tanah basah dapat menyerap
kelebihan bahan-bahan makanan, endapan, dan limbah buangan),
 Pesisir yang pada umumnya lebih menarik dan cenderung digunakan sebagai
pemukiman, maka di sekitarnya seharusnya dimanfaatkan pula sebagai sumber daya
laut hayati dan nonhayati, dan sebagai media untuk transportasi laut serta rekreasi.
Sedangkan karakteristik wilayah pesisir menurut Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah (2001) antara lain:
 Terdiri dari habitat dan ekosistem yang menyediakan barang dan jasa (goods and
services) bagi komunitas pesisir dan pemanfaat lainnya (beneficiaries),
 Adanya kompetisi antara berbagai kepentingan,
 Merupakan wilayah strategis, didasarkan atas fakta:
- Garis pantai Indonesia 81.000 km pada 17.508 pulau (terbanyak di dunia),
- Penyebaran penduduk terbesar (cikal bakal urbanisasi),
- Potensi sumber daya kelautan yang kaya (biodiversity, pertambangan,
perikanan, pariwisata, infrastruktur, dsb),
- Sumber daya masa depan (future resources) akibat ketersediaan wilayah darat
yang semakin terbatas, dan Wilayah pertahanan dan keamanan (perbatasan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Saja Karakteristik dari Wilayah Pesisir dan Laut?
2. Bagaimanakah Struktur Wilayah Pesisir dan Laut?
3. Bagaimanakah Dinamika Yang Terjadi Diwilayah Pesisir dan Laut?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut
2. Untuk Mengetahui Struktur Wilayah Pesisir dan Laut
3. Untuk Mengetahui Dinamika yang Terjadi Diwilayah Pesisir dan Laut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut

 Bagian –Bagian Laut Dan Pembaagian Zonasi Wilayah Pesisir Dan Kelautan

Lingkungan perairan laut dapat teridiri atas 2 bagian utama yaitu


a. Bagian air yang dikenal sebagai pelagic
Bagian ini dapat dibagi secara horizontal mapun vertical. Secara horizontal pelagic
dapat dibagi menjadi
 Bagian neritic ( perairan pantai )
 Bagian oseanik peraiaran laut terbuka
Batas ntara kedua bagian tersebut di laut tidak begitu jelas, tetapi biasanya ditentukan
batas meritik hanya sampai pada kedalaman ± 200 meter. Meskipun ada factor-faktor ain
yang ikut menentukan, misalnya factor salinitas, kandungan lumpur, dll. Secara vertical ,
bagian pelagic dapat di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :
 Zona epipelagik (0-200 meter)
 Zona mesopelagik (200-1000 meter)
 Zona bathipelagik(1000-2000 meter)
 Zona abisopelagik ( >2000 meter)

Suatu zona atau lapisan peraiaran yang masih dapat menerima sinar matahari disebut
sebagai photik zone. Umumnya pada lapisan epipelagic lebih banyak menerima sinar
matahari daripada lapisan-lapisan yang berada dibawahnya. Semakin dalam lapisan perairan
maka semakin sedikit pula sinar matahari yang masuk kedalam air laut, sehingga dikenal
adanya zona disphotic dan zona aphotik.
Lapisan photic perlu diketahui, mengingat pada zona tersebut merupakan suatu daerah
yang paling efektif untuk proses fotosintesis fitoplankton, rumput laut, dan gang-gang laut
serta kegiatan-kegiatan lain dari biota laut.sehingga pada zona tersebut dapat dilihat
keragaman komunitas yang lebih kompleks, lebih banyak fariasinya serta lebiih menarik
daripada komunitas biota yang hidup pada lapisan disphotic ataupun aphotik.
Tebal tipisnya zona photik sangat tergantung pada beberapa factor antara lain tingkat
kecerahan dan tingkat kekeruhan pada perairan yang bersangkutan. Tingkat kecereahan
adalah suatu angka menunjukan jarak penetrasi cahaya matahari kedalam air laut yang masih
bias dilihat oleh mata kita yang berada di permukaan air laut.
b. Bagian dasar laut yang dikenal sebgai bentik (benthic)
Secara umum zonasi bentik terdiri atas
 Supralithoral : merupakan dasar perairan yang selalu dalam keadaan basah
karena adanya hempasan ombak yang dating dan pergi
 Sublithoral : merupakan daerah pasang surut sampai kedalaman ± 20 meter
 Eu-lithoral : merupakan bagian dasar perairan yang dihitung mulai dari garis
surut sampai kedalaman ± 200 meter
 Archibenthal : daerah lanjutan lithoral yang melengkung kebawah sehingga
dasar laut lebih dalam lagi
 Batial : lanjutan dari archibenthal sampai kedalaman ± 2000 meter
 Abisal : lanjutan dari batial dengan kedalman 2000-4000 meter
 Hadal : lanjutan dari abisal dengan kedalaman > 4000 mete

Gambar Skema zonasi bentik dan pelagik

 Iklim Wilayah Pesisir Dan Laut

Beberapa factor utama yang mempengaruhi iklim yaitu sebgai berikut


a. Suhu dan perpindahan panas
Daratan tidak mempunyai kapasitas seperti air dalam kemampuannya menyimpan
panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima
radiasi matahari daripada lautan. Sebaiknya, daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin
daripada lautan pada waktu tidak ada sinar matahari . akibatnya, didaratan terdapat perbedaan
suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan lautan. Bagaimanapun panas yang
dipindahkan dari laut ke daratan mempunyai suattu pengeruh yang lunak terhadap iklim di
daerah pantai.
Perpindahan panas juga terjadi antara udara denganlautan atau tanah yang ada
dibawaahnya akan dapat memberikan sesuatu kenaikan tekanan atmosfer pada
sekitarnya. Udara cenderung untuk mengalir dari daerah-daerah yang beratmoser rendah,
sehingga akan menimbulkan arah angin yang berbeda-beda.
b. Curah hujan dan siklus air
Sebagian besar air ( 97,3 % yang terdapat dipermukaan berasal dari lautan. Sisanya
yang berjumlah 2, 7 % berasal dari daerah daratan berupa gunung-gunung es, mata air yang
berada di bawah permukaan tanah dan yang berasal dari danau dan sungai, secara umum
siklus tata air, terjadi secara seimbang tetapi kadang-kadang terjadi perbedaan yang besar
antara penguapan dan curah hujan yang terjadi pada beberapa tempat sehingga
mengakibatkan siklus air menjadi tidak seimbang

c. Tekanan udara dan angin


Seluruh permukaan bumi dapat dibagi menjadibeberapa daerah utama yang
mempunyai tekanan rendah dan tinggi tergantung kepada letak lintang. Hal ini menyebabkan
timbulnya tiga system angin utama pada setiap atmosfer:
 Angin yang terletak pada lintang antara 00 dan 300 yang dikenal sebagai trade
winds. Angin bertiup dari arah timur ke barat
 Angin yang terletak pada lintang antara 300 dan 600, Angin bertiup dari arah
barat ke timur
 Angin yang terletak di daerah kutub ( antara 600sampai ke kutub), yang
umumnya bertiup dari arah timur ke barat
 Geologi Wilayah Pesisir Dan Kelautan

Bentuk wilayah pesisir diatara daratan dan lautan selain ditentukan oleh kekerasan
(rerisistivity) batuan, pola morfologi, juga ditentukan oleh tahapan tektoniknya apakah labil
atau stabil. Dalam batasan geologi bentuk pesisir terdiri dari:
a. Bentuk pantai beruak, terjadi diwilayah pengangkatan aktif dan prosesnya sampai saat
ini masih berjalan, dimana pantainya dibentuk oleh undak-undak terumbu karang
b. Bentuk pantai landai, selain dikontrol oleh batuan alasanya yang relative lunak juga
terletak di daerah yang relative stabil, dari daerah tingkat pasca tektonik, sehingga
proses erosi pengangkutan pengendapan berjalan tanpa gangguan kegiatan tektonik.
 Kondisi Oseagrafi Dan Dinamika Ekosistem Pesisir Dan Lautan

Wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga
unsure alam, yaitu daratan lautan, dan atmosfer. Proses interaksi tersebut telah berlangsung
sejak unsure-unsur tersebut terbentuk. Bentuk wilayah pesisir yang ditemu sekarang ini
merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses penghancuran dan pembentukkan ketiga
unsure alami.
Kondisi oseanografi fisika perairan pesisir dan lautan
Kondisi oseanografi fisika perairan pesisir dan lautan dapat digambarkan oleh, terjadinya
fenomenaalam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan salinitas serta angin.
a. Pasang surut dan muka laut
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara hamper periodic karena
gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat
terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali sehari (pasut ganda) dan ada pula pasut
campuran. Ketika pasut yang terbentuk di lautan luas merambat sebagai gelombang menuju
lereng benua dan paparan benua, gelombang tersebut akan mengalami proses perubahan
karena makin dangkalnya perairan.

b. Gelombang laut
Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi.
Besarnya proses tersebut bergantung pada besarnya energy yang dihempaskan oleh
gelombang pantai. Secara umum gelombang/ ombak terdiri atas:
 Ombak terjun: kadangkala terlihat dipantai yang dasar lautnya terjal, ombak semacam
ini menggulung tinggi lalu jatuh dengan hempasan hebat disertai bunyi gemuruh.
 Ombak landai terbentuk di pantaiyang dasar lautnya landai.
c. Arus di pantai
Arus yang disebabkan oleh pasut dipengaruhi oleh dasar perairan. Arus pasut yang
terkuat akan ditemui didekat permukaan dan akan menurun kecepatannya semakin mendekati
dasar perairan. Hal ini disebabkan adanya gesekkan dasar. Fase dari arus pasut juga
seringkali berubah mengikuti kedalaman, dimana fase dilapisan dasar perairan berubah lebih
dahulu dibaningkan dengan dilapisan permukaannya.
2.2 Struktur Wilayah Pesisir dan Laut
Dalam ekosistem perairan (tawar, pesisir dan lautan) berbagai jasad hidup (biotik) dan
lingkungan fisik (abiotik) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
terkait. Dua komponen ini saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga terjadi
pertukaran zat (energi) di antara keduanya. Komponen abiotik merupakan faktor pendukung
bagi kelangsungan hidup organisme. Dalam ekosistem pesisir, komponen abiotik tersebut
terdiri dari unsur dan senyawa anorganik, senyawa organik dan iklim. Unsur dan senyawa
anorganik adalah C, N, CO2, dan H2O. Sedangkan senyawa organik terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin. Faktor iklim yang memegang peranan dalam perairan adalah
suhu. Ekosistem pesisir memiliki struktur yang khas, hal ini disebabkan ekosistem tersebut
merupakan daerah peralihan antara ekosistem daratan dengan ekosistem lautan. Secara umum
komponen penyusun struktur ekosistem perairan pesisir terdiri atas produser, konsumer, dan
pengurai.
Komponen produser terdiri atas produser makro dan mikro, demikian juga halnya dengan
komponen konsumer terdiri atas konsumer makro dan mikro. Komponen-komponen makro
ini termasuk berbagai jenis rumput laut yang ada dalam perairan, sedangkan produser mikro
adalah berbagai jenis fitoplankton yang berukuran relative kecil. Organisme konsumen
merupakan organisme yang memanfaatkan hasil dari aktivitas organism produsen. Komponen
konsumer makro terdiri atas berbagai jenis ikan, mamalia, krustasea, dan berbagai jenis
organisme laut lainnya. Sedangkan komponen konsumer mikro terdiri atas jenis-jenis
zooplankton yang sangat kecil. Sedangkan organisme pengurai (dekomposer) adalah
organisme yang melakukan perombakan atas berbagai materi organik yang dimanfaatkan
kembali oleh seluruh komponen biologi (tumbuhan air) yang ada. Komponen pengurai di
perairan pesisir didominasi oleh berbagai jenis bakteri. Komponen-komponen ekosistem yang
ada dalam sistem perairan pesisir antara lain, Produser Fitoplankton, Konsumer Zooplanhton,
Konsumer Benthos, Konsumer Nekton, dan Komponen Pengurai Bokteri.
 Zona Wilayah Pesisir
Zona dapat diartikan sebagau daerah atau wilayah, untuk itu zona atau wilayah pesisir
dapat dibedakan kedalam 4 zona / wilayah, diantaranya adalah :
1. Zona “Lithoral”, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di wilayah ini
pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi
daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayah pasang surut.
2. Zona “Meritic” (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut
hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari
sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan
maupun tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka dan
laut-laut disekitar kepulauan Riau.
3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman
antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari,
oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona
meritic.
4. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki
kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada
tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas. Untuk
dapat mengetahui mengenai ilustrasi pembagian wilayah pesisir maka dapat dilihat
pada gambar berikut :

Zona Zona Zona Zona


Lithoral Meritic Bathyal Abysal

Gambar Zona Pesisir (Lithoral)

 Sumber daya Wilayah Pesisir

Secara umum sumber daya pesisir terdiri atas tiga bagian yaitu sumber daya dapat
pulih, sumber daya tidak dapat pulih dan jasa-jasa lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari uraian berikut:
(1) Sumber daya dapat pulih atau dapat diperbaiki (renewable resources), seperti :
 Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di


wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan
amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain
sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-
daunan sebagai bahan baku obat obatan, dan lain-lain.
Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian besar
masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan
secara optimal, adalah kawasan wisata alam (ecotourism).
Padahal negara lain, seperti Malaysia dan Australia, kegiatan wisata alam di
kawasan hutan mangrove sudah berkembang lama dan menguntungkan (Dahuri et al 2001).
Indonesia memiliki hutan mangrove yang luas dibandingkan dengan negara lain. Hutan-
hutan ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar hingga 100 km masuk ke
pedalaman seperti yang dijumpai di sepanjang sungai Mahakam dan sungai Musi.
Keanekaragaman juga tertinggi di dunia dengan jumlah spesies sebanyak 89, terdiri dari 35
spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik
(Nontji, 1987 dalam Dahuri 2001).
Hutan mangrove juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau
hutan bakau.Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang
pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove dapat
hidup dengan subur kalau wilayah pesisir tersebut memenuhi syarat-syarat seperti berikut:
 Terlindungi dari gempuran ombak dan arus pasang surut yang kuat.
 Daerahnya landai atau datar.
 Memiliki muara sungai yang besar dan delta.
 Aliran sungai banyak mengandung lumpur.
 Temperatur antara 20-40 derajat Celcius.
 Kadar garam air laut antara 10-30 per mil.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting di wilayah pesisir sebab
memilikifungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Adapun fungsi ekologis dari hutan mangrove
yaitu :
 Penyedia nutrien bagi biota perairan.
 Tempat berkembang biaknya berbagai macam ikan.
 Penahan abrasi, Penyerap limbah.
 Pencegah intrusi air laut.
 Penahan amukan angin taufan dan gelombang yang besar.
Fungsi ekonomis dari hutan mangrove yaitu untuk :
 Bahan bakar, bahan kertas, dan bahan bangunan.
 Perabot rumah tangga.
 Bahan penyamak kulit dan pupuk hijau.

 Terumbu karang
Terumbu karang merupakan ekosistem yang
khas terdapat di daerah tropis. Meskipun
terumbu terdapat di seluruh perairan di
dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu
karang dapat berkembang dengan baik.
Terumbu karang terbentuk dari endapan-
endapan kalsium karbonat yang dihasilkan
oleh organisme karang, alga berkapur, dan organisme-organisme lain yang
menghasilakan kalsium karbonat. Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2
ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan (Dahuri et
al. 2001).
Terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan berbagai biota;
terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting
seperti berbagai jenis hasil perikanan, batu karang untuk konstruksi. Dari segi estetika,
terumbu karang dapat menampilkan pemandangan yang sangat indah.
Terbentuknya ekosistem terumbu karang tergantung pada faktor-faktor sebagai
berikut.
 Kedalaman sekitar 10 meter dari permukaan laut.
 Temperatur antara 25-29 derajat Celcius.
 Kadar garam antara 30-35 per mil.
 Ada tidaknya sedimentasi.
Kalau terjadi sedimentasi, pertumbuhan terumbu karang terhambat, kalau tidak terjadi
sedimentasi pertumbuhan cepat. Ekosistem terumbu karang memiliki dua fungsi, yaitu fungsi
ekologi dan fungsi ekonomi.
 Fungsi ekologi terumbu karang yaitu : penyedia nutrien bagi biota perairan, dan
tempat berkembang biaknya biota perairan.
 Fungsi ekonomi terumbu karang yaitu : Menghasilkan berbagai jenis ikan, udang,
alga, teripang, dan kerang mutiara, Bahan bangunan dan jalan, serta bahan industri.
dan Bahan baku cinderamata dan bahan perhiasan.
 Rumput Laut

Rumput laut tumbuh pada perairan yang memiliki substrat keras yang kokoh untuk
tempat melekat.Tumbuhan rumput laut hanya dapat hidup pada perairan di mana tumbuhan
muda yang kecil mendapatkan cukup sinar matahari. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan rumput laut yaitu :

 Kejernihan air laut.


 Suhu perairan sejuk.
 Kedalaman laut antara 20-30 m.
Rumput laut di perairan Indonesia tersebar hampir di seluruh provinsi. Oleh
masyarakat yang hidup di daerah pesisir rumput laut ini dimanfaatkan sebagai bahan
makanan misalnya untuk lalapan, sayur, manisan, dan kue. Rumput laut juga dimafaatkan
dalam bidang industri kosmetik sebagai bahan pembuat sabun, krim, lotion, dan sampo.
Dalam industri farmasi digunakan untuk membuat tablet, salep, dan kapsul.
Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha
dengan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun. Pemanfaatan rumput laut untuk industri
terutama pada senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, khususnya karegenan, agar,
dan algin (Nontji, 1987).
Melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka saat ini
telah diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya budidaya Euchema spp telah di coba di
Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau),
dan Teluk Lampung (Dahuri et al 2001).
Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa ditingkatkan.
Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan dan pemasaran merupakan faktor
yang menentukan dalam menggairahkan masyarakat dalam mengembangkan usaha
budidaya rumput laut. Peranan pemerintah regulasi dalam penentuan daerah budidaya,
bantuan dari badan-badan peneliti untuk memperbaiki mutu produksi serta jaminan harga
yang baik dari pembeli/eksportir rumput laut sangat menentukan kesinambungan usaha
budidaya komoditi ini.
 Sumber Daya Perikanan Laut

Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumber daya perikanan
pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil (2.423.000 ton/tahun), sumber daya
perikanan demersal 3.163.630 ton/tahun, udang (100.720 ton/tahun), ikan karang (80.082
ton/tahun) dan cumi-cumi 328.960 ton/tahun. Dengan demikian secara nasional potensi
lestari perikanan laut sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%
(Dirjen Perikanan 1995). Data pada tahun 1998 menunjukkan bahwa produksi ikan laut
adalah 3.616.140 ton dan hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan potensi laut baru
mencapai 57,0% (Ditjen Perikanan 1999 dalam Susilo 2001). Sedangkan potensi lahan
pertambakan diperkirakan seluas 866.550 Ha dan baru dimanfaatkan seluas 344.759 Ha
(39,78%) bahkan bisa lebih tinggi lagi. Dengan demikian masih terbuka peluang untuk
peningkatan produksi dan produktivitas lahan. Keterlibatan masyarakat dalam
meningkatkan produksi perlu diatur sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi semua
pihak dan pengelolaan yang bersifat ramah lingkungan dan lestari.
Pada usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan keterampilan bagi
masyarakat dengan menggunakan teknologi baru yang efisien. Hal ini untuk mengantisipasi
persaingan penangkapan oleh negara lain yang sering masuk ke perairan Indonesia dengan
teknologi lebih maju. Usaha ini melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat nelayan,
pengusaha dan pemerintah serta pihak terkait lainnya.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada masyarakat nelayan
tentang bahaya penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan
peledak atau penggunaan racun. Pada bidang pertambakan, disamping dilakukan secara
ekstensifikasi, usaha peningkatan hasil pertambakan dalam bentuk intensifikasi. Hal ini jika
dihubungkan dengan pengelolaan tambak di Indonesia pada umumnya masih tradisional.
Dengan hasil produksi pertambakan Indonesia tahun 1998 berjumlah 585.900 ton
yang merupakan nilai lebih dari 50% hasil kegiatan budidaya perikanan (Susilo 1999 dalam
Ditjen Perikanan 1999). Keterlibatan masyarakat dalam bentuk pertambakan inti rakyat
dimana perusahaan sebagai intinya dan masyarakat petambak sebagai plasma merupakan
suatu konsep yang baik meskipun kadangkala dalam pelaksanaannya banyak mengalami
kendala. Hubungan lainnya seperti kemitraan antara masyarakat petambak dengan
pengusaha penyedia sarana produksi juga adalah salah satu model kemitraan yang perlu
dikembangkan dan disempurnakan dimasa yang akan datang.
 Padang lamun

Padang lamun merupakan tumbuhan yang hidup terbenam di perairan dangkal


yang agak berpasir. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi
daerah pesisir yaitu ; sumber utama produktivitas primer, sumber makanan penting bagi
organisme, dengan sistem perakaran yang rapat menstabilkan dasar perairan yang lunak,
tempat berlindung organisme, tempat pembesaran bagi beberapa spesies, sebagai peredam
arus gelombang dan sebagai tudung pelindung panas matahari. Kehidupan padang lamun
sangat dipengaruhi oleh kondisi kecerahan air laut, temperatur air laut, salinitas, substrat dan
kecepatan arus.
Ekositem padang lamun di Indonesia tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ( Irian Jaya). Pertumbuhan padang lamun,
sangat tergantung pada faktor-faktor berikut:
 Peairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir.
 Kedalaman tidak lebih dari 10 meter, sehingga sinar matahari dapat menembus.
 Temperatur antara 20-30 derajat Celcius.
 Kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik.
 Kadar garam 25-35 per mil.
Fungsi padang lamun di lingkungan pesisir adalah sebagai berikut:
 Sebagai tempat berkembangbiaknya ikan-ikan kecil dan udang.
 Sebagai perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi.
 Sebagai penyedia bahan makanan berbagai ikan yang hidup di padang lamun
 Sebagai bahan untuk membuat pupuk
 Sebagai bahan untuk membuat kertas
 Estuaria

Estuaria adalah teluk di pesisir yang sebagian


tertutup, tempat air tawar dan air laut bercampur.
Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur
yang kaya bahan organik dan menjadi cadangan makanan
utama bagi organisme estuaria. Karena merupakan kawasan
pertemuan antara air laut dan air tawar, maka organisme dan
tumbuhan yang berkembang di estuaria relatif sedikit.
Pantai pasir terdiri dari kwarsa dan feldspar, yang
merupakan sisa-sisa pelapukan batuan di gunung yang dibawa oleh aliran sungai.
Pantai pasir lainnya terbentuk oleh rombakan pecahan terumbu karang yang
diendapkan oleh ombak. Partikel yang kasar menyebabkan hanya sebagian kecil bahan
organik yang terserap sehingga organisme yang hidup di pantai berpasir relatif sedikit.
Meskipun demikian pantai berpasir sering dijadikan beberapa biota (seperti penyu) untuk
bertelur. Parameter utama dari pantai berpasir adalah pola arus yang mengangkut pasir,
gelombang yang melepas energinya dan angin yang mengangkut pasir ke arah darat.
 Pantai Berbatu (Rocky Beach)
Merupakan pantai dengan batu-batu memanjang ke laut dan terbenam di air. Batuan
yang terbenam ini menciptakan zonasi kehidupan organisme yang menempel di batu karena
pengaruh pasang. Parameter utama yang mempengaruhi pantai berbatu adalah pasang laut
dan gelombang laut yang mengenainya.
 Pulau-pulau Kecil (Small Island)
Merupakan pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dengan pulau
induknya. Pulau kecil ini akan memiliki karakteristik ekologi yang bersifat insular karena
terisolasi dengan pulau induknya.

2.3 Dinamika Wilayah Pesisir dan Laut

 Potensi Wilayah Pesisir dan Laut sebagai Kawasan Wisata Bahari

Wilayah Pesisir dan Laut memiliki sumberdaya alam yang dapat di manfaatkan, salah
satunya menjadikan objek wisata bahari, berbagai jenis organisme yang ada didaerah itu
dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang, hutan bakau, lamun serta adanya keindahan
pantai. Disaat Indonesia mengalami masa krisis berkepanjangan sector pariwisata merupakan
salah satu aset negara dalam menanggulangi masalah tersebut. Dengan pemanfaatan dan
pengembangan wilayah pesisir kita dapat konstribusi yang positif yaitu menjadikan wilayah
pesisir dan laut sebagai kawasan wisata bahari.
Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial. Daerah dapat dikatakan
berhasil menjadi tempat wisata bahari apabila memenuhi berbagai komponen terkait dengan
kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut,
kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area
pengembangannya.
Belakangan ini setiap daerah berusaha untuk memanfaatkan wilayah pesisir menjadi
tempat atau objek wisata bahari karena sebagai daya tarik untuk wisatawan datang ke daerah
tersebut sehingga menambah pemasukan bagi Pemerintah daerah, namun dalam
pengembangannya dibutuhkan strategi yang terencana dan sistematis sehingga wilayah
pesisir yang dijadikan wisata bahari bermanfaat juga bagi masyarakat di daerah tersebut.
Selain strategi dalam pembangunan wilayah pesisir di perlukan juga keterlibatan dan
partisipasi masyarakat lokal sehingga masyarakat merasa terlibat dan bertanggungjawab
untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan ekosistem yang ada hal ini pun sebenarnya
menguntungkan bagi kehidupan ekonomi mereka dengan system pembangunan
berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan memiliki arti penting baik bagi pengunjung, masyarakat
maupun kelestarian lingkungan. Secara harfiah yaitu pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan generasi sekarang maupun yang akan datang dengan pengelolaan yang tepat tanpa
membahayakan system alam yang mendukung semua aspek kehidupan. Pembangunan
wilayah pesisir harus berbasis kemasyarakatan dengan tujuan membantu kesejahteraan
masyarakat pesisir.
 Sumber daya tak dapat pulih / tidak tergantikan (non-renewable resources)

Sumber daya yang tidak dapat pulih terdiri dari seluruh mineral dan geologi, yang
termasuk kedalamnya antara lain minyak gas, batu bara, emas, timah, nikel, bijh besi, batu
bara, granit, tanah liat, pasir, dan lain-lain. Sumber daya geologi lainnya adalah bahan baku
industri dan bahan bangunan, antara lain kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan
batu pondasi.

 Jasa-jasa lingkungan (environmental services).

Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan pesisir dan lautan
sebagai tempat rekreasi dan parawisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi,
sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampungan limbah, pengatur
iklim, kawasan lindung, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi fisiologis lainnya.

 Aktivitas Perusakan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Ada beberapa aktivitas manusia yang diketahui sangat berpotensi menyebabkan kerusakan di
lingkungan wilayah pesisir dan laut. Aktivitas-aktivitas manusia tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu pemukiman, pertanian, perikanan, industri,
pariwisata (bahari), transportasi laut (termasuk pelabuhan), pertambangan dan energi.
Gambar
Kompleksitas Permasalahan di Wilayah Pesisir

 Aktivitas Permukiman

Aktivitas pemukiman sehari-hari, yang berkaitan dengan limbah antara lainberupa


mandi, mencuci, masak, buang hajad besar dan kecil, penyemprotan hama (nyamuk),
berkebun (pengolahan tanah, penyemprotan hama, pemupukan). Limbah aktivitas-aktivitas
tersebut sering dikenal sebagai limbah domestik. Namun seringkali pula definisi limbah
domestik lebih diperlebar ruang bahasannya, yaitu merupakan limbah cair dan padat yang
berasal dari masyarakat urban, termasuk di dalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas
industri, yang masuk ke sistem saluran pembuangan kota.

 Aktivitas Pertanian

Ada beberapa jenis limbah yang biasanya dihasilkan dari aktivitas pertanian, di antaranya
adalah pengolahan tanah, pemupukan, dan pemberantasan harna. Untuk memperoleh hasil
atau produksi biasanya sebelum ditanami, tanah diolah teriebih dulu, seperti dicangkul
dan/atau dibajak. Praktik pengolahan tanah semacam ini biasanya menghasilkan limbah
berupa partikel-partiker sedimen, yang ketika sawah atau tanah pertanian tersebut diairi ikut
terbawa ke perairan urnurn. Demikian pula untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan
mencegah serangan hama, tanaman tersebut diberi pupuk dan penyemprotan dengan
pestisida. Baik pupuk maupun pestisida, biasanya tidak semuanya terpakai. sisanya akan
terbuang ke lingkungan bersama-sama dengan partikel-partikel sedimen melalui saluran-
saluran irigasi mencapai sungai dan selanjutnya ke laut. Kandungan unsur hara yang
berlebihan diperairan akan menyebabkan rusaknya ekosistem perairan.

 Aktivitas Industri

Limbah industri adalah termasuk lingkungan sumber bahan pencemar yang ada di
perairan termasuk perairan pesisir dan laut. Adapun jenis-jenis bahan yang dihasilkan oleh
limbah industri, yang berbahaya bagi sumberdaya pesisir dan laut antara lain:
 Minyak Bumi
Menurut Gesamps (1977) minyak masuk ke perairan laut melalui 4 sumber yang
berbeda, yaitu: (i) kecelakaan dan tumpahan selama proses produksi, transportasi dan
penggunaan; (ii) melalui lirnbah domestik dan industri; (iii) presipitasi dari atmosfer; dan (iv)
rembesan alamiah dari dasar laut. Kecelakaan atau tumpahan minyak di laut dapat
menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik-kimia air laut, yang berlanjut pada kehidupan
organisme di dalamnya.
 Logam Berat
Logam berat merupakan unsur-unsur kimia yang pada akhir-akhir ini sangat ramai
dituding sebagai bahan penyebab pencemaran air. Menurut Bryan (1976) paling tidak ada 18
unsur logam yang dipertimbangkan ada kaitannya dengan masalah pencemaran air, walaupun
beberapa di antara unsur-unsur logam tersebut merupakan unsur yang esensial bagi
kehidupan organisme.
 Aktivitas Perikanan

Ketika pemanfaatan (fishing effort) lebih besar daripada tangkapan optimum (Maximum
Sustainable Yield), maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan (overexploitated). Salah
satu sumber daya laut yang telah dieksploitasi secara berlebih adalah sumber daya perikanan,
akibatnya terjadi penurunan kelestarian sumberdaya pesisir dan kelautan. Selain itu, kondisi
ini bukan hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan yang melampaui potensi lestarinya,
tetapi juga disebabkan oleh pencemaran dan degradasi fisik hutan mangrove, padang lamun,
dan terumbu karang yang merupakan tempat pemijahan, asuhan, dan mencari makan bagi
sebagian besar biota laut. Disarnping itu dengan semakin banyaknya aktivitas perekonomian
yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan, seringkali menirnbulkan permasalahan dalam
pengelolaan sumber daya dan lingkungan yang terdapat di dalamnya.

 Aktivitas Penambangan Pasir Laut

Pengaruh penambangan pasir khususnya terhadap kehidupan ekosistem terumbu


karang, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengaruh langsung dan pengaruh tidak
langsung. Pengaruh langsung, aktivitas penambangan pasir kemungkinan bisa merusakkan
ekosistem terumbu karang melalui operasional pengerukan dan penyedotan, terutama di
perairan yang relatif dangkal dan ditumbuhi karang.

 Aktivitas Konversi Kawasan Lindung Menjadi Peruntukan Kawasan


Pembangunan Lainnya

Kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di wilayah pesisir dan laut adalah
(Poernomosidhi, 2007):
a. Pembangunan kawasan pemukiman di kawasan pesisir dan laut semakin meningkat,
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan penduduk akan fasilitas tempat tinggal. Tetapi,
pengembangan kawasan pemukiman dilakukan hanya mempertimbangkan kepentingan
jangka pendek tanpa memperlihatkan kelestarian lingkungan untuk masa mendatang.

b. Kegiatan industri yang dikernbangkan di wilayah pesisir dan laut ditujukan untuk: (a)
meningkatkan dan memperkokoh program industrialisasi dalarn rangka mengantisipasi
pergeseran struktur ekonomi nasional dari dominan primary based industri menuju secondary
based industry dan tertiary based industri; (b) menyediakan kawasan industry yang memiliki
akses yang baik terhadap bahan baku, air untuk proses produksi dan pembuangan limbah dan
transportasi produk maupun bahan baku.

c. Kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari yang banyak dikembangkan di wilayah pesisir
dan laut.

d. Konversi hutan rnenjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan terganggunya


fungsi-fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan fisik dan biologi.

 Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Wilayah Pesisir dan Laut


1. Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yangagak dangkal, seperti
paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan
maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhuperairan yang
hangat, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari
proses sedimentasi. Ada beberapa dampak kegiatan mausia terhadap ekosistem terumbu
karang (Berwick, 1953) yaitu:

Tabel II.3
Beberapa Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Kegiatan Dampak Potensial


Perusakan habitat, bila menggunakan bahan peledak
Penambangan karang dengan atau tanpa
dapat menimbulkan kematian masal hewan terumbu
menggunakan bahan peledak
karang.
o
Meningkatnya suhu air dengan 5-l0 C di atas suhu
Pembuangan limbah panas ambient air, dapat mematikan karang dan hewan lainnya
serta tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang
sedimen hasil erosi yang berlebihan dapat mencapai
terumbu karang yang letaknya sekitar muara sungai
pengangkut sedimen, dengan akibat meningkatnya
kekeruhun air, seh ingga men ghambat fungsi
zooxsanthellae yang selanj utnya menghambat
pertumbuhan terumbu karang.
Penggundulan hutan di lahan atas (upland) Sedimen yang berlebihan dapat menyelimuti polip-
polip dengan sedimen yang dapat mematikan karang,
karena oksigen terlarut dalam air tidak dapat berdifusi
masuk ke dalam polip.
Karang di terumbu karang yang rotasinya berdekatan
dengan banjir, akan dapat mengalami kematian karena
sedimentasi yang berlebihan dan penurunan salinitas air
Arus dapat mengangkut sedimen yang teraduk ke
Pengerukan di sekitar terumbu karang
terumbu karang dan meningkatkan kekeruhan air.
Peningkatan suhu air karena pencemaran panas oleh
pembuangan air pendingin pembangkit listrik hotel,
Pencemara
n oleh limbah manusia dari hotel karena
limbah ini tidak mengalami pengoratran yang memadai
sebelum dibuang ke perairan lokasi terumbu karang,
dengan akibat terjad i nya eutrofikasi yang selanjutnya
mengakibatkan tumbuh suburnya (blooming)
Kepariwisataan
fitoplankton yung meningkatkan kekeruhan air dan
kemudian menghambat pertumbuhan karang karena
terhambatnya fungsi zooxanthellae,lain dari pada itu,
keruhnya air akan mengurangi nilai estetis perairan
terumbu karang;
Kerusakan fisik terumbu karang batu oleh jangkar
kapal.
.
2. Ekosistem Padang Lamun

Syarat dasar habitat padang lamun adalah perairan yang dangkal, memiliki substrat yang
lunak dan perairan yang cerah. Ada beberapa dampak kegiatan mausia terhadap ekosistem
padang lamun (Berwick ,1953) yaitu:
Tabel II.4
Beberapa Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Padang Lamun

Kegiatan Dampak Potensial


Perusakan total padang lamun sebagai habitat di
tokasi pengerukan dan pengurugan.
Perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil
pengerukan
Pengerukan dan pengurugan yang berkaitan
dengan pembangunan real estate pinggir laut, Dampak sekunder pada perairan di sekitar lokasi
pelabuhan, industry estate pinggir laut dan pingurugan berupa:
pengerukan saluran navigasi - Meningkatnya kekeruhan air yang akan
mengurangi intensitas cahaya dan dengan
demikianakan menghambat proses
fotosintesis oleh tumbuhan air yang
birakibat turunnya produksi primer
Penurunan kadar oksigen terlarut dalam kolom
uit ar utus padang lamun yang dapat
mengganggu penyediaan oksigen bukan saja bagi
lamun, tetapi juga bagi hewan-hewun air, yang
menggunakan padang lamun sebagai habitat.
Pembuangan sampah Eutrofikasi kolom air di atas padang lamun dapat
organik cair (sewage) pula mengakibatkan tumbuh suburnya ganggang
renik bersel tunggil yang hidup melekat di
permukaan daun-daun lamun, sehingga seluruh
permukaan daun tertutup oleh ganggang ini,
dingan demikian menghalangi daun menerinra
cahaya, dengan akibat terhentinya proses
fotosintesis dan matinya lamun.
Lamun melalui proses biological magnification
mampu mengkonsentrasikan logam-logam berat
Pencemaran oleh limbah industi terutama logam (misalnya Hg) yang terikat pada senyawa-
berat (dalam bentuk senyawa- senyawa senyawa organo-metalik, sehingga kadar logam
organometalik) dan senyawa-senyawa berat dalam lamun jauh lebih besar dari pada
organokhlorid kadarnya dalam air, dengan demikian dapat
meracuni hewan yang makan lamun atau detritus
yang berasal dari lamun
Pestisida yang mencemari perairan padang tamun
dapat mematikan hewan-hewan yang berasosiasi
Pencemaran oleh limbah pertanian dengan padang lamun, sedangkan pencemaran
dengan pupuk dapat mengakibatkan terjadinya
eutrofikasi perairan padang lamun.
Lapisan minyak pada daun lamun menghalangi
cahaya untuk sampai ke permukaan daun dan
Pencemaran minyak menembusnya, dan dengan demikian lamun tidak
dapat berfotosintesis yang mengakibatkan
kematiannya.
3. Ekosistem Estuaria
Tingginya tingkat pemanfaatan di daerah estuaria menimbulkan berbagai dampak
lingkungan seperti hilangnya sumber dayaestuaria. Pengembangan sumber daya estuaria yang
dilakukan secara tidak terencana telah mengakibatkan berbagai dampak baik yang
berlangsung dalam waktu yang singkat maupun dalam jangka lama, seperti kerugian ekonomi
(opportunity cost). Salah satu penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem estuaria adalah
akibat penggunaannya sebagai daerah pembuangan limbah secara terus menerus. Di samping
terjadinya kematian ikan secara tiba-tiba dan berbagai efek dramatis lainnya, pencemaran
juga menyebabkan degradasi yang terus menerus yang kemudian diikuti oleh hilangnya ikan
dan kerang-kerangan atau menurunnya daya dukung dari ekosistem (carrying capacity).
Sebagian bahan pencemar tersebut adalah bahan-bahan kimia dan organik. Zat-zat ini
menyebabkan lingkungan menjadi tidak bersahabat, sehingga ikan-ikan berpildah dan
menghambat reproduksi kerang-kerangan atau dengan kata lain memufuskan rantai makanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan Pembahasan Diatas Maka dapat Disimpulkan Bahwa :
1. karakteristik wilayah pesisir dan laut yaitu Terdiri dari habitat dan ekosistem yang
menyediakan barang dan jasa (goods and services) bagi komunitas pesisir dan pemanfaat
lainnya (beneficiaries), Adanya kompetisi antara berbagai kepentingan, Merupakan
wilayah strategis dan Pesisir yang pada umumnya lebih menarik dan cenderung digunakan
sebagai pemukiman, maka di sekitarnya seharusnya dimanfaatkan pula sebagai sumber
daya laut hayati dan nonhayati, dan sebagai media untuk transportasi laut serta rekreasi.
2. Struktur wilayah pesisir dan laut yaitu Ekosistem pesisir memiliki struktur yang khas,
hal ini disebabkan ekosistem tersebut merupakan daerah peralihan antara ekosistem
daratan dengan ekosistem lautan. Secara umum komponen penyusun struktur ekosistem
perairan pesisir terdiri atas produser, konsumer, dan pengurai.
3. Dinamika wilayah pesisir dan laut Wilayah Pesisir dan Laut memiliki sumberdaya alam
yang dapat di manfaatkan, salah satunya menjadikan objek wisata bahari, berbagai jenis
organisme yang ada didaerah itu dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang, hutan
bakau, lamun serta adanya keindahan pantai. Disaat Indonesia mengalami masa krisis
berkepanjangan sector pariwisata merupakan salah satu aset negara dalam menanggulangi
masalah tersebut. Etatpi pemanfaatan yang berkelebihan dapat membuat dinamika besar
dalam ekosistem tersebut.

3.2 Saran

semoga kedepannya ekosistem wilayah pesisir dan laut tetap dijaga kelestarian dan
keindahannya demi menjaga bumi ini tetap sehat.
DAFTAR PUSTAKA

 Koesoebiono. 1995. Ekologi Wilayah Pesisir, Makalah Disampaikan Pada Pelatihan


ICZPM Angkatan I. Bogor. September : 1995.

 Odum, E. 1993.Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press

 im Kashiko. 2002. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Kashiko Surabaya.

 https://www.academia.edu/37018805/pesisir_dan_laut diakses pada 2 September


2020

 https://dernewblogadres.blogspot.com/2015/03/makalah-ekosistem-pesisir.html
diakses pada 2 September 2020

Anda mungkin juga menyukai