Anggota Kelompok
: Anastasia Virginia
1401010030
Dessy Mentari
1401010010
Jonathan Meidian
1401010081
Silvia Cahyadi
1401010028
ABSTRAK
Anastasia Virginia
Dessy Mentari
Jonathan Meidian
Silvia Cahyadi
1401010030
1401010010
1401010081
1401010028
BAB 1
PENDAHULUAN
molekul-molekul yang kompleks tersebut, baik karbohidrat, protein, lemak, atau asam
nukleat, bahkan senyawa sederhana-pun seperti asam amino dan monosakarida (Djide et. al.,
2006).
Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Beberapa kelompok mikroba sangat
resisten terhadap lingkungan sehingga mikroba harus dengan cepat menyesuaikan diri dengan
kondisi barunya. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor-faktor abiotik dan biotik. Dimana
faktor abiotik dipengaruhi oleh suhu, Aw, pH, tegangan muka, tekanan hidrostatik, bahkan
nutrisi pada media mikroorganisme tumbuh berpengaruh besar terhadap aktivitas mikroba
(Willey, 2008).
Pada pengujian mikroorganisme banyak bagian-bagian yang diuji seperti uji hidrolisa
pati, uji hidrolisa protein, uji hidrolisa lemak, uji fermentasi karbohidrat, dan lain-lain. Pada
setiap pengujian ini menggunakan media yang berbeda-beda, dimana media telah dipenuhi
nutrisi untuk mengembangkan bakteri pada pangan tersebut dan menggunakan teknik yang
berbeda pula. Pada halnya pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat dari
karakteristik bakteri pangan (Murray, 2003).
pengetahuan
mengenai
pengaruh
sistem
pangan
terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Fermentasi Karbohidrat
Salah satu ciri atau karakteristik yang sangat penting dalam mengidentifikasi
mikroorganisme adalah kemampuannya dalam memfermentasikan berbagai karbohidrat dan
produk fermentasi. Fermentasi adalah proses oksidasi biologi yang dilakukan dalam keadaan
anaerob dengan menggunakan suatu substrat seperti karbohidrat. Hasil dari fermentasi ini
berbeda-beda bergantung pada jenis bakterinya, seperti asam laktat, asam cuka, CO2, dan
asam tertentu lainnya. Parameter yang menjadi syarat dalam penentuan hasil akhir dalam uji
ini ditentukan oleh sifat mikroorganisme, media biakan yang digunakan, dan faktor
lingkungan sepeti pH dan suhu. Media fermentasi yang digunakan adalah media yang
mengandung senyawa yang dapat dioksidasi dan difermentasikan oleh mikroorganisme.
Salah satu senyawa yang paling sering digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
fermentasi adalah glukosa dilanjutkan dengan sukrosa dan laktosa (Haryani, 2012).
Pada uji fermentasi karbohidrat ini pengamatan yang akan dilakukan adalah
terbentuknya asam yang akan terlihat dari perubahan warna medium dari semula ungu
menjadi kuning dan adanya pembentukan gas yang terlihat dari adanya gelembung gas dalam
tabung durham. Perubahan warna medium yang terjadi dari semula berwarna ungu menjadi
warna kuning dapat disebabkan adanya indikator bromtimol blue (BTB) dalam medium. Hal
ini dikarenakan penambahan indikator BTB ke dalam medium yang sedang mengalami uji
fermentasi karbohidrat akan menjadi asam pada kondisi aerob yang menyebabkan pH akan
turun dan akhirnya indikator BTB akan berubah warna menjadi kuning (Legowo, 2013).
akan dihidrolisis untuk menyediakan gula pada sel (Sukarminah dkk, 2010). Kemampuan
suatu mikroorganisme untuk menghidrolisis pati menjadi molekul sederhana seperti glukosa,
maltosa, dan dekstrin tidak terlepas dari peran enzim amilase. Hal ini dikarenakan pati tidak
dapat secara langsung digunakan sehingga bakteri harus dapat menghidrolisis pati terlebih
dahulu untuk menjadi molekul sederhana sehingga dapat masuk ke dalam sel.
Indikator yang digunakan untuk pengujian hidrolisis pati adalah iodium. Pada
umumnya iodium digunakan sebagai indikator ada atau tidaknya pati jika suatu medium yang
ditetesi iodium akan berwarna biru, sebaliknya jika warna yang tampak adalah warna merah
maka yang terbentuk adalah glikogen. Di sisi lain, jika pati atau amilum telah terhidrolisis
maka warna medium akan tampak bening atau kekuningan. Warna bening tersebut
mengindikasikan bahwa pati sudah terhidrolisis pada eksoenzim bakteri (Saputra, 2015).
menunjukkan hasil positif apabila menghasilkan koloni berwarna ungu yang dikelilingi
dengan lingkaran cahaya ungu (HiMedia Lab, 2015).
dalam kondisi steril, yang dapat menurunkan pH sampai 3,5. Hasil uji ini
dikatakan positif jika terdapat koloni yang tumbuh, karena jika koloni tumbuh berarti terbukti
bahwa gram negatif akan menghambat pertumbuhannya (Aryal, 2015).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Cawan petri
Bunsen
Jarum ose
Inkubator
Tabung sentrifugasi
3.1.2 Bahan
-
Larutan yodium
Bahan pangan pengujian mikroba meliputi air sayur asin, air rendaman tahu,
air asinan, air tajin, es doger, es campur, es jus alpukat, es jus tomat,
lactobacillus reuteri, saccharomycescerevisiae
3.2
Prosedur Kerja
Secara keseluruhan, pada praktikum uji mikroba bahan hewani dilakukan
sesuai dengan prosedur kerja yang tertera pada modul. Akan tetapi, pada modul
terdapat beberapa sampel yang digunakan, hanya saja kelompok praktikan
mendapatkan air asinan. Berikut skema kerja yang dilakukan pada praktikum.
10
11
12
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Uji Fermentasi Karbohidrat
Jenis Gula
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Warna
Gas
Bau
Endapan
Simplo
++
++
++
Duplo
++
++
Simplo
++
Duplo
++
++
Simplo
Duplo
Simplo
Duplo
None
None
Spreader
Spreader
pH Netral
pH tidak berubah
None
None
None
None
None
None
4.2 Pembahasan
Mikroorganisme pada umumnya melakukan pemecahan komponen-komponen kimia
yang terdapat di dalam substrat dengan tujuan untuk dapat menghasilkan energi. Pemecahan
komponen-komponen kimia tersebut dilakukan dengan enzim hidrolisis. Substrat yang
digunakan dapat berupa karbohidrat, lemak, maupun protein. Pada uji aktivitas mikroba
terdapat beberapa uji yang dilakukan, yaitu uji fermentasi, uji hidrolisis pati, uji hidrolisis
protein, uji hidrolisis lemak, uji sifat mikroba gram negatif, uji sifat mikroba gram positif,
dan uji sifat mikroba pembentuk asam. Pada praktikum ini sampel yang digunakan
merupakan air dari asinan buah.
13
Pada uji pertama, yaitu uji fermentasi dilakukan pada 3 jenis broth, yaitu glucose
broth, sucrose broth, dan lactose broth secara duplo. Berdasarkan hasil data yang didapat
bahwa pada sucrose broth dan glucose broth teridentifikasi adanya perubahan warna,
munculnya gas, munculnya bau, dan endapan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat proses
fermentasi pada glucose broth dan sucrose broth yang dapat disebabkan karena adanya
bakteri asam laktat pada asinan yang membutuhkan gula berupa glukosa, fruktosa, dan
laktosa sebagai sumber nutrisi bagi bakteri tersebut, kemudian diubah menjadi asam organik
ataupun alkohol (Breidt et al., 2013). Bakteri asam laktat yang terbentuk dapat membatasi
pertumbuhan mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada asinan sayur yang
difermentasi. Pengamatan pada lactose broth tidak ditemukan adanya perubahan warna,
munculnya gas, munculnya bau ataupun endapan. Hal ini disebabkan bakteri yang terdapat
pada air asinan tidak memiliki enzim laktase sehingga bakteri tidak dapat mengubah laktosa
pada broth menjadi glukosa dan galaktosa yang dapat digunakan sebagai sumber gula yang
diperlukan untuk melakukan fermentasi (Swain et al., 2014).
Selain itu, pada uji hidrolisis protein media yang digunakan adalah skim milk agar
yang bertujuan untuk melihat aktivitas protease dari bakteri proteolitik karena skim milk agar
tersebut dijadikan sebagai sumber nutrient bagi bakteri proteolitik. Skim milk agar
mengandung 0,1% pepton, 0,5% NaCl, dan 10% skim milk. Pengujian pada media skim milk
agar tersebut dilakukan dengan melihat adanya zona bening yang timbul di sekitar area
tumbuhnya bakteri tersebut (Alnahdi, 2012). Berdasarkan hasil pengamatan pada uji
hidrolisis protein dapat dikatakan bahwa tampak tumbuhnya spreader pada media skim milk
agar hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada air asinan menghasilkan enzim
proteolitik sehingga dapat menghidrolisis protein yang terdapat skim milk menjadi peptida
dan asam amino. Hal ini dapat terjadi karena bakteri asam laktat dikenal sebagai penghasil
enzim proteolitik (El-Ghaish et al., 2011), karena enzim proteolitik berguna untuk dapat
memecah protein yang terdapat skim milk agar menjadi substance yang lebih sederhana,
yaitu asam amino sehingga dapat dicerna oleh bakteri untuk berkembang biak.
Selanjutnya pada uji hidrolisa lemak, media yang digunakan adalah Nutrient Agar.
Media ini berperan untuk mengisolasi bakteri yang dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu
sekitar 28oC 2 o C. Kandungan yang terdapat dalam media ini berupa pepton, beef extract,
dan agar. Beef extract mengandung sejumlah bahan larut air seperti karbohidrat, vitamin,
senyawa nitrogen organik, dan garam, sedangkan senyawa pepton berperan sebagai sumber
14
dasar nitrogen organik seperti asam amino dan peptida rantai panjang, lalu agar berperan
sebagai agen pemadat. Berdasarkan hasil pengamatan, mikroorganisme pada air asinan tidak
mengalami penurunan pH, yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna merah pada
bagian bawah koloni. Pada cawan pertama terbentuk warna kuning pada bagian bawah koloni
yang mengindikasikan bahwa pH dalam kondisi netral, sedangkan pada cawan kedua tidak
tampak terbentuknya warna kuning maupun warna merah, sehingga lemak yang terdapat di
dalam medium tidak terhidrolisa oleh mikroorganisme di dalam air asinan, dan
mikroorganisme di dalam air asinan tidak menghasilkan enzim lipase sehingga tidak mampu
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol (Ningtyas dkk, 2014).
Pengujian selanjutnya adalah uji hidrolisa pati dengan menggunakan media starch
agar. Media starch agar pada umumnya digunakan untuk menyeleksi produksi amilase dan
pada tahap terakhir inkubasi biasanya ditetesi larutan iodin dan dibiarkan selama 5 menit
dengan hasil berupa jika terdapat zona bening yang dominan dibandingkan dengan warna
mediumnya maka bakteri tersebut dapat memproduksi amilase. Di sisi lain, hasil yang
didapat berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan adalah pada kedua cawan setelah
diberikan tetesan larutan iodium tidak tampak terbentuknya bagian yang transparan (kuning)
di sekitar koloni yang tumbuh. Hal ini menandakan bahwa mikroorganisme yang terdapat
dalam sampel air asinan tidak menghasilkan enzim amilase, sehingga tidak mampu untuk
memecah ikatan glukosida pada polimer pati menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin (Nangin,
2015).
Pada uji sifat mikroba bakteri gram positif dan bakteri gram negatif media yang
digunakan untuk uji sifat mikroba bakteri gram positif adalah Acidified Dextrose Agar (ADA)
dan untuk pengujian bakteri gram negatif adalah Violet Red Bile Agar (VRBA). Pada
umumnya media Acidified Dextrose Agar mengandung komponen asam sehingga dapat
menghambat bakteri negatif yang tidak dapat tumbuh pada suasana asam, sedangkan untuk
media Violet Red Bile Agar mengandung garam bile dan kristal violet yang dapat membunuh
atau menghambat gram positif. Pada hasil pengamatan yang didapat tidak tampak adanya
pertumbuhan koloni bakteri pada kedua media tersebut, dimana hal yang seharusnya terjadi
adalah bakteri tumbuh disalah satu media tersebut sehingga dapat diamati sifat bakteri
tersebut apakah positif atau negatif. Kejanggalan tersebut dapat dikarenakan adanya galat
yang menyebabkan hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang seharusya. Galat yang
mungkin terjadi adalah penggunaan jarum ose oleh praktikan yang masih terlalu panas
15
sehingga ketika bakteri diinokulasi ke media praktikan tidak menyadari bahwa sebenarnya
bakteri tersebut sudah mati dan waktu inkubasi yang kurang lama pada bakteri sehingga
bakteri belum tumbuh dan sudah langsung diamati oleh praktikan.
Pada uji terakhir, yaitu uji sifat mikroba pembentuk asam, media yang digunakan
adalah DTBPA (dextrose triptone bromcresol purple agar). Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan, media DTBPA tidak mengalami perubahan warna dari warna ungu menjadi
warna kuning, sehingga dapat dikatakan bahwa mikroorganisme yang telah diinkubasi tidak
memiliki kemampuan untuk membentuk asam. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa asinan pada umumnya diolah dengan cara fermentasi, sehingga dapat
menghasilkan asam laktat. Ketidaksesuaian antara hasil dan literatur yang ada dapat terjadi
karena adanya beberapa galat seperti jarum ose yang masih terlalu panas dan menyebabkan
mikroorganisme yang diinokulasi tidak tahan terhadap panas sehingga mikroba yang
diinokulasi mati.
16
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dilakukan beberapa uji biokimia pada bahan pangan yaitu uji
fermentasi karbohidrat, uji hidrolisa pati, uji hidrolisa protein, uji hidrolisa lemak, uji sifat
mikroba gram negatif, uji sifat mikroba gram positif, dan uji sifat mikroba pembentuk
asam. Sampel yang digunakan kelompok kami adalah air asinan. Dari ke-tujuh uji yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa, pada pengujian fermentasi karbohidrat glukosa
menunjukkan adanya perubahan warna, bau dan memiliki endapan, uji fermentasi sukrosa
menunjukkan bahwa ada perubahan pada bau dan gas, sedangkan pada pengujian
fermentasi laktosa hanya adanya bau yang tidak terlalu signifikan perubahannya.
Sedangkan, pada beberapa uji hidrolisa pati menunjukan bahwa tidak ada bakteri sampel
air asinan yang dapat menghidrolisa pati, tetapi pada hidrolisa protein sekumpulan baktrei
(spreader) dapat menghidrolisa protein, sedangkan hidrolisa lemak karena tidak terjadi
perubahan pH maka dapat dinyatakan tidak ada bakteri yang menghidrolisa lemak secara
signifikan. Pada pengujian mikroba gram negatif dan positif dimana tidak ada bakteri
yang menunjukan bahwa adanya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan pada
pengujian sifat mikroba pembentukan asam dimana tidak ada bakteri yang teridentifikasi
sebagai bakteri pembentuk asam.
5.2 Saran
Pada praktikum dilakukan secara lebih aseptis, tidak terburu-buru dan mengurangi bicara
saat kegiatan berlangsung, sehingga tidak mudah terkontaminasi. Saat pengambilan
sampel diperhatikan ose agar tidak terlalu panas, sehingga bakteri tidak mati saat
pengambilan sampel. Saat melakukan pengamatan sebaiknya membaca prosedur dengan
baik dan mempersiapkan diri terlebih dahulu bagaimana cara pengamatan yang baik
untuk sampel tersebut agar tidak salah dalam pengambilan data.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adirahmanto KA. 2013. Perubahan Kimia dan Lama Simpan Buah Salak Pondoh (Salacca
edulis REINW) dalam Penyimpanan Dinamis UdaraCO. Lampung : Universitas
Lampung.
Alnahdi HS. 2012. Isolation and Screening of Extracellular Proteases Produced by New
Isolated Bacillus sp. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol 2.
Aryal, Sagar. 2015. Potato Dextrose Agar (PDA)- Principle, Uses, Composition, Procedure
and
Colony
Characteristics.
Diakses
tanggal
30
November
2016
di
http://www.microbiologyinfo.com/potato-dextrose-agar-pda-principle-uses-composit
ion-procedure-and-colony-characteristics/.
Breidt et al., 2013. Fermented Vegetables. Food Microbiology : Fundamental and Frontiers
pp. 841-855.
Dewi, F.K., 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrfolia,
Linnaeus) terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi, Universitas Sebelas
Maret.
Djide, Natsir & Sartini. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar; 123.
El-Ghais et al., 2011. Potential Use of Lactic Acid Bacteria For Reduction of Allergenicity
and For Longer Conservation of Fermented Foods. Trends in Food Science and
Technology Vol. 22 pp. 509-516.
Haryani, Chainulfiffah Y, Rustiana. 2012. Fermentasi Karbohidrat oleh Isolat Salmonella
spp. dari Jajanan Pinggir Jalan. J. Ind.Che.Acta Vol. 3.
HiMedia Laboratories. 2016. Dextrose Tryptone HiCynth Agar. Pvt. Ltd. A-516, Swastik
Disha Business Park,Via Vadhani Ind. Est., LBS Marg, Mumbai-400086, India
HiMedia Laboratories. 2015. Violet Red Bile Agar. Pvt. Ltd. A-516,Swastik Disha Business
Park,Via Vadhani Ind. Est., LBS Marg, Mumbai-400086, India.
Murray, R.K., dkk. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Halaman 270.
Nangin D, Sutrisno A. 2015. Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah dari Mikroba : Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 3.
Ningtyas DA, Jempormase H, Yusuf MM, Permatasari R, Dwi T, Ramadina Y. 2014. Uji
Fisiologi Bakteri. Malang : Universitas Negeri Malang.
18
Willey, J. M., Sherwood, L., Woolverton, C. J., Prescoot, L. M. 2008. Prescott, Harley, and
Kleins Microbiology. New York, McGraw-Hill Higher Education.
Saputra DP. 2015. Hidrolisis Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Menjadi Sirup
Glukosa dengan Katalis Asam Klorida. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
Situmorang N. 2014. Aktivitas Protease dan Uji Fisiologi Isolat Bakteri Proteolitik dari
Limbah Cair Nanas. Lampung : Universitas Lampung.
Sukarminah E, Sumanti DM, Hanidah I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Bandung : Universitas
Padjadjaran.
Swain et al., 2014. Fermented Fruits and Vegetables of Asia : Potential Source of Probiotics.
Biotechnology Research International Vol. 2014.
Yusman, D.A., 2006, Hubungan Antara Aktivitas Antibakteri Kitosan dan Ciri Permukaan
Dinding Sel Bakteri, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor
19
LAMPIRAN
A. Tugas Sebelum Praktikum
1. Sebutkan komponen dalam media yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram
negatif dan Gram positif!
Jawab:
-
Untuk menghambat gram positif, pada media VRBA komponennya adalah kristal
violet dan garam bile yang dapat menghambat gram positif. Lalu pada media
Eosin Metilen Blue Agar, komponennya adalah metilen blue yang digunakan
sebagai inhibitor organisme gram positif.
2. Apa fungsi bromcresol purple pada uji fermentasi dan jelaskan mekanismenya!
Jawab : sebagai indikator pH untuk menentukan jika mikroba dapat membentuk asam
atau tidak. Jika dapat membentuk asam, maka medium yang awalnya berwarna ungu,
akan berubah menjadi warna kuning.
3. Jelaskan reaksi pada uji hidrolisis pati dan jelaskan perubahan warna yang terjadi!
Jawab : kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin dapat menyebabkan
monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam
larutan pati terdapat unit glukosa yang membentuk helix. bentuk ini menyebabkan
pati menjadi bentuk kompleks, sehingga perubahan warna biru terjadi. Lalu larutan
amilum setelah ditetesi iodium akan berwarna bening atau kekuningan dan setelah
dipanaskan akan tampak endapan ungu yang mengindikasikan terjadinya hidrolisis
pati yang tidak sempurna.
sisa metabolisme aerob yang merupakan produk sampingan yang tidak diinginkan dan
berbahaya bagi tubuh. Contohnya H2O2 dapat
terbentuk dari pemecahan asam amino
dan asam lemak. Hidrogen peroksida terbentuk dari oksigen yang mengalami reduksi
dua elektron. Pada sistem biologi, hidrogen peroksida terbentuk dari superoksida. Dua
molekul superoksida dapat bereaksi membentuk hidrogen peroksida dan oksigen 2O2+ 2H+ H2O2 +
O2. Hidrogen peroksida adalah senyawa yang sangat reaktif dan
protein yang terdapat pada medium skim milk agar yang memiliki
C. Lampiran Gambar
Foto
21
22
23