Anda di halaman 1dari 31

MIKROBIOLOGI

JUDUL PERCOBAAN : UJI BIOKIMIA


NAMA PRAKTIKAN : MOCH. FAJAR SYARIF H.

NIM : 2032010017

KELAS/GRUP :TK-4A / VII

TANGGAL PRAKTIKUM : 17 MEI 2022

ASISTEN : AINAYAH NUR FANIZA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN
INDONESIA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……..……………………………………………………………….i
BAB I……………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN………………...………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………2
BAB II………………...…………………………………………………………..3
TINJAUAN PUSTAKA…………..………………………………………...…....3
2.1 Uji Biokimia………………………………………………………………..3
2.2 Uji Katalase………………………………………………………………...3
2.3 Methyl-Red Test dengan Voges-Proskauer test…………………………….4
2.4 Hidrolisa Kanji…………………………………………………………......4
2.5 Media Tumbuh Mikroorganisme……………………………………….......5
2.6 Aplikasi Uji Biokimia di Industri…………………………………………..6
2.7 Klasifikasi Bakteri………………………………………………………….7
2.7.1 Straphylococcus aureus……………………………………………….8
2.7.2 Escherichia coli……………………………………………………….9
BAB III……………………...…………………………………………………...11
METODOLOGI PERCOBAAN……………….………………………………11
3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………11
3.1.1 Alat…………………………………………………………………..11
3.1.2 Bahan………………………………………………………………...11
3.2 Cara Kerja…………………………………………………………………11
3.2.1 Uji MR&VP…………………………………………………………11
3.2.2 Uji Katalase……...…………………………………………………..12
3.2.3 Uji Hidrolisa Kanji…………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA………...…………………………………………………13
LAMPIRAN………………...…………………………………………………...14
SKEMA KERJA.....……………………………………………………………..14
SKEMA ALAT…..……………………...………………………………………17
BUKTI DAFTAR PUSTAKA...………………..………………………………20

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk-Bentuk Dasar Bakter………………………………………...8


Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus ……...………………………………9
Gambar 2.3 Bakteri Escherichia coli ……...…………………………………….10

DAFTAR TABEL

ii
Tabel 1.1 Skema Alat Praktikum Uji MR-VP…………………………………...17
Tabel 1.2 Skema Alat Praktikum Uji Katalase…………………………………..18
Tabel 1.3 Skema Alat Praktikum Uji Hidrolisa Kanji…………………………...19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia hidup di alam berdampingan dengan makhluk hidup lain dari yang
berukuran besar dan kasat mata sampai yang berukuran kecil dan tidak kasat mata.
Salah satu contohnya adalah mikroorganisme yang seringkali mempengaruhi
kehidupan manusia baik mikroorganisme yang bermanfaat hingga yang
merugikan. Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil
tersusun dari satu sel (uniseluler) maupun beberapa sel (multiseluler) yang
bermetabolisme, bereproduksi, berdiferensiasi, melakukan pergerakan, dan
berevolusi. Organisme yang tergolong ke dalam mikroorganisme antara lain
bakteri, virus, alga, protozoa, dan archaea. Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme ini adalah mikrobiologi, dimana lingkupnya antara lain
mencakup aspek-aspek fisiologi mikroba, ekologi mikroba, sistematika mikroba,
dan mikrobiologi lingkungan.
Dalam pengelompokan mikroorganisme perlu dilakukan identifikasi untuk
mengetahui informasi dari mikroorganisme tersebut. Salah satu cara identifikasi
adalah identifikasi secara konvensional berdasarkan cirri morfologi dan fisiologi
yang dimiliki melalui uji biokimia. Beberapa contoh uji biokimia yang dapat
digunakan adalah uji MR-VP, uji fermentasi gula, dan uji reduksi nitrat dengan
sifat biokimia yang diamati meliputi perubahan karbohidrat, hidrolisa lemak,
penguraian protein, reduksi unsure, pembentukan pigmen, dan pengujian biokimia
khusus lainnya. Keterampilan, pengetahuan, dan penguasaan materi dalam
praktikum sangatlah diperlukan. Mengingat tujuan dari praktikum ini harus
tercapai dengan baik dan benar. Maka, dengan berbagai kepentingan dan rasa
ingin tahu yang tinggi terhadap praktikum, akan dilaksanakan praktikum “Uji
Biokimia”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dipertanyakan pada praktikum p=uji biokimia antara
lain :
1. Apakah suatu mikroorganisme mengandung enzim katalase ?
2. Apakah suatu mikroorganisme menghasilkan asam organik ?
3. Bagaimana kemampuan mikroorganisme dalam penguraian zat tepung ?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum uji biokimia adalah sebagai berikut :
1. Untuk mempelajari apakah suatu mikroorganisme mengandung enzim
katalase.
2. Untuk mempelajari dihasilkan atau tidaknya asam organik oleh suatu
mikroorganisme
3. Untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam penguraian kanji atau
zat tepung.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Biokimia


Uji biokimia merupakan salah satu langkah determinasi mikroba yang
merupakan kelanjutan dari proses isolasi dan identifikasi mikroba. Sifat biokimia
atau sifat fisiologi dari mikroorganisme dilakukan karena suatu mikroorganisme
tidak dapat dideterminasi hanya dengan berdasarkan sifat morfologinya saja.
Sifat-sifat morfologi yang diamati dalam mendeterminasi bakteri adalah
morfologi sel individual dan morfologi koloni. Morfologi sel secara individualnya
meliputi ukuran, bentuk, dan rangkaian sel, kedudukan dan ada tidaknya spora,
ada tidaknya, kedudukan, dan jumlah flagela, ada tidaknya kapsula, dan reaksinya
terhadap pewarnaan. Sedangkan morfologi koloni meliputi bentuk, ukuran,
tekstur, warna koloni, dan sebagainya pada beberapa tipe medium pembiakan
mikroorganisme yang diuji (Lud, 2010).
Sifat-sifat biokimia yang diamati dalam uji biokimia yang pertama adalah
perubahan karbohidrat. Sifat karakteristik suatu spesies mikroba antara lain adalah
daya fermentasinya terhadap gula. Sifat ini dapat membantu identifikasi bakteri
karena gula dapat difermentasi menjadi bermacam-macam zat. Amilum hanya
dapat dihidrolisis oleh bakteri tertentu sehingga dapat digunakan sebagai cara
determinasi bakteri. Sifat biokimia yang kedua adalah hidrolisa lemak karena
beberapa bakteri dapat menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam-asam
lemak. Yang ketiga adalah penguraian protein di setiap bakteri yang mempunyai
daya hidrolisis dam penguraian protein berbeda-beda. Beberapa diantaranya
adalah proteolisis yang merupakan perubahan dari bentuk tidak larut menjadi
bentuk larut pada berbagai macam protein, pembentukan indol yang dihasilkan
oleh bakteri dengan kandungan triptofan, pembentukan ammonia oleh bakteri
heterotrof, dan pembentukan asam sulfida. Sifat biokimia yang keempat adalah
pembentukan pigmen dimana beberapa bakteri dapat membentuk pigmen dalam
kondisi aerob maupun anaerob. Dan sifat biokimia yang terakhir adalah reduksi
berbagai macam unsur dimana bakteri dapat hidup tanpa oksigen dari udara
karena bakteri mereduksi garam-garam nitrat atau senyawa lainnya (Lud, 2010).

2.2 Uji Katalase


Uji katalase merupakan salah satu uji biokimia yang digunakan untuk
membedakan mikroorganisme yang memiliki enzim katalase. Enzim ini berguna
untuk mendegradasi hidrogen peroksida yang bersifat toksik. Dalam sifat
biokimia, uji katalase berguna untuk mengetahui mampu atau tidaknya bakteri
memproduksi enzim katalase. Uji katalase akan menghasilkan pengamatan untuk
mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri
memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H 2O2 menjadi H2O dan O2
yang sangat penting untuk pertumbuhan aerobik (Raharjo, 2012).

3
Uji katalase juga merupakan suatu pengujian terhadap bakteri yang digunakan
untuk mengetahui jenis bakteri. Jenis yang dimaksud adalah bakteri aerob, bakteri
anaerob, maupun bakteri obligat. Uji katalase ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan mikroorgansime dalam menguraikan hidrogen peroksida dengan
menghasilkan enzim katalase tersebut. Enzim katalase dapat ditemukan pada
semua jenis eukariot aerob untuk memusnahkan racun toksik yang terbentuk dari
reaksi oksidasi. Enzim sendiri bertugas sebagai katalisator yang meningkatkan
kecepatan reaksi kimia. Tanpa enzim, reaksi kimia akan berlangsung sangat
lambat karena tidak terdapatnya katalisator. Dalam percobaan uji katalase,
dikatakan uji katalase positif jika terdapat gelembung, dan dikatakan uji katalase
negatif jika tidak dihasilkan gelembung pada percobaan (Raharjo 2012).

2.3 Methyl-Red Test dengan Voges-Proskauer Test


Methyl-Red Test atau uji Methyl-Red adalah salah satu uji biokimia yang
berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya fermentasi asam campuran (metilen
glikon) pada koloni bakteri yang diuji. Hasil uji Methyl-Red Test dapat dikatakan
negatif ditandai ketika setelah penambahan methyl red, media mengalami
perubahan warna menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa asam campuran
(metilen glikon) dihasilkan oleh bakteri melalui proses fermentasi glukosa pada
methyl red. Uji Methyl-Red Test ini memanglah bertujuan untuk mengetahui
kemampuan suatu bakteri dalam mengoksidasi glukosa dengan menghasilkan
asam sebagai produk akhir dan berkonsentrasi tinggi (Gergonius, 2015).
Sedangkan Voges-Proskauer Test atau uji VP merupakan uji biokimia yang
berfungsi untuk mengetahui hasil fermentasi glukosa membentuk asetil metil
karbinol (asetoin). Hasil uji Voges-Proskauer Test dapat disimpulkan negatif jika
setelah media ditambahkan reagen a napthol dan KOH tidak mengalami
perubahan warna menjadi merah. Sebaliknya, jika setelah media ditambahkan
reagen a napthol dan KOH mengalami perubahan warna menjadi merah, maka
dapat disimpulkan reaksinya positif. Hal ini menunjukkan bahwa hasil fermentasi
glukosa dapat membentuk asetil metil karbinol atau asetoin. Voges-Proskauer
Test memanglah ditujukan untuk mengevaluasi kemampuan mikroorganisme
menghasilkan substansi non asam atau produk akhir netral seperti asetil metil
karbonil dari asam organik sebagai hasil metabolisme glukosa (Gergonius, 2015).

2.4 Hidrolisa Kanji


Hidrolisa atau hidrolisis merupakan dekomposisi kimia menggunakan
bantuan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Kanji, pati, atau
amilum adalah salah satu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar, dan tidak berbau yang merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa dalam
jangka panjang. Hidrolisis pati adalah proses pemecahan molekul amilum menjadi
bagian-bagian penyusun amilum yang lebih sederhana seperti dekstrin,

4
isomaltosa, maltose, dan glukosa. Hidrolisis pati terdiri atas liquifikasi dan
sakarifikasi. Liquifikasi adalah proses pencairan gel pati untuk memperoleh
viskositas yang lebih rendah dengan cara menghidrolisis pati menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana yaitu oligosakarida atau dekstrin melalui bantuan
enzim amilase (Ayu, 2015).
Prose liquifikasi diawali dengan gelatinisasi pati atau pemanasan granula pati
dengan air hingga mengembang dan rusak. Suhu gelatinisasi ini diatur pada suhu
kisaran 660C, sehingga pati dapat terlarut ditandai dengan menurunnya viskositas
larutan. Sedangkan sakarifikasi adalah ketika dekstrin hasil liquifikasi akan
dihirolisis lebih lanjut oleh enzim tunggal (glukoamilase) maupun enzim
campuran (glukoamilase dan pullulanase) yang biasa disebut dengan dextrozyme
untuk dikonversi menjadi glukosa. Hidrolisis enzimatis pada kanji ini bertujuan
untuk membuat gula cair dari bahan baku pati. Pada proses liquifikasi pati akan
dipecah menjadi dekstrin, maltose, dan glukosa. Dekstrin merupakan hasil
hidrolisis pati yang tidak sempurna yang melibatkan alkali dan oksidator.
Pengurangan panjang rantai tersebut akan menyebabkan perubahan sifat dimana
pati yang tidak mudah larut dalam air diubah menjadi dekstrin yang mudah larut.
Deskstrin sendiri memiliki sifat yang sangat mudah larut dalam air panas ataupun
dingin dengan viskositas yang lebih rendah (Ayu, 2015).

2.5 Media Tumbuh Mikroorganisme


Untuk menumbuhkan, memindahkan, ataupun mengembangbiakkan bakteri,
diperlukan suatu substrat yang biasa disebut dengan media. Media yang
digunakan harus memenuhi persyaratan seperti mengandung semua unsure hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri, mempunyai tekanan osmosis dan pH
yang sesuai untuk bakteri, dan harus dalam keadaan steril. Media pertumbuhan
bakteri mengandung berbagai nutrisi yang merupakan faktor-faktor bakteri dapat
tumbuh dengan baik. Media ini dirancang untuk tidak memungkinkan mikroba
lain seperti fungi dapat tumbuh dalam media tersebut. Maka dari itu diperoleh sel
bakteri campuran atau spesies tertentu saha yang dapat bertumbuh di media ini.
Penyiapa media bakteriologis selain media alamiah haruslah mengikuti langkah-
langkah berikut ini.
1. Setiap komponen atau medium terdehidrasi dengan lengkap, dilarutkan dalam
air suling dengan volume yang sesuai.
2. pH medium fluida ditentukan dan disesuaikan dengan nilai yang optimum
bagi pertumbuhan bakteri yang akan dikultivasi. Perlakuan ini dilakukan
dengan menggunakan pH meter atau indikator pH.
3. Medium tersebut dituang ke dalam wadah yang sesuai seperti tabung labu dan
ditutup dengan sumbat kapas atau tutup plastik yang telah disterilkan.
4. Medium tersebut disterilisasi menggunakan autoklaf dengan panas di bawah
tekanan uap.
Bentuk media ditentukan oleh ada atau tidak adanya zat pemadat seperti agar

5
atau gelatin. Berdasarkan bentuknya, media pertumbuhan bakteri dapat dibedakan
menjadi tiga media berikut :
1. Media padat (solid)
Media ini berbentuk padat yang terdiri dari nutrisi dengan penambahan agar-
agar sebagai pemadat. Dibuat padat dalam cawan petri atau dalam bentuk agar
miring dalam tabung. Media padat dibuat dengan menambahkan komponen
pemadat seperti agar ke dalam kaldu. Contohnya adalah media nutrien agar (NA)
yang umumnya digunakan untuk mempelajari koloni bakteri atau untuk
mendapatkan koloni terpisah untuk memperoleh biakan murni.
2. Media cair (broth)
Media ini terdiri dari nutrisi-nutrisi yang berbentuk cair. Media cair
ditambahkan dengan komponen pemadat yang ketika dalam suhu kamar,
wujudnya akan selalu cair. Contoh media cair adalah kaldu nutrien (nutrient
broth). Media cair digunakan untuk membiakkan mikroorganisme dalam jumlah
besar, penelaan fermentasi, dan perlakuan berbagai macam uji. Media ini tidak
cocok untuk pengasingan bakteri untuk memperoleh biakan murni dan juga tidak
dapat dipakai untuk mempelajari koloni bakteri.
3. Media setengah padat (semi-solid)
Media ini juga dibuat dengan penambahan komponen pemadat seperti agar
yang hanya setengah atau kurang dari komposisi seharusnya ke dalam nutrisi.
Dengan demikian, konsistensi media ini lebih rendah dibandingkan media padat.
Media setengah padat ini digunakan untuk menguji ada tidaknya motilitas atau
pergerakan sel bakteri dan menguji kemampuan fermentasi bakteri.
Berdasarkan sifat atau kegunaannya, media pertumbuhan bakteri juga dapat
dikelompokkan ke dalam 8 kelompok berikut :
1. Media Umum (untuk pertumbuhan satu atau lebih bakteri)
2. Media Pengaya (untuk suatu jenis bakteri yang diberi kesempatan lebih cepat
tumbuh)
3. Media Pemupuk (untuk mempersubur bakteri tertentu)
4. Media Pembanding (untuk pertumbuhan bakteri dengan sifat tertentu)
5. Media Selektif (untuk satu jenis bakteri dengan mematikan bakteri lain)
6. Media Khusus (untuk pertumbuhan bakteri dengan tambahan bahan khusus)
7. Media Serbaguna (untuk menunjang pertumbuhan sebagian besar bakteri)
(Didimus, 2015)

2.6 Aplikasi Uji Biokimia di Industri


Biokimia mempelajari tentang bagaimana jutaan biomolekul yang menyusun
makhluk hidup saling berinteraksi melangsungkan proses kehidupan yang
memampukan mahkluk hidup mengubah energi, melakukan kerja, mengkatalis
transformasi kimiawin, menyusun molekul yang lebih kompleks dan
supramolekul dari molekul sederhana, serta menyimpan dan menurunkan sifat-
sifat genetic kepada generasi selanjutnya. Biokimia berkembang dari mengarah

6
pada reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada sel hidup, batasan, regulasi,
interaksinya dengan lingkungan, saling berpengaruh dan bagaimana reaksi-reaksi
ini bekerjasama dalam kehidupan di lingkungan. Salah satu contoh penerapan
biokiia di industri farmasi adalah penemuan berbagai vitamin dan fungsinya
sebagai kofaktor reaksi enzimatik yang mengatasi masalah kesehatan. Contoh
lainnya dalam industri iala penemuan struktur, fungsi, dan metablisme berbagai
asam amino esensial dan berbagai unsur kelumit (Maggy, 2018).
Dalam teknologi atau industri pangan, aplikasi biokimia digunakan dalam
fermentasi yang didefiniskan sebagai seluruh perombakan senyawa organik yang
dilakukan mikroorganisme dengan melibatkan enzim yang dihasilkannya sebagai
biokatalis. Fermentasi ini dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk.
Fermentasi telah dimanfaatkan sejumlah industri biokimia yang dapat membuat
suatu makanan menjadi tahan lama. Contohnya adalah aplikasi biokimia dalam
industri tempe, oncom, kecap, tape, dan natoo yang memanfaatkan kapang
Rhizopus. Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah memberikan fasilitas yang
diperlukan investor untuk mengembangkan industri biokimia. Salah satu
contohnya adalah industri petrokimia yang bergantung pada minyak dan gas
sebagai bahan baku seperti nafta dan kondensat (Maggy, 2018).

2.7 Klasifikasi Bakteri


Bakteri adalah sekelompok mikroorganisme bersel tunggal (uniseluler)
dengan konfigurasi selular prokariotik yang tidak mempunyai selubung inti.
Sebagai makhluk hidup, bakteri memiliki DNA sebagai informasi genetik, namun
tidak terlokalisasi dalam tempat khusus seperti nukleus dan tidak memiliki
membran inti. DNA pada bakteri berbentuk sirkuler, panjang, dan biasa disebut
nukleoid. DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson
saja. Bakteri juga memiliki DNA esktrakromosomal yang tergabung menjadi
plasmid berbentuk kecil dan sirkuler. Bakteri ini tidak memiliki klorofil dan
cenderung bersifat parasit terhadap suatu proses. Ciri-ciri bakteri sebagai berikut.
1. Berukuran mikroskopis.
2. Uniseluler atau terdiri dari satu sel.
3. Prokariotik atau tidak memiliki membran inti.
4. Hidup berkoloni atau soliter.
5. Bersifat kosmopolit atau berhabitat luas.
6. Memiliki dinding sel.
Ukuran sel bakteri umumnya dinyatakan dalam satuan mikrometer dimana
peneliti menjelaskan dari hasil pengamatannya bahwa sel bakteri mempunyai
ukuran 0,5 – 1,0 x 2,0 – 5,0 mikrometer. Umumnya bentu-bentuk bakteri dibagi
ke dalam tiga bentuk. Yang pertama adalah bakteri berbentuk bola atau kokus
dengan pengelompokannya yakni :
a. Dilokokus yakni penataan sel bakteri kokus dalam kelompok dua-dua sel.
b. Streptokokus yaitu rangkaian sel bakteri kokus membentuk rantai panjang

7
atau pendek.
c. Tertrad yaitu penataan sel bakteri kokus dalam kelompok empat-empat sel
membentuk persegi empat.
d. Stafilokokus yaitu kumpulan sel bakteri kokus yang tidak beraturan dan
bergerombol membentuk seperti buah anggur.
e. Sarcina yaitu kumpulan sel bakteri kokus membentuk kubus yang terdiri
dari delapan sel atau bisa lebih.
Selanjutnya terdapat pula sel bakteri berbentuk batang atau basil dengan
nama latin Bacillus. Bentuk bakteri basil akan membentuk beberapa macam
pengelompokan sel seperti berikut :
a. Diplobasil yaitu penataan sel bakteri basil yang berkelompok dua-dua sel
atau berpasangan.
b. Streptobasil yakni penataan sel bakteri basil yang membentuk rantai
Selanjutnya bentuk bakteri yang ketiga adalah spiral. Bakteri ini tidak
membentuk pengelompokkan atau saling menempelkan dinding selnya dengan
dinding sel bakteri lain. Bakteri ini selalu terpisah dengan ketegaran dinding
selnya. Pengelompokannya sebagai berikut :
a. Penataan sel kokus menghasilka diplokokus dan streptokokus yang
membentuk spiral.
b. Penataan sel basil
c. Penataan sel spiral.

Gambar 2.1 Bentuk-Bentuk Dasar Bakteri


(Didimus, 2015)

2.7.1 Staphylococcus aureus


Bakteri Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen penting
yang berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik.
Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis
infeksi mulai dari infeksi keracunan makanan. Klasifikasi bakteri Staphylococcus
aureus adalah sebagai berikut :
 Domain : Bacteria
 Kingdom : Eubacteria
 Ordo : Eubacteriales

8
 Famili : Micrococcaceae
 Genus : Staphylococcus
 Spesies : Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk
bulat dengan diameter 0,7-1,2 nm yang tersusun dalam kelompok-kelompok tidak
teratur seperti berbentuk buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora,
dan tidak bergerak. Bakteri Staphylococcus aureus termasuk jenis bakteri yang
daya tahannya paling kuat. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 370C namun
membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar sekitar 20-25 0C. Bakteri ini
merupakan bakteri koagulase positif dan memfermentasi manitol. Hal ini yang
membedakan bakteri Staphylococcus aureus dengan spesies Staphylococcus
lainnya. Koloni Staphylococcus aureus pada medium padat berbentuk halus,
bulat, meninggi, dan berkilau. Bakteri Staphylococcus aureus mempunyai
kemampuan melakukan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan
melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler yang dapat menyebabkan penyakit.
Beberapa bahan tersebut adalah enzim sedangkan lainnya berupa toksin.
Staphylococcus aureus menghasilkan tiga macam metabolit antara lain metabolit
nontoksin, eksotoksin, dan enterotoksin (Amalia, 2013).

Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus

2.7.2 Escherichia coli


Bakteri Eschericihia coli merupakan bakteri flora normal yang sering
ditemukan pada usus manusia. Bakteri Eschericihia coli adalah bakteri gram
negatif yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae yang terdapat dalam
tubuh manusia. Bakteri ini bergerak menggunakan flagel dan berbentuk batang
pendek atau biasa disebut dengan kokobasil. Klasifikasi Bakteri Eschericihia coli
adalah sebagai berikut :

9
 Kingdom : Bacteria
 Filum : Proteobacteria
 Kelas : Gamma Proteobacteria
 Ordo : Enterobacteriales
 Famili : Enterobacteriaceae
 Genus : Escherichia
 Spesies : Eschericihia coli
Bakteri Eschericihia coli memiliki flagel dengan ukuran 0,4-0,7 nm x 1,4
nm dengan simpai. Eschericihia coli memiliki panjang sekitar 2 nm, diameter 0,7
nm dengan lebar 0,4-0,7 nm dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini
membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.
Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif dimana dapat hidup pada keadaan aerop
maupun anaerob. Oksigen digunakan sebagai sumber karbon dari luar yang
berfungsi sebagai tenaga untuk tumbuh baik secara oksidatif. Bakteri Eschericihia
coli hidup anaerob dengan menggunakan cara fermentasi sebagai penghasil energi
untuk kelangsungan hidup (Lies, 2016).

Gambar 2.3 Bakteri Escherichia coli

10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Dalam pelaksanaan praktikum ini, perlu dipersiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk berjalannya praktikum. Berikut merupakan alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum Uji Biokimia.
.
3.1.1 Alat
Beberapa alat yang digunakan untuk melakukan praktikum sebagai berikut :
1. Beaker Glass 500 ml 4 buah
2. Gelas Ukur 25 ml 1 buah
3. Jarum Ose 1 buah
4. Kaca Preparat 2 buah
5. Korek Api 1 buah
6. Petridish 2 buah
7. Spiritus 1 buah
8. Tabung Reaksi 1 buah

3.1.2 Bahan
Beberapa bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum sebagai
berikut:
1. Bakteri Eschericia coli secukupnya
2. Bakteri Staphylococcus aureus secukupnya
3. H2O2 3 % 1 tetes
4. KOH1 5 tetes
5. Lugol 3 tetes
6. Media NA + Kanji secukupnya
7. Media NB 5 ml
8. Methyl Red 3 tetes
9. Napthol 8 tetes

3.2 Cara Kerja


Dalam percobaan uji biokimia terdapat langkah-langkah kerja dalam setiap
percobaan sebagai berikut :
3.2.1 Uji MR-VP
Langkah kerja praktikum uji MR-VP adalah sebagai berikut:
1. Menginokulasi ke dalam 2 tabung reaksi yang berisi 5 ml media MR-VP
masing-masing sedikit biakan yang berbeda.
2. Menginokulasi kedua tabung pada suhu 370C selama 48 jam.
3. Menambahkan beberapa tetes indikator methyl red pada sisa bahan, diamati
perubahan warnyanya.

11
3.2.2 Uji Katalase
Langkah kerja praktikum uji katalase adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sedikit dari kultur biakan bakteri menggunakan jarum ose.
2. Mensuspensikan biakan pada gelas objek, kemudian meneteskan larutan H 2O2
3 % sebanyak 1 tetes.
3. Mengamati selama kurang lebih 5 m3nit apakah terdapat gelembung gas
setelah pencampuran.

3.3.3 Uji Hidrolisa Kanji


Langkah kerja praktikum uji hidrolisa kanji adalah sebagai berikut:
1. Menuangkan media nutrien agar sebanyak 15 ml ke dalam petridish.
2. Membiarkan media menjadi padat selama 15 menit kemudia melakukan
inokulasi bakteri
3. Membugkus petridish dengan kertas coklat dan menginkubasi di dalam
inkubator pada suhu 300C selama 48 jam dalam keadaan terbalik.
4. Menambahkan larutan lugol pada masing-masing biakan setelah masa
inkubasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Krishna. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensivitas Staphylococcus


aureus terhadap Amoxcillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Etawa
(PE) Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Jurnal Universita Gadjah Mada 31 (2).
Ayu, Fitria. (2015). Pembuatan Gula Cair dari Pati Singkong dengan
Menggunakan Hidrolisis Enzimatis. Jurnal Politeknik Negeri Bandung Vol.
11, No. 2, Hal. 9-14.
Didimus. (2015). Bakteriologi : Konsep-Konsep Dasar. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM) Press.
Gergonius, Yuni. (2016). Isolasi dan Uji Biokimia Bakteri Selulotik Asal Saluran
Pencernaan Rayap Pekerja. Jurnal Universitas Timor NTT Vol. 1, No. 2,
Hal. 27-29, ISSN 2527-6999.
Lies, Indah. (2016). Bioindikator Pencemar, Bakteri Eschericia coli. Jurnal
Oseana Voume XLI, Nomor 4, Halaman 63-71, ISSN 0216-1877.
Lud, Waluyo. (2010). Teknik dan Metode Dasar Mikrobiologi. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Maggy. (2018). Perkembangan Biokimia Pangan dan Peranannya dalam
Pendidikan Teknologi Pangan. Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Raharjo, Sugeng. (2012). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari
Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos). Jurnal Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

13
LAMPIRAN
SKEMA KERJA

1. Skema Kerja Praktikum Uji MR-VP


Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Methyl Red
Napthol

Diinokulasi ke dalam tabung reaksi yang


berisi 5 ml media MR-VP

Diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam


pada kondisi terbalik

Ditambahkan methyl red pada sisa biakan

Diamati perubahan warna

Hasil

14
2. Skema Kerja Praktikum Uji Katalase
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
H2O2 3 %

Diambil sedikit dari kultur biakan bakteri


menggunakan jarum ose

Disuspensikan biakan pada gelas objek


kemudian diteteskan H2O2 3 % sebanyak 1
tetes

Diamati selama 5 menit apakah terdapat


gelembung gas

Hasil

15
3. Skema Kerja Praktikum Uji Hidrolisa Kanji
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
H2O2 3 %
Lugol

Dituangakn medium agar sebanyak 5 ml


ke dalam petridish

Diinokulasikan bakteri lalu dibungkus


dengan kertas coklat

Diinkubasi dalam inkubator selama 48


jam

Diteteskan larutan lugol sebanyak 3 tetes


lalu diamati perubahannya

Hasil

16
SKEMA ALAT

Tabel 1.1 Skema Alat Praktikum Uji MR-VP


No Skema Alat Keterangan
.
1. Diinokulasi bakteri ke dalam tabung reaksi
yang berisi 5 ml media MR-VP

2. Diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam


pada kondisi terbalik

17
3. Ditambahkan methyl red pada sisa biakan

Tabel 1.2 Skema Alat Praktikum Uji Katalase


No Skema Alat Keterangan
.
1. Diambil sedikit dari kultur biakan bakteri
menggunakan jarum ose

2. Disuspensikan biakan pada gelas objek


kemudian diteteskan H2O2 3 % sebanyak 1
tetes

18
3. Diamati selama 5 menit apakah terdapat
gelembung gas

Tabel 1.3 Skema Alat Praktikum Uji Hidrolisa Kanji


No Skema Alat Keterangan
.
1. Dituangakn medium agar sebanyak 5 ml
ke dalam petridish

2. Diinokulasikan bakteri lalu dibungkus


dengan kertas coklat

19
3. Diinkubasi dalam inkubator selama 48 jam

4. Diteteskan larutan lugol sebanyak 3 tetes


lalu diamati perubahannya

BUKTI DAFTAR PUSTAKA

20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai