Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Eksplorasi bakteri yang potensial untuk diaplikasikan dalam bidang industry
perlu dilakukan secara terus menerus. Salah satu produkin dustri yang penting dan
bernilai tinggi yang dihasilkan oleh bakteri adalah enzim. Adanya bakteri yang
unggul merupakan salah satu factor penting dalam usaha produksi enzim. Enzim
memegang peranan penting dalam dunia industri, salah satu di antaranya yaitu
protease. Protease merupakan enzim yang digunakan secara luas pada industry
pakan ternak dan telah hamper mencapai 65% dari total penjualan enzim di dunia
(Badriyah dan Ardyati, 2013).
Bakteri Amilolitik merupakan mikroorganisme yang mampu memecah pati
menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa.
Kebanyakan mikroorganisme amilolitik tumbuh subur pada bahan pangan yang
banyak mengandung pati atau karbohidrat, misalnya pada berbagai jenis tepung.
Kebanyakan jenis mikroorganisme amilolitik adalah kapang, tetapi beberapa jenis
bakteri juga ada, jenis yang mempunyai spesies bersifat amilolitik misalnya
Clostridium butyricium dan Bacillus subtilis (Setyati dan Subagyo, 2012).
Serasah tumbuhan mengandung berbagai bahan organik, antara lain selulosa,
amilum dan protein. Selulosa adalah molekul organik yang melimpah di bumi dan
merupakan komponen dasar bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
merupakan polimer tidak bercabang dari sejumlah glukosa yang bergabung
dengan ikatan 1,4 β-glikosidik. Beberapa kelompok kapang yang dapat
menghasilkan enzim selulase misalnya kapang-kapang dari genus Aspergillus,
Bulgaria, Chaetomium, Cladosporium, Cariolus, Fusarium, Geotricum,
Heloticum, dan Trichoderma (Mirantiet al., 2015).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelompok mikroba amilolitik yang
terdapat dalam serasah dan mengetahui kelompok mikroba proteolitik yang
terdapat dalam serasah.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Serasah


Serasah adalah bahan organik yang belum terurai, yaitu bagian tumbuhan
yang sudah mati yang terdapat di permukaan tanah. Telah diketahui dengan baik
bahwa penguraian serasah tanaman di permukaan tanah dilakukan oleh berbagai
jenis mikroorganisme baik bakteri, aktinomiset maupun jamur. Dari semua
kelompok mikroorganisme tersebut jamur merupakan agen dekomposisi bahan
organik yang paling efisien. Sebagai agen dekomposisi sisa-sisa tumbuhan, sangat
penting untuk membentuk dan menjaga komunitas tumbuhan
(Miranti et al., 2015).
Dekomposisi serasah merupakan proses perombakan serasah sebagai sumber
bahan organic oleh jasad renik atau mikroba menjadi energy dan senyawa
sederhana seperti karbon, nitrogen, fosfor, belerang, kalium dan lain-lain. Laju
dekomposisi serasah dapat dihitung dari perubahan bobot kering serasah selama
proses dekomposisi. Perubahan bobot serasah per satuan waktu disebabkan
terjadinya proses dekomposisi dimana mikroorganisme tanah memanfaatkan
karbon serasah sebagai bahan makanan dan membebaskannya sebagai CO.
Perubahan bobot molekul juga terjadi pada proses dimana senyawa kompleks
yang berbobot molekul tinggi akan diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana
dengan bobot molekul yang lebih rendah (Aprianis, 2013).

2.2. Bakteri Amilolitik


Amilolitik merupakan aktivitas bakteri dalam merombak pati dengan bantuan
enzim amilase. Enzim amylase adalah enzim yang mampu menghidrolisis pati
menjadi senyawa lebih sederhana seperti maltose dan glukosa. Enzim ini banyak
digunakan untuk keperluan industri. Enzim ini dapat memecah atau menghidrolisa
pati, glikogen dan turunan polisakarida dengan cara memecah ikatan glikosidik
pati. Enzim amylase dibedakan menjadi tiga grup yaitu α-amilase yang disebut
endoamilase, β-amilase dan gluko aminase (Yuliar, 2008).

Universitas Sriwijaya
Aktifitas enzim amilolitik secara kualitatif dapat diamati dari terbentuknya
zona bening atau clear zone pada sekeliling koloni bakteri yang tumbuh pada
media. Hal ini dapat dilihat ketika bakteri ditetesi lugol, daerah disekitar bakteri
tidak dapat diwarnai oleh lugol. Adanya zona bening mengindikasikan bahwa
bakteri menghasilkan amylase ekstra seluler. Zona bening yang terbentuk adalah
akibat dari hidrolisis amilum oleh amilase yang dihasilkan bakteri menjadi
monosakarida atau disakarida dan oligosakarida (Pitriet al., 2015).
Strain dengan kemampuan amilolitik akan menghidrolisis pati pada media di
sekeliling tempat tumbuhnya dan dalam zona degradasi tidak terbentuk warna
biru, yang merupakan dasar deteksi dan seleksi strain amilolitik. Zona bening
akan tampak setelah beberapa saat ditambahkan larutan iodine dan kelebihan
larutan iodine dibuang. Bakteri dengan kemampuan amilolitik banyak
dimanfaatkan dalam proses fermentasi. Keberadaan bakteri amilolitik dalam
proses fermentasi berperan pada fermentasi bahan yang berpati. Biasanya
fermentasi dengan bantuan bakteri ini akan menghasilkan rasa asam pada
produknya (Nurmalinda et al., 2013).

2.3. Bakteri Proteolitik


Bakteri proteolitik mampu memproduksi enzim protease ekstra seluler, yaitu
enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar
dari sel. Penentuan kemampuan bakteri proteolitik dilakukan dengan
menggunakan media selektif yang mengandung kasein yaitu Skim Milk Agar atau
SMA. Susu skim mengandung kasein yang berfungsi sebagai substrat enzim.
Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan adanya aktivitas hidrolitik
enzim protease dan peptidase (Hastuti et al., 2017).
Bakteri yang mempunyai aktivitas proteolitik mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan enzim protease yang disekresikan kelingkungannya. Enzim
proteolitik ekstra seluler ini selanjutnya bekerja menghidrolisis senyawa-senyawa
bersifat protein menjadi oligopeptida, peptide rantai pendek dan asam amino.
Diameter zone hambat yang terbentuk dapat menunjukan secara kualitatif tigginya
kemampuan proteolitik enzim protease yang dihasilkan atau juga tingginya
jumlah enzim yangdiproduksi dan dilepas keluar (Setyati dan Subagyo, 2012).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2018 pada pukul
10.30 sampai dengan 13.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cawan petri, cawan porselen,
drigal sky, mortar, pipet sireologis, tabung reaksi dan super mixer. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan yaitu garam fisiologis, larutan iodine lugol, Media Starch
Agar, Skim Milk Agar dan serasah.

3.3. Cara Kerja


Dihaluskan serasah menggunakan cawan porselen dan mortar, ditimbang 1 gr
dan dimasukkan ke dalam larutan tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan garam
fisiologis. Dihomogenkan menggunakan super mixer atau vortex kurang lebih 1
menit. Dibuat pengenceran sampai 10-3 setelah homogen. Diambil 0,1 ml Pada
pengenceran 10-3 lalu diinokulasikan kedalam medium Starch Agar, diratakan
menggunkan drigal sky. Diinokulasi yang sama ke medium Skim Milk Agar,
diinkubasi pada suhu 370C selama 2 x 24 jam. Diinkubasi dan ditambahkan
Iodium Lugol pada koloni yang tumbuh pada permukaan medium Starch Agar
dan Skim Milk Agar. Diamati koloni yang dikelilingi zona jernih. Dilakukan
pengamatan terbentuknya zona bening disekitar koloni mikroba pada bakteri atau
jamur yang tumbuh.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.1.1. Hasil
No Jenis Serasah Asal Amilolitik Proteolitik

1 Daun Mangga Indralaya - +

Keterangan:
(+) : Ada zona bening diantara koloni
(-) : Tidak ada zona bening diantara koloni

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa dari
hasil uji mikroba amilolitik dan proteolitik serasah daun mangga terdapat ciri
yang diduga terdapat mikroba proteolitik pada media Skim Milk Agar atau SMA
yang ditandai dengan adanya zona bening di sekitar koloni yang diduga positif
berupa mikroba proteolitik. Menurut Hastuti et al. (2017), sifat proteolitik bakteri
dapat diketahui dengan terbentuknya zona bening pada daerah sekitar koloni
bakteri yang tumbuh di medium Skim Milk Agar. Zona bening ini menunjukkan
protein yang ada pada medium SMA telah dihidrolisis oleh bakteri proteolitik
yang diinokulasikan pada medium tersebut.
Mikroba amilolitik berupa mikroba yang dapat menguraikan amilum,
menjadi glukosa, dimana dalam medium starch agar akan terbentuk zona bening
setelah ditetesi dengan larutan iodine lugol. Menurut Susilawati et al. (2015),
bakteri yang menghasilkan amilase ekstraseluler terlihat dari pembentukan zona
bening di sekitar koloni bakteri. Daerah di luar zona bening akan berwarna biru
keunguan, zona bening tidak ikut terwarnai karena pati yang terdapat pada zona
tersebut sudah terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
disakarida atau monosakarida.
Enzim protease yang terdapat pada bakteri proteolitik dapat menguraikan
protein menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana, seperti
oligopeptida, dipeptida, dan asam amino. Mikroba proteolitik juga dapat
digunakan sebagai bahan industri yaitu sebagai bahan untuk membersihkan noda.
Menurut Utomo dan Maya (2014), bakteri dengan potensi proteolitik yang
didapatkan memiliki enzim protease. Enzim protease merupakan enzim hidrolitik
yang dapat menghidrolisis protein dengan penambahan air diantara ikatan peptida
dan memutusnya menjadi peptida yang lebih kecil pada pelarut organik. Protein di
dalam tanah oleh bakteri proteolitik dapat menghasilkan enzim protease yang
berguna dalam dunia industri diantaranya untuk menghilangkan noda,
mengeringkan luka, dan detergen rumah tangga.
Enzim amilase yang terdapat pada bakteri amilolitik berupa mikroba yang
dapat menguraikan amilum menjadi gula yaitu glukosa. Menurut Martius (2016),
mikroba amilolitik adalah kelompok mikroba yang baik tumbuh pada substrat atau

Universitas Sriwijaya
karbohidrat, dimana kelompok mikroba ini akan menghasilkan enzim amilase dan
menghidrolisis pati pada substrat menjadi komponen yang lebih sederhana.
Mikroorganisme merombak pati menjadi monomernya melalui produksi enzim,
diantaranya glukoamilase merupakan enzim amilase yang mampu merombak pati
menjadi glukosa. α amilase dan β amilase menghasilkan produk akhir berupa
maltosa dan maltoriosa.
Larutan iodine lugol pada deteksi mikroba amilolitik dan proteolitik di
dalam serasah dapat digunakan sebagai indikator starch agar sebab iodine lugol
mengandung karbohidrat, sehingga larutan ini digunakan dalam pengujian
mikroba amilolitik. Menurut Susilawati et al. (2015), untuk memperjelas adanya
zona bening, medium pati padat yang telah ditumbuhi bakteri ditetesi larutan
lugol’s iodine. Daerah di luar zona bening akan berwarna biru keunguan setelah
diberi larutan tersebut, karena larutan lugol’s iodine akan bereaksi dengan pati
yang tidak dihidrolisis. Zona bening tidak ikut terwarnai karena pati yang terdapat
pada zona tersebut sudah terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana
seperti disakarida atau monosakarida.
Media Skim Milk Agar atau SMA berupa media yang cocok digunakan
untuk mengetahui adanya mikroba proteolitik sebab media ini mengandung
protein, dan juga susu skim mengandung kasein didalamnya. Menurut
Hastuti et al. (2017), penentuan kemampuan bakteri proteolitik dilakukan dengan
menggunakan media yang mengandung kasein yaitu Skim Milk Agar atau SMA.
Susu skim mengandung kasein yang berfungsi sebagai substrat enzim. Hidrolisis
kasein digunakan untuk memperlihatkan adanya aktivitas hidrolitik enzim
protease dan peptidase. Kasein di dalam media SMA terhidrolisis ditandai dengan
adanya zona bening di sekitar koloni bakteri.
Untuk mengetahui kelompok mikroba amilolitik yang mengandung pati
yang akan di uraikan oleh mikroba amilolitik menjadi glukosa digunakan media
Starch Agar. Menurut Yusmarini et al. (2017), zona bening yang dihasilkan isolat
pada media yang mengandung pati menunjukkan kemampuan isolat dalam
menghasilkan enzim amilase. Enzim amilase akan memutus ikatan glikosida yang
terdapat pada molekul amilum. Hasil hidrolisis berupa maltosa, glukosa dan
dekstrin.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan


sebagai berikut.
1. Media SMA positif mengandung mikroba proteolitik ditandai dengan
terbentuknya zona bening disekitar koloni.
2. Larutan iodine lugol berfungsi sebagai indikator bagi mikroba amilolitik.
3. Skim Milk Agar mengandung kasein atau protein yang berfungsi sebagai
substrat enzim.
4. Starch Agar mengandung pati yang akan diurai menjadi glukosa oleh
mikroba amilolitik.
5. Mikroba proteolotik dapat menguraikan protein menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana, seperti oligopeptida, dipeptida, dan asam amino.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Starch Agar Skim Milk Agar

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2018) (Sumber: Dokumen Pribadi, 2018)

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Aprianis, Y. 2013. Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah A. Cunn. di Pt. Arara
Abadi. Jurnal Tekno Hutan Tanaman. 4(1) : 41-47.

Badriyah, B. I. dan Ardyati, T. 2013. Deteksi Aktivitas Proteolitik Isolat Bakteri


Asal Ampas Tahu pada Substrat Bekatul. Jurnal Biotropika. 1 (3): 103-109.

Hastuti, U. S., Nugraheni, F. S. A. dan Asna, P. M. A. 2017. Identifikasi dan


Penentuan Indeks Hidrolisis Protein pada Bakteri Proteolitik dari Tanah
Mangrove di Margomulyo, Balik papan. Proceeding Biology Education
Conference. 14(1):265-270.

Martius, W. S. 2016. Aktivitas Amilolitik Pada Parutan Ubi Kayu (Manihot


uttilissima) yang Diperam dengan Waktu yang Berbeda. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas. 1 (20): 27-34.

Miranti, A. K., Rukmi, I. dan Suprihadi, A. 2015. Keanekaragaman Kapang


Aspergillus pada Serasah Daun Talok (Muntingia calabura L.) di Kawasan
Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Madura.
Prosiding KPSDA. 1(1):98-105.
Nurmalinda, A. Peradnadi dan Nurmiati. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Parsial
Bakteri Indigenous Pemfermentasi dari Buah Durian
(Durio zibethinus Murr.). jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(1):8-13.

Pitri, E. R., Agustien, A., dan Febria, A. F. 2015. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Amilo termofilik Dari Sumber Air Panas Sungai Medang. Jurnal Bio UA.
4(2) : 119-122.

Setyati, W. A. dan Subagyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim
Ekstraseluler (Proteolitik, Amilolitik, Lipolitik dan Selulolitik) yang Berasal
dari Sedimen Kawasan Mangrove. Jurnal Ilmu Kelautan. 17(3):164–168.

Susilawati, I. O., Ummi M. B., dan Hesti R. 2015. Analisis Aktivitas Enzim
Amilase yang Berasal dari Bakteri Tanah di Kawasan Universitas Jambi.
Prosiding Semirata. 1 (1): 359-367.

Utomo, M. A. P., dan Maya S. 2014. Bakteri Tanah Pendegradasi Bahan Organik
Desa Talango, Pulau Poteran, Sumenep. Jurnal Sains dan Seni PomITS.
2 (3): 80-83.

Universitas Sriwijaya
Yuliar. 2008. Skrining Bioantagonistik Bakteri untuk Agen Biokontrol
Rhizoctonia solani dan Kemampuannya dalam Menghasilkan Surfaktin.
Jurnal Biodiversitas. 9 (2): 83–86.
Yusmarini, Y., Usman P., Vonny S. J., Akhyar A., dan K. Kusumaningrum. 2017.
Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik dari Industri Pengolahan
Pati Sagu. Jurnal Agritech. 1 (37): 95-100.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai