PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Aktifitas enzim amilolitik secara kualitatif dapat diamati dari terbentuknya
zona bening atau clear zone pada sekeliling koloni bakteri yang tumbuh pada
media. Hal ini dapat dilihat ketika bakteri ditetesi lugol, daerah disekitar bakteri
tidak dapat diwarnai oleh lugol. Adanya zona bening mengindikasikan bahwa
bakteri menghasilkan amylase ekstra seluler. Zona bening yang terbentuk adalah
akibat dari hidrolisis amilum oleh amilase yang dihasilkan bakteri menjadi
monosakarida atau disakarida dan oligosakarida (Pitriet al., 2015).
Strain dengan kemampuan amilolitik akan menghidrolisis pati pada media di
sekeliling tempat tumbuhnya dan dalam zona degradasi tidak terbentuk warna
biru, yang merupakan dasar deteksi dan seleksi strain amilolitik. Zona bening
akan tampak setelah beberapa saat ditambahkan larutan iodine dan kelebihan
larutan iodine dibuang. Bakteri dengan kemampuan amilolitik banyak
dimanfaatkan dalam proses fermentasi. Keberadaan bakteri amilolitik dalam
proses fermentasi berperan pada fermentasi bahan yang berpati. Biasanya
fermentasi dengan bantuan bakteri ini akan menghasilkan rasa asam pada
produknya (Nurmalinda et al., 2013).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.1.1. Hasil
No Jenis Serasah Asal Amilolitik Proteolitik
Keterangan:
(+) : Ada zona bening diantara koloni
(-) : Tidak ada zona bening diantara koloni
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa dari
hasil uji mikroba amilolitik dan proteolitik serasah daun mangga terdapat ciri
yang diduga terdapat mikroba proteolitik pada media Skim Milk Agar atau SMA
yang ditandai dengan adanya zona bening di sekitar koloni yang diduga positif
berupa mikroba proteolitik. Menurut Hastuti et al. (2017), sifat proteolitik bakteri
dapat diketahui dengan terbentuknya zona bening pada daerah sekitar koloni
bakteri yang tumbuh di medium Skim Milk Agar. Zona bening ini menunjukkan
protein yang ada pada medium SMA telah dihidrolisis oleh bakteri proteolitik
yang diinokulasikan pada medium tersebut.
Mikroba amilolitik berupa mikroba yang dapat menguraikan amilum,
menjadi glukosa, dimana dalam medium starch agar akan terbentuk zona bening
setelah ditetesi dengan larutan iodine lugol. Menurut Susilawati et al. (2015),
bakteri yang menghasilkan amilase ekstraseluler terlihat dari pembentukan zona
bening di sekitar koloni bakteri. Daerah di luar zona bening akan berwarna biru
keunguan, zona bening tidak ikut terwarnai karena pati yang terdapat pada zona
tersebut sudah terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
disakarida atau monosakarida.
Enzim protease yang terdapat pada bakteri proteolitik dapat menguraikan
protein menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana, seperti
oligopeptida, dipeptida, dan asam amino. Mikroba proteolitik juga dapat
digunakan sebagai bahan industri yaitu sebagai bahan untuk membersihkan noda.
Menurut Utomo dan Maya (2014), bakteri dengan potensi proteolitik yang
didapatkan memiliki enzim protease. Enzim protease merupakan enzim hidrolitik
yang dapat menghidrolisis protein dengan penambahan air diantara ikatan peptida
dan memutusnya menjadi peptida yang lebih kecil pada pelarut organik. Protein di
dalam tanah oleh bakteri proteolitik dapat menghasilkan enzim protease yang
berguna dalam dunia industri diantaranya untuk menghilangkan noda,
mengeringkan luka, dan detergen rumah tangga.
Enzim amilase yang terdapat pada bakteri amilolitik berupa mikroba yang
dapat menguraikan amilum menjadi gula yaitu glukosa. Menurut Martius (2016),
mikroba amilolitik adalah kelompok mikroba yang baik tumbuh pada substrat atau
Universitas Sriwijaya
karbohidrat, dimana kelompok mikroba ini akan menghasilkan enzim amilase dan
menghidrolisis pati pada substrat menjadi komponen yang lebih sederhana.
Mikroorganisme merombak pati menjadi monomernya melalui produksi enzim,
diantaranya glukoamilase merupakan enzim amilase yang mampu merombak pati
menjadi glukosa. α amilase dan β amilase menghasilkan produk akhir berupa
maltosa dan maltoriosa.
Larutan iodine lugol pada deteksi mikroba amilolitik dan proteolitik di
dalam serasah dapat digunakan sebagai indikator starch agar sebab iodine lugol
mengandung karbohidrat, sehingga larutan ini digunakan dalam pengujian
mikroba amilolitik. Menurut Susilawati et al. (2015), untuk memperjelas adanya
zona bening, medium pati padat yang telah ditumbuhi bakteri ditetesi larutan
lugol’s iodine. Daerah di luar zona bening akan berwarna biru keunguan setelah
diberi larutan tersebut, karena larutan lugol’s iodine akan bereaksi dengan pati
yang tidak dihidrolisis. Zona bening tidak ikut terwarnai karena pati yang terdapat
pada zona tersebut sudah terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana
seperti disakarida atau monosakarida.
Media Skim Milk Agar atau SMA berupa media yang cocok digunakan
untuk mengetahui adanya mikroba proteolitik sebab media ini mengandung
protein, dan juga susu skim mengandung kasein didalamnya. Menurut
Hastuti et al. (2017), penentuan kemampuan bakteri proteolitik dilakukan dengan
menggunakan media yang mengandung kasein yaitu Skim Milk Agar atau SMA.
Susu skim mengandung kasein yang berfungsi sebagai substrat enzim. Hidrolisis
kasein digunakan untuk memperlihatkan adanya aktivitas hidrolitik enzim
protease dan peptidase. Kasein di dalam media SMA terhidrolisis ditandai dengan
adanya zona bening di sekitar koloni bakteri.
Untuk mengetahui kelompok mikroba amilolitik yang mengandung pati
yang akan di uraikan oleh mikroba amilolitik menjadi glukosa digunakan media
Starch Agar. Menurut Yusmarini et al. (2017), zona bening yang dihasilkan isolat
pada media yang mengandung pati menunjukkan kemampuan isolat dalam
menghasilkan enzim amilase. Enzim amilase akan memutus ikatan glikosida yang
terdapat pada molekul amilum. Hasil hidrolisis berupa maltosa, glukosa dan
dekstrin.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Aprianis, Y. 2013. Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah A. Cunn. di Pt. Arara
Abadi. Jurnal Tekno Hutan Tanaman. 4(1) : 41-47.
Pitri, E. R., Agustien, A., dan Febria, A. F. 2015. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Amilo termofilik Dari Sumber Air Panas Sungai Medang. Jurnal Bio UA.
4(2) : 119-122.
Setyati, W. A. dan Subagyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim
Ekstraseluler (Proteolitik, Amilolitik, Lipolitik dan Selulolitik) yang Berasal
dari Sedimen Kawasan Mangrove. Jurnal Ilmu Kelautan. 17(3):164–168.
Susilawati, I. O., Ummi M. B., dan Hesti R. 2015. Analisis Aktivitas Enzim
Amilase yang Berasal dari Bakteri Tanah di Kawasan Universitas Jambi.
Prosiding Semirata. 1 (1): 359-367.
Utomo, M. A. P., dan Maya S. 2014. Bakteri Tanah Pendegradasi Bahan Organik
Desa Talango, Pulau Poteran, Sumenep. Jurnal Sains dan Seni PomITS.
2 (3): 80-83.
Universitas Sriwijaya
Yuliar. 2008. Skrining Bioantagonistik Bakteri untuk Agen Biokontrol
Rhizoctonia solani dan Kemampuannya dalam Menghasilkan Surfaktin.
Jurnal Biodiversitas. 9 (2): 83–86.
Yusmarini, Y., Usman P., Vonny S. J., Akhyar A., dan K. Kusumaningrum. 2017.
Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik dari Industri Pengolahan
Pati Sagu. Jurnal Agritech. 1 (37): 95-100.
Universitas Sriwijaya