Anda di halaman 1dari 65

ISOLASI MIKROORGANISME DALAM PROSES

PEMBUATAN ENZIM SEBAGAI HASIL PRODUK DI


BIDANG INDUSTRI
Posted January 11, 2011 by aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI. Leave a
Comment
PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam
suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu
dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi
mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel
yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 1996).
Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka
setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah,
sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya (Sutedjo, 1996).
Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil
dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara
pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka
sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri-cawan
petri yang terpisah (Sutedjo, 1996).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah
1. Sifat dan jenis mikroorganisme
2. Habitat mikroorganisme
3. Medium pertumbuhan
4. Cara menginokulasi dan inkubasi
5. Cara mengidentifikasi
6. Cara pemeliharaannya (Dwidjoseputro, 1998).
Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :

1) Isolasi pada agar cawan


Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang
terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat
beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode
agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan
menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satusel.
Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium
agar yang dicairkan dan didinginkan (500C), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap
perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di
atas permukaan atau di dalam cawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar
cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran
peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.
Menurut Nuniek, 2002, isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara penggoresan
dan cara penaburan.
a. Isolasi mikroba dengan cara penggoresan
Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang
terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau
dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh dengan latihan.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Ada beberapa teknik
goresan, antara lain :
1. Goresan T
2. Goresan kuadran
3. Goresan radian
4. Goresan sinambung (Nuniek, 2001).

b. Isolasi mikroba dengan cara penaburan


Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping penggoresan untuk
memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara
penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan
demikian pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan.
Untuk beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam mempelajari pertumbuhan
koloni streptococcal pada sel-sel darah merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak
terlalu banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan
ditaburkan pada beberapa cawan (Nuniek, 2001).
Khusus ntuk isolasi khamir dan jamur dikenal beberapa teknik inokulasi yaitu :
1. Teknik pengenceran
2. Teknik Hansen
3. Teknik Lindner
4. Mikromanipulator

Gambar Teknik Isolasi Dan Penapisan Mikroorganisme Untuk Produksi Bioaktif

gambar isolasi mikroorganisme

Gambar teknik gores kuadran

Gambar teknik gores T

PENGERTIAN ENZIM
Menurut Mayrback (1952) dari jerman, enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi
reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator
artinya senyawa organic yang mempercepat reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan
protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat,
dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk.
Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup
cepat.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan
dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan
energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar
enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam
senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat
tetap. Sebagai contoh, enzim amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati
menjadi glukosa.
Hal-ihwal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia pendidikan
tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri tetapi sejumlah
program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari dalam kedokteran,
ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang
berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu
dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara
optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor

adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang
meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
Sifat Enzim:
1. Merupakan protein
2. Merupakan biokatalisator.
3. Mempercepat reaksi kimia dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energy awal
yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia.
4. Enzim bekerja spesifik artinya untuk mengubah atau mereaksikan suatu zat tertentu
memerlukan zat tertentu pula.
5. Bekerja sangat cepat
6. Tidak ikut bereaksi (tidak mengalami perubahan).
7. Tidak mengubah keseimbangan reaksi
8. Memliki sifat aktif atau sisi katalitik yaitu bagian enzim tempat substrat berkombinasi.
9. Substrat asing yang berfungsi menghambat reaksi disebut inhibitor dan yang berfungsi
mempercepat reaksi disebut activator.
Enzim dapat diperoleh dari sel-sel hidup dan dapat bekerja baik untuk reaksi-reaksi yang terjadi
di dalam sel maupun di luar sel. Pemanfaatan enzim untuk reaksi-reaksi yang terjadi di luar sel
Sekarang banyak diaplikasikan dalam dunia industri seperti industri makanan, detergen,
penyamakan kulit, kosmetik, dll. Pemanfaatan enzim dapat dilakukan secara langsung
menggunakan enzim hasil isolasi maupun dengan cara pemanfaatan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan enzim yang diinginkan.
PENGAPLIKASIAN ISOLASI MIKROORGANISME DALAM PROSES PEMBUATAN
ENZIM
Enzim yang diisolasi dari mikroorganisme dapat diaplikasikan pada berbagai macam industry.
Misalnya enzim protease yang diisolasi dari Bacillus licheneformis, digunakan pada berbagai
macam detergen sebagai bahan pembersih. Protese merusak dan melarutkan protein ynag
mengotori pakaian. Enzim yang dihasilkan untuk proses-proses industri meliputi protease,
amilase, glukosa oksidase, glukosa isomerasi, rennin, pektinase, dan lipase. Empat macam enzim
yang secara luas diproduksi oleh mikroorganisme adalah protease, glukamilase, -amilase dan
glukosa isomerase.
Protease adalah enzim yang menyerang ikatan peptide molekul protein dan membentuk
fragmen-fragmen kecil peptide. Strain rekombinan Bacillus sp. GX6644 mensekresikan alkanin

protease yang sangat aktif terhadap protein kasein susu, dengan aktivitas tertinggi pada pH 11
dan temperatur 40-550C. Strain rekombinan yang lain yaitu Basillus sp. GX6638 mensekresi
beberapa alkanin protease yang aktif pada kisaran pH yang cukup luas (8-12). Fungi yang
memproduksi protease adalah spesies Aspergillus. Protease yang dihasilkan oleh fungi memiliki
kisaran pH yang lebih luas dibandingkan protease yang diproduksi oleh bakteri.
Amilase digunakan dalam detergen dan dalam industri pembuatan bir. Ada beberapa tipe
amilase, termasuk -amilase yang digunakan untuk mengubah pati menjadi oligosakarida dan
maltosa, -amilase yang digunakan untuk mengubah pati menjadi maltose dan dekstrin, serta
glukamilase yang mengubah pati menjadi glukosa. Ketiga enzim di atas digunakan untuk
memproduksi sirup dan dekstrosa dari pati. Produksi amilase menggunakan fungi Aspergillus
sp. Aspergillus oryzae digunakan untuk memproduksi amilase dari gandum pada kultur
stasioner. Basillus subtilis dan Basillus diataticus digunakan untuk memproduksi amilase bakteri.
Glukosa isomerase mengubah glukosa ,menjadi fruktosa yang dua kali lebih manis
dibandingkan sukrosa dan 1,5 kali lebih manis dibandingkan glukosa, sehingga fruktosa
merupakan bahan pemanis yang sangat penting pada industri makanan dan minuman. Enzim ini
diproduksi oleh Basillus coagulans, Streptomyces sp dan Nocardia sp.
Renin merupakan enzim penggumpal susu yang mengkatalisis koagulasi susu dalam industri
pembuatan keju. Enzim ini diproduksi oleh Mucor pussilus atau Mucor meihei.
Enzim mikroorganisme juga digunakan dalam produksi polimer sintetik. Misalnya, industri
plastic saat ini menggunakan metode kimia untuk memproduksi alkene oxide yang digunakan
untuk memproduksi plastik. Produksi alkene oxide dari mikroorganisme melibatkan aksi tiga
enzim yaitu piranose-2-oksidase dari fungi Oudmansiela mucida, enzim haloperoksidase dari
fungi Caldariomyces sp dan enzim epoxidase dari Falvobacterium sp.
Pada produksi enzim yang stabil terhadap panas, DNA polimerasi sangat penting dalam proses
amplifikasi DNA. Reaksi polimerasi (polymerase chain reaction, PCR) sangat penting bagi
diagnosis kesehatan, forensik dan penelitian biologi molecular. Kultur Thermos aquaticus dan
mikroorganisme termofilik lainnya digunakan untuk memproduksi DNA polimerase. Strain
Escherichia coli yang direkayasa secara genetis mengandung gen untuk taq DNA polymerase
dari thermus aquaticus , digunakan untuk membuat DNA polimerase rekombinan yang stabil
terhadap panas yang disebut amplitaq (Pratiwi, 2008).
Sumber lain juga mengatakan bahwa Aplikasi Enzim dalam Industri makanan dan Minuman
sebagai berikut penjelasannya:
Dalam bidang bioteknologi enzim merupakan salah satu produk yang banyak digunakan atau
diaplikasikan untuk keperluan industri seperti industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik
dan lain sebagainya. Dalam industri makanan atau minuman enzim banyak digunakan untuk
menghasilkan atau meningkatkan kualitas dan keanekaragaman produk. Beberapa contoh produk
yang memanfaatkan enzim seperti keju, yoghurt, dan lain sebagainya (Philips, 2009). Beberapa
contoh jenis enzim yang umum dan banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman
antara lain :

a. Rennet
Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju (cheese) yang terbuat dari
bahan dasar susu. Susu adalah cairan yeng tersusun atas protein yang terutama kasein yang dapat
mempertahankan bentuk cairnya. Rennet merupakan kelompok enzim protease yang
ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk menghidrolisis
kasein terutama kappa kasein yan berfungsi mempertahankan susu dari pembekuan. Enzim yang
paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin dapat diisolasi dari beberapa
jenis binatang, mikroba atau sayuran, akan chymosin yang berasal dari mikroorganisme lokal
atau asli yang belum mendapat rekayasa gebetik kadang aplikasinya dalam pembuatan keju atau
cheddar menjadi kurang efektif.
b. Laktase
Lactase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula
penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi enzim laktase yang cukup
dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactose intolerant yang mengakibatkan rasa
tidak nyaman diperut seperti kram, banyak buang gas, atau diare) dalam saluraqn cerna selama
proses pencernaan produk-produk susu. Secara komersial laktase digunakan untuk menyiapkan
produk-produk bebas laktosa seperti susu. Ini juga dapat digunakan untuk membuat es krim
untuk membuat cream dan rasa produk yang lebih manis. Laktase biasanya diisolasi dari yeast
(Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus sp.).
c. Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers) atau sumber microbial.
Dan digunakan untuk mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan molekul oksigen. Enzim ini
digunakan secara terbatas pada proses produksi keju.
d. Lipases
Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan flavour keju
yang khas. Flavour dihasilkan oleh karena adanya asam lemak bebas yang diproduksi ketika
lemak susu dihidrolisis. Selain pada industri engolahan susu juga pada industri lainnya.
e. Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawasenyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino). Contoh
protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin danpapain sebagai bahan pengempuk daging.
f. Amilase
Amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati) menjadi gula-gula
sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam proses pembuatan
biskuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W. 2004. Pemanfaatan Bacillus licheniformis sebagai Bakteri Penghasil Enzim
Protease dengan Medium Tepung Biji Amaranth. PS MIPA Unsoed. Purwokerto.
Dwidjoseputro, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Phillip, T. 2009. Enzymes Used in the Dairy Industry. www.About.com
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga. Jakarta.
About these ads
Loading...
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/%E2%80%9Cisolasi-mikroorganisme-dalam-prosespembuatan-enzim-sebagai-hasil-produk-di-bidang-industri%E2%80%9D/
u, 11 Maret 2012
isolasi mikrobiologi
BAB I
PENDAHULUAN
Mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan ditemukan dalam populasi
campuran, sangat jarang sekali yang ditemukan sebagai satu spesies tunggal.
Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan
populasi campuran pada permulaanya, atau biakan campuran, menjadi spesiesspesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu
populasi sel yang berasal dari satu sel induk. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
pemeliharaan kemurnian isolat selama penyimpanan, agar produk atau metabolisme
suatu mikroba.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya
sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya. Bahanbahan tersebut disebut nutrien.
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi).
Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi,
sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan
nitrogen.

Selain

itu,

secara

umum

nutrient

dalam

media pembenihan

harus

mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik organisme baru.

Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan
dalam penelitian-penelitian
untuk dilakukannya

isolasi

mikrobiologi.
bakteri

dari

Media
suatu

agar

sampel,

ini

memungkinkan

karakterisasi

morfologi,

sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk
koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan
cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator.
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara mikroorganisme di imbangi
oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam
media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan
nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik
yang memungkinkan pertumbuhan optimum.
Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam
lingkungannya. Untuk keberhasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu
kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Perkembangbiakkan bakteri
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
a.

Suhu

b.

Cahaya

c.

Pengeringan (kelembaban)

d.

Keasaman (pH)

e.

Pengaruh O2 dari udara

f.

Mikroorganisme disekitarnya
Di alam bebas tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies lainnya.
Di laboratorium, supaya kita hanya mendapat satu spesies saja dalam suatu biakan
campuran menjadi biakan murni memerlukan teknik-teknik untuk mengisolasi.
Populasi campuran menjadi satu populasi sel. Biakan murni adalah biakan yang hanya
terdiri dari satu populasi jenis mikroba yang semuanya berasal dari satu selinduk.
Isolasi bakteri artinya memisahkan satu jenis bakteri dari biakan campuran menjadi
biakan murni. Untuk mengisolasi suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu:

1.
2.
3.

Cara cawan gores


Cara cawan sebar
Cara cawan tuang
Tujuan Praktikum:

b.
c.

a. Untuk mendapatkan biakan murni


Untuk mengetahui jumlah mikroba yang tumbuh dalam medium
Untuk mengetahui kualitas mikroba dari medium tersebut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Isolasi Mikroorganisme
Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini sangatlah besar dan
cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka
terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat
menebarkan beribu- ribu mikroorganisme. Satu gram tinja dapat mengandung jutaan
bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air, maupun udara juga dihuni oleh
kumpulan mikroorganisme. Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam
berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang
rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies
yang berbeda-beda yang dikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni ini terdiri
dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk.
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang
berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa
bakteri, khamir, kapang dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di lingkungan
ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap
penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini
kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk
menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten
terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk
bioremediasi holokarbon.
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal
dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita
harus mengusahakan agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk pengerjaan
medium dan pengerjaan inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari

terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga
biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar-benar biakan murni.
Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri
yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri
patogen kedapatan bersama-sama dengan bakteri saprob. Untuk memisahkan suatu
koloni dari biakan campuran dilakukan beberapa cara yaitu:
1.

Pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara
Streptococcus lactis dalam piraan murni yang diisolasi dari sampel susu yang sudah
masam.
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian
di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang
ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan
besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium
tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja.
Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin,
Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka
kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.

2.

Penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil
sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di
sebar di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan
demikian dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental
maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing
dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan
diperoleh

piaraan

murni

yang

lebih

terjamin.

Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam
medium diantaranya adalah :
a.

Metode cawan gores


Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang
biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua

macam

kesalahan

yang

umum

sekali

dilakukan

adalah

tidak

memanfaatkan

permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran


mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.
b. Metode cawan tuang
Cara lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi

campuran

mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang


telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi selsel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di
antara cawan cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas
permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun
tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena
semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Teknik tersebut disebut dengan Isolasi Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi
mikroba, yaitu:
1.

Isolasi pada agar cawan


Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya.
Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi
berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar
cawan, yaitu: metode gores kuadran, dan metode agar cawan tuang.
Metode gores kuadran, bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan
terisolasinya
Metode

agar

mikroorganisme,
tuang.

Berbeda

dimana

setiap

koloni

berasal

dengan

metode

gores

kuadran,

dari

satusel.

cawan

tuang

menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50 0C), yang kemudian
dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir
2.

mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan atau di dalam cawan.


Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh
pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair.

Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran.
3.

Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran
besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian
sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun
micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

B.

Perhitungan Angka Kuman


Menentukan banyaknya

mikroba

dalam

suatu

bahan

dilakukan

untuk

mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan
mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikribiologi dari bahan
tersebut.
Jumlah mikroba dapat dihitung dengan beberapa cara, namun secara garis
besar dibedakan menjadi:
1.

Cara langsung
Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang

masih hidup maupun yang sudah mati. Caranya:


a.
b.

Pembuatan preparat sederhana yang diwarnai


Menggunakan ruang hitung
2.

Cara tidak langsung

Hasil perhitungan akan menunjukkan jumlah mikroba yang masih hidup saja.
Caranya:
a.

Menghitung total jumlah mikroba

b.

Cara pengenceran

c.

Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada

d.

Cara kekeruhan

Cara ini dapat digunakan untuk bahan padat maupun cair. Khusus untuk bahan padat
maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan atau dibuat
suspensi, dengan memperhitungkan faktor pengencerannya.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah:

Satu koloni dihitung 1 koloni


Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni

Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni


Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni
Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung
Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni
Standar perhitungan
Faktor pengenceran = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
Jumlah koloni = jumlah koloni x 1/faktor pengenceran.

a. Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni
b.

Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan koma dan
angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.

c.

Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka hanya
koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang
dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus
dicantumkan dengan tanda kurung.

d. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka hanya koloni
pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300
koloni

dikalikan

dengan

faktor

pengenceran

tetapi

jumah

sebenarnya

harus

dicantumkan dengan tanda kurung.


e. Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus dibuat
perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang dilaporkan adalah rata-rata
pengenceran tetapi jika perbandingannya > 2 maka yang dilaporkan adalah
pengenceran terendah.
f.

Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang diambil
harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan duplo tidak
memenuhi syarat 30-300 koloni.

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
ALAT:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Cawan petri steril


Tabung reaksi
Pipet volume
Vortex
Cotton bud steril
Timbangan
Kapas
Mikro pipet
Jarum tanam tajam
Jarum ose
Bulb
Bunsen
Inkubator
BAHAN:

1.

Medium NA sintetis

2.
3.
4.
5.

Tanah
Aquadest steril
Medium agar tegak
Medium PDA

PROSEDUR KERJA:
A. Isolasi mikroorganisme dari lingkungan (tangan)

Siapkan medium PDA dalam petri yang sudah steril


Ambil cotton bud steril lalu celupkan ke dalam aquadest steril
Gosokkan pada sumber lingkungan (tangan)
Goreskan pada medium PDA petri
Inkubasi 1 x 24 jam
Amati mikroorganisme yang tumbuh pada medium PDA petri
Hitung mikroorganisme menggunakan colloni counter
Pindahkan mikroorganisme itu ke dalam medium NA sintetis jika mikroorganisme itu
bakteri dan medium PDA jika mikroorganisme yang tumbuh itu jamur di dalam transfer

box / laminar air flow


Inkubasi kembali selama 1 x 24 jam
Amati pertumbuhan mikroorganisme dalam medium
Setelah selesai lakukan dekstruksi untuk memusnahkan mikroorganisme tersebut

B.

Isolasi mikroorganisme dari sampel tanah

1.
2.

Timbang tanah seberat 1 gram


Tanah seberat 1 gram dimasukkan ke dalam aquadest steril 9 ml (tabung
pengenceran 10-1) secara aseptis dan divortex, lalu ambil 1 ml larutan dari
pengenceran 10-1 masukkan dalam aqudest steril (pengenceran 10 -2) dan selanjutnya

dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-7


3. Dari masing-masing tiga pengenceran terakhir (10 -5, 10-6, 10-7) diambil 0,1 ml untuk
ditanam secara spread plate pada medium cawan petri
4. Inkubasi selama 1 x 24 jam
5. Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut
6.
Hitung jumlah mikroorganisme pada masing-masing

petri

tersebut

dengan

7.
8.

menggunakan colloni counter


Pilih cawan yang banyak ditumbuhi mikroorganisme
Lalu pindahkan mikroorganisme tersebut ke dalam medium NA sintetis jika bakteri

9.

dan ke dalam medium PDA jika jamur


Inkubasi kembali selama 1 x 24 jam

10. Amati pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh


11. Setelah selesai lakukan dekstruksi.

Gambar isolasi mikroorganisme dari tanah

C. Morfologi koloni bakteri


Pilih cawan yang paling banyak mengandung koloni
Amati bentuk koloni, ukuran koloni dll
Konsistensi emulsi ( tusuk jarum ose ke dalam koloni dan amati saat jarum terangkat
dari medium)
Emulsifability
Koloni di suspensikan ke dalam air steril
Cara lain: amati koloni dengan jarum
aquadest steril

sebarkan di petri

amati

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

jarum inkubasi +

1. Hasil
A. Isolasi mikroorganisme dari udara dan lingkungan
No
1

Sumber
Lingkungan udara

Bakteri

Jamur
-

Keterangan
9 koloni

Nafas manusia

Tidak

Lingkungan

terdapat koloni

Rambut

Kulit

dilakukan
Tidak

dilakukan
1 koloni

Tangan

Tidak

Kaki

Meja

dilakukan
Tidak

dilakukan
Tidak

Tas

Tidak

dilakukan

B.

Isolasi bakteri dari sampel tanah


Sumber isolat
Cawan 10-5

Intensitas
pertumbuhan
2 x 24 jam

-6

2 x 24 jam

Cawan 10-7

2 x 24 jam

Cawan 10

Jenis
mikroorganisme
Bakteri
-

Keterangan
Tidak terdapat
koloni
3 koloni
Tidak terdapat
koloni

C.

Morfologi koloni bakteri


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pengamatan
Bentuk koloni
Ukuran koloni
Pigmentasi koloni
Elevasi koloni
Tepi koloni
Permukaan koloni
Konsistensi koloni
Emulsifibilitas koloni
Bau koloni

Bakteri 1
Bulat
Putih
Raised
Entire
Kasar
Mucoid
Suspensibilitas
Asam

Bakteri 2
-

D. Angka perhitungan kuman


10-5
-

10-6
3

10-7
-

SPC (Standar Plat Count)


< 3,0 x 10-7 . (3 x 10-6) CFUs

Perhitungan:
= < 30 x 1/10-6 . (3 x 1/10-6)
= < 3,0 x 10-1 x 106 . (3 x 106)
= < 3,0 x 107 . (3 x 106) CFUs

2.

Pembahasan
Isolasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan suatu koloni dari
biakan campuran. Yang memiliki tujuan untuk mendapatkan biakan murni. Biakan
murni merupakan biakan yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal.
Pada praktikum isolasi mikroorganisme dari udara dan lingkungan digunakan medium
NA (Nutrient Agar) dengan mengisolasi mikroorganisme yang berasal dari lingkungan
udara, nafas manusia dan lingkungan (tangan) dan isolasi dari tanah.
Isolasi mikroorganisme dari lingkungan udara dilakukan dengan cara membuka
tutup cawan petri yang sudah terisi medium PDA yang steril selama 5 menit. Lalu di
inkubasi selama 24 jam dan mendapatkan hasil pertumbuhan mikroorganisme
sebanyak 9 koloni. Isolasi mikroorganisme dari nafas manusia dilakukan dengan
menghembuskan nafas ke dalam petri yang sudah berisi medium steril. Kemudian di
inkubasi selama 24 jam tetapi pada praktikum isolasi dari nafas manusia tidak ada
satupun bakteri yang tumbuh. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat
menghembuskan nafas ke dalam cawan yang sudah berisi medium steril tidak

dilakukan dengan benar, seharusnya nafas yang di hembuskan berasal dari mulut
bukan dari hidung atau mungkin saja medium yang digunakan tidak steril yang
menyebabkan mikroorganisme tidak bisa tumbuh disana. Isolasi mikroorganisme dari
lingkungan (tangan) dilakukan dengan cara menggunakan cotton bud yang steril,
setelah itu di goreskan pada medium steril dengan cara sinambung. Setelah itu di
inkubasi selama 24 jam, namun tidak ditemukan mikroorganisme yang tumbuh. Lalu
dilakukan inkubasi kembali dan akhirnya ditemukan 1 koloni mikroorganisme yang
tumbuh. Dengan bentuk koloni bulat daan berwarna putih. Hal ini disebabkan cotton
bud yang digunakan untuk menggoreskan tangan dalam keadaan kering, seharusnya
cotton

bud

yang

akan

digunaakan

untuk

menggoreskan

tangan

sebelumnya

dicelupkan ke dalam aquadest yang steril sehingga bakteri dapat dengan mudah
menempel pada cotton bud.
Isolasi mikroorganisme dari tanah dilakukan dengan cara pengenceran bertingkat
sampai ke pengenceran ke tujuh. Pengenceran bertingkat digunakan dengan tujuan
untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroorganisme yang tersuspensi dalam
cairan. Lalu di inkubasi selama 2 x 24 jam supaya cawan ditumbuhi oleh koloni,
seharusnya hanya 1 x 24 jam tetapi pada saat itu bakteri yang tumbuh hanya sedikit
atau hampir tidak ada. Kemudian cawan dari hasil ketiga pengenceran terakhir
tersebut (105, 106 dan 107) dihitung bakteri yang tumbuh. Pada pengenceran 10 5 tidak
ditumbuhi bakteri sama sekali, pengenceran 10 6 ditemukan 3 koloni bakteri, dan pada
pengenceran 107 juga tidak ditemukan bakteri sama sekali. Hal ini disebabkan karena
spatel drugel sky yang digunakan setelah dilewatkan di nyala api langsung digunakan
ke dalam medium yang berisi mikroorganisme yang mengakibatkan mikroorganisme
yang menempel tersebut mati.
Pada inokum yang dibuat sering terjadi kontaminasi hal ini disebabkan oleh banyak
faktor antara lain pada saat mentransfer tidak dilakukan secara aseptis sehingga
timbul mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dan seharusnya pada saat membuka
tutup cawan petri selama penggoresan dibuka sedikit saja dan tutup cawan tersebut
harus tetap berada diatas cawan. Sehingga medium steril dalam cawan petri
terlindung dari bakteri yang berasal dari udara.
Dua kesalahan yang paling umum dilakukan oleh para mahasiswa yang baru
mempelajari mikrobiologi adalah tidak memanfaatkan medium dengan baik untuk
digoreskan sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi cenderung kurang baik
dan cenderung menggunakan inokum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan
sel-sel yang digoreskan

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan:
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah:
Isolasi mikroorganisme bertujuan untuk memisahkan suatu koloni dari biakan
campuran untuk menghasilkan biakan murni
Isolasi mikroorganisme dari lingkungan memiliki ciri-ciri:
Bentuk koloni: bulat
Pigmentasi koloni: putih
Elevasi koloni: raised
Tepi koloni: entire
Permukaan koloni: kasar
Konsistensi koloni: mucoid
Emulsifibilitas koloni: suspensibilitas
Bau koloni: asam
Pengenceran bertingkat dilakukan bertujuan untuk
mikroorganisme

yang

tersuspensi

dalam

cairan,

meminimalkan

sehingga

diharapkan

jumlah
pada

pengenceran 105 dan 106 didapatkan jumlah mikroorganisme yang memenuhi syarat
yaitu antara 30 300 koloni.
Perbitungan angka kuman bertujuan untuk mengetahui sejauh mana medium tercemar
oleh mikroorganisme.
Kandungan mikroorganisme pada suatu medium menunjukan kualitas suatu medium
Dengan dilakukan praktikum isolasi mikroorganisme maka dapat dibedakan antara
-

bakteri, khamir dan kapang yang memiliki ciri antara lain:


Bakteri: berbentuk bulat, putih transparan jika diamati dibawah cahaya
Kapang: memiliki hifa yang bisa dilihat dengan mata telanjang yang berwarnaputih

kadang-kadang hijau
Khamir: tidak memiliki hifa dan berwarna-warni.
Hasil SPC (Standart Plate Count) : <3,0 x107. (3 x 106) CFUs
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, Ratna Siri. 1983. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia

http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-isolasi-mikroorganisme pada
tanggal: 17/11/11 pukul: 14:52
http://www.scribd.com/doc/51954639/isolasi-mikroorganisme pada tanggal:
17/11/11 pukul: 14:55
http://wie-wiinie.blogspot.com/2011/04/laporan-mikrobiologi-perhitunganangka.html pada tanggal: 17/11/11 pukul: 14:24
http://www.scribd.com/doc/53727784/TEKNIK-ISOLASI-BAKTERI pada
tanggal:17/11/11 pukul: 11:39
Pelczar, Michael J. 1986, Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
http://isma-farmasi.blogspot.com/2012/03/isolasi-mikrobiologi.html
laporan mikrobiologi teknik isolasi mikroba
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi
campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal.
Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah
dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka
langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari
organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan
menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air,maupun udara.
Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewatimakanan yang kita
konsumsi dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan
umumnya tercemar oleh berbagai mikroorganisme. Bahan panganselain merupakan
sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan
mikroorganisme. Pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme dalam makanan
sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air
maupun udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan
mikroorganisme tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba

terdapat dalam tubu manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah
kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur
murni atau biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang
digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk
penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun serologis, memerlukan
suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Adapun yang melatar belakangi sehingga peraktikum ini dilaksanakan adalah
untuk mengetahui dan menguasai teknik isolasi mikroba dari wadah yang satu ke
wadah yang lain sehingga hanya biakan murni yang dapat tumbuh.

B.

Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan Teknik Isolasi Mikroba adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami teknik pengisolasian mikroba.


2. Untuk mengetahui teknik pemindahan biakan mikroba dari wadah satu ke wadah yang
lain sehingga tidak bercampur dengan bakteri lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode
cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran
dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap
koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural
morfologi,

fisiologi

dan

serologi

dibutuhkan

mikroba

yang

berasal

dari

satu

spesies (Dwidjoseputro, 2005).


Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh
biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.
Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan ( 50 oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba
di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan
tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar.

Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan
yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan
waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang
lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang
dilaksanakan

dengan

baik

kebanyakan

akan

menyebabkan

terisolasinya

mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali
dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak
memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga
pengenceran

mikroorganisme

menjadi

kurang

lanjut

dan

cenderung

untuk

menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang


digoreskan (Ratna, 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1.

Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar,
serum

kumparan.

Permukaan

koloni

dapat

datar,

timbul

mendatar,

timbul

melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni
ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada
yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
2.

Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni
dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.

3.

Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin.
Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni
yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak
mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika
bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah,
serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan
estelah inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk,
ukuran, sifat, dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifatsifat mikroba tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini
sangat penting untuk diperhatikan (Ratna,1990).

Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar
terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya
koloni maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).

BAB III
METODOLOGI
A.

Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

B.
1.

Hari/Tanggal

: Rabu, 04 April 2012

Waktu

: 13.15 Selesai WITA

Tempat

: Laboratorium Mikrobiologi Dasar FMIPA UNTAD

Alat dan Bahan


Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hot plate
Jarum ose
Cawan Petri
Bunsen
Inkubator
Hand sprayer
Kertas
Erlenmeyar

2.

Bahan
Adapun bahan-bahan yang dipakai adalah sebagai berikut :

1.

Alkohol (ethanol)

2.

Sampel bakteri

3.

Medium NA

4.

Medium PDA

C. Prosedur Kerja
a. Membuat PCA (Plating Count Agar)
1. Mensterilkan tangan dengan menyemprotkan alcohol 70 % secara menyeluruh pada
2.
3.
4.

telapak sampai permukaan lengan.


Mensterilkan cawan petri dengan melidah-apikan cawan petri secara merata.
Mensterilkan mulut Erlenmeyer dengan cara melidah-apikan pada api Bunsen.
Memasukkan medium dengan cara membuka penutup cawan petri dengan sudut 30 o

5.
6.
b.
1.

dan mendekatkannya pada api Bunsen.


Menutup kembali cawan petri lalu member label pada bagian bawahnya.
Menunggu sampai medium yang telah dibuat memadat.
Isolasi Bakteri (Teknik Goresan Langsung)
Mensterilkan jarum ose dengan membakar sampai pijar pada api bunsen lalu

2.
3.

mencelupkan ke dalam larutan alkohol 70 %


Melidah-apikan kembali jarum ose pada api Bunsen.
Menyentuhkan jarum ose ke atas bakteri, lalu menggoreskan secara langsung ke
agar cawan. Model goresan langsung seperti gambar :

4.

Membungkus agar cawan tersebut dengan menggunakan kertas secara terbalik dan
setelah itu menyimpan ke inkubator dengan suhu 37 oC selama 48 jam.

B.

Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang cara-cara atau teknik yang biasa digunakan

dalam mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Teknik isolasi mikroorganisme


adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya.
Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh
biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya atau yang
disebut biakan murni. Di kehidupan normalnya atau di habitat alamiahnya mikroba
sulit ditemukan dalam bentuk koloni sendiri. Mikroba ini pasti ditemukan dalam bentuk
koloni yang hidup bersama-sama dengan koloni mikroba yang lainnya. Oleh karena itu,
pengisolasian ini dilakukan.
Percobaan ini diawali dengan tahap pengenceran. Dalam hal ini, medium agar
yang digunakan diencerkan terlebih dahulu selama 15 menit pada Hot Plate dengan
suhu 300C. Hal ini bertujuan agar medium yang digunakan dapat mencair setelah
disimpan

selama

beberapa

hari

di

refrigerator.

Setelah

diencerkan

dengan

menggunakan Hot Plate, medium ini didinginkan sekitar 5 menit namun tidak jangan

sampai dingin sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari medium agar tidak kembali
mengeras. Setelah agak dingin, medium ini pun siap untuk digunakan.
Pengisolasian ini dilanjutkan dengan pembuatan medium tempat mikroba ini
nantinya akan tumbuh atau dengan kata lain membuat habitus sintetisnya. Medium ini
terlebih

dahulu

disterilkan

dengan

cara

melidah-apikan

mulut

botol

tempat

penyimpanan medium agar tersebut. Begitupun dengan cawan petri itu sendiri.
Sebelum semua prosedur kerja dilakukan terlebih dahulu tangan harus disterilkan
menggunakan alcohol 70% yang disemprotkan ke seluruh permukaan tangan.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan jarum ose sebagai media untuk
memindahkan mikroba tersebut dari habitus alaminya. Jarum ose tersebut terlebih
dahulu harus disterilkan dengan cara membakarnya pada bunsen sampai jarumnya
pijar. Lalu jarum ose tersebut didiamkan selama 2 menit, tujuan hal ini yaitu untuk
mendinginkan jarum ose-nya yang habis dipijarkan tadi agar ketika jarum ose itu
digoreskan ke dalam cawan petri yang berisi objek mikroba yang akan diisolasi, tidak
segera mematikan mikrobanya.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara
goresan. Teknik goresannya dilakukan dalam cawan petri. Dengan menggunakan
jarum ose yang sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol
untuk sterilisasi jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas
medium dalam cawan petri secara zig-zag,
Pada percobaan ini mikroba yang digunakan hanya satu jenis yaitu bakteri dan
menggunakan dua medium yakni medium NA dan medium PDA.
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta
kultur bakteri. Sedangkan medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan fungi jenis
kapang. Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi
biakan mikroorganisme pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan bahwa
teknik inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama kemedium
baru dengan tingkat ketelitian sangat tinggi dan dituntut untuk bekerja secara aseptic
yaitu bebas dari pengaruh kontaminan mikroorganisme yang lain. Teknik aseptic
dilakukan dengan penyediaan alat-alat kerja yang steril dan bekerja didekat api
Bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.pada waktu inokulasi jarum yang
digunakan untuk meindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api segera sebelum dan
sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan semua bentuk
kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindahan, setelah di

inokulasi biakan bakteri disimpan dan diinkubasi dalam lingkungan yang sesuai untuk
petumbuhan.
Setelah diinkubasi selama 48 jam diperoleh hasil pertumbuhan mikroba hanya
pada medium NA, sedangkan pada medium PDA tidak mengalami pertumbuhan sama
sekali. Hal ini dikarenakan mikroba yang diisolasi adalah jenis bakteri, dan bakteri
hanya dapat tumbuh pada medium NA. Jadi yang akan dibahas pada kali ini adalah
bagaimana pertumbuhan mikroba pada medium NA. Pada cawan petri pertama,
jumlah koloni yang tumbuh adalah sebanyak 8 koloni dan memiliki morfologi seperti
warna putih susu, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan
timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri kedua, jumlah koloni yang ditemukan
adalah sebanyak 4 koloni dan berwarna kream, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan
dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri ketiga dan
keempat, masing-masing ditemukan mikroba dengan jumlah 5 koloni dan 1 koloni, dan
untuk morfologinya sama dengan pada cawan petri kedua. Untuk cawan petri terakhir
ditemukan mikroba sebanyak 6 koloni, dan memiliki morfologi seperti warna kream,
tepi tak beaturan, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul dan tekstur
kusam.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas maka dapat dikatakan percobaan
tersebut belum berhasil. Menurut Ratna (1990), bila menggunakan teknik menggores
yang baik maka pada suatu area tertentu pada permukaan medium yang digores, selsel bakteri akan terpisahkan satu dari lainnya. Sel-sel tunggal yang terpisahkan seperti
ini disebut sel induk. Bagi kebanyakan bakteri, setelah masa inkubasi selama 24 jam,
satu koloni murni dapat terdiri dari 50-72 generasi sel yang timbul dari satu sel induk
tunggal. Dengan perkataan lain, satu koloni murni terdiri dari bermilyar-milyar sel
anak. Karena itu, hendaklah dipahami bahwa pertumbuhan bakteri sesungguhnya
merupakan pertambahan jumlah sel dan bukan ukuran sel.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari percobaan Teknik Isolasi Mikroba adalah
1.

sebagai berikut:
Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk

menumbuhkan mikroba

diluar dari lingkungan alamiahnya, untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni
yaitu mikroba yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya.
2.

Teknik yang digunakan untuk teknik isolasi mikroba adalah teknik goresan, yaitu
metode goresan radian, langsung dan kuadran.

3.

Medium yang digunakan untuk biakkan murni adalah medium NA untuk biakkan
bakteri dan medium PDA untuk biakkan kapang.

B.

Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi pada
saat praktikum dilaksanakan. Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang bisa
mempengaruhi hasil yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen pikiran
rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.
Djida, N., 2000, Metode Instrumental dalam Mikrobiologi Umum, UNHAS
Press : Makassar.
Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.
Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia : Jakarta.
Nur Indriyani, Asnani, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unhalu : Kendari.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, J
http://disachem.blogspot.com/2012/04/laporan-mikrobiologi-teknik-isolasi.html
Tugas isolasi &inokulasi

BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis dapat mengidentifikasi
beberapa masalah, diantaranya:
1.Apakah isolasi dan inokulasi ?
2.Apasaja peralatan yang digunakan untuk isolasi dan inokulasi ?
3.Berbagai macam teknik preparasi pengambilan sampel mikroba !
4.Apa ciri-ciri dari bakteri gram positif ?
5. Apa ciri-ciri dari bakteri gram negatif ?
6.Bagaimanakah teknik pengecatan bakteri ?

C.TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,tujuan dari penulisan adalah untuk :
1. Mengetahui apa itu isolasi pada mikroba dan mengetahui apa itu inokulasi pada
mikroba

2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui

peralatan untuk isolasi dan inokulasi


macam teknik preparasi pengambilan sampel mikroba
ciri-ciri bakteri gram positif
ciri-ciri bakteri gram negatif
teknik pengecatan bakteri

D.MANFAAT DAN KEGUNAAN


Kegunaan dan manfaat dari penulisan ,adalah untuk membantu :
1. Memberikan penjelasan dan perbedaan antara isolasi dan inokulasi
2. Memberikan penjelasan tentang teknik preparasi sampel
3. Membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
4. Memberikan penjelasan untuk teknik pengecatan bakteri

BAB II
KAJIAN ISI

1.Isolasi

Dan Inokulasi

A.Isolasi
adalah mengambil mikroorganisme
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.

yang

terdapat

di

alam

dan

1. Isolasi pada medium cair


Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada medium padat, tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini

juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin


tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
2. Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme
berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair.
Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali.
Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat
halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
3.Isolasi Dengan Cara Pengenceran
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan
dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam
preparsi bergantung kepada bentuk sampel :
a.Swab (ulas)
Dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki permukaan
luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut.
Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton
bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan
permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke
dalam larutan atraktan semisal pepton water.
b. Rinse (bilas)
Ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan
substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse
merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan
perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g
kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass.
c. Maseration (pengancuran),
Sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle
sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian
dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll.
Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v).
Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi

4. Teknik Pengenceran Bertingkat


Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan
perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya,

sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel


pengenceran sebelumnya.

mikroorganisma dari

B. Inokulasi
Penanaman atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang
sangat tinggi.
1.Teknik Inokulasi
Teknik inokulasi ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan
murni mikroorganisme yaitu :
1 Metode gores
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum
digoreskan di permukaan media agar nutrient(medium padat) dalam cawaan petri
dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat selsel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.
2 Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan
petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu
disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat
menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang
merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisahpisah.
3 Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan
pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat
hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
4 Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung
jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media

2.Pelaralatan Untuk Isolasi Dan Inokulasi


Botol kaca, botol plastik, pinset, spatula, pipet, sendok, pisau, gunting,medium
untuk penumbuhan .

3.Macam-Macam Teknik Preparasi Pengambilan Sampel


Teknik preparasi sampel adalah bagian dari proses analisis yang sangat penting.
Karena teknik preparasi sampel adalah proses yang harus dilakukan untuk
menyiapkan sampel sehingga siap untuk dianalisis menggunakan instrumentasi yang
sesuai.

A.Prinsip pengambilan sampel secara umum adalah:


Prinsip pengambilan sampel secara umum adalah sebagai berikut:
1. Suatu bagian tertentu (dapat digambarkan sebagai batch) yang mengandung jenis
dan jumlah bakteri tertentu.
2. Dari batch tersebut diambil sebagian kecil volumenya untuk diinterpretasikan
sesuai dengan kebutuhan.
3. Sebagian kecil yang diambil ini (sampel) harus sedapat mungkin menggambarkan
dari batch (populasi) tersebut baik dari segi jumlah ataupun jenis bakteri yang ada.
4. Pengambilan sampel harus memenuhi syarat secara statistik bila ditinjau dari
volume yang diambil dan perulangan yang dilakukan.
5. Pada saat pengambilan sampel diharuskan supaya bakteri yang masuk ke dalam
wadah penampung sampel benar-benar berasal dari sumbernya, bukan berasal dari
lingkungan sekitar.
6. Sampel yang mengandung bakteri tersebut dijaga supaya tetap menggambarkan
kondisi yang ada sebelum memasuki tahap analisa.

B.Teknik preparasi pengambilan sampel berdasar jenis sampel :


1. sampel padat
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan pinset,spatula atau alat lain lalu
dimasuikkan ke dalam wadah steril. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan sampel padat adalah:
1.aliran udara di sekitar sampel.
2.stratifikasi dan distribusi karakteristik mikroorganisme pada sampel.
3.kedalaman atau letak sampel.

a.preparasi sampel berbahan padat dengan dihancurkan


Preparasi sampel ini dengan cara ditumbuk, diblender atau cukup dilarutkan air
saja. Sampel diharuskan hancur menjadi partikel kecil supaya dapat dilarutkan air
sehingga diperoleh mikroorganisme yang beraada baik di dalam atau di permukaan
sampel.
1.Preparasi sampel dengan dilarutkan
Untuk sampel tanah, lumpur, tanah kompos, gula pasir, bubuk dan sampel lain yang
mudah larut cukup dicampurkan kedalam air atau buffer fosfat dengan pengenceran
1/10 nya. Pengocokan dilakukan sebanyak 25 kali dengan busur atau ketinggian 30 cm
selama 7 detik. Dengan cara ini akan memaksimalkan homogenisasi mikroorganisme
pada pelarut. Jika setelah dikocok dan dibiarkan beberapa saat sampel menjadi
terendap maka dikocok lagi beberapa kali untuk ditransfer ke pengenceran
selanjutnya. Preparasi ini sebaiknya dilakukan pada tabung berpenutup ulir sehingga
terjamin dari tumpahnya air. Jika terdapat batu kecil atau kerikil di dalamnya maka
tidak perlu dihancurkan.
2.Preparasi sampel dengan penumbukan (maseration)
Cara ini dilakukan dengan ditumbuk pada mortar dengan pastle yang menggunakan
teknik aseptis yang baik. Kelebihan teknik ini adalah praktis, tanpa penambahan
pelarut dan cocok untuk sampel dengan skala kecil tetapi memiliki resiko kontaminasi
yang tinggi mengingat besarnya permukaan yang kontak dengan udara sekitar dan
keterpaparan yang lama saat penumbukan. Selain itu seringkali dijumpai alat yang
masih terdapat sisa obat atau bahan lain yang sulit dibilas karena mortar dan pastle
juga sering dipakai untuk menghancurkan tablet antibiotik atau daun yang
mengandung antimikroba.
3.preparasi sampel padat dengan penghancuran mekanis (mechanical
blending/stomaching).
Cara ini adalah alternatif yang lebih efisien dan cocok digunakan untuk sampel yang
sulit ditumbuk (seperti kacang, buah dll.) dan dalam skala besar. Selain itu jalan ini
lebih meminimalisair kontaminan saat dilakukan penumbukan dan juga hasil
penghancurannya lebih halus. Mechanical blending dapat dilakukan dengan blender
atau mixer yang memiliki pisau putar stainless steel dengan putaran 10.000-12.000
rpm dan juga wadah berukuran 1000 ml yang tahan disterilisasi dengan autoklaf.
Sebaiknya saat dihancurkan ditambahkan larutan Butterfield Phosphate Buffered
Solution (yaitu 3 mmol/L KH2PO4, pH 7.2 ) sebagai pengenceran pertama dan dilakukan

selama 2 menit.Misalnya 25 g sampel di blending dengan menambahkan 225 ml


pelarut atau 50 g sampel dengan 450 ml pelarut.
4.preparasi sampel berbahan padat dengan dibilas (rinse technique)
Tujuan cara ini adalah untuk memperoleh mikroorganisme yang menempel pada
permukaan suatu benda dan dihindari mikroorganisme yang berada didalam sampel
atau alasan lainnya.
Contoh:
a.Preparasi sampel seperti sayur, daun, buah dll.
Sampel dimasukkan kedalam 0,1% pepton water yang mengandung 1% tergitol lalu
diaduk atau dikocok selama 15-30 menit dan didiamkan 30 menit selanjutnya
homogenkan lagi 10-15 detik. Sebaiknya berat sampel (sayur misalnya) yang
dimasukkan sebanyak 100g lalu ditambah 200ml pelarut. Pengocokan sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak kulit buah atau sayur yang
dimungkinkan memiliki kandungan senyawa antimikroba terutama pada buah yang
berasa asam. Buah atau sampel lain yang berukuran besar (seperti semangka dan
melon) sebaiknya tidak menggunakan teknik ini karena akan menghasilkan rasio
perbedaan yang mencolok antara luas permukaan dan volumenya atau beratnya
sehingga menimbulkan masalah dalam perhitungan pengenceran yang dilakukan
(w/v).
b.Preparasi sampel botol kosong atau wadah lain.
Tujuannya adalah untuk menghitung jumlah mikroba yang terdapat pada
permukaan bagian dalam botol setelah dilakukan pencucian dan sebelum dituang
beverages. Analisa botol kosong ini umumnya dipakai pada industri minuman dan
makanan. Pelarut yang dimasukkan dapat berupa quarter strength ringer solution
yang mengandung 0,05% sodium thiosulphate sebanyak 20ml untuk tiap botol.
Volume pembilas yang ditambahkan disini tridak diperhitungkan karena satuan hasil
akhir yang dipakai adalah CFU/botol. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah jika
terlalu sedikit volume pembilas maka dikhawatirkan tidak akan mencakup semua
permukaan dalam botol (misalnya 5ml untuk botol ukuran 500ml) tapi jika terlalu
besar volume yang ditambahkan maka pengocokan menjadi tidak efisien karena
memperkecil ruang udara dalam botol (misalnya 470ml untuk botol ukuran 500ml).

2.Sampel Cair
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel air untuk
mikrobiologi adalah :
1.aliran atau arus yang terjadi pada sampel, misalnya adanya pengaduk, kecepatan
aliran dll.
2.biofilm yang terbentuk pada dinding wadah penampung air atau pipa.
3.sedimen atau endapan yang terjadi
4.selalu sisakan ruang udara dalam botol (minimal 2,5cm atau +/- 1 inchi dari tutup
botol) untuk proses pengocokan.

5.umumnya volume sampel yang diambil tiap unit adalah 100ml atau 200ml .Sample
size yang dipilih tergantung tujuan analisa. Pengambilan sampel dapat menggunakan
botol bervolume 125ml.
6.kedalaman pengambilan sampel .

a.pengambilan sampel cair yang berasal dari kran atau pipa


inti dari pengambilan sampel dari kran atau pipa adalah meniadakan bakteri
yang menjadi biofilm pada mulut kran (dikhawatirkan jenisnya berbeda) dan
memasukkan bakteri umum yang terlarut pada sampel. Tahap-tahap pengambilan
sampel untuk menghasilkan tujuan diatas adalah:
1.Pilih pipa atau kran yang disuplai langsung atau paling mendekati dari tanki
utama. Sebaiknya pilih kran yang bersih, sering digunakan dan tidak bocor. Lapisan air
dari kran yang bocor sering ditumbuhi banyak biofilm. Jika kran kotor maka dapat
dibersihkan dengan Sodium Hypochlorite (100 mg NaOCl /L).
2.Semprot udara sekitar kemudian mulut kran dengan etanol 70%. Bakar mulut
kran dengan pembakar bunsen saat etanol belum menguap supaya biofilm yang
terbentuk dapat mati secara cepat. Jika dirasa hal ini terlalu beresiko maka cukup
dibakar saat kran kering. Bila kran terbuat dari plastik maka cukup disemprot etanol
saja.
3.Drain air selama 2-3 menit. Drain dengan debit menengah atau besar dengan
tujuan untuk mencuci kran dan menunggu bakteri umum yang benar-benar dari tanki
melewati kran. Perhatikan juga volume yang tersisa pada tangki saat pengambilan
sampel.
4.Saat memasukkan air ke botol sampel, debit air dikecilkan sampai air saat
memasuki botol tidak terlalu deras dan menimbulkan cipratan. Isi botol dengan air,
jangan sampai overflow dan sisakan ruang udara dengan jarak min 2,5cm dari tutup
botol.

b.pengambilan sampel air sungai, air kolam, danau, waduk, pantai, laut
Air sungai memiliki ciri khusus yaitu terdapat aliran dan tidak menggenang yang
sangat berpengaruh terhadap distribusi mikroorganisme yang ada. Aliran sungai ini
mampu menghilangkaan stratifikasi dan menghomogenkan karakteristik bakteri air
sungai. Selain itu umumnya mempunyai jumlah mikroorganisme yang besar dan
beragam karena melimpahnya nutrisi yang terlarut di dalamnya. Air kolam, waduk
atau danau memiliki air relatif tenang dan sedikitnya arus menyebabkan sedimentasi
bahan terlarut air seperti tanah dan pasir. Endapan ini tentunya memiliki karakteristik
mikroba yang cukup berbeda dengan badan air. Salah satu metode sederhana dalam

pengambilan sampel air di lingkungan seperti di atas adalah hand dip method,
prinsipnya yaitu:
1.Buka tutup botol lalu botol dimasukkan ke dalam air dengan posisi mulut botol
kebawah. Mulut botol jangan sampai di pegang oleh tangan.
2.Celupkan botol sampai kedalaman tertentu biasanya minimal 6 inchi. Udara yang
ada di dalam botol akan menekan dan mencegah air masuk. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terambilnya sampel air yang berada dekat dengan permukaan.
3.Miringkan botol sehingga air perlahan masuk. Hadapkan mulut botol melawan
arus atau buat aliran sendiri dengan mendorong botol horizontal berlawanan arah
dengan tangan sehingga air masuk ke dalam botol.
4.Angkat botol ke permukaan lalu buang sedikit air yang terambil supaya terdapat
ruang udara di dalam botol. Tutup dengan tutup botol kemudian kencangkan.
Masukkan botol ke dalam plastik bersekat sebelum disimpan dalam freezer ice pack.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel-sampel diatas


adalah :
Jika sampel diambil dengan masuk ke dalam air:
a. Jangan ambil di dekat permukaan atau dekat dengan dasar.
b. Ambil berlawanan dengan arus air.
c. Perhatikan sampah atau seresah yang mengambang, segmentasi dan kecepatan arus
sungai..
d. Ambil sampel ditengah sungai atau kolam, jika tidak memungkinkan maka sejauh
mungkin
dari tepian dengan mempertimbangkan fakor keamanan.
e. Ambil dengan kedalaman antara 8-12 inchi, jika air yang tersedia umumnya kurang
dari 4 inchi maka sebaiknya dicari sample point lain yang lebih dalam.
f.

Jika teknik ini dilakukan pada daerah tepi danau pantai sebaiknya diambil pada
kedalaman 1 meter.

g.

Berjalan melwan arus dan hati-hati dalam berjalan mengingat dapat teraduknya
sedimen.

h. Sebelum dilakukan pengambilan sampel sebaiknya diam sebentar untuk menunggu


terendapnya sedimen yang terganggu dan aliran air normal kembali.

4.Ciri-Ciri Bakteri Gram Positif

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Struktur dinding selnya tebal (15-80 nm) .


Berlapis satu/tunggal.
Lebih rentan terhadap penisilin.
Persyaratan nutrisi lebih rumit pada banyak spesies.
Lebih resisten terhaadap gangguan fisik.
Kandungan lipid rendah(1-4%).

5.Ciri-Ciri Bakteri Gram Negatif


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Struktur dinding sel tipis (10-15 nm).


Berlapis tiga.
Kurang rentan terhadap penisilin.
Persyaratan nutrisi relatif sederhana.
Kurang resisten terhadap gangguan fisik.
Kandungan lipid tinggi (11-22%).

CIRI

PERBEDAAN RELATIF
GRAM POSITIF
GRAM NEGATIF
STRUKTUR DINDING SEL
Tebal (15-80 nm)
Tipis (10-15 nm)
Kandungan lipid rendah (1- Kandungan lipid tinggi (11KOMPOSISI DINDING SEL 4%)
22%)
Komponen utama merupakan Jumlahnya
sedikit
lebih dari 50% berat kering padamerupakan sekitar 10% berat
beberapa sel....Ada asam tekoat kering
Tidak ada asam tekoat
KERENTANAN TERHADAP Lebih rentan
Kurang rentan
PENISILIN
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan
dihambat Pertumbuhan tidak begitu
DIHAMBAT
ZAT
WARNAdengan nyata
dihambat
DASAR
PERSYARATAN NUTRISI
Relatif rumit
Relatif sederhana
RESISTENSI
TERHADAP Lebih resisten
Kurang resisten
GANGGUAN FISIK
Tabel 1.1
Perbedaan relatif antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
Sumber: (Dasar-dasar mikrobiologi.universitas indonesia)

6.Teknik Pengecatan Bakteri


Banyak senyawa organik berwarna(zat pewarna)digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis.
Telah dikembangkan prosedur-prosedur pewarnaan untuk:
1.Mengamati dengan lebih baik tampang morfologi mikroorganisme secara kasar.
2.Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel-sel mikroorganisme.
3.Membantu mengidentifisai dan/atau membedakan organisme yang serupa.
Langkah-langkah utama dalam mempersiapkan spesimen mikroba yang diwarnai
untuk pemeriksaan mikroskopik ialah:
1.Penempatan olesan(lapisan tipis spesimen),pada kaca objek
2.Fiksasi olesan itu pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan, menyebabkan
mikroorganisme itu melekat pada kaca objek
3.Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna
atau reagen (pewarnaan diferensial)
A.PEWARNAAN SEDEHANA. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik
lin dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis ,yang
sudah difiksasi dinamakan pewarnaan sederhana.Metode pewarnaan sederhana ini
adalah:
a)Lapisan tadi digenangi dengan larutan pewarna selama jangka waktu tertentu
b)Larutan itu dicuci dengan air dan kaca objeknya dikeringkan dengan kertas penghisap.
Biasanya sel-sel itu terwarnai dengan merata.Akan tetapi pada beberapa
mikroorganisme ,terutama bila zat pewarna itu biru metilen ,beberapa granula
didalam sel tampak terwarnai lebih gelap dibanding bagian sel-sel lainnya.
B.PEWARNAAN DIFERENSIAL. Prosedur ewarnaan yang menampilkan perbedaan
diantara sel-sel mikroba ata bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan
diferensial. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna
(reagen) pewarnaan.
C.PEWARNAAN GRAM. Pewarnaan yang paling luas dan paling banyak digunakan
untuk bakteri adalah pewarnaan gram. Dalam proses ini olesan bakteri yang terfiksasi
dikenai larutan :ungu kristal, larutan yodium , alkohol (bahan pemucat), dan safranin
atau beberapa pewarna lain yang sesuai.
Bakteri yang diwarnai dengan metode ini dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu;
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Teknik pewarnaan gram pertama kali diuraikan dalam suatu publikasi tahun
1884 oleh seorang ahli bakteriologi denmark ,Christian Gram. Pewarnaan gram masih
merupakan salah satu prosedur yang pling banyak digunakan untuk mencirikan
banyak bakteri.

LARUTAN DAN
URUTAN
PENGUNAANYA
1.Ungu Kristal (UK)

REAKSI DAN TAMPANG BAKTERI


Gram Positif
Sel berwarna ungu

Gram Negatif
Sel berwarna ungu

2.Larutan Yodium(Y)

Kompleks UK-Y terbentuk Kompleks UK-Y terbentuk


didalam sel.
sel tetapdidalam sel .
sel tetap
berwarna ungu
berwarna ungu

3.Alkohol

Dinding sel mengalami Lipid


terekstraksi
dari
dehidrasi,pori-pori
dinding-dinding sel, pori-pori
menciut,daya
rembesmengembang,kompleks UK-Y
dinding sel dan membrankeluat dari sel , sel menjadi
menurun,UK-Y
tak
dapattak berwarna
keluar dari sel , sel tetap
ungu

4.Safranin

Sel tak terpengaruh tetap Sel


menyerap
zat
ungu
pewarna ini , dn mrnjadi
merah

Tabel 1.2
Reaksi penampang bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dalam
pewarnaan gram
Sumber: (Dasar-dasar mikrobiologi.universitas indonesia)

BAB III
KESIMPULAN
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Peralatan yang digunakan pinset, spatula, pipet, sendok,
pisau, gunting,medium untuk penumbuhan . Teknik preparasi sampel adalah proses
yang harus dilakukan untuk menyiapkan sampel sehingga siap untuk dianalisis
menggunakan instrumentasi yang sesuai.Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
mempunyai sifat dan ciri-ciri yang berbeda.Pewarnaan bakteri dilakkan untuk
membedakan jenis-jenis dari tiap bakteri.

SARAN
Untuk melakukan suatu proses analisa maka,diperlukan posedr atau tata cara
agar proses analisa yang dilakukan mendapat hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/135141535/Sumber-Laporan-Mikrobiologi-Teknik-IsolasiMikroba.

http://todingjrsalta07.blogspot.com/2012/01/teknik-pengambilan-sampel-sampelyang.html
http://biologipedia.blogspot.com/2011/01/tehnik-isolasi-mikroorganisme.html
http://praktikmikrobiologi.blogspot.com/2010/12/pengambilan-dan-preparasisampel.html
Dasar-dasar mikrobiologi.universitas indonesia.oleh michael J.Pelczar, Jr.

http://mikrobiologi-isolasidaninokulasismkn1.blogspot.com/2013/09/tugas-isolasi.html
pembuatan media

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan atau
mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya pembiakan bakteri dan jamur dimaksudkan
untuk memudahkan pemeriksaan yang akan dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika
sewaktu-waktu kita memerlukan bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri dan jamur
tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut dapat disimpan di dalam lemari es
untuk waktu yang lama tanpa ada kerusakan.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Ratusan spesies mikroba
menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air
yang merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam
mikroorganisme. Campuran mikroba tersebut dapat dipisahkan dengan tehnik isolasi. Isolasi
mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan murni
(populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk).
B.
1.
2.
3.

Tujuan
Mempelajari sifat-sifat koloni pada media agar
Memahami cara mengisolasi suatu mikroba untuk mendapatkan biakan murni
Mempelajari sifat-sifat koloni jamur yang tumbuh pada media tauge agar dan mengidentifikasikan

4.

jenis jamur yang tumbuh


Mempelajari cara mendapatkan biakan murni dari biakan campuran (memisahkan satu jenis
mikroba)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menumbuhkan mikroba dan mengembangbiakan mikroba, diperlukan suatu
substrat yang disebut dengan media. Sedangkan media itu sendiri sebelum dipergunakan harus
dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Susunan
bahan, baik bentuk bahan alami (seperti tauge, kentang, telur, daging, wortel, dan sebagainya)
ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia, organik, ataupun anorganik) yang dipergunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba dinamakan media (Anonima 2011: 9).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zatzat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar
tersebut berfungsi sebagai pemadat media (Soni, Ahmad 2010: 8).
Medium dapat diklasifikasikan berdasar atas susunan kimia, konsistensi, dan fungsinya.
Klasifikasi medium berdasarkan susunan kimianya, yakni, medium organik, yaitu medium yang
tersusun dari bahan-bahan organik, medium anorganik, yaitu medium yang tersusun dari bahanbahan anorganik, medium sintetik, yaitu medium yang sususan kimiawinya dapat diketahui dengan
pasti, dan medium non-sintetik, yaitu medium yang susunan kimiawinya dapat diketahui dengan
pasti (Anonima 2011: 9).
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sistesis sel, keperluan energi dalam metabolism, dan
pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,
nitrogen, sulfur, phospat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam
bahan dasar, medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin,
dan nukleotida (Waluyo 2007: 61).
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula digunakan
untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah

mikroba. Media agar-agar merupakan media yang sangat baik untuk memisahkan campuran
mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkan tumbuh dengan agak
berjauhan dengan sesamanya juga memungkinkan selnya membentuk atau membelah dan
berhimpun untuk membentuk satu koloni. Sekelompok sel yang dapat dilihat dengan mata biasa
semua sel dalam koloni itu sama dianggap adalah satu keturunan mikroorganisme bisa disebut
berasal dari satu sel yang sama yang disebut biakan murni (Anonimb 2011: 1).
Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum. Dengan menginokulasi
medium agar nutrien (nutrient agar) dengan metode cawan gores atau dengan metode cawan
tuang, sel-sel mikroba itu akan terpisah sendiri-sendiri. Jika dua sel pada inokulum asal terlalu
berdekatan letaknya pada medium agar, maka koloni yang terbentuk dari masing-masing sel dapat
bercampur dengan sesamanya, atau paling tidak bersentuhan, jadi massa sel dapat diamati dala
medium agar, bukanlah suatu biakan yang murni (Pelczar 2008: 86).
Medium manusia dapat berupa: medium cair, yang biasa digunakan adalah air kaldu.
Medium kental, dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong
berupa silinder untuk medium-medium yang diperkaya dan medium kering. Pekerjaan laboratorium
sekarang ini banyak dipermudah dengan telah adanya bermacam-macam medium yang tersedia
dalam bentuk serba kering. Dan yang terakhir adalah medium sintetik yang berupa ramuanramuan zat anorganik yang tertentu, yang mengandung zat karbon dan nitrogen yang diperlukan
oleh mikroba untuk melakukan metabolisme (Dwidjoseputro 1991: 40).

Media setengah padat dibuat dengan bahan yang sama dengan media padat, tetapi yang
berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat gerak kuman secara
mikroskopik. Pada media mati juga dikenal dengan adanya media sintetis. Media sintesis
merupakan media yang mempunyai kandungan dan isi bahan yang telah diketahui secara
terperinci. Media sintesis sering digunakan untuk mempelajari sifat faali dan senyawa genetika
mikroorganisme. Senyawa anorganik dan senyawa organik yang ditambahkan kedalam media
sintetis harus murni. Dengan demikian, media sistetis harganya menjadi cukup mahal (Waluyo
2007: 63).
Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium adalah kaldu cair
dan kaldu agar. Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri adalah medium yang
mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa makanan, atau
ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik, dalam

suatu medium perlu dipenuhi syarat-syarat yakni: medium harus mengandung semua nutrisi yang
mudah digunakan oleh mikrobia, medium juga harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan
muka, dan pH yang sesuai, medium tidak mengandung zat-zat yang menghambat, dan medium
harus steril tidak ada kontaminan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan (Anonima 2011: 9).
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi oleh
tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang
tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai
untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan
pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam
lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi
nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu ;
- Suhu
- Cahaya
- Pengeringan (kelembaban)
- Keasaman (pH)
- Pengaruh O2 dari udara
- Pengaruh tekanan osmotik
- Pengaruh mikroorganisme disekitarnya
- Pengaruh zat kimia (desintektan0 terhadap mikroba
(Michael J. Pelczar, Jr. 2005, dasar-dasar Mikrobiologi)
Koloni bakteri memiliki beberapa ciri berdasarkan bentuk, tepian, dan elevasinya:
a. Berdasarkan bentuk, contohnya
- Bundar
- Bundar dengan tepian kerang
- Bundar dengan tepian timbul
- Keriput
- Tak beraturan dan menyebar
b. Berdasarkan tepian, contohnya :
- Licin
- Berombak
- Berlekuk
- Tak beraturan

- Siliat
c. Berdasarkan elevasi, contohnya :
- Datar
- Timbul
- Cembung
- Seperti tetesan
- Seperti tombol
(Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan medium yaitu :
a. Besar kecilnya koloni
b. Bentuk
c. Kenaikan permukaan
d. Halus kasarnya permukaan
e. Wajah permukaan
f. Warna
g. Kepekaan
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi.
Sedangkan sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berisikan pada bentuk dan tepi koloni. (dr.
Indan Entjang, 2003. Mikrobiologi dan Parsitologi).
Jamur merupakan salah satu anggota dari fungi. Kadang pertumbuhannya pada makanan mudah
dilihat karena tampak berserabut seperti kapas. Mula-mula berwarna putih jika sudah ada
spora terbentuk warna (tergantung jenis jamurnya). Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu :
a. Aseptat atau senosit
b. Septat dengan sel-sel uninukleat
c. Septat dengan sel-sel multinukleat
(Pelczar dan Chan, 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi)
Nama jenis jamur yang sering ditemui
1. Penicillium : hijau kebiruan, susunan konidia seperti sapu
2. Aspergillus : hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya
3. Verticillium : coklat merah muda, konidia berbentuk olips
4. Irichoderma : hijau, secara makroskopis menyerupai penicillium
5. Gliocladium : hijau kehitaman, tumbuh lebih cepat dari 1 dan 2
6. Hormodendrum : permukaan hijau muda sampai kelabu, permukaan bagian bawah berwarna
kelabu sampai hitam

7. Pleopora : permukaan sawo matang sampai hijau dengan permukaan belakang coklat sampai
hitam, memperlihatkan oskospora
8. Scopulariopsisi : coklat muda, konidia berdinding kasar
9. Paecilomyces : coklat kekuningan, konidia berbentuk elips
10. Alternaria : permukaan hitam dengan tepian kelabu, permukaan belakang berwarna hitam
11. Helminthosporium : permukaan hitam dengan tepian kelabu
12. Pullularia : permukaan hitam, mengkilat, seperti kulit, berdinding tebal dengan spora menguncup
13. Oospora : permukaan berwarna kulit hifa pecah menjadi sel-sel berbentuk persegi panjang dan
berdinding tipis.
(Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Di alam bebad tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies lainnya. Di
laboratorium, supaya kita hanya mendapat satu spesies saja dalam suatu biakan campuran
menjadi biakan murni memerlukan tehnik-tehnik untuk mengisolasi. Populasi campuran menjadi
satu populasi sel. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu populasi jenis mikroba
yang semuanya berasal dari satu sel induk. Isolasi bakteri artinya memisahkan satu jenis bakteri
dari biakan campuran menjadi biakan murni. Untuk mengisolasi suatu spesies dikenal beberapa
cara, yaitu :
1. Cara cawan gores
2. cara cawan tuang
3. Cara cawan sebar
(Ani Murniati, 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Bahan

Ekstrak daging
Pepton
NaCl
Aquades
Agar
PCA
NB
PDA
EMB
SSA
NA

b. Alat
Gambar alat
Hot plate

Neraca

Batang pengaduk

Erlenmeyer

Beker glass

Autoklaf

Tabung reaksi

c. Prosedur kerja

NA

Nama alat

a.

Semua bhan dicampur dalam erlenmeyer lalu dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk,

kemudian sumbatlah erlenmeyer dengan kapas


b. Ceklah pH-nya dengan kertas pH (pH 7,0)
c. Sterilkan media dalam autoklaf selama 15menit pada suhu 121 OC
d. Tuangkan media yang masih panas (suhu > 45 OC) kedalam petridish ( 15 ml) atau tabung
reaksi ( 5 ml). Kerjakan dalam ruang yang steriluntuk mencegah kontaminasi
e. Sebaiknya pada saat menuang media : untuk membuka / menutup patridish / tabung reaksi
bertutup gunakan tangan kiri; untuk membuka/menutup erlenmeyer berisi media steril gunakan
tangan kanan. Lakukan didekat pembakaran (burner).
f. Dinginkan tabung reaksi pada posisi tegak (agar tegak) atau posisi miring (agar miring)

NB
a. Semua bahan dicampur dalam erlenmeyer lalu dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk.
Keudia sumbatlah erlenmeyer dengan kapas
b. Ceklah pH-nya dengan kertas pH (pH-nya diukur sampai pH 7,0)
c. Sterilkan media dalam autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 OC
d. Tuangkan dalam tabungtabung reaksi sebanyak 5 ml (1/2 bagian) simpan dalam inkubator.

EMB
a. Siapkan alat dan bahan
b. Timbang reagen 7,9 gr (sesuai dengan kebutuhan, berpedoman pada cara pembuatan media
yang tertera pada botol reagen
c. Ukur pH aquadest 6,80,2. Jika pH masih di bawah ketentuan ( <5)>7) maka tambahkan HCL.
d. Bahan yang telah ditimbang dilarutkan di dalam aquadest 200ml lalu di aduk. Karena tidak
semua langsung larut maka digunakan waterbath untuk melarutkannya.
e. Larutan yang telah larut kemudian disterilkan di dalam autoclave Selama 15 menit setelah
f.

mencapai 121C
Setelah 15 menit larutan dikeluarkan dari autoclave dan dituang ke dalam 10 plate yang telah

disiapkan.
g. Plate yang telah diisi media tadi disimpan sampai dingin dan padat.kemudian di simpan dalam
lemari Es

SSA
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Cara penimbangan
a) Penimbangan reagent dilakukan sesuai dengan kebutuhan/volume
yang akan dibuat berpedoman kepada cara pembuatan yang tertera pada botol reagent
b) Pada botol reagent tertera 60 gram dalam 1 liter oleh karena pada
saat itu volume yang dibuat adalah 1000 ml, maka ditimbang 30 gram sebanyak 2 kali dan
dilarutkan masing-masing ke dalam 500 ml aquadest untuk mempermudah dalam proses
pelarutan
c. Mengatur pH aquadest
a) Untuk menghindari kesalahan pembuatan media khususnya SSA,
salah satunya harus memperhatikan pH aquadest yang digunakan. pH aquadestyang di atur
pH nya sesuai dengan volume yang akan kita gunakan.
b) pH aquadest untuk media SSA yaitu 7,00,2, jika pH masih
dibawah ketentuan atau cenderung ke asam (<5),>7), maka harus ditambahkan HCL tetes
demi tetes hingga mencapai pH yang digunakan
d. Cara melarutkan SSA

a)

Bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

1000 ml, sisa bahan yang menempel pada cawan yang digunakan menimbang dibilas dengan
aquadest sebanyak 3 kali, kemudian tambahkan aquadest dengan pH yang telah di atur
sebelumnya sampai pada garis tanda 500 ml lalu di aduk
b) Karena tidak semua langsung larut maka untuk melarutkannya
digunakan waterbath. Waktu pelarutan tidak ditentukan, namun sesekali harus dicek hingga
tidak ada lagi butiran zat pada dinding tabung atau larutan.
c) SSA tidak disterilkan dalam autoclave karena ada zat zat yang
akan rusak yakni sodium sitrate dan sodium thiosulphate.
e. Menuang ke dalam plat
a) Tuang ke dalam plat (petridish) yang telah di sterilkan, caranya
buka tutup petridish seminim mungkin untuk menghindari atau meminimalisasi terjadinya
kontaminan lalu tuang larutan hingga menutupi permukaan petridish, tapi jangan terlalu tipis
maupun terlalu tebal
b) Setelah penuangan selesai biarkan media tersebut sampai dingin

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

dan padat. Setelah itu media tersebut dibungkus dan disimpan dalam lemari es.
PDA
Disiapkan alat dan bahan
Media PDA ditimbang sebanyak 3,9 gr
Ditambahkan aquadest sebanyak 100ml dan diaduk rata
Dipanaskan hingga tercampur rata
500mg antibiotik digerus halus dan dimasukkan ke dalam media
Media disterilkan di autoclave selama 1 jam
Setelah disterilisasi media dituang ke dalam petridish
Media ditunggu hingga dingin kemudian dibungkus dengan kertas
Media disimpang di dalam lemari es

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No.

Jenis Media

Cara Pembuatan

Kegunaan

1.

Ditimbang media NA sebanyak 20 gr,


kemudian
dmasukkan
dalam
Erlenmeyer yang telah berisi aquades
sebanyak 1 L lalu dipanaskan dengan Untuk membiakkan
Media Agar dalam hot plate sampai mendidih, dituangkanbekteri pada medium
cawan petri
kedalam cawan petri yang sudahdatar sehingga dapat
disterilkan selama 15 menit, ditunggudilihat dengan jelas.
sampai padat, lalu dibungkus. media
yang steril di autoklaf, yang tidak steril
inkubator.

2.

Ditimbang
media
seperlunya,
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, lalu
masukkan magnetik strirrer ditutup
dengan
alumunium,
kemudian
Untuk membiakkan
dipanaskan diatas hot plate sampai
bakteri pada medium
Media Agar Miring memdidih kemudian diangkat dan
tegak dan miring dalam
dimasukkan kedalam tabung reaksi
tabung reaksi.
sebanyak 5ml. setelah beku, dibungkus
dengan kertas dan di sterilkan ke dalam
autoklaf
lalu tabung dimiringkan.
PDA=39 gr.

3.

Pembuatan media agar tegak sama


Untuk membiakkan
dengan media agar media agar miring.
bakteri pada medium
Agar dimasukkan kedalam tabung
tegak,
inokulasinya
reaksi, lalu dibungkus dengan kertas.
digunakan dengan cara
Untuk media yang akan disterilkan
penusukkan.
dimasukkan autoklaf.

Media Cair

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini menggunakan dua medium, yaitu medium Nutrient Agar atau
NA dan Potato Dextrose Agar atau PDA. Setiap medium memiliki fungsi masing-masiing dalam
menumbuhkan mikroorganisme. Medium NA memiliki fungsi yakni untuk mengembangbiakkan
bakteri secara umum, sedangkan medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan fungi atau jamur. Kedua medium tersebut sama-sama terbentuk dari
medium agar, hanya berbeda jenis nutrisinya. Medium NA mengandung nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan medium PDA mengandung nutrisi-nutrisi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur. Menurut Pelczar (2008: 138), menyatakan bahwa
sifat-sifat media yang digunakan untuk faktor pertumbuhan yaitu harus mudah tumbuh, media
harus dibuat, pertumbuhan bakteri harus khas dan mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika
sifat ini dipenuhi, maka pertumbuhan bakteri akan bagus.
Pada proses pembuatan media, baik medium NA maupun media PDA menggunakan
magnetik stirrer untuk menghomogenkan agar dengan aquades selama pemasakan agar.
Menurut Hadiotomo (1993: 53), magnetik stirrer berfungsi sebagai alat penghomogenan atau
pemercepat pelarutan, dan juga mengaduk medium selama sedang dipanaskan agar tidak
terjadi penggumpalan pada saat dipanaskan. Selain itu, hot plate digunakan untuk
memanaskan medium hingga masak dan mempercepat reaksi yang terjadi pada medium
hingga mendidih. Autoklaf berfungsi untuk mensterilkan bahan-bahan dan alat-alat yang tahan
terhadap panas dan tekanan yang tinggi. Pada waktu tertentu, jarum ose digunakan untuk
memindahkan biakan dari satu medium ke medium yang lainnya.
Dalam pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrien media yang dibuat.
Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air. Menurut Anonimb (2011: 1), bahan-bahan yang
terlarut di dalam air yang digunakan mikroorganisme untuk membentuk badan sel dan
memperoleh energi yang berasal dari bahan makanan. Perbedaan antara medium NA dan
medium PDA yaitu terdapat pada nutrien penyusunnya. Pada medium NA, nutrien utama
penyusunnya yakni adalah sepotong kaldu sedangkan medium PDA nutrien utama
penyusunnya terdapat pada kentang. Karena itu nutrient ini dinamakan Potato Dextrose Agar.
Pada medium yang telah disterilkan, tidak terdapat mikroba dan tidak terjadi
perubahan fisik seperti perubahan warna, tidak berbau, tidak terlihat permukaan medium yang
tidak ditumbuhi oleh koloni mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa medium yang telah disterilisasi
tidak terjadi kontaminasi mikroba, sedangkan pada medium yang tidak disterilisasi terlebih
dahulu ditumbuhi oleh mikroorganisme dan terjadi perubahan fisik pada medium tersebut.
Terjadinya perubahan fisik menunjukkan bahwa medium terkontaminan atau terdapat

mikroorganisme. Menurut Dwidjoseputro (1998: 59), terjadinya perubahan fisik pada medium
ini disebabkan oleh mikroba yang terdapat pada medium. Hal ini menunjukkan bahwa medium
telah terkontaminasi.
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi oleh
tersedianya

berbagai

media

yang

banyak

macamnya

untuk

kultivasinya.

Menurut

Anonimb (2011: 1), macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara.
Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda
terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe
bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai.
Bakteri tidak dapat hidup tanpa adanya media yang mengandung nutrisi-nutrisi untuk
pertumbuhannya. Menurut Pelczar (2008: 139), media pertumbuhan mikroorganisme adalah
suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan
dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.
Pada dasarnya media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok besar
yaitu medium cair, medium kental, medium yang diperkaya, medium kering dan media sinergik.
Medium cair yang sering digunakan diantaranya peptone. Peptone ialah protein yang terdapat
pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Medium kental biasa terdapat unsur agar-agar yang
berfungsi untuk memperkental tidak untuk merbuah kandungan nutrisi media tersebut. Menurut
Waluyo (2010: 134), berdasarkan bentuk fisiknya, media pertumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi media padat, setengah padat dan cair. Media padat adalah media yang mengandung
15% agar sehingga mudah mengeras. Media setengah padat yaitu media yang mengandung
agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid
dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi
tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair yaitu media yang tidak
mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
berdasarkan tujuan pembuatannya, media dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok.
Menurut Pelczar (2008: 139), media pertama adalah media yang digunakan untuk isolasi.
Media

ini

mengandung

semua

senyawa

esensial

untuk

pertumbuhan

mikroba,

misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. Media selektif/penghambat merupakan media yang selain
mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan
pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Media yang
diperkaya, media untuk peremajaan kultur, media untuk mementukan kebutan nutrien tertemtu,

media untuk karakteristikasi bakteri dan media diferensial adalah beberapa bentuk media
berdasarkan fungsi tujuannya.
Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media merupakan beberapa syarat
untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Stanier (2011:
221), pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan bahan
yang mengandung banyak protein dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat
menumbuhkan bakteri. Salah satu bahan yang sering dipergunakan adalah tauge. Tauge
berfungsi sebagai sumber protein, sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga
cocok dijadikan untuk media pertumbuhan mikroba.
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan
adalahmemahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan
yangakan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen
utamaprotoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium
sebaiknyamenggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan
magnesium yangtinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan
kualitas airsadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium
fosfat

.Alat

yang

akan

digunakan

dalam

suatu

penelitian

atau

praktikum

harus

disterilisasiterlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari
semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yangteradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitupenggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan
bahan

kimia(etilena

oksida,

alkalin).Memformulasikan

suatu

asam

perasetat,

medium

atau

formaldehida
bahan

yang

dan glutaraldehida
akan

digunakan

untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam


ketentuanseperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal,
biasanya airsangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya
nutrien kedalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel
silika. Bahanagar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga
genusGelidium). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100 0C dan akan cair apabila
kuranglebih 43oC. Agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui
metode bacteriaological.
Organisme

hidup

memerlukan

nutrisi untuk

pertumbuhannya.

Subtansi kimia

organik dan inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil
darilingkungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di
selbeberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler.
Bakteridalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang tidak

punyaakar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri
berartimeningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10
bakteridalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri
tiapmilimeternya, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri
terjadidengan proses yang disebut dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri
membentuk dinding sel baru .Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan
pH yang tepat.Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali
Vibriochplerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu
dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40 0C.
pH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalampembuatan
medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan
medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut.Medium didiamkan
atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa mediummasih steril, karena selain
pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yangsteril juga menentukan
.Pembuatan medium Nutrien Agar (NA) menggunakan bahan utama beef ekstrak 5 g,peptom 3
g dan agar 3 g. Pada awal pengamatan medium Nutrien Agar, sebelum prosessterilisasi
berwarna kuning, setelah sterilisasi warna medium menjadi agak coklat. Padapembuatan
medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2.
Nutrient agar (NA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan
alami(daging) dan bahan sintesis (pepton dan agar). Fungsi bahan yang digunakan pada
mediumNA :- Daging : sebagai sumber vitamin B, mengandung nitrogen organik dan senyawa
karbon.- Pepton : sebagai sumber utama nitrogen organic dan sumber nutrisi- Agar : Untuk
memadatkan medium NA.- Aquadest : Untuk melarutkan agar, pepton, dan daging.
Media

PDA

Mediamerupakan

(Potato

tempat

menyerapkarbohidrat

dari

bercampur. Halinilah

yang

agar karbohidrat

di

Dextrosa
dimana

kaldu

merupakan

tejadi

dapat

gula

mengapa

keluar

medium

semi

perkembangan organisme.

kentang dan

menyebabkan

kentang

agar)

dan

serta
kentang
menyatu

dari
harus

agar

sintetik.

Organisme
yang

telah

di potong

dadu,

dengan

air

sehngga

menjadikaldu. Semakin kecil permukaan, maka semakin besar daya osmosisnya.


Syarat media yang baik adalah:
- Mengandung bahan makanan yang sesuai bagi jasad renik
- Mengandung oksigen tersedia yang dibutuhkan
- Mengandung kelembaban tertentu
- Ph media harus sesuai- Suhu media harus cocok
- Media harus steril
- Media harus terlindung dari kontaminasiMedia biakan merupakan suatu zat yang
digunakan untuk menumbuhkan jasadrenik di laboraturium.

BAB VII
JAWAB PERTANYAAN
1. Sebutkan klasifikasi macam-macam media yang saudara ketahui
Media dapat diklasifikasikan berdasarkan atas susunan kimia, konsistensi dan fungsinya :
1. Klasifikasikasi media berdasarkan susunan kimianya yakni

Media anorganik, yaitu media yang tersusun atas bahan-bahan anorganik

Media organik, yaitu media yang tersusun atas bahan-bahan organik

Media sintestik, yaitu media yang susunan kimianya dapat diketahui dengan pasti, media ini
biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan nutrisi mikroba.

Media non sintetik (alami), media ini banyak digunakan untuk menumbuhkan dan untuk
mempelajari taksonomi mikroba.

2. Klasifikasi media berdasarkan konssistennya yakni

Media cair, yaitu media yang berbentuk cair

Media padat, media yang berbentuk padat, media ini dapat berbentuk padat, media ini dapat
berbentuk media organik (alamiah) misalnya media wortel, kentang dll atau media anorganik
misalnya silika gel. Media dapat diperoleh juga dengan cara menambahkan agar-agar yang
berasal dari ganggang/alga yang berfunsi sebagai bahan pemadat. Alga digunakan karena
bahan ini tidak diuraikan oleh mikroorganisme, dan dapat membeku pada suhu diata 45 0C.
Media padat ini terbagi menjadi media agar miring dan deep

Media semi padat, dapat dibuat dengan bahan yang sama dengan media padat tetapi yang
berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat gerak kuman secara
mikroskopik

3. Klasifikasi media berdasarkan fungsinya

Media diperkaya, yaitu media yang ditambah zat-zat tertentu misalnya serum, darah, ekstrat
tumbuhan dan lainnya, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba heterotrof
tertentu.

Media selektif, yaitu media yang ditambahkan zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk
mencegah pertunbuhan mikroba lain, misalnya media yang mengandung kristal violet pada
kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi
pertumbuhan gram negatif.

Media diferensial, media yang ditambah regensia atau zat kimia tertentu yang menyebabkan
suatu mikroba memebentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga
dapat membedakan bakteri hemolitik dan non hemolitik.

Media penguji, media dengan susunan asam-asam amino tertentu yang digunakan untuk
menguji vitamin-vitamin, asam-asam amino. Antibiotik dll.

Media untuk perhitungan jumlah nmikroba, media spesifik yang digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya media untuk menghitung jumlah bakteri,
actinomicetes, dll

Media khusus, media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan kemampuannya
untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu.

2. Terangkan fungsi masing-masing komponen media tersebut


Media umum: untuk pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme, misalnya media potatodextrose agar (jamur dan yeast), nutrient-broth (bakteria)
Media pengaya (enriched media): memberi lingkungan pertumbuhan sau jenis bakteria agar
tumbuh sangat cepat misalnya selenite-broth medium (Salmonella typhi)
Media selektif: hanya bisa ditumbuhi mikroorganisme tertentu saja, misalnya SalmonellaShigella agar.
Media diferensial/pembeda: untuk menentukan mikroorganisme tertentu, misalnya media
darah-agar untuk bakteri hemolitik, A.flavus/parasiticus agar untuk Aspergillus flavus & A.
parasiticus.
Media penguji: untuk menguji senyawa tertentu dengan bantuan mikroorganisme, misalnya
untuk menguji vitamin, asam amino, antibiotik, residu pestisida, dll.
Media untuk penghitungan sel: media umum/diferensial/sintetik/semi-sintetik untuk
menumbuhkan mikroorganisme dan menghitung selnya.
3. Sebutkan tujuan penggunaan media dasar / selektif diatas
Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah zat kimia
tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat
mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar
tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram
negatif.
Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media
tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba
yang diinginkan.

BAB VII
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Medium NA digunakan untuk menumbuhkan bakteri, sedangkan medium PDA digunakan untuk
menumbuhkan jamur.
Macam-macam media yang digunakan yaitu media datar/cawan petri, media tegak, dan media
agar miring.
Medium yang telah disterilkan tidak ditumbuhi oleh mikroba karena kontaminan telah hilang
setelah sterilisasi.
Medium yang tidak di sterilkan dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi yang diakibatkan
oleh mikroba yang terdapat di udara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu faktor lingkungan dan faktor suhu
serta nutrisi di dalam medium

http://liajegeg2.blogspot.com/2012/11/laporan-pembuatan-media.html

Anda mungkin juga menyukai