Anda di halaman 1dari 10

BIOKIMIA

“ENZIM SELULASE ”

Dosen :

Ika Maruya Kusuma S.Si, MSi

Disusun Oleh :

RasyigahAwanisArka 16330005

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepadaTuhan yang Maha Esa karena berkat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Analisis Farmasi yang berjudul “Enzim
Selulase”. Makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas matakuliah Biokimia

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat di perlukan demi kesempurnaan makalah
ini

Akhir kata kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis sendiri dan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i, serta menjadi pintu gerbang
ilmu pengetahuan khususnya matakuliah Biokimia.

09 Oktober 2020

Makalah Biokimia
ii
DAFTAR ISI

Makalah Biokimia
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Enzim adalah biokatalisis atau polimer biologis yang dihasilkan oleh tubuh untuk
mengkatalisis reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi yang terjadi dalam jaringan tubuh
dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga suatu reaksi dapat berjalan dengan cepat
(Montgomery et al., 1993). Enzim merupakan katalis yang sangat selektif dan bersifat
spesifik untuk macam-macam tipe reaksi yang dikatalisis maupun substrat yang
berhubungan erat (Kennelly & Rodwell, 2009). Telah diketahui bahwa sebagian besar
enzim adalah protein. Beberapa enzim digolongkan ke dalam protein sederhana karena
hanya memerlukan struktur protein untuk aktivitas katalitiknya, sedangkan beberapa
lainnya tergolong protein terkonjugasi karena memerlukan suatu komponen non protein
yang disebut kofaktor (Amstrong, 1995).
Enzim selulase termasuk golongan hidrolase, yang terdiri atas tiga enzim utama yaitu
endo-β-glucanase (EC 3.2.1.4), exo-β-glucanase (EC 3.2.1.91), dan β-glucosidase (EC
3.2.1.21) (Crueger and Crueger, 1984). Ketiga enzim ini bekerja secara bersama
mendegradasi selulosa dan menghasilkan gula reduksi sebagai produk akhirnya. Enzim
selulase merupakan salah satu dari sekian banyak enzim yang permintaannya paling
banyak atau cukup tinggi di pasaran. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi bioetanol
yang berasal dari bahan berselulosa.
Enzim selulase memegang peranan penting dalam biokonversi limbah-limbah organik
berselulosa menjadi protein sel tunggal, makanan ternak, etanol dan lain-lain (Chalal,
1983). Selulase juga digunakan dalam berbagai bidang industri seperti industri tekstil,
detergen, pulp, pengolahan limbah kertas dan sampah, serta pengolahan kopi (Frazier,
1981). Dalam bidang farmasi, selulase digunakan untuk menghidrolisis selulosa yang
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa, hidroksipropilmetilselulosa, dan natrium karboksimetilselulosa,
yang merupakan bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan dalam proses pembuatan
tablet atau sebagai suspending agent (Cantor et al, 2008).
Enzim selulase dapat diproduksi dari mikroba selulolitik baik kapang maupun bakteri.
Beberapa kapang dan bakteri selulotik yang dapat menghasilkan selulase di antaranya
adalah Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus,
Micrococcus, Cellovibrio, dan Sporasphytophaga. Tricoderma reesei adalah kapang
selulolitik yang paling banyak diteliti, karena mampu mensekresikan selulase sekitar 80%
(Lynd et al., 2002). Enzim selulase yang dihasilkan oleh masing – masing mikroorganisme
memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti suhu, pH, lingkungan tempat enzim bekerja, konsentrasi substrat, dan waktu
inkubasi. Semua jenis enzim memiliki rentang suhu optimum untuk bekerja yang berbeda
– beda pada tiap jenis mikroorganisme. Sebagian besar enzim yang tergolong dalam
mesozim memiliki aktivitas optimum pada suhu 20o – 50oC (Volk and Wheeler, 1984)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susanto (2012) diketahui bahwa
dari limbah ampas tebu dapat diidolasi bakteri yang memiliki aktivitas selulolitik. Isolat
bakteri ini kemudian dilakukan karakterisasi secara visual meliputi pengamatan
makroskopis, mikroskopis, dengan dan tanpa pewarnaan, karakterisasi biokimia, dan uji
KIT biokimia. Hasil karakterisasi mengarahkan kesimpulan bahwa bakteri yang diisolasi
dari limbah ampas tebu ini termasuk dalam genus Bacillus (Susanto, 2012).
Isolat bakteri ini kemudian disebut sebagai isolat Bacillus subtilis strain SF01
(Susanto, 2012). Penelitian lanjutan yang dilakukan terhadap isolat ini adalah analisis
homologi gen penyandi 16S rRNA dengan cara melakukan isolasi DNA kromosom,
pengujian elektroforesis DNA, amplifikasi, dilanjutkan dengan sekuensing gen penyandi
16S rRNA. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa isolat bakteri selulolitik asal limbah
ampas tebu memiliki kemiripan dengan Bacillus subtilis strain B7 dengan prosentase
homologi 99% . Isolat bakteri ini kemudian disebut sebagai isolat Bacillus subtilis strain
SF01 (Ariputri, 2014).
Perbedaan yang hanya 1% dengan Bacillus subtilis strain B7 ini menunjukkan bahwa
walaupun terdapat perbedaan yang sangat kecil bisa saja menjadi ciri khas dari isolat
Bacillus subtilis strain SF01 ini. Penelitian selanjutnya yang dilakukan yaitu karakterisasi
dari isolat Bacillus subtilis secara spesifik meliputi waktu panen, waktu optimum untuk
produksi dan suhu optimum. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu panen yang
optimal untuk isolat Bacillus subtilis adalah pada jam ke-17 sampai ke-24, sedangkan
waktu optimum untuk produksi ekstrak kasar enzim selulase dari isolat ini adalah pada jam
ke-20 dengan suhu optimum untuk produksi adalah 370C. Aktivitas optimum untuk isolat
ini adalah pada suhu 60oC dengan pH 5. Karakteristik spesifik dari isolat Bacillus subtilis
strain SF01 ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk proses produksi dan pengujian
lanjutan ekstrak kasar enzim selulase (Utami,2015).
Ion – ion logam khususnya logam berat sangat mempengaruhi aktivitas enzim. Pada
umumnya, logam berat menghambat aktivitas enzim dengan cara merusak sisi aktif enzim,
sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substrat secara tepat. Hal ini menyebabkan
penghambatan aktivitas dan degradasi protein enzim (Prasad & Strzalka, 2002).
Ion Al3+ dapat meningkatkan aktivitas dari enzim selulase pada konsentrasi di bawah
1 mmol/L. Namun demikian, pada konsentrasi lebih dari 1mmol/L sampai 10 mmol/L,
maka ion logam Al3+ dapat menurunkan aktivitas dari enzim selulase yang berasal
Trichoderma reesei ini (Wang et al, 2012). Ion Hg2+ pada konsentrasi 1mM dapat
menghambat aktivitas enzim selulase yang berasal dari Trichoderma viride (Iqbal et al,
2011).
Ion logam yang sama dapat memberikan pengaruh yang sama maupun berbeda pada
enzim yang berasal dari sumber yang berbeda, seperti halnya ion logam Hg2+ juga dapat
menurunkan aktivitas dari enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis YJ1 pada
konsentrasi 1mM, 5mM dan 10mM (Yin et al, 2010).
Mawadza et al. (2000) melaporkan bahwa ion logam Ni2+ pada konsentrasi 1 mmol/L
dapat sedikit meningkatkan aktivitas dari enzim selulase Bacillus subtilis CH43 dan HR68
yang diisolasi dari sumber air panas di Zimbabwe. Untuk ion logam Sn2+ belum pernah
ada yang meneliti pengaruhnya terhadap aktivitas enzim selulase, apakah meningkatkan
atau menurunkan aktivitas. Namun demikian, pengaruh ion logam ini telah diteliti
pengaruhnya terhadap aktivitas dari enzim α-amilase yang berasal dari Bacillus
megaterium VUMB109. Pada enzim α-amilase ini, ion logam Sn2+ dapat meningkatkan
aktivitas dari enzim pada konsentrasi 1mM sampai 10mM (Jana et al, 2012).
Akan dilakukan pengujian pengaruh ion logam Al 3+, Hg2+, Sn 2+, dan Ni2+ terhadap
aktivitas enzim selulase dari Bacillus subtilis SF01. Pengujian dilakukan pada variasi
konsentrasi 0,1mM, 0,5mM, 1mM, 5mM, dan 10mM. Enzim yang digunakan adalah
ekstrak kasar selulase yang diperoleh dari isolat Bacillus subtilis SF01. Yang diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai pengaruh ion logam-logam ini terhadap aktivitas
ekstrak kasar enzim selulase sehingga ke depannya diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan untuk pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses
purifikasi maupun aplikasi enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis SF01 asal limbah
ampas tebu.
1.2. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dari enzim selulase termasuk golongan hidrolase, yang terdiri
atas tiga enzim utama?
2. Apa tujuan , prinsip dan prosedur kerja enzim selulase?
3. Apa tujuan , prinsip dan prosedur kerja golongan hidrolase ?
4. Apa tujuan , prnsip dan prosedur enzim selulase dapat diproduksi dari?
5. Apa tujuan , prinsip dan prosedur enzim selulase yang dihasilkan oleh masing
masing mikroorganisme?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari enzim selulase termasuk golongan hidrolase yang
terdiri atas tiga enzim utama ?
2. Untuk mengetahui siapa tujuan, prinsip dan prosedur kerja enzim selulase?
3. Untuk mengetahui siapa tujuan, prinsip dan prosedur kerja golongan hidrolase?
4. Untuk mengetahui siapa tujuan,prinsip enzim selulase dapat diproduksi dari?
5. Untuk mengetahui siapa tujuan prinsip dan prosedur enzim selulase yang
dihasilkan oleh masing – masing mikroorganisme?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Enzim
Industri enzim telah berkembang pesat dan menempati posisi penting di dalam
bidang industri. Kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan yang semakin
tinggi, serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta lingkungan menjadikan teknologi
enzim sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam
bidang industri (Akhdiya 2003; Falch 1991).
proses hidrolisis selulosa terdiri dari :endoglukanase, ekosglukanase, dan selobiase
(Roza et al. 2013). Selulase merupakan salah satu enzim hidrolitik yang penting bagi
industri dan sangat penting dalam perkembangan bioteknologi (Gilna and Khaleel 2011).
Selulase banyak digunakan dalam bidang industri antara lain, dalam deterjen yang
bermanfaat sebagai pemutih, dan sebagai bahan anti-redeposisi pada kain katun. Selulase
digunakan pada pembuatan denim, pelembutan kain katun, serta industri pulp dan kertas.
Selulase bermanfaat untuk penghilangan tinta, pemutihan pulp, dan meningatkan proses
drainase (pengurasan) pada kertas (Krik et al. 2002).
Penggunaan enzim selulase ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan selulase
sekitar 7 persen setiap tahunnya, seiring dengan kemajuan industri yang pesat. Menurut
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, industri di Indonesia masih sebagaimana
telah diketahui bergantung pada enzim yang diproduksi dan diimpor 99 persen dari luar
negeri. Untuk memenuhi kebutuhan enzim selulase, diperlukan produksi selulase dari
mikroorganisme yang mempunyai aktivitas selulolitik tinggi. Produksi enzim selulase
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan enzim di dalam industri.
Hidrolisis selulosa oleh selulase terjadi secara sinergis, melibatkan kerja ketiga
jenis enzim. Endo-β-1,4-glukanase mempengaruhi secara serentak ikatan β-1,4 di dalam
makromolekul menghasilkan potongan-potongan besar berbentuk rantai dengan ujung
bebas. Ekso-β-1,4- glukanase memotong mulai dari ujung-ujung rantai menjadi disakarida
selobiosa. Glukosidase memotong molekul selobiosa menjadi dua molekul glukosa
(Surmalin 2013)
Bakteri selulolitik merupakan bakteri yang mampu menghasilkan selulase dan
menghidrolisis selulosa menjadi produk yang lebih sederhana yaitu glukosa. Bakteri
selulolitik dijumpai pada habitat yang kaya akan selulosa, salah satunya adalah tanah
sampah atau lokasi TPA. Menurut Reanida (2012) bahwa daun yang gugur di atas tanah
atau pembusukan daun di TPA memungkinkan bahwa kandungan selulosa di tanah
tersebut tinggi, maka besar kemungkinan untuk dapat menemukan bakteri pendegradasi
selulosa di dalam tanah sampah.
Selulolitik sendiri berarti proses pemecahan selulosa menjadi senyawa atau unit-
unit glukosa yang lebih kecil. Beberapa genus bakteri yang memiliki kemampuan
selulolitik adalah Achromobacter, Angiococcus, Bacillus, Cellulomonas, Cytophaga,
Clostridium, Cellivibrio, Flavobacterium, Pseudomonas, Poliangium, Sorangium,
Sporocytophaga, Vibrio, Cellfalcicula (Rao 1994), Citrobacter, Serratia, Klebsiella,
Enterobacter dan Aeromonas (Anand et al., 2009).

2.2 Enzim yang dipakai


enzim selulase kasar dilakukan dengan sentrifugasi dengan memisahkan suspensi
bakteri (pellet) dengan bagian supernatan sebagai enzim kasar. Menurut Aulanni’am
(2005), enzim selulase dari bakteri selulolitik termasuk ke dalam golongan enzim
ekstraseluler sehingga dapat diekstrak dengan disentrifugasi. Proses sentrifugasi dilakukan
pada suhu dingin yaitu pada suhu 4 oC selama 5 menit pada kecepatan 15.000 rpm (Gupta
et al., 2012).
Sentrifugasi pada suhu dingin bertujuan untuk mencegah terjadinya denaturasi
protein pada enzim akibat suhu tinggi (Aulanni’am, 2005).
Media CMC digunakan pada enzim yang dipakai enzim selulase kasar berfungsi
sebagai substrat dan sebagai zat penginduksi (inducer) untuk menghasilkan enzim selulase
kasar (Pertiwi, 2017).
Substrat CMC juga dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber karbon untuk
menghasilkan glukosa (Apriani et al., 2014).
Apabila semakin banyak karbon dalam media produksi maka enzim selulase yang
dihasilkan juga semakin meningkat (Saropah et al., 2012).
Sehingga, untuk produksi enzim pada penelitian ini menggunakan konsentrasi substrat
CMC 1% berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Alam et al., 2004)
2.3 Syarat/ Ciri fisik dan kimiaa enzim yang terkait
Menurut penelitian Pertiwi (2017) tentang karakterisasi enzim selulase yang terkait
dihasilkan dari khamir Candida utilis untuk uji aktivitas enzim eksoglukanase didapat
aktivitas tertinggi sebesar 0.0948 IU/mL dan uji aktivitas enzim endoglukanase didapat
aktivitas sebesar 0.0369 IU/mL. Menurut penelitian Dar et al. (2015) tentang isolasi bakteri
selulolitik dari saluran gastrointestinal Achatina fulica (Gastropoda: Pulmonata) dan
evaluasi untuk biodegradasi selulosa untuk uji aktivitas enzim eksoglukanase didapat
aktivitas sebesar 3116.92 IU/mL dan uji aktivitas enzim endogukanase didapat aktivitas
sebesar 501.75 IU/mL. Sedangkan penelitian Shaikh et al. (2013) tentang isolasi dan
skrining bakteri selulolitik dari beberapa lingkungan yang berbeda (limbah industri kertas,
sampah kota, perkebunan tebu, taman dan daerah pembuatan perabot kayu) dengan
konsentrasi substrat CMC 1% didapat aktivitas enzim selulase sebesar 3.0 IU/mL sampai
5.2 IU/mL.
2.4 Proses kerja Enzim Selulase
Produksi enzim selulase ekstrak kasar dilakukan pada isolat-isolat yang memiliki
diameter zona bening dengan nilai besar (salah satunya isolat 10.1). Sebanyak 1 ose isolat
bakteri selulolitik dari media CMC dengan streak cockborer diinokulasikan kedalam 25
mL media cair CMC. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang dan dishaker pada kecepatan
120 rpm selama 24 jam. Kemudian sebanyak 10 ml diinokulasikan ke dalam 100 ml media
cair CMC. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang di inkubator bergoyang selama 24 jam.
Setelah 24 jam, kita mulai melakukan tahap pemanenan/produksi enzim ekstrak kasar.
Produksi enzim dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 5 mL kultur ke dalam
valcon kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 6.000 rpm selama 10 menit. Pemanenan
dilakukan secara berkala mulai H0-H11 (hari ke-0 sampai hari ke-11). Supernatan yang
diperoleh merupakan enzim ekstrak kasar yang nantinya akan diukur aktivitas enzim dan
kadar protein terlarut dalam enzim ekstrak kasar.

2.5 Cara pengujian yang dipakai


Aktivitas enzim selulase ditentukan dengan menggunakan metode DNS (asam-3,5-
dinitrosalisilat). Sebanyak 80 μL ekstrak kasar enzim ditambah dengan 720 μL substrat
larutan CMC 1% (dalam buffer sitrat fosfat pH 7) dimasukkan ke dalam tabung Ependorf
kemudian diinkubasi dalam water bath dengan suhu 37°C selama 60 menit. Hasil inkubasi
ditambah 1200 μL pereaksi DNS lalu dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama
15 menit. Setelah itu, dimasukkan ke dalam penangas es selama 20 menit. Dalam uji ini
digunakan kontrol berupa 80 μL ekstrak kasar enzim yang telah dipanaskan selama 15
menit kemudian ditambahkan 720 μL substrat dan 1200 μL pereaksi DNS. Campuran
larutan tersebut diperlakukan sama seperti kondisi sampel di atas. Setelah itu gula
pereduksi yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada λ=540 nm (Miller,
1959; Puspaningsih, 2007).

Anda mungkin juga menyukai