Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

MATERI

Uji Biokimia Enzim α-Amilase

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI NURJANAH

NIM : 1911050058

PRODI : TLM B

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D4

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019/2020
Uji Biokimia Enzim α-Amilase

16 Oktober 2019

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum Uji Biokimia Asam Amino dan Protein adalah :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kerja enzim α-amylase dalam proses
hidrolisis pati
2. Mahasiswa menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas atau
kerja enzim α-amilase

II. DASAR TEORI :


Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis
dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai
biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan
laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga
kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim punsangat
beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry dan Rubianty,
1985).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan
masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease,
arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal
dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh
Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry,
enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas
reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah
(Poedjiadi, 2006):
1.Oksidoreduktase
2.Transferase
3.Hidrolase
4.Liase
5.Isomerase
6.Ligase
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah
diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan
substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein,
sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan
gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah
kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai
dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak
terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim.
Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan
bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan
zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalisator
dan berfungsi untuk mengkatalis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung
pada mahluk hidup. Komponen makromolekul hampir semua enzim berupa
proten kecuali ribozim yang tersusun dari RNA yang berfungsi sebagai
katalisator. Enzim dikelompokkan berdasarkan fungsinya oleh perhimpunan
ahli biokimia menjadi 6 kelompok yaitu oksidoreduktase, hidrolase, liase,
transferase, ligase, dan isomerase. Oksidoreduktase berperan untuk menambah
dan memutus atom H pada gugus kimia suatu molekul, kelompok transferase
berperan dalam memindahkan dan menambah H2O. Transferase berguna
untuk memindahkan gugus fungsional. Liase berperan untuk menambah H2O,
NH3, dan CO2. pada ikatan rangkap, isomerase berperan dalam pembentukan
isomer dan yang terakhir kelompok ligase yang berperan dalam penyatuan dua
gugus kimia dengan bantuan energi dari ATP (Handito, 2014).
Beberapa jenis enzim dibutuhukan untuk merombak karbohidrat,
protein dan lemak, seperti enzim protease yang digunakan untuk merombak
protein, enzim lipase yang digunakan untuk merombak lemak, dan enzim
amilase yang digunakan oleh karbohidrat untuk memecah pasti. Enzim-enzim
tersebut secara bersamaan dihasilkan oleh hewan dan tumbuhan. Untuk
mengetahui karakteristik enzim amilase dapat diketahui melalui percobaan
untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase , pengaruh
konsentrasi substrat serta temperatur terhadap aktivitas enzim amilase (Bahri,
2012).
Amilase merupakan salah satu enzim yang sering digunakan di dalam
bidang industri. Amilase adalah enzim yang mempunyai kemampuan untuk
menghidrolisis pati, amilosa dapat menghidrolisis pati untuk menghasilkan
produk bervariasi seperti maltosa, dekstrim, dan terutama molekul glukosa
sebagai unit terkecil. Enzim amilase dapat berasal dari berbagai sumber yaitu
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Pada mikroorganisme merupakan
salah satu sumber enzim yang sangat menguntungkan karena pertumbuhannya
lebih cepat dari pada hewan dan manusia (Novitasari, 2014).
Umumnya suhu kritis enzim enzim terletak antara 50°C sampai 60°C.
Hal ini berpengaruh pada struktur dan kreativitas enzim yang sama optimum
pada suhu dimana suhu tubuh saya mempunyai suhu optimalnya (Srajjudin,
2011).
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah
diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan
substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein,
sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan
gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah
kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai
dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak
terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim.
Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian
yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat
yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia
antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah
pereaksi dan produktidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita.
Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi
jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran
enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi
pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury,
1995).
Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro,
1992) :
1.berfungsi sebagi biokatalisator
2.merupakan suatu protein
3.bersifat khusus atau spesifik
4.merupakan suatu koloid
5.jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6.tidak tahan panas
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi
baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap
suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih
cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis
dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat
(Poedjadi, 2006).
Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar
yang berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air,
maka akan menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki
kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya,
yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi
lingkungan berubah. Contohnya adalah enzim-enzim dari golongan
protease dan urase sertabeberapa jenis enzim lainnya (Dwidjoseputro,
1992).
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat
untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa
menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut
akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury, 1995).
Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh
temperatur. Hanya saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator
lainnya. Kebanyakan enzim akan menjadi non aktif pada suhu 50oC
(Poedjiadi, 2006).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak,
sehingga substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian
enzim tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai
biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikanatau
permanen (Salisbury, 1995).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya
adalah (Dwidjoseputro, 1992) :
1. suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakankatalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu,
karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang
lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena
menjadi denaturasi protein.
3. konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan
enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi
enzim.
4. konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengankonsentrasi substrat
akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
5. zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap
penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.

III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Beaker Glass
2. Tabung Reaksi dan Rak Tabung
3. Pipet
4. Plat Keramik
5. Jam dan Timer
6. Gelas Ukur
Bahan :
1. NaOH 0,1 M 10 ml
2. Akuades
3. Buffer Fosfat
4. N2H2PO4 10ml
5. Iod
6. Garam 1%
7. Saliva

B. Cara Kerja :
Cara Membuat buffer fosfat sesuai pH :
1. Memasukkan N2H2PO4 0,1 M 10ml secara bertahap, ke dalam beaker glass
2. Memasukkan NaOH 0,1 M 1ml, secara bertahap per 1ml ke dalam beaker
glass
3. Mengkocok, dan atur pH

Cara Kerja Pengumpulan Saliva :


1. Berkumur dengan akuades kemudian buang
2. Berkumur dengan larutan garam 1% kemudian buang
3. Berkumur lagi dengan akuades kemudian buang
4. Mengeluarkan saliva, tampung pada beaker glass
5. Mengencerkan saliva dengan 10 ml akuades

Aktivitas enzim amylase :


1. Mengisi amilum 1% pada tabung reaksi ketiganya
2. Menambahkan 2 ml buffer fosfat dan menghomogenkan
3. Menambahkan saliva encer dan menghomogenkan ditambahkan 3 ml
campuran saliva
4. Meletakkan dalam tabung, 1: Pada suhu 27 ͦC
2: Pada suhu 37 ͦC
3: Pada suhu 45 ͦC
5. Setiap 2 menit sekali ambil 2 tetes larutan dan tempatkan pada plat keramik
6. Menambahkan 1 tetes larutan iod pada larutan yang ada pada plat keramik
dan amati ada atau tidaknya perubahan warna
7. Jika warna larutan masih biru, ulangi tetesan setiap 2 menit
8. Menghentikan jika warna telah berubah menjadi cokelat.
9. Mencatat perubahan warna dan waktu

IV. HASIL PENGAMATAN

No Jenis Waktu Hasil pengamatan tiap kelompok Keterangan


pengujian
1 2 3 4 5 6

1 Tabung 0 Bening Bening Bening Bening Bening Bening


1(suhu
27 3 Kuning Bening Kuning Bening Kuning Kuning
celcius) 6 Oren Agak Kuning Kuning Kuning Kuning
kecoklatan kuning oren

9 Kuning Kuning Kuning Kuning

12 Coklat Kuning Kuning Coklat

15 Kuning Kuning
mustard mustard

2 Tabung 2 0 Bening Bening Bening Bening Bening Bening


(suhu 37
derajat 3 Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
celcius) oren

6 Oren Kuning Kuning Kuning

9 Oren Kuning Kuning Kuning


kecoklatan

12 Kuning

15 Coklat

3 Tabung 3 0 Bening Bening Bening Bening Bening Bening


(suhu 45
derajat 3 Bening Kuning Kuning Kuning Kuning
celcius) 6 Oren Kuning Kuning Kuning Kuning

9 Oren Kuning Kuning Kuning Kuning


kecoklatan
12 Kuning Kuning Kuning
gelap

15 Kuning Kuning Coklat


mustard

V. PEMBAHASAN

Enzim Amilase adalah enzim pencernaan yang berfungsi untuk mengubah /


memecah pati amilum menjadi molekul gula yang lebih sederhana. Enzim Amilase
terdapat pada kelenjar liur manusia, dan akan mengubah molekul polisakarida (Gula
rantai panjang) menjadi disakarida seperti maltosa. Tanpa Enzim amilase, makanan
yang kita cerna tidak mampu digunakan menjadi sumber energi oleh tubuh, karena itu
Amilase memegang peranan penting dalam proses pencernaan.
Prosedur kerja yang dilakukan pertama adalah pengumpulan saliva encer baru
setelah itu uji enzim dengan metode Wohgelmuts. Data yang di dapat tabung yang
diinkubasi pada suhu 27 derajat, pada 3 menit pertama setelah ditetesi iod warna dari
bening berubah menjadi kuning, tetpai data yang yang tertera pada buku petunjuk
seharusnya hasil akhir larutan adalah warna biru. Terjadinya perubahan warna pada
Iod dikarenakan larutan bercampur dengan enzim yang ada dan terjadi hidrolisis pada
reagen amilum. Pada 3 menit ke 4 warna tidak berubah atau masih tetap warna
kuning, tetapi setelah 3 menit ke 5 warna kuning berubah menjadi kuning mustard.
Pada tetesan ke 6 warna berubah menjadi coklat. Pada tetesan ke 13 warna berubah
menjadi coklat
Alasan terbentuknya warna coklat pada saliva :
Pada percobaan air ludah yang ditambahkan amilum dan larutan iodium yang
hasilnya negatif. Hal ini terjadi dikarenakan iodium tidak diserap ke dalam aliran
spiral amilase sehingga terjadi perubahan warna menjadi cokelat yang menandakan
bahwa reaksi ini negatif.
Alasan terbentuknya warna biru pada saliva :
Disebabkan dextrin yang molekulnya sudah kecil lagi dan maltose tidak memberi
warna biru atau ungu amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah
mengalami proses hidrolisis menjadi maltosa dan dextrin yang tidak menimbulkan
warna apabila berada dalam larutan iodium. Proses hidrolisis di anggap selesai jika
tercapai titik akromatik, Yaitu waktu ketika pereaksi iod sudah tidak lagi positif atau
tidak lagi menunjukan perubahan warna.

VI. KESIMPULAN
Melalui penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
1. Enzim Amilase adalah enzim pencernaan yang berfungsi untuk mengubah /
memecah pati / amilum menjadi molekul gula yang lebih sederhana. Enzim
Amilase terdapat pada kelenjar liur manusia, dan akan mengubah molekul
polisakarida (Gula rantai panjang) menjadi disakarida seperti maltosa.
2. Enzim amilase termasuk salah satu enzim yang penting pada sistem pencernaan.
Kelebihan atau kekurangan enzim amilase bisa menjadi pertanda adanya
gangguan kesehatan.
3. Terbentuknya warna coklat pada saliva
Pada percobaan air ludah yang ditambahkan amilum dan larutan iodium yang
hasilnya negatif. Hal ini terjadi dikarenakan iodium tidak diserap ke dalam
aliran spiral amilase sehingga terjadi perubahan warna menjadi cokelat yang
menandakan bahwa reaksi ini negatif.
4. Jika warna larutan menjadi biru kehitaman menandakan bahwa enzim amilase
tidak bekerja/ amilum tidak terurai.
5. Diluar suhu optimum aktivitas enzim menjadi tidak maksimal. Bila suhu terlalu
rendah, enzim menjadi tidak aktif, Sedangkan bila suhu terlalu tinggi,
dimana benturan yang terjadi semakin banyak maka struktur tiga dimensi dari
enzim tersebut akan terganggu sehingga enzim akan mengalami denaturasi, atau
dapat dikatakan enzim akan kehilangan sifat alamiahnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Bahri,S.2012.Karakteristik Enzim Amilase dari Kecambah Biji Jagung Ketan,


Jurnal Natural Science, Vol 1 (1) :1-2
Dwidjoseputro, D., 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
Handito,D,.Yasa,I.W.S., dan Alamsyah,A., 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia
Umum. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram: Mataram
Novitasari,Y.E.2014. Screening Bakteri Termofilik Penghasil Enzim Amilase dari
Sumber Air Panas Singgahan. Tuban Jawa Timur.Unesa Journal:
Jawa Timur
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia PRESS:
Jakarta.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB
Press: Bandung.
Suhtanry dan Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan
Negeri Indonesia Bagian Timur: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai