Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PRAKTIKUM BIOKIMIA
LAPORAN PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN
ENZIM

OLEH :

NAMA : NURFADILA MUNAWARA


STAMBUK : 15020220079
KELAS/KLP : C4/1 (SATU)
ASISTEN : NURMALA SARI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah eksperimen, pengukuran
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat
untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara
terkendali. Laboratorium umumnya berada di tempat yang mendukung
untuk melakukan penelitian. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan
menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium
kimia, laboratorium biokimia, dan laboratorium komputer.
Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan-perubahan dari materi
serta energy yang menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat dari ilmu kimia telah menyebabkan perlunya pemisahan
kedalam sejumlah bidang kimia yang khusus. Dengan perkembangn
tersebut kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia analisis, biokimia,
kimia anargonik, serta kima organik.
Enzim merupakan biomolekul yang memiliki fungsi sebagai katalis
yang ada pada suatu reaksi kimia. Dalam hal ini, katalis adalah
senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi. Jika
zat ini tidak ada, maka bisa menghambat aktivitas yang terjadi pada
organ tubuh. Selain itu, enzim disebut sebagai biokatalisator yang
memiliki peran untuk mempercepat reaksi-reaksi biologi tanpa adanya
perubahan struktur pada kimia. Pada reaksi ini, substrat sebagai
molekul awal reaksi dan enzim yang mengubah molekul tersebut
menjadi molekul molekul yang berbeda, hal ini disebut dengan produk.
Secara umum, semua proses biologis membutuhkan enzim untuk
keberlangsungan dengan cepat.
Enzim terdiri dari dua komponen, yaitu bagian pro (apoenzim) dan
bukan dari bagian protein (gugus prostetik). Apoenzim ini terbentuk dari
protein serta bisa dengan mudah berubah. Perubahan ini dapat terjadi

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

tergantung pH serta suhu. Sementara itu, pada gugus prostetik bisa


dikatakan sebagai gugus yang sudah tidak aktif lagi. Di dalam zat ini,
terkandung berbagai macam unsur logam, yaitu magnesium, natrium,
besi, dan mangan. Akan tetapi di dalam prostetik ini terdapat juga
bahan-bahan organik yang bukan termasuk protein. Misalnya, vitamin
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain
temperature, derajat keasaman (pH), konsentrasi enzim dan substrat,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein
yang dapat mengalami perubahan jika bentuk suhu dan keasaman
berubah. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor
sebagai molekul yang meminimalisir aktivitas enzim, sedangkan untuk
aktivator molekul yang meningkatkan aktivitas enzim.
Berikut ini faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinerja dari
enzim. Enzim yang tersusun dari protein, sangat peka terhadap
temperature. Apabila temperatur terlalu tinggi maka dapat
menyebabkan denaturasi protein. Temperatur yang terlalu rendah
dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim
adalah 30-400°C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika
suhu turun hingga 0°C, namun enzim tidak rusak, bila suhu normal
maka enzim akan aktif kembali. Enzim dapat tahan pada suhu rendah,
namun jika suhu diatas 500°C akan mengalami kerusakan.
Sebagian besar enzim, terdiri atas dua komponen penyusun,
yakni protein (apoenzim) dan non-protein (gugus prostetik). Apoenzim
adalah komponen paling dominan dalam struktur enzim. Selain itu,
apoenzim ini bersifat labil karena mudah dipengaruhi oleh perubahan
suhu dan pH, serta tidak tahan panas. Adapun gugus prostetik terdiri
dari ion anorganik dan ion organik kompleks. Ion anorganik dalam
gugus prostetik disebut sebagai kofaktor. Fungsi kofaktor ialah katalis

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

yang mampu meningkatkan kerja enzim. Sedangkan ion organik dalam


gugus prostetik disebut koenzim, yang berfungsi untuk memindahkan
zat kimia dari satu enzim ke enzim lain.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud percobaan ini dilakukan adalah untuk
menentukan temperature optimum pada enzim.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum pengaruh temperatur terhadap
keaktifan enzim adalah
1. mahasiswa mampu menentukan temperatur optimum untuk
aktivitas enzim amilase.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Enzim adalah suatu biokatalisator, yaitu suatu bahan yang
berfungsi mempercepat reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup tetapi
zat itu sendiri tidak ikut bereaksi karena pada akhir reaksi terbentuk
Kembali. Suatu reaksi kimia yang berlangsung dengan bantuan enzim
memerlukan energi yang lebih rendah. Jadi enzim juga berfungi
menurunkan energi aktivitasi. Hampir semua proses metabolism
dalam sel membutuhkan enzim untuk terjadi pada tingkat yang cukup
cepat untuk mempertahankan hidup. (Sumbono Aung, 2021).
Kerja enzim dipengaruhi oeh beberapa faktor, terutama adalah
substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim
memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-
beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan
bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang
sesuai, enzim tidak dapat bekerja dengan optimal atau struktur akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan
fungsinya sama sekali. (Amalia Dea, 2019).
Enzim berfungsi melayani berbagai macam fungsi dalam tubuh.
Enzim sangat diperlukan untuk transduksi sinyal dan regulasi sel.
Proses ini sering kali melalui kinase dan fosfatase. Enzim juga
menghasilkan Gerakan yakni enzim dengan myosin menghidralisis
ATP untuk menghasilkan kontaksi otot, dan juga transportasi muatan
disekitar sel sebagai bagian dari sitoskeleton. (Sumbono Aung, 2021).
Sifat-sifat Enzim Secara umum, Enzim memiliki setidaknya enam
sifat yang khas. Pertama, enzim hanya mengubah kecepatan reaksi.
Jadi, enzim tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau
mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju suatu
reaksi. Kedua, enzim bekerja secara spesifik. Maka itu, enzim hanya
mempengaruhi substrat tertentu. (Saputra, Santri Amaliya, 2022).

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

Ketiga, enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim


memiliki sifat seperti protein, antara lain bekerja pada suhu optimum,
umumnya suhu kamar. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH
yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut organik. Panas yang
terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Enzim diperlukan dalam jumlah
sedikit, sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator. (Saputra, Santri
Amaliya, 2022).
Keempat, enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang
dikendalikan enzim dapat berbalik. Ini berarti enzim tidak menentukan
arah reaksi tetapi hanya mempercepat laju reaksi sehingga tercapai
keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawa menjadi
senyawa-senyawa lain, dan juga sebaliknya, menyusun
senyawasenyawa menjadi senyawa tertentu. Kelima, enzim
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. (Saputra, Santri Amaliya, 2022).
Fungsi penting enzim adalah pada sistem pencernaan. Enzim
seperti amilase dan protase memecah molekul besar seperti pati atau
protein menjadi satuan yang lebih kecil, sehingga mereka dapat
diserap oleh usus. Misalnya molekul pati yang terlalu besar untuk
diserap oleh usus. Enzim akan menghidrolisis rantai pati menjadi
molekul yang lebih kecil seperti maltose dan glukosa, yang kemudian
maltose dan glukosa dapat diserap. Enzim yang berbeda mencerna
zat makanan yang berbeda. Beberapa fungsi enzim yakni menurunkan
energi aktivitas, mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap
tanpa mengubah besarnya tetapan seimbangnya dan mengendalikan
reaksi. (Sumbono Aung, 2021).
Enzim biasanya sangat spesifik terhadap reaksi yang ia
kataliskan maupun terhadap substrat yang terlibat dalam reaksi.
Bentuk, muatan dan katakteristik hidrofilik atau hidrofobik enzim dan
substrat bertanggung jawab terhadap kespesifikan ini. Enzim juga

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

dapat menunjukkan tingkat stereospesifisitas, regioselektivitas, dan


kemoselektivitas yang sangat tinggi. Beberapa enzim yang
menunjukkan akurasi dan kespesifikan tertinggi terlibat dalam
pengkopian dan pengekspresian genom.
Enzim-enzim ini memiliki mekanisme "sistem pengecekan ulang".
Enzim seperti DNA polimerase mengatalisasi reaksi pada langkah
pertama dan mengecek apakah produk reaksinya benar pada langkah
kedua. Proses dwi-langkah ini menurunkan laju kesalahan dengan 1
kesalahan untuk setiap 100 juta reaksi pada polimerase mamalia.
Mekanisme yang sama juga dapat ditemukan pada RNA polimerase,
aminoasil tRNA sintetase dan ribosom.
Beberapa enzim yang menghasilkan metabolit sekunder
dikatakan sebagai "tidak pilih-pilih", yakni bahwa ia dapat bekerja pada
berbagai jenis substrat yang berbeda-beda. Diajukan bahwa
kespesifikan substrat yang sangat luas ini sangat penting terhadap
evolusi lintasan biosintetik yang baru Enzim papain berfungsi
memecah protein pada makanan menjadi molekul yang lebih
sederhana dengan cara menghidrolosis ikatan peptida oligopeptida
pendek atau asam amino sehingga akan lebih mudah dicerna dan
diserap oleh tubuh sehingga bias memperlancar metabolisme dalam
tubuh. (Prihatini Indah, Dewi, 2021).
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin
suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk
mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi
dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. (Indarwati Sri, 2019).
Enzim merupakan molekul biologis yang berfungsi mempercepat
reaksi biokimia tertentu dan menghasilkan produk yang spesifik.
Enzim, seperti halnya protein lain, disintesis oleh jaringan tubuh untuk

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

memenuhi kebutuhan metabolik. Enzim dengan spesifisitas, afinitas,


dan katalitik efisiensi yang tinggi sangat diperlukan dalam berbagai
proses kimia untuk menopang kehidupan dan mempercepat reaksi
kimia. Semua karakteristik enzim ini merupakan fokus utama dari
semua pengembangan obat-obatan untuk mengatasi penyakit. Lebih
dari satu jaringan/organ dapat mensintesis satu atau lebih banyak
enzim. Konsumsi teratur dari enzim dan makanan kaya enzim
membantu melindungi tubuh dari kemungkinan terjangkitnya penyakit.
(Purwani, 2019).
2.2 Uraian Bahan
a. Aquadest (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : Aqua destilata
Nama Lain : Air suling
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan


tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
b. Amilum (Ditjen POM, 2020: 1368)
Nama resmi : Tapioca starch / amylum manihotA
Nama lain : Pati singkong
Rumus Molekul : C6H10O5
Berat Molekul : 693,7 g/mol
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

c. Asam Asetat (Ditjen POM, 2014 : 169)


Nama Resmi : Acidum aceticum
Nama Lain : Asam Asetat
Berat Molekul : 60,052 g/mol
Rumus Molekul : CH3COOH
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk,


rasa asam dan tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
95% p dan dengan gliserol p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
d. Iodium (Ditjen POM, 1979 : 316)
Nama Resmi : Iodium
Nama Lain : Iodium
Rumus Molekul : I2
Rumus Struktur :

Pemerian : Keping atau butir, mengikat seperti logam,


hitam kelabu, dan bau khas.
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol 95% P, dalam kurang
lebih 30 bagian glisero P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
e. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 2020 : 1224)
Nama resmi : Natrii hydroxydum
Nama lain : Natrium hidroksida
Rumus Molekul : NaOH

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

Berat Molekul : 40,00 g/mol


Rumus Struktur : Na ─ OH
Pemerian : Bentuk batang, butiran massa hablur atau
keping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
f. Natrium Klorida (Ditjen POM, 1979 : 403)
Nama Resmi : Natrii chloridum
Nama Lain : Natrium Klorida
Berat Molekul : 63 g/mol
Rumus Molekul : NaCl
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna, atau


serbuk hablur putih, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit mudah larut
dalam gliserin, sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.3 Prosedur Kerja)
1. Sebnayk 4 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 5
mL arutan kanji 1 %.
2. Tabung pertama dicelupkan dalam air es.
3. Tabung kedua pada temperatur kamar.
4. Tabung ketiga pada air panas 380C.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

5. Masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes saliva encer.


6. Khusus tabung keempat, saliva encer yang ditambahkan telah
dipanaskan di air mendidih.
7. Pada interval 5 menit, diambil contoh dari masing-masing tabung
dan ditetes pada plat tetes.
8. Tentukan kecepatan penguraian masing-masing contoh.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

BAB III METODE KERJA


3.1 Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum pengaruh
temperatur terhadap keaktifan enzim yaitu gelas ukur 10 mL, pipet
tetes, pipet skala, tabung reaksi.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum
pengaruh temperatur terhadap keaktifan enzim adalah asam asetat,
iodine 0,01 M, larutan kanji 1%, NaCl 0,1 M, saliva encer (1:9).
3.3 Cara Kerja
Sebanyak 4 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi
dengan 5 mL arutan kanji 1 %. Tabung pertama dicelupkan dalam air
es. Tabung kedua pada temperatur kamar. Tabung ketiga pada air
panas 380C. Masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes saliva encer.
Khusus tabung keempat, saliva encer yang ditambahkan telah
dipanaskan di air mendidih. Pada interval 5 menit, diambil contoh dari
masing-masing tabung dan ditetes pada plat tetes. Tentukan
kecepatan penguraian masing-masing contoh.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
A. Pengaruh temperatur terhadap keaktivitas enzim
Waktu Warna
(Menit) Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
5 Biru tua Biru Biru Biru tua
kehitaman kehitaman
10 Biru tua Biru Biru Biru tua
kehitaman kehitaman
15 Biru tua Biru Biru Biru tua
kehitaman kehitaman
20 Biru tua Biru tua Biru Biru tua
kehitaman
25 Biru tua Biru tua Biru tua Biru tua

30 Biru tua Biru tua Biru tua Biru tua

4.2 Pembahasan
Enzim adalah suatu biokatalisator, yaitu suatu bahan yang
berfungsi mempercepat reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup tetapi
zat itu sendiri tidak ikut bereaksi karena pada akhir reaksi terbentuk
Kembali. Suatu reaksi kimia yang berlangsung dengan bantuan enzim
memerlukan energi yang lebih rendah. Jadi enzim juga berfungi
menurunkan energi aktivitasi. Hampir semua proses metabolism
dalam sel membutuhkan enzim untuk terjadi pada tingkat yang cukup
cepat untuk mempertahankan hidup. (Sumbono Aung, 2021).

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

Pada pengujian pengaruh temperatur terhadap keaktivan


enzim, disiapkan 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 5
mL larutan kanji. Pengujian pertama dilakukan pada tabung pertama
yang dicelupkan dalam air es. 5 menit setelah tabung tersebut di celup
dalam air es, di tetesi saliva encer sebanyak 3 tetes dan satu tetes lod,
pada interval pengujian pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, dan 40
menunjukkan hasil berwarna biru tua.
Pengujian kedua dilakukan dengan tabung kedua dengan
kondisi pada temperature kamar, 5 menit setelah tabung tersebut
dipada kondisinya, di tetesi saliva encer sebanyak 3 tetes dan 1 tetes
iod, pada interval menit ke 5, 10, 15, 20, dan 25 terjadi perubahan
warna biru kehitaman, sedangkan pada interval menit ke 30, 35, dan 40
terjadi perubahan warna biru tua.
Pengujian ketiga pada tabung ketiga dengan kondisi pada
suhu 38°c, 5 menit setelah tabung tersebut pada kondisinya, di tetesi
saliva encer sebanyak 3 tetes dan 1 tetes lod, pada interval menit ke 5,
10, 15, 20, 25, dan 30 terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman,
sedangkan pada interval menit ke 35, dan 40 terjadi perubahan warna
biru tua.
Pengujian terakhir pada tabung keempat dengan kondisi telah
dipanaskan dalam air mendidih, 5 menit setelah tabung tersebut pada
kondisinya, di tetesi saliva encer sebanyak 3 tetes dan 1 tetes lod, pada

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

interval menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, dan 40 terjadi perubahan
warna biru tua.
Faktor Kesalahan yang Mungkin Mempengaruhi Hasil:
1. Ketidakpastian dalam pengukuran warna: Pengukuran warna
subjektif dapat memengaruhi hasil. Penggunaan alat pengukuran
warna yang tepat dan standarisasi dalam pengamatan dapat
mengurangi faktor kesalahan ini.
2. Variabilitas sampel: Variabilitas dalam kualitas enzim saliva atau
komposisi sampel dapat memengaruhi hasil. Penggunaan enzim
saliva yang lebih murni dan konsisten dapat membantu mengurangi
faktor ini.
3. Kontaminasi: Kontaminasi dari tabung sebelumnya atau faktor
eksternal dapat mempengaruhi hasil percobaan. Penting untuk
memastikan bahwa tabung dan peralatan bersih sebelum
digunakan.
Aktivitas enzim saliva pada suhu kamar optimal disebabkan oleh
fakta bahwa suhu ini mendukung interaksi enzim dengan substratnya
dengan cara yang paling efisien. Pada suhu yang lebih rendah, energi
kinetik molekul menurun, mengurangi kemungkinan tumbukan antara
enzim dan substrat, sehingga laju reaksi menurun. Pada suhu yang
lebih tinggi, aktivasi energi untuk denaturasi enzim dapat tercapai, yang
mengakibatkan kerusakan struktur enzim dan kehilangan aktivitasnya.
Perubahan warna dalam percobaan mengindikasikan terjadinya reaksi
kimia antara enzim dan substrat, yang terkait dengan perubahan suhu
dan aktivitas enzim.
Penggunaan pereaksi iodine (I2) dan asam asetat (CH3COOH)
dalam percobaan ini memiliki alasan yang berkaitan dengan metode
pengujian aktivitas enzim amilase dalam saliva. Pereaksi ini digunakan
untuk mendeteksi perubahan warna dalam reaksi enzimatis yang

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

terjadi saat amilase dalam saliva mengkatalisis hidrolisis pati menjadi


gula maltosa. Berikut alasan penggunaan pereaksi tersebut:
1. Pembentukan Kompleks Iodin-Stark: Iodine (I2) dalam larutan air
akan membentuk kompleks dengan pati, yang dikenal sebagai
kompleks iodin-stark. Kompleks ini memiliki warna coklat kebiruan.
Saat pati hadir dalam larutan yang mengandung I2, kompleks ini
terbentuk dan menghasilkan warna karakteristik coklat kebiruan.
2. Perubahan Warna yang Jelas: Ketika enzim amilase dalam saliva
menghidrolisis pati menjadi gula maltosa, pati akan terurai menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil. Sebagai akibatnya, kompleks
iodin-stark terganggu, menghasilkan perubahan warna yang lebih
terang atau biru gelap. Perubahan warna ini secara visual
mencerminkan aktivitas enzimatis dan memungkinkan kita untuk
memantau laju reaksi enzimatik.
Selain itu, asam asetat (CH3COOH) digunakan dalam percobaan
ini untuk menghentikan reaksi enzimatis. Asam asetat berperan
sebagai penghentian reaksi karena dapat menginaktivasi amilase. Ini
penting untuk menghentikan reaksi dan memastikan bahwa perubahan
warna yang diamati benar-benar terkait dengan aktivitas enzimatis
yang telah terjadi selama periode waktu tertentu.
Uji pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim dilakukan
untuk mengetahui kondisi optimum enzim dalam mendegradasi
substrat. Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada temperatur
tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan
bertambahnya temperatur hingga temperatur optimum tercapai.
Kenaikan temperatur di atas temperatur optimum akan menyebabkan
aktivitas enzim menurun.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasrkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa Hasil yang
diperoleh yaitu keaktifan enzim sangat dipengaruhi oleh temperatur
atau suhu. Penempatan tabung reaksi di berbagai tempat yang
berbeda seperti air es, dipenangas air, dan suhu kamar, serta
campuran larutan saliva yang memiliki perlakuan berbeda
(dipanaskan terlebih dahulu) dapa tmenyebabkan perubahan warna
sebab enzim memiliki suhu optimum dan minimun saat dia berikatan
dengan substratnya.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikan harus
memperhatikan kebersihan alat yang akan dipakai dan praktikan
diharapkan lebih teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi pada
sampel jika ditambahkan dengan larutan pereasi selektif maupun
larutan pereaksi spesifik, dan peraktikan diharapkan selalu mematuhi
peraturan yang ada dalam laboratorium.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

DAFTAR PUSTAKA

Aung Sumbono, 2021. Seri Biokimia Pangan Dasar. Kediri : CV Budi Utami.

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dea Amalia, 2019. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, dan Protease Dari
Larva. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.

Ega Arya Saputra, Amalliya Santri, 2022. Peran Enzim Dalam Metabolisme
Berdasarkan Al-qur’an dan Hadist. Bengkulu : Universitas Islam
Negeri Fatmawati Soekarno.

Indah Prihatini, Ratna Kumala Dewi, 2021. Kandungan Enzim Papain Pada
Pepaya (Carica papaya l) Terhadap Metabolisme Tubuh.
Tulungagung : UIN Sayyid Ali Rahmatullah.

Ni Nyoman Purwani, 2018. Enzim : Aplikasi Di Bidang Kesehatan Sebagai


Agen Terapi. Surabaya : Universitas Airlangga.

Sri Indarwati, 2019. Kebutuhan Daya Pada Air Conditioner Saat Terjadi
Perbedaan Suhu dan Kelembaban. Semarang : Universitas Wahid
Hasyim.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

Skema Kerja

Sebnayk 4 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 5 mL


arutan kanji 1 %.

Tabung pertama dicelupkan dalam air es.

Tabung kedua pada temperatur kamar.

Tabung ketiga pada air panas 380C.

Masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes saliva encer.

Khusus tabung keempat, saliva encer yang ditambahkan telah


dipanaskan di air mendidih.

Pada interval 5 menit, diambil contoh dari masing-masing tabung dan


ditetes pada plat tetes.

Tentukan kecepatan penguraian masing-masing contoh.

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

LAMPIRAN

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN ENZIM

NURFADILA MUNAWARA NURMALA SARI


15020220079

Anda mungkin juga menyukai