Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Pengaruh pH


Terhadap Aktivitas Enzim yang dibuat oleh
Nama : Lisnawati
Nim : 1513040005
Kelas : Pendididkan Kimia A
Kelompok : III (tiga)
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten, maka laporan ini dinyatakan
diterima.

Makassar, Desember 2015


Koordinator Asisten Asisten

Agung Suprianto Agung Suprianto

NIM. 1214040002 NIM. 1214040002

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab,

Dr.Ir.Hj.Rosdiana Ngitung,M.Pd
NIP : 195810091989032
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik yang dilakukan
dalam laboratorium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oeh beberapa
faktor, yaitu suhu, tekanan, waktu, dan lain sebagainya. Apabila suatu kondisi
tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan, maka reaksi tidak dapat
berlangsung dengan baik. Tubuh merupakan laboratorium yang sangat rumit,
karena di dalamnya terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Penguraian zat
makanan, penggunaan hasil uraian untuk memperoleh energi, penggabungan
kembali hasil uraian untuk memebentuk suatu persediaan makanan dalam
tubuh serta banyak reaksi lain yang apabila dilakukan di dalam laboratorium
atau in vitro membutuhkan keahlian khusus serta waktu yang cukup lama,
dan dapat berlangsung dengan baik di dalam tubuh tanpa memrlukan suhu
tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Reaksi atau proses
kimia yang berlangsung dengan baik dalamm tubuh ini dimungkinkan karena
adanya katalis yang disebut enzim.
Enzim merupakan protein yang berfungsi berfungsi sebagai katalisator
untuk reaksi-reaksi kimia di dalam sistem biologi. Katalisator mempercepat
reaksi kimia, walaupun katalisator ikut serta dalam reaksi. Enzim merupakan
kataisator protein ntuk reaksi-reaksi kimia pada sistem bioogi. Sebagian besar
reksi tersebut tidak bisa dikatalis oleh enzim. Seluruh reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel memerlukan enzim. Enzim disintesis di dalam sel namun
tidak selamanya aktifitas enzim terjadi di dalam sel. Beberapa reaksi kimia
yang dikendalikan oleh enzim antara lain respirasi, pertumbuha,
perkembangan, kontraksi otot, fotosintesis, dan lain sebagainya.
Enzim dalam tubuh hanya dapat bekerja jika substratnya cocok,
seperti halnya kunci dan anak kunci. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu, temperatur, suhu, konsentrasi enzim, Zat penghambat, zat
penggiat, dan konsentrasi substrat. Enzim juga memiliki standar untuk
bekerja secara optimum. Bila aktifitas enzim diukur oleh pH yang berlainan,
maka sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktifitas
optimum antara pH 5,0-9,0 kecuali beberapa enzim, misalnya pepsin (pH
optimum=2). hal tersebut disebabkan oleh:
1. Pada pH rendah atau tinggi , enzim akan mengalami denaturasi.
2. Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami
perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktifitas enzim.
Olehnya itu, untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan suatu
percobaan tentang bagaiman sebenarnya pegaruh pH terhadap kerja atau
aktifitas enzim.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah membuktikan pengarug pH
terhadap aktivitas enzim amilase.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuktikan bahwa
pH berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang mampu
mempercepat transformasi kimia khusus, seperti hidrolisis, oksidasi, atau reduksi.
Alam proses tersebut enzim tidak mengalami perubahan, sehingga enzim berperan
sebagai katalisator biologis (biokatalisator). Satu kelas kofaktor yang
mengandung molekul organic kecil disebut koenzim, yang mengaktifkan
apoenzimnya dengan menerima atom hydrogen atau proton dari enzim substrat,
misalnya enzim glutamate dehidrogenase memerlukan kofaktor NAD untuk
memindahkan atom hydrogen dari glutamate. Beberapa koenzim mengandung
vitamin sebagai bagian dari molekulnya. Bebrapa kofaktor enzim merupakan ion
logam monovalen atau divalent (Seowolo, 2000).
Enzim sebagai katalisator berfungsi menurunkan barier energy (jumlah
energy aktivitas yang diperlukan) dari suatu reaksi, sehingga reaksidapat
berlangsung dengan cepat. Dalam suatu rangkaian reaksi yang dikatalis oleh
enzim, oksidasi glukosa dilepaskan di dalam sel secara cepat dan aman (Kimball,
1991).
Suatu katalis adalah suatu agen kimiawi yang mengubah laju reaksi tanpa
harus dipergunakan oleh reaksi itu. Dengan tidak adanya enzim, lalu lintas
kimiawi melalui jalur-jalur metabolism akan menjadi sangat macet (Campbell,
2002).
Setiap enzim adalah suatu molekul protein yang kompleks dengan berat
molekul antara 1 X 104 1 X 106, memiliki bagian aktif secara enzimatik,
berbentuk globular. Setiap sel dapat memiliki ribuan jenis enzim, yang
mengkatalis ribuan reaksi yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Misalnya
enzim mengkatalis sintesis zat-zat, mengkatalis kontraksi otot, membantu gerakan
molekul-molekul menembus membrane. Mengkatalis pencernaan dan absorpsi
makanan, dan masih banyak lagi. Kebanyakan hewan mulai dari porifera sampai
manusia memiliki tipe umum enzim yang sama (Seowelo, 2000).
Salah satu enzim yang ditemukan pada tumbuhan salah satunya adalah
enzim amilase. Nama lain dari amylase adalah Diastase. Enzim tersebut dapat
menghidrolisis amilum menjadi gula. Amylase dihasilkan oleh daun atau biji yang
sedang berkecambah. Aktifitas amylase dipengaruhi oleh garam-garam anorganik,
pH, suhu, dan cahaya. pH optimum dari amylase menurut Hopkins, Cole, dan
Green (Miller, 1983) adalah 4,5 4,7 (Tim pengajar, 2015).
Setiap enzim dapat membedakan substratnya dari senyawa yang sangat
dekat sekali hubungannya, seperti isomer, sedemikian rupa sehingga setiap jenis
enzim mengkatalis suatu reaksi tertentu. Misalnya sukrase hanya akan bekerja
pada sukrosa dan akan menolak disakarida lain, seperti maltose. Ingat bahwa
enzim adalah protein, dan protein adalah makromolekul dengan konformasi tiga
dimensi yang unik. Kekhususan suatu enzim disebabkan oleh bentuknya tersebut
(Campbell, 2002).
Suatu enzim agar dapat melakukan tugasnya, harus melakukan penyatuan,
biarpun hanya sebentar, dengan paling sedikit satu dari zat yang bereaksi. Pada
umumnya daya yang mengikat enzim dengan substratnya bukan ikatan kovalen.
Tetapi ikatan hydrogen, ikatan ion dan daya tarik antar gugus hidrofobik dari dua
molekul itu akan secara sendiri-sendiri atau bersama mengikat substrat pada
enzim. Kebanyakan dari interaksi ini bersifat lemah, terutama jika atom-atom
yang bersangkutan tidak berada di dalam jarak yang amat dekat. Karena itu, agar
ikatan dan substrat enzim cukup kuat, kedua molekul harus sangat berdekatan
dan meliputi suatu area yang cukup luas agar sejumlah daya tarik yang lemah ini
dapat beroperasi. Jadi molekul substrat harus cocok dengan satu permukaan
komplementer molekul enzim seperti sebuah kunci dengan lubang kunci
(Kimball, 1991).
Enzim bersifat spesifik, artinya spesifik untuk substrat tertentu (molekul
reaktan). Beberapa enzim bekerja pada tipe ikatan tertentu, sehingga enzim jenis
ini dapat bekerja pada banyak substrat yang memiliki ikatan tertentu tadi.
Contohnya tripsin (enzim proteolitik) mengkatalis hidrolisis ikatan peptide. Ada
pula enzim yang sangat spesifik untuk substratnya, misalnya sukrase hanya akan
mengkatalis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Beberapa enzim agar dapat
berfungsi memerlukan factor pembantu (kofaktor). Dalam hal ini, enzim disebut
apoenzim.
Aktivitas enzim sangat terpengaruh oleh keadaan suhu dan pH. Masing-
masing enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu dan pH tertentu dan
aktivitasnya berkurang dalam keadaan dibawah dan diatas titik tersebut. Enzim
pepsin bekerja paling efektif pada pH 1-2, sedangkan enzim proteolotik lainnya,
tripsin pada pH tersebut menjadi tidak aktif, tetapi sangat efektif pada pH 8.
Peranan penting dari struktur tersier yaitu bentuk, didalam fungsi enzim dan
peranan dari daya yang lemah seperti ikatan hydrogen dan ikatan ion dalam
pembentukan struktur tersier, dapat diketahui bahwa mengapa enzim itu begitu
peka terhadap suhu dan pH. Ikatan hydrogen mudah rusak dengan kenaikan suhu.
Hal ini selanjutnya akan merusak bagian-bagian struktur tersier enzim yang
esensial untuk mengikat substrat. Perubahan pH, mengubah keadaan ionisasi dari
asam amino yang bermuatan (yaitu asam aspartiat) yang dapat mempunyai
peranan penting dalam pengikatan substrat dan proses katalitik. Tanpa gugus -
COOH dari Glu -35 yang tidak terion dan gugus - COO - dari ASP -52 yang
terion, proses katalitik dari lisozim akan terhenti (Kimball, 1991).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa/22 Desember 2015
Waktu : 07:30 s.d 09:00 WITA
Tempat: Laboratorium Biologi lantai III sebelah timur FMIPA
UNM.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi besar dan kecil
b. Pipet
c. Rak tabung reaksi
d. Lampu spiritus
e. Korek
f. Stopwatch
2. Bahan
a. Larutan amilum
b. Kecambah padi, jagng atau kacang hijau
c. Larutan fehling A dan B
d. Larutan JKJ
e. HCl encer (10%)
f. Larutan NaOH 1%
g. Kertas pH/pH meter
h. Kertas saring
i. Aquades

C. Prosedur Kerja
1. Mengambil segenggam kecambah padi/jagung/kacang hijau. Lalu
memasukkan ke dalam mortar kemudian digerus. Menambahkan aquades
30 mL sambil digerus.
2. Menyaring cairan yang didapat dari nomor 1, memasukkan ke dalam
tabung centrifuge. Memuatar pada centrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan sedang.
3. Menuangkan cairan supernatant (bening) yang diperoleh ke dalam tabung
reaksi.
4. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi besar dan isikan ke dalam masing-
masing tabung tersebut 1 mL larutan amilum, kemudian memberi label I-
IV.
5. Memasukkan ekstrak kecambah yang didapat dari no. 3 ke dalam tabung I,
cek pH-nya dan catatlah. Selanjutnya membagi cairan tersebut ke dalam 3
tabung reaksi kecil, beri label a, b, c. setelah 10 menit, tambahkan larutan
JKJ atau fehling A dan B ke dalam tabung a. Setelah 15 menit, menambah
zat yang sama ke dalam tabung b, dan setelah 15 menit, menambahkan
kimia pula zat yang sama ke dalam tabung c. Lalu mencatat warnanya.
6. Pada tabung II tambahkan 1-2 tetes HCl encer, cek pH-nya dan mencatat.
Kemudian menambahkan 1 mL ekstrak dari no. 3. Selanjutnya perlakukan
seperti no. 5.
7. Pada tabung III menambahkan 1 tetes larutan NaOH, cek pH-nya dan
catatlah. Kemudian menambahkan 1 mL ekstrak dari no. 3. Selanjutnya
perlakuan seperti no. 5.
8. Pada tabung IV menambahkan 10 tetes larutan JKJ dan mencatat
warnanya. Pada tabung V menambahkan 10 tetes larutan fehling A dan B,
memanaskan selama 2 menit mengamati perubahan warnanya dan
mencatat.
9. Membandingkan warna yang terjadi pada tabung I V, membuat table dan
menyimpulkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Perubahan warna


pH Awal khir
Tabung
Putih keruh Kuning kecoklatan
I 3 Putih keruh Coklat muda pekat
Putih keruh Kuning kecoklatan
Putih susu Hijau kacang hijau
II 3
Putih susu Coklat tua pekat
Putih susu Coklaat kekuningan
Bening keruh Hijau kacang hijau
III 3 Bening keruh Orange
Bening keruh Hijau kacang hijau
IV - Bening Biru muda

Keterangan:
Tabung A : Amilum + ekstrak kecambah + fehling A dan B
Tabung B : Amilum + ekstrak kecambah + HCl encer +
fehling A dan B
Tabung C : Amilum + ekstrak kecambah + larutan NaOH +
fehling A dan B
Tabung D : Amilum + fehling A dan B
Tabung A1, B1, C1 : Dipanaskan setelah 5 menit
Tabung A2, B2, C2 : Dipanaskan setelah 10 menit
Tabung A3, B3, C3 : Dipanaskan setelah 15 menit

B. Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan setiap tabung yang berisi ekstrak
kecambah ditambahkan dengan Larutan fehling A dan B untuk
membuktikan bahwa suatu larutan mengandung amilum , dan juga untuk
membuktikan apakah enzim bekerja atau tidak.
Pada percobaan yang telah dilakukan setiap tabung yang berisi ekstrak
kecambah dan mengandung larutan fehling A dan B juga ditambahkan HCl
dan NaOH. Larutan HCl berfungsi untuk mengetahui apakah enzim bisa
bekerja pada suasana asam. Sedangkan, larutan NaOH berfungsi untuk
mengetahui apakah enzim bisa bekerja pada suasana basa.
1. Tabung A
Mengecek pH-nya setelah penambahan fehling A dan B, tabung A1, A2,
A3 masing-masing didiamkan selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit
kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan, tabung A1 yang warna awalnya
putih keruh menjadi kuning kecoklatan, tabung A2 yang warna awalnya
putih keruh menjadi coklat muda pekat, dan tabung A3 yang warna
awalnya putih keruh menjadi kuning kecoklatan. Dari hasil pengamatan
kita dapat mengetahui bahwa enzim amilase tidak bekerja secara
maksimal. Ini dikarenakan pH-nya yang tidak berada pada keadaan stabil,
sehingga jumlah glukosa yang dihasilkan sedikit.
2. Tabung B
Tabung B ditambahkan HCl encer, kemudian mengecek pH-nya
setelah penambahan fehling A dan B, lalu tabung B1, B2, dan B3 masing-
masing di diamkan selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit kemudian
dipanaskan. Setelah dipanaskan, tabung B1 yang warna awalnya putih susu
menjadi berwarna hijau kacang hijau, tabung B2 yang warna awalnya putih
susu menjadi coklat tua pekat, dan pada tabung B3 yang warna awalnya
putih susu tetap berwarna coklat kekuningan. Dari hasil pengamatan kita
dapat menyimpulkan bahwa enzim amilase tidak bekerja dan amilum tidak
terpecah menjadi glukosa. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya
perubahan warna setelah pemanasan, ini menandakan bahwa enzim tidak
bekerja.
3. Tabung C
Tabung C ditambahkan larutan NaOH, kemudian mengecek pH-nya
setelah penambahan fehling A dan B, lalu tabung C1, C2, C3 masing-masing
di diamkan selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit kemudian dipanaskan.
Setelah dipanaskan, tabung C1 yang warna awalnya bening keruh menjadi
hijau kacang hijau, tabung C2 yang warna awalnya bening keruh berubah
menjadi orange dan tabung C3 yang warna awalnya bening keruh menjadi
hijau kacang hijau. Dari hasil pengamatan kita dapat mengetahui bahwa
larutan bersifat basa namun enzim amilase tidak bekerja secara maksimal
sebagaimana pada tabung A. Ini dikarenakan pH-nya yang tidak berada
pada keadaan stabil, sehingga jumlah glukosa yang dihasilkan sedikit.
4. Tabung D
Tabung D hanya di isi dengan larutan amilum kemudian ditambahkan
dengan fehling A dan B. Warna awal bening dan akhirnya berwarna biru
muda. Hal ini disebabkan karena tabung D sebagai indikator negatif.
Artinya fehling A dan B berfungsi sebagai indikator ada tidaknya
kandungan amilum dalam suatu bahan makanan atau larutan.
Dari percobaan tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a. Alat-alat yang digunakan mungkin tidak terlalu bersih sehingga terjadi
pencampuran zat. Dari pencampuran zat inilah menyebabkan terjadinya
perubahan warna yang tidak sesuai dengan teori.
b. Suhunya mungkin tidak sesuai dengan suhu optimum dimana enzim
bekerja.
c. Kurangnya ketelitian saat penambahan HCl dan NaOH serta dalam
perhitungan waktu.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa suhu dan pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas
enzim. Dalam pengamatan ini, enzim tidak dapat beraktivitas secara
efektif pada kondisi yang terlalu asam dan pada kondisi yang terlalu basa.
B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah :
1. Sebaiknya alat-alat yang disediakan laboratorium diperhatikan, sehingga
praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik.
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam praktikum agar tidak
melakukan kesalahan praktikum, seperti ketidaksengajaan menumpahkan
larutan.
3. Diharapkan asisten lebih aktif lagi mengamati dan membantu praktikan
selama kegiatan praktikum.
LAMPIRAN

Pertanyaan dan Jawaban


1. Apa gunanya larutan fehling A dan B dan JKJ?
Jawab :
Larutan fehling A dan B serta larutan JKJ berfungsi untuk membuktikan
bahwa suatu larutan mengandung larutan amilum, juga untuk menentukan
apakah enzim amilase bekerja atau tidak. Jika enzim tersebut bekerja ditandai
dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan tersebut.
2. Mengapa kecambah perlu dicentrifuge terlebih dahulu?
Jawab :
Ekstrak enzim dari biji perlu dicentrifuge untuk mendapatkan larutan
supernatan yang bening.
3. Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan diatas?
Jawab :
HCl dan NaOH pada percobaan berfungsi untuk menciptakan suasana
asam dan basa pada larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Jilid I Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Kimball, John W. 1991. Biologi Jilid I Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: DepDikNas.

Tim Pengajar. 2015. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Makassar: Jurusan


Biologi FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai