Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PRAKTIKUM BIOKIMIA

LAPORAN UJI AKTIVITAS ENZIM

OLEH
Kelompok 6
Itaul Masarroh 10119089
Jinani Firdausi Putri 10119091
Laila Alfi Sahara 10119094
Layyini Khofifah 10119096

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Enzim merupakan katalisator biologis yang bertanggung jawab untuk
mendukung semuareaksi kimia sel dalam mempertahan homeostatis. Katalisator dapat
berupa enzim maupunsenyawa bukan enzim yaitu berupa logam. Karena perannya
dalam mempertahankan proses kehidupan, pemeriksaan dan pengaturan obat-obatan
yang mempengaruhi kerja enzim menjadi kunci utama dalam diagnosis klinis dan
terapi. Komponen makromolekul semua enzim adalah protein, kecuali katalisator
yang disebut ribozim. Ribozim merupakan molekulasam ribonukleat yang
mengkatalis reaksi pada ikatan fosfodiester pada RNA. Katalisatorenzim berbeda
dengan katalisator yang terbuat dari logam (Page, S. D. 2006).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga
meskipun jumlah enzim ribuan didalam sel-sel dan substratnya pun sangat banyak,
tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim merupakan bagian enzim yang merupakan
protein, mempunyai struktur tigadimensi. Bagian yang buakn protein disebut
koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzimdisebut haloenzi. Struktur tiga dimensi
pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitaskatalis oleh karena itu perubahan
konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi aktivitasnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang enzim, sifat warna, danreaksi-reaksinya (Page,
S. D. 2006).

B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik
Untuk mengetahui pengaruh ph terhadap aktivitas enzimatik
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimatik
Untuk mengetahui pengaruh subtract terhadap reaksi enzimatik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam
reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang
dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu
sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah
protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang
sangat luas (Suhtanry, 1985).
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari
katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa
pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme
dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan
baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas
metabolic yang berbeda (Cartono,2004).
Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa
berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian protein
enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat
erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada umumnya dua
kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari
bagian seperti yang diterangkan diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo
enzim. Bagian protein dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut co-
enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan substrat pada
enzim atau mentransfer electron yang timbul selama proses katalisis (Poedjiadi dan
Supriyatin, 1994).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara
produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk
tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang
normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang
sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya
(Salisbury, 1995).
Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai
struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang
mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur
tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak
terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya (Sadikin, 2002).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam
maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi
tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi,
sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang berat
molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi
suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah
substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir
menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. dari golongan protease dan urase
serta beberapa jenis enzim lainnya (Dwidjoseputro, 1992).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing
enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain.
Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya
pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union
of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan
tersebut ialah (Poedjiadi , 2006).
a. Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
dehidrogenase dan oksidase.
b. Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan
aminotrandferase atau disebut juga transminase (Poedjiadi dan Supriyatin, 1994).
c. Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim dalam
kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase,
karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin (Poedjiadi dan Supriyatin, 1994).
d. Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
e. Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler,
misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L
menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh
enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase dan
glukosafosfat isomerase.
f. Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua
molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang
terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C.
contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat
karboksilase.
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak
akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya
denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah
(Dwidjoseputro, 1992) :
1. Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu,
karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya
berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi
denaturasi protein.
3. Kosentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
4. Kosentrasi Subtrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
- Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
- Sptula
- Gelas beaker
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- tabung emlemeyer 250ml
- water bath
- spektoforometer
-
B. Bahan
- Buffer sitrat dengan ph 5
- Buffer karbonat dengan ph 10
- Buffer asam borat dengan ph 7,6
- Iodium
- Amilum
- Caliva
- lart.PH7
- Nacl 0,%
- Substrat
- Hcl 0,2 N
- enzim, KI-KIO3

C. Cara Kerja
 Uji pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik
1. Masukkan lart penyangga/ pH7 Kedalam enlemeyer dengan menggunakan pipet
sebanyak 15 ml
2. Tambahkan 3 ml larutan substrat kedalam enlemeyer dengan menggunakan pipet
3. Tambahkan Nacl 0,9% kedalam enlemeyer sebanyal 6ml
4. Lakukan pencampuran dengan cara mengocok enlemeyer lalu diamkan
5. Kemudian berikan tandai pada masing" enlemeyer untuk suhu 27^c dibiarkan
disuhu ruangan
6. Kemudian untuk suhu 0◦c letakkan pada bungkahan es yang berada di dlam ember
7. Untuk suhu 70◦c masukkan enlemeyer kedalam waterbath
8. Masukkan lart Hcl 0,2N kedalam masing" tabung reaksi sebanyak 10 ml
menggunakan pipet
9. Masukkan campuran lart dengan suhu 27◦c kedalam tabung yang bertanda 0 menit
sebanyal 1 ml
10. Lakukan pengocokan dengan cara menutup unjung tabungmembentuk angka
delapan
11. Masukkan enzim pada lart dengan suhu 27◦c sebanyak 1 ml kedalam enlemeyetr
12. Lakukan pengocokan pada enlemeyer agar homogen diamkan selama 5 menit
13. Pipet larutan dalam enlemeyer masukkan dalam tabung yang bertandakan 5 menit
sebanyak 1 ml
14. lakukan hal yang sama pada tabung reaksi berikutnya dengan waktu yang berbeda
diantaranya 10, 15,20 menit masing" sebanyal 1 ml
15. Kemudian pipet lart. KI-KIO3 lalu masukkan pada masing" tabung sebanyak 1 ml
16. Lalu mencari intensitas caya menggunakan spetofotometer dengan cara lart
dimasukkan kedalam kufet dan di masukkan dedalam spektofotometer

 Uji pengaruh ph terhadap aktivitas enzimatik


1. Disiapkan 3 tabung reaksi sudah diberi nama sitrat, karbonat dan asam borat
2. Masing-masing tabung diisi dengan amilum dan saliva
3. Tabung yang bertulis sitrat ditambah bufferr sitrat sebanyak 2 ml
4. Tabung yang bertulis karbonat diisi dengan buffer karbonat sebanyak 2 ml
5. Tabung yang bertulis asam borat diisi dengan buffer asam borat sebanyak 2 ml
6. Diamkan selama 5 menit
7. Kemudian masing-masing tabung reaksi ditetesi 5 ml iodium
8. Diamkan 5 menit sampai terjadi perubuhan reaksi

 Uji pengaruh konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimatik


1. Menyiapkan 4 tabung reaksi
2. Masing-masing diisi dengan 2 ml larutan amilum dan diisi berturut-turut dengan
saliva 0,5 ml; ml ; 0,1 ml; 2 ml
3. Kemudian masing-masing tabung diisi dengan 1 ml larutan iodium
4. Ditunggu beberapa saat sampai dapat beraksi semua
5. Diamati perubahan warna yang terjadi

 Uji pengaruh subtract terhadap reaksi enzimatik


1. Disiapkan 4 tabung reaksi kemudian setiap tabung diisi dengan saliva sebanyak 1
ml dan larutan iodium sebanyak 1 ml
2. Kemudian tabung reaksi diisi berturut-turut dengan larutan amilum 1 ml; 2 ml; 4
ml; 6 ml
3. Ditunggu beberapa saat sampai dapat beraksi semua
4. Mengamati perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL

 Uji pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik


- Erlenmeyer pada suhu 0℃
Tabung dengan Waktu Bahan Hasil
0 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna hitam pekat
Erlenmeyer ( larutan ph7
15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml) dengan
suhu 0℃ sebanyak 1ml +
KI-KIO3 1ml
5 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 0℃
yang sudah didiamkan
selama 5 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
10 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 0℃
yang sudah didiamkan
selama 10 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
15 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning cerah
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 0℃
yang sudah didiamkan
selama 15 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
20 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 0℃
yang sudah didiamkan
selama 20 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml

- Erlenmeyer pada suhu 27℃


Waktu Bahan Hasil
0 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
Erlenmeyer ( larutan ph7
15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml) dengan
suhu 27℃ sebanyak 1ml
+ KI-KIO3 1ml
5 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 27℃
yang sudah didiamkan
selama 5 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
10 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 27℃
yang sudah didiamkan
selama 10 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
15 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning cerah
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 27℃
yang sudah didiamkan
selama 15 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
20 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 27℃
yang sudah didiamkan
selama 20 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml

- Erlenmeyer pada suhu 70℃


Waktu Bahan Hasil
0 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
Erlenmeyer ( larutan ph7
15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml) dengan
suhu 70℃ sebanyak 1ml
+ KI-KIO3 1ml
5 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 70℃
yang sudah didiamkan
selama 5 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
10 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 70℃
yang sudah didiamkan
selama 10 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
15 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning cerah
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 70℃
yang sudah didiamkan
selama 15 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml
20 menit HCl 10 ml + campuran Berwarna kuning pekat
dalam Erlenmeyer (larutan
ph7 15ml + substrat 3ml +
NaCl 0,9% 6 ml + enzim
1ml) dengan suhu 70℃
yang sudah didiamkan
selama 20 menit sebanyak
1ml + KI-KIO3 1ml

 Uji pengaruh ph terhadap aktivitas enzimatik

No ph Perubahan warna
tabung

1 5 Warna larutan uji berubah jadi kuning dan berbentuk


endapan warna hitam
2 10 Larutan uji berubah jadi biru dan berbentuk endapan wana
hitam
3 7,6 Larutan uji berubah warna jadi biru kehitaman

 Uji pengaruh konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimatik

No Konsentrasi subtrat Konsentrasi enzim Perubahan warna


Tabung
1 Amilum 2 ml Amilase 0,5 ml Menjadi Biru pekat
2 Amilum 2 ml Amilase ml Menjadi kuning
kecoklatan kurang
pekat
3 Amilum 2 ml Amilase 0,1 ml Menjadi kuning
kecoklatan
4 Amilum 2 ml Amilase 2 ml Menjadi kuning
kecoklatan

 Uji pengaruh subtract terhadap reaksi enzimatik

No Konsentrasi subtrat Konsentrasi enzim Perubahan warna


Tabung
1 Amilum 1 ml Amilase 1 ml Dari warna putih
menjadi kecoklatan
terang
2 Amilum 2 ml Amilase 1 ml Dari warna putih
menjadi kecoklatan
agak pekat
3 Amilum 4 ml Amilase 1 ml Dari warna putih
menjadi kecoklatan
pekat
4 Amilum 6 ml Amilase 1 ml Dari warna putih
menjadi hitam
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Uji Aktivitas Enzim ini, bertujuan Untuk mengetahui
pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik, Untuk mengetahui pengaruh ph terhadap aktivitas
enzimatik, Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimatik, Untuk
mengetahui pengaruh subtract terhadap reaksi enzimatik. Enzim merupakan senyawa
berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai kasalisator dan dikenal sebagai
biokatalisator. Pada percobaan ini menggunakan alat yaitu Tabung reaksi dan rak tabung
reaksi, Sptula, Gelas beaker, Pipet tetes, Batang pengaduk, tabung emlemeyer 250ml, water
bath, spektoforometer. sedangkan bahan yaitu buffer sitrat dengan ph 5, buffer karbonat
dengan ph 10, bufferr asam borat dengan ph 7,6, Iodium, Amilum, Caliva, lart.PH7, Nacl
0,%, Substrat, Hcl 0,2 N, enzim, KI-KIO3.
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dimana
praktikan memasukkan larutan ph7 sebanyak 15ml , substrat sebanyak 3ml dan NaCl 0,9%
sebanyak 6 ml kedalam 3 (tiga) erlenmeyer dimana pada masing-masing erlenmeyer
praktikan melakukan perlakuan pendiaman selama 15 menit terhadap suhu yang berbeda-
beda yaitu pada erlenmeyer pertama didiamkan pada suhu 0℃ dengan diletakan didalam
wadah yang berisi bongkahan es, Erlenmeyer 2 didiamkan pada suhu ruang yaitu 27℃ dan
Erlenmeyer ketiga didiamkan pada suhu 70℃ menggunakan waterbath. Setelah dilakukan
pendiaman selanjutnya menyiapkan 5 tabung reaksi untuk masing-masing suhu beri label
pada setiap tabung reaksi yaitu 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit, kemudian
masukan HCl sebanyak 10 ml kedalam setiap tabung reaksi. Untuk tabung rekasi dengan
waktu 0 menit langsung ditambahkan campuran dalam Erlenmeyer yang didiamkan pada
suhu 0℃ tadi sebanyak 1ml , selanjutnya pada Erlenmeyer 0℃ ditambahkan enzim
sebanayak 1ml , untuk tabung reaksi 5 menit ditambahkan campuran dalam Erlenmeyer 0℃
tadi setelah didiamkan selama 5 menit , tabung reaksi dengan label 10 menit ditambahkan
dengan campuran Erlenmeyer 0℃ yang telah didiamkan selama 10 menit, tabung reaksi
dengan label 15 menit ditambahkan dengan campuran Erlenmeyer 0℃ yang telah didiamkan
selama 15 menit, tabung reaksi dengan label 20 menit ditambahkan dengan campuran
Erlenmeyer 0℃ yang telah didiamkan selama 20 menit,terakhir tambahkan KI-KIO3
sebanyak 1ml pada masing-masing tabung, kemudian lakukan perlakuan yang sama untuk
kelompok suhu 27℃ dan 70℃. Setelah semua kelompok suhu telah direaksikan lakukan
pengukuran intensitas cahaya menggunakan spektrofotometer.
Pada pengaruh pH terhadapa aktivitas enzim, digunakan 3 buah tabung reaksi, dimana
pada 3 tabung masing-masing diberi label sitrat, karbonat dan asam borat. Kemudian pada
ketiga tabung diisi dengan larutan amilum dan saliva. Dan pada tabung sitrat ditambahkan
buufer sitrat, pada tabung karbonat ditambahkan buufer karbonat, pada tabung asam borat
ditambahkan buufer asam borat. Setelah dilakuan pencampuran maka dibiarkan selama 5
menit. Pada percobaan ini dapat dibuktikan bahwa pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas
enzim, dimana pada Buffer sitrat dengan ph 5 dihasilkan warna kuning dan terdapat endapan
bewarna hitam, pada buffer karbonat dengan ph 10 dihasilkan warna biru dengan terdapat
endapan berwarna hitam, pada buufer asam borat dengan ph 7,6 dihasilkan warna biru
kehitaman. Literatur yang membenarkan hal ini yaitu enzim bekerja pada kisaran pH tertentu,
jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan,
sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0
sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim
yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH
optimum 2. Pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada
keadaan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang
mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Soewoto, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim dimana 4
tabung reaksi dimasukkan larutan amilum 2 ml pada kemudian dimasukkan 0,5 ml enzim
amilase pada tabung pertama, ml enzim amilase pada tabung kedua, 0,1 ml enzim amilase
pada tabung ketiga dan penambahan larutan iodium 1 ml pada keempat tabung yang
kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran larutan dibiarkan
beberapa saat didapat hasil yaitu terjadi perubahan warna pada masing-masing tabung raksi.
Pada tabung pertama berwarna biru pekat, tabung kedua berwana kuning kecoklatan sedikit
pekat , tabung ketiga berwana kuning kecoklatan tidak pekat, dan tabung keempat berwana
kuning kecoklatan paling tidak pekat. Literatur yang menyebutkan tentang hal ini yaitu
peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat
dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim
[E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat.
Pada percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim digunakan 4
buah tabung reaksi yang masing-masing tabung reaksi dimasukkan saliva 1 ml dan larutan
iodium 1 ml. kemudian ditambahkan 1 ml larutan amilum pada tabung pertama, 2 ml larutan
amilum pada tabung kedua, 4 ml larutan amilum pada tabung ketiga, 6 ml larutan amilum
pada tabung keempat. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran beberapa
saat. Pada percobaan ini didapatkan hasil pada tabung pertama paling tidak pekat atau
berwarna coklat, tabung kedua berwarna coklat terang agak pekat , tabung ketiga berwarna
coklat pekat dan tabung keempat sangat pekat atau berwarna hitam. Literatur
yang menyebutkan tentang hal ini yaitu pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat
diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat
sampai suatu batas kecepatan maksimum (V).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu dimana pada suhu reaksi kimia
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena
enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi
dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim
berkurang.
2. Keasaman / pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada setiap
pH yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel
karena menjadi denaturasi protein.
3. Dapat diketahui bahwa pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat
dapat dilihat seperti pada katalis, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan
enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
4. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan
kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi,
walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum.Bandung : PRISMA PRESS.
Dwidjoseputro, D.1992.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Page, D. S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia edisi II. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Anna dan Supriyatin, Titin. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia PRESS.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Soewoto Hafiz, dkk. 2000. Biokimia eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika
Suhtanry, Rubianty. 1985. Kimia Pangan. Makassar : Badan Kerja Sama Perguruan
Negeri Indonesia Bagian Timur.
Lampiran
 Uji pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik

 Uji pengaruh ph terhadap aktivitas enzimatik

 Uji pengaruh konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimatik

 Uji pengaruh subtract terhadap reaksi enzimatik

Anda mungkin juga menyukai