OLEH
Kelompok 6
Itaul Masarroh 10119089
Jinani Firdausi Putri 10119091
Laila Alfi Sahara 10119094
Layyini Khofifah 10119096
A. Latar belakang
Enzim merupakan katalisator biologis yang bertanggung jawab untuk
mendukung semuareaksi kimia sel dalam mempertahan homeostatis. Katalisator dapat
berupa enzim maupunsenyawa bukan enzim yaitu berupa logam. Karena perannya
dalam mempertahankan proses kehidupan, pemeriksaan dan pengaturan obat-obatan
yang mempengaruhi kerja enzim menjadi kunci utama dalam diagnosis klinis dan
terapi. Komponen makromolekul semua enzim adalah protein, kecuali katalisator
yang disebut ribozim. Ribozim merupakan molekulasam ribonukleat yang
mengkatalis reaksi pada ikatan fosfodiester pada RNA. Katalisatorenzim berbeda
dengan katalisator yang terbuat dari logam (Page, S. D. 2006).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga
meskipun jumlah enzim ribuan didalam sel-sel dan substratnya pun sangat banyak,
tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim merupakan bagian enzim yang merupakan
protein, mempunyai struktur tigadimensi. Bagian yang buakn protein disebut
koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzimdisebut haloenzi. Struktur tiga dimensi
pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitaskatalis oleh karena itu perubahan
konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi aktivitasnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang enzim, sifat warna, danreaksi-reaksinya (Page,
S. D. 2006).
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik
Untuk mengetahui pengaruh ph terhadap aktivitas enzimatik
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimatik
Untuk mengetahui pengaruh subtract terhadap reaksi enzimatik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam
reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang
dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu
sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah
protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang
sangat luas (Suhtanry, 1985).
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari
katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa
pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme
dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan
baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas
metabolic yang berbeda (Cartono,2004).
Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa
berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian protein
enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat
erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada umumnya dua
kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari
bagian seperti yang diterangkan diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo
enzim. Bagian protein dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut co-
enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan substrat pada
enzim atau mentransfer electron yang timbul selama proses katalisis (Poedjiadi dan
Supriyatin, 1994).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara
produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk
tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang
normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang
sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya
(Salisbury, 1995).
Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai
struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang
mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur
tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak
terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya (Sadikin, 2002).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam
maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi
tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi,
sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang berat
molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi
suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah
substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir
menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. dari golongan protease dan urase
serta beberapa jenis enzim lainnya (Dwidjoseputro, 1992).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing
enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain.
Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya
pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union
of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan
tersebut ialah (Poedjiadi , 2006).
a. Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
dehidrogenase dan oksidase.
b. Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan
aminotrandferase atau disebut juga transminase (Poedjiadi dan Supriyatin, 1994).
c. Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim dalam
kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase,
karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin (Poedjiadi dan Supriyatin, 1994).
d. Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
e. Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler,
misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L
menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh
enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase dan
glukosafosfat isomerase.
f. Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua
molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang
terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C.
contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat
karboksilase.
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak
akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya
denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah
(Dwidjoseputro, 1992) :
1. Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu,
karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya
berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi
denaturasi protein.
3. Kosentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
4. Kosentrasi Subtrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
- Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
- Sptula
- Gelas beaker
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- tabung emlemeyer 250ml
- water bath
- spektoforometer
-
B. Bahan
- Buffer sitrat dengan ph 5
- Buffer karbonat dengan ph 10
- Buffer asam borat dengan ph 7,6
- Iodium
- Amilum
- Caliva
- lart.PH7
- Nacl 0,%
- Substrat
- Hcl 0,2 N
- enzim, KI-KIO3
C. Cara Kerja
Uji pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik
1. Masukkan lart penyangga/ pH7 Kedalam enlemeyer dengan menggunakan pipet
sebanyak 15 ml
2. Tambahkan 3 ml larutan substrat kedalam enlemeyer dengan menggunakan pipet
3. Tambahkan Nacl 0,9% kedalam enlemeyer sebanyal 6ml
4. Lakukan pencampuran dengan cara mengocok enlemeyer lalu diamkan
5. Kemudian berikan tandai pada masing" enlemeyer untuk suhu 27^c dibiarkan
disuhu ruangan
6. Kemudian untuk suhu 0◦c letakkan pada bungkahan es yang berada di dlam ember
7. Untuk suhu 70◦c masukkan enlemeyer kedalam waterbath
8. Masukkan lart Hcl 0,2N kedalam masing" tabung reaksi sebanyak 10 ml
menggunakan pipet
9. Masukkan campuran lart dengan suhu 27◦c kedalam tabung yang bertanda 0 menit
sebanyal 1 ml
10. Lakukan pengocokan dengan cara menutup unjung tabungmembentuk angka
delapan
11. Masukkan enzim pada lart dengan suhu 27◦c sebanyak 1 ml kedalam enlemeyetr
12. Lakukan pengocokan pada enlemeyer agar homogen diamkan selama 5 menit
13. Pipet larutan dalam enlemeyer masukkan dalam tabung yang bertandakan 5 menit
sebanyak 1 ml
14. lakukan hal yang sama pada tabung reaksi berikutnya dengan waktu yang berbeda
diantaranya 10, 15,20 menit masing" sebanyal 1 ml
15. Kemudian pipet lart. KI-KIO3 lalu masukkan pada masing" tabung sebanyak 1 ml
16. Lalu mencari intensitas caya menggunakan spetofotometer dengan cara lart
dimasukkan kedalam kufet dan di masukkan dedalam spektofotometer
No ph Perubahan warna
tabung