Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS ENZIM

Disusun Oleh

CLARITHA I. J. TAOPAN

NIM. 1809010024

Dosen

Dede Rival Novian, S.Pd.,M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
BAB. I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam
komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting
dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel
hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan
sel. Amilase mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen
Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim
pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-l,6-glikosida. Enzim digolongkan menurut reaksi yang
diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya,
misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal
dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain (Aldi, 2010).

Enzim dibagi dalam enam golongan besar oleh Commision on Enzymes of the International
Union of Biochemistry. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim
memegang peranan Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah
diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat.
Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim
adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan
protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein
dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat
kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik
maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada
substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjiadi,
2006).

Klasifikasi enzim menurut International Enzyme Commission :

a. Oksireduktase : beredar antara bentuk-bentuk oksidasi dan reduksinya jika molekul –


molekul substrat secara berturut – turut dioksidasi. Dehidrogenasa adalah enzim redoks yang
tidak mengguankan oksigen sebagai suatu akseptor electron. Oksidasa adalah enzim redoks
yang beroksigen )2 berlaku sebagai aksptor electron. Oksigenasa : menyatukan diri dengan
oksigen secara langsung ke dalam molekul substrat. Peroksida : menggunakan H2O2 sebagai
suatu akseptor electron.

b. Transferasa : enzim transaminasa(aminotransferasa) mengkatalisasi pemindahan


reversible dari suatu asam amino ke suatu asam keto. Transaminasa tertentu juga berguna
dalam diagnose penyakit – penyakit istimewa. Misalnya jaringan jantung kaya akan
transminasa oksato asam glutamate(GOT) yang mengkatalisa reaksi. Jaringan hati kaya akan
suatu transaminasa yang sama. Tetapi asam piruvat tersangkut dan bukannya asam
oksaloasetat. Dalam penyakit tertentu, seperti hepatitis berinfeksi, jaringan mengalami
degenerasi akibat infeksi. Kimia enzim menjadi alat penting yang meningkat dalam diagnose
medic. Kinasa merupakan enzim transferasa yang memainkan peran penting dalam
pemindahan energy dari satu system ke system lain dalam bentuk “ikatan fosfat berenergi
tinggi”.

c. Hidrolisa : biasanya digolongkan atas dasar ikatan yang dihidrolisa. Beberapa peptidase
seperti tripsin dan kimotripsin, hubungannya dengan penentuan struktur protein primer.

d. Liasa (Adisi dari gugus pada suatu ikatan rangkap atau kebalikan dari reaksi tersebut)
contohnya : hidrasi dari ikatan asam fumarat oleh enzim furmarasa

e. Isomerasa (keseimbangan antara dua isomer) contohnya : reaksi yang dikatalisasikan


oleh alanin rasemasa, enzim yang ditemukan dalam bakteri

f. Ligasa (pembentukan dari ikatan dengan pembelahan ATP) : enzim ini


mengkatalisakan reaksi yang membentuk iktan kimia, yang sering disebut enzim
sintetasa(Page,1989)

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam aktivitas biologis.
Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah
yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal
tidak terjadi penyimpangan hasil reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena
panas, asam dan basa kuat, pelarut organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi
protein. Enzim dinyatakan mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada
substrat tertentu (Girinda, 1986).

Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme zat, bekerja dengan urutan yang teratur.
Enzim mengkatalis ratusan reaksi tahap yang menguraikan molekul nukleat. Reaksi yang
menyimpan dan mengubah energi kimia dan membuat makromolekul sel dan prekusor
sederhana. Diantara sekelompok yang berpartisipasi dalam metabolisme terdapat sekelompok
khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur yang dapat mengenali berbagai isyarat
metabolik dan mengubah kecepatan kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Melalui
aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang
harmonis antara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda yang diperlukan untuk
menunjang kehidupan (Lehnninger, 1995).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Suhu

Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih rendah lagi, enzim tidak aktif. Jika
suhu lingkungan mencapai 40° C atau lebih, enzim akan mengalami denaturasi (rusak). Suhu
optimal enzim bagi masing-masing organisme berbeda-beda. Untuk hewan berdarah dingin,
suhu optimal enzim adalah 25° C, sementara suhu optimal hewan berdarah panas, termasuk
manusia, adalah 37° C.
2. pH (Tingkat Keasaman)

Setiap enzim mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan “tempat kerja”-nya.


Misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung yang bersuasana asam, memiliki pH
optimal 2. Contoh lain, enzim ptialin, karena bekerja di mulut yang bersuasana basa,
memiliki pH optimal 7,5-8.

3. Aktivator dan Inhibitor

Aktivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja enzim. Contohnya ion
klorida, yang dapat mengaktifkan enzim amilase. Inhibitor adalah zat yang dapat
menghambat kerja enzim. Berdasarkan cara kerjanya, inhibitor terbagi dua, inhibitor
kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang bersaing
aktif dengan substrat untuk mendapatkan situs aktif enzim, contohnya sianida bersaing
dengan oksigen dalam pengikatan Hb. Sementara itu, inhibitor nonkompetitif adalah inhibitor
yang melekat pada sisi lain selain situs aktif pada enzim, yang lama kelamaan dapat
mengubah sisi aktif enzim.

4. Konsentrasi enzim dan substrat

– Semakin tinggi konsentrasi enzim akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Dan
konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.

– Jika sudah mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik dengan
kecepatan reaksi (Mulia, 2007).

Sebagai katalis dalam reaksi-reaksi di dalam tubuh organisme, enzim memiliki beberapa
sifat, yaitu:

1. Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil, membutuhkan pH dan suhu
yang tepat.

2. Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu substrat.

3. Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia tanpa
mengubah kesetimbangan reaksi.

4. Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.

5. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.

6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH, konsentrasi, dan lain-lain
(Mulia, 2007).

Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia secara kolektif
membentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang sangat kecil dari suatu molekul
besar protein enzim sangat berperan untuk katalis reaksi. Bagian yang kecil ini dinamakan
bagian aktif enzim. Aktivitas katalik enzim dapat ditentukan juga melalui struktur tiga
dimensi molekul enzim tersebut. Enzim disini mempunyai peranan katalis dalam menurunkan
aktivitas dari reaksi energi. Aktivasi dapat diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang
diturunkan oleh suatu mol zat pada temperatur tertentu untuk membawa molekul kedalam
aktifnya atau keadaan aktifnya, menurunkan energi aktivasi, mempercepat reaksi pada suhu
dan tekanan tetap tanpa mengubah besarnya tetapan seimbangnya, dan mengendalikan reaksi
(Aldi, 2010). Enzim terdiri atas dua bagian, yaitu koenzim dan apoenzim. Koenzim dan
apoenzim membentuk haloenzim yang merupakan enzim aktif. Tanpa adanya koenzim,
enzim menjadi tidak aktif (Aldi, 2010).

Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam golongan
uatama, yaitu:

Oksidoreduktase: kelompok enzim yang mengerjakan reaksi oksidasi dan reduksi

Transferase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu
senyawa kepada senyawa lain.

Hidrolase: Kelompok emzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis

Liase: Kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi adisi atau pemecahan ikatan rangkap

Isomerase: kelompok enzim yang mengkatalisis perubahan konformasi molekul (isomerisasi)

Ligase(Sintetase): kelompok enzim yang mengkatalisis pembentukkan ikatan kovalen (Salila,


2010).

Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi dalam sel. Sebagai protein, enzim
diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi seperti konversi energi
dan metabolisme pertahanan sel. Enzim amilase memiliki kemampuan untuk memecah
molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-
glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-1,6-glikosida (Aldi,
2010).

Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva adalah suatu cairan oral
yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah
besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau
kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna
makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “saliva” (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai
invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar (Aldi,
2010).

Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva
mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90
persennya dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa
pengecapan dan pengunyahan makanan (Kidd, 1992).
Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga
mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan
apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air
ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko
terjadinya karies yang tinggi. Meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan
pembentukan karang gigi (Aldi, 2010).

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga
membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan melembutkan makanan
menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan,
membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai aktivitas
antibacterial dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas
enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah, perpartisipasi dalam proses pembekuan dan
penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor
pada saliva, jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air
dalam tubuh dan membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah) (Aldi, 2010).

1.2 Tujuan

a. Mempelajari proses hidrolisa oleh enzim

b. Mempelajari faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim.


METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Waktu : 15.30-17.30
Tempat : Lab C FKH UNDANA

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat :
 Pipet tetes
 3 buah tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Penangas air
2.2.2 Bahan :
 Larutan amilum
 Larutan Benedict
 Enzim Amilase (dari air liur)

2.3 Prosedur

2.3.1 Amilum dan Bendict

1. Mengambil setiap larutan dengan perbandingan 1: 1, sebanyak 5 tetes menggunakan


pipet tetes lalu memasukan kedalam sebuah tabung reaksi.
2. Memanaskan larutan pada penangas air selama 5 menit.
3. Mengamati dan mencatat perubahan warna larutan yang sudah dipanaskan.

2.3.2 Amilum dan Enzim

1. Mengambil setiap larutan dengan perbandingan 1: 1, sebanyak 5 tetes menggunakan


pipet tetes lalu memasukan kedalam sebuah tabung reaksi.
2. Mengamati dan mencatat perubahan warna larutan yang dicampurkan pada suhu
ruangan.
3. Mambahkan 5 tetes larutan benedict.
4. Memanaskan larutan pada penangas air selama 5 menit.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna larutan yang sudah dipanaskan.

2.3.3 Amilum dan Enzim

1. Mengambil setiap larutan dengan perbandingan 1: 1, sebanyak 5 tetes menggunakan


pipet tetes lalu memasukan kedalam sebuah tabung reaksi.
2. Memanaskan larutan pada penangas air selama 5 menit.
3. Mengamati dan mencatat perubahan warna larutan yang sudah dipanaskan.
4. Mambahkan 5 tetes larutan benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna larutan yang dicampurkan
BAB. III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Pada percobaan pertama, amilum yang dicampurkan dengan benedict dan dipanaskan
selama 5 menit menghasilkan warna biru.
2. Pada percobaan kedua, amilum yang dicampurkan dengan enzim dan dibiarkan pada
suhu ruangan menghasilkan warna bening atau tidak berwarna. Setelah ditambahkan
larutan benedict dan dipanaskan selama 5 menit, warna yang dihasilkan adalah biru.
3. Pada percobaan ketiga, amilum yang dicampurkan dengan enzim dan dipanaskan
selama 5 menit menghasilkan warna putih kekuningan. Setelah diberikan larutan
benedict, warna yang dihasilkan adalah biru.

3.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan diatas, aktivitas enzim memiliki satuan yang berbeda tergantung
deskripsi dan metode pengujiannya. Hal ini menyebabkan besarnya aktivitas enzim hasil
percobaan tidak dapat dibandingkan dengan aktivitas enzim yang tertera pada data enzim
produsen.

Gula (glukosa) reduksi dengan larutan Benedict (campuran garam Kupri Sulfat, Natrium Sitrat,
Natrium Karbonat) akan membentuk reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan berwarna
merah dari kupro oksida. Karena hasil percobaan ini tidak menujukan perubahan warna dan
tidak adanya endapan sepert yang dijelaskan pada literatur dimana enzim amilase yang direaksikan
haruslah menghasilkan warna kuning, orange hingga merah bata, namun dikarenakan kesalahan-
kesalahan saat melakukan praktikum data yang didapat justru berbeda.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
 Enzim adalah substansi kimia organik yang dapat mempercepat reaksi kimia tanpa ikut
serta dalam proses atau menjadi bagian dari produk yang terbentuk.
 Tes hidrolisis amilum ada 2 uji, uji iod yang dilakukan untuk mengetahui bahwa amilum
telah terhidrolisis seluruhnya, menunjukkan hasil negatif yaitu berwarna biru dan uji
benedict menunjukkan hasil negatif berwarna biru.
 Faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, inhibitor dan konsentrasi
substrat enzim.

4.2 SARAN
Diharapkan agar kedepannya ada kejelasan saat menjalankan praktikum serta adanya
pengawasan dari dosen sehingga kesalahan sewaktu praktikum dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Aldi, 2010. Enzim II.

Girindra. A. 1986. Enzim dalam Biokimia 1. Jakarta: Gramedia.

Kidd, B. 1992. Dasar-dasar karies penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC.

Lehninger. 1990. Dasar – dasar biokimia, jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mulia, I. 2007. Enzim.

Page,D.S. 1989. Prinsip – prinsip biokimia. Edisi ke – 2. Erlangga. Jakarta.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Salila, M. 2010. Laporan Biokimia Enzim.

Anda mungkin juga menyukai