Disusun oleh :
AYUK JAMIL
T1A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI D-IV KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda rasul
Muhammad SAW.
Seiring doa mengucapkan Alhamdulilah saya dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada saya mengenai makalah
“ENZIM DAN KOENZIM”.
Selain itu, saya berterima kasih kepada Ibu Anita
Rahmawati,M.Pd. yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk
menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Akhir kata saya berharap untuk kedepannya makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya dan temen-teman mahasiswa sekalian. Dan saya
mohon maaf apabila ada kekurangan pada makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bima,
BAB I
PENDAHULUAN
1.Definisi Umum
a.Pengertian enzim dan koenzim
2.Bagian penting dari enzim
3.Bagaimana enzim bekerja
a.Hubungan enzim dengan substrat
b.hubungan enzim dengan
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
1.3 Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas,
dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat
yang sama dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari
enzimnya.
2. Koenzim
3. Protein
Enzim adalah suatu protein sehingga sifat-sifat enzim sama dengan protein,
yaitu dipengaruhi oleh suhu dan pH. Suhu akan berpengaruh pada bagian apoenzim
(protein aktif), dimana pada suhu yang rendah protein akan mengalami koagulasi
dan pada suhu yang tinggi akan menyebabkan denaturasi. Potensial Hidrogen (pH)
mempengaruhi enzim pada bagian protein terutama pada gugus karboksilat dan
gugus amin pada asam amino penyusun proteinnya.
a. pH
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu. Derajat keasaman (pH) yang tidak cocok
pada sifat kerja enzim akan dapat menyebabkan ionisasi dari gugus karboksil dan
amin dari bagian – bagian enzim yang tersusun atas protein (apoenzim) serta
menyebabkan denaturasi. Dengan demikian, terjadi perubahan struktur enzim dan
tidak dapat bekerja dengan baik.
b. Suhu
Pada suhu tinggi enzim rusak dan pada suhu rendah (0oC atau dibawahnya) enzim
tidak bekerja meski tidak rusak. Pada suhu yang rendah sisi aktif (protein) yang
terdiri dari apoenzim akan mengalami koagulasi. Sementara itu, pada suhu yang
tinggi bagian ini akan mengalami denaturasi.
1. Suhu
reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu 0 -
35 derajad celcius. Secara umum kenaikan 10 derajad celcius maka kecepatan
reaksi menjadi dua kali lipatnya dalam batas suhu yang wajar. Suhu ideal kerja
enzim adalah 30 – 40 oC, dengan suhu optimum 36 oC. Dibawah atau diatas suhu
tersebut kerja enzim lemah bahkan mengalami kerusakan. Enzim akan menggumpal
(denaturasi) dan hilang kemampuan katalisisnya jika dipanaskan.
2. Logam berat
Logam berat seperti Ag, Zn, Cu, Pb dan Cd, menyebabkan enzim menjadi tidak aktif.
3. Logam
Aktivitas enzim meningkat jika bereaksi dengan ion logam jenis Mg, Mn, Ca, dan Fe.
4. pH
Enzim bekerja pada pH tertentu, enzim hanya dapat bekerja pada pH yang ideal.
Enzim Ptialin hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin bekerja pada pH
asam sedangkan enzim tripsin bekerja pada pH basa. Bagan kerja enzim dan
pengaruhnya terhadap pH
5. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan untuk suatu
reaksi semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam keadaan konstan
Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat kerja enzim, tapi jika kerja enzim
telah mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya akan konstans.
Sesuai dengan namanya, cara kerja enzim menurut teori ini mirip dengan
mekanisme kunci dan anak kunci. Dalam hal ini, enzim diibaratkan sebagai kunci
gembok yang bersifat aktif, sedangkan substrat diibaratkan sebagai anak kuncinya.
Substrat akan memasuki enzim seperti layaknya anak kunci yang memasuki kunci
gembok. Pada proses selanjutnya, substrat akan diubah menjadi produk. Pada
tahap selanjutnya, sisi aktif enzim akan melepaskan produk dan siap menerima
substrat baru yang lain.
Sisi aktif enzim pada dasarnya mengandung sejumlah kecil asam amino sehingga
hanya molekul dengan bentuk tertentulah yang bisa menjadi substrat bagi enzim.
Pada teori ini, cara kerja enzim adalah dengan cara melakukan penyesuaian bentuk
supaya bisa berikatan dengan substrat. Tujuan dari penyesuaian bentuk ini adalah
untuk meningkatkan kecocokan dengan substrat sehingga membuat ikatan enzim
dan substrat menjadi lebih reaktif. Sisi aktif molekul enzim akan menjadi tempat
melekatnya substrat sehingga bisa membentuk molekul kompleks enzim - substrat.
Molekul enzim akan berubah ke bentuk semula setelah produk dihasilkan dan siap
untuk menerima substrat baru yang lain lagi.
Perubahan konsentrasi pereaksi per satuan waktu dapat dimanipulasi agar lebih
cepat atau lebih lambat, bahkan reaksi dihentikan. Untuk melakukan manipulasi
kecepatan reaksi, Anda perlu mengetahui faktor-faktor apa yang dapat
memengaruhi kecepatan sutau reaksi. Faktor-faktor tersebut adalah konsentrasi
pereaksi, luas permukaan zat-zat yang bereaksi, suhu reaksi, dan katalisator.
1. Pengaruh molaritas terhadap laju reaksi
Pada pembahasan sebelumnya, kalian telah belajar faktor ukuran partikel zat padat
yang berpengaruh terhadap laju reaksi. Jika yang direaksikan dalam larutan, maka
faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah molaritas. Suatu larutan dengan
molaritas tinggi tentu mengandung molekul-molekul yang lebih rapat dibandingkan
dengan molaritas larutan rendah. Larutan dengan molaritas tinggi merupakan larutan
pekat dan larutan dengan molaritas rendah merupakan larutan encer. Pada larutan
pekat, letak molekulnya rapat sehingga sering terjadi tumbukan dibandingkan
dengan larutan encer. Itulah sebabnya, jika molaritas larutan yang direaksikan
semakin besar, maka laju reaksinya juga semakin besar.
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami
perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat
diperoleh kembali.
Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea).
Katalisis adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu
katalis. Meskipun katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi ia tidak
mempengaruhi perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain,
penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi.
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu katalis
homogen dan katalis heterogen.
a. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan molekul
pereaksi. Banyak contoh dari katalis jenis ini baik dalam fasa gas maupun dalam
fasa cair atau larutan.
b. Katalis heterogen
Katalis heterogen berada dalam fasa yang berbeda dengan pereaksi; biasanya ada
dalam bentuk padatan. Katalis heterogen biasanya melibatkan pereaksi fasa gas
yang terserap pada permukaan katalis padat. Terdapat dua jenis proses penyerapan
gas pada permukaan padat, yaitu adsorpsi (penyerapan zat pada permukaan benda)
dan absorpsi (penyerapan zat ke seluruh bagian benda).
ORDE REAKSI
Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh pada kecepatan reaksi.
Temperatur. Temperature berhubungan dengan energi kinetic yang dimiliki molekul-molekul
reaktan dalam kecenderungannya bertumbukan. Kenaikan suhu umumnya menyediakan energi yang
cukup bagi molekul reaktan untuk meningkatkan tumbukan antar molekul. Akan tetapi tidak semua
reaksi dipengaruhi oleh temperature, terdapat reaksi yang independent terhadap temperature yaitu
reaksi akan berjalan melambat saat temperature di naikkan seperti reaksi yang melibatkan radikal
bebas.
Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik terhadap
reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut
terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan counter ion.
Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan
salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini
sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya
tumbukan antar molekul
Katalis. Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi disebabkan
katalis menurunkan energi aktifasi. Dengan penurunan energi aktifasi ini maka energi minimum yang
dibutuhkan untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang sehingga mempercepat terjadinya
reaksi.
Energi aktivasi adalah jumlah minimum energi yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah reaksi.
Tidak peduli eksotermiknya suatu reaksi, jika ada halangan energi aktivasi, reaksi akan berlangsung
sangat lambat.
Ketika logam Golongan II bereaksi membentuk oksida atau hidroksida, terlebih dahulu terbentuk ion
logam. Pembentukan ion ini melibatkan beberapa tahap reaksi yang memerlukan masukan energi,
untuk energi aktivasi reaksi. Tahapan reaksi ini melibatkan :
Energi atomisasi dari logam. Ini adalah energi yang diperlukan untuk memecah ikatan atom
dalam logam.
Energi ionisasi + yang pertama. Energi ini penting untuk mengubah atom logam menjadi ion
dengan muatan 2+.
Setelah tahapan tersebut, ada beberapa langkah dalam reaksi yang mengeluarkan energi,
menghasilkan keseluruhan reaksi eksotermik dan produk reaksi.
Grafik di bawah ini memperlihatkan efek dari tahap penyerapan energi pada reaksi unsur Golongan
II.
Perhatikan bahwa energi ionisasi mendominasi tahapan ini, terutama energi ionisasi kedua. Energi
ionisasi semakin menurun ke bawah Golongan, karena semakin ke bawah logam semakin mudah
membentuk ion, sehingga reaksi lebih mudah terjadi.
Rangkuman dalam peningkatan reaktivitas ke bawah Golongan
Reaksi lebih mudah terjadi jika energi yang dibutuhkan untuk membentuk ion positif kecil. Ini
terutama karena penurunan energi ionisasi ke bawah Golongan, menyebabkan rendahnya energi
aktivasi, dan reaksi yang lebih cepat.
Melalui stabilisasi keadaan transisi secara selektif, enzim menentukan satu dari beberapa
reaksi kimia yang mungkin berlangsung. Spesifisitas enzim berkaitan dengan interaksi yang tepat
dari substrat dengan enzim, ini merupakan hasil dari struktur tiga dimensi dari protein enzim yang
berbelit-belit. Aktivitas katalitik enzim bergantung juga pada kehadiran molekul-molekul kecil yang
disebut sebagai kofaktor. Bila kofaktornya berupa molekul organik, maka secara khusus disebut
sebagai koenzim.
Dalam setiap reaksi kimia, terdapat tahapan-tahapan tertentu yang harus dilewati oleh suatu
molekul hingga ia berubah menjadi produk. Mulai dari tahap awal, di mana ia belum berubah,
kemudian ada satu tahap di mana seluruh bagian atau fraksi molekul tersebut berada dalam
keadaan energi paling tinggi dan tahap di mana zat awal telah berubah menjadi produk.
Suatu reaksi kimia, dimungkinkan untuk terjadi bila reaktannya mengandung energy dalam yang
mampu membawa semua fraksi molekul reaktan untuk melewati batasan energi sehingga semua
bagian molekulnya bisa berada pada keadaan transisi. Pada tahap ini, molekul mempunyai peluang
yang sama apakah ia akan berubah menjadi produk atau kembali lagi membentuk
reaktan. Kecepatan reaksi tergantung pada banyaknya fraksi molekul yang berada pada keadaan
transisi ini. Semakin banyak, semakin cepat reaksi terjadi. Untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan
antara lain dengan menaikkan temperatur reaksi sehingga energi kinetik molekul-molekul pereaksi
meningkat dan semakin banyak yang dapat melewati batasan energi keadaan transisi. Cara lain
yaitu dengan menggunakan katalis yang akan menurunkan energi aktivasi sehingga semakin banyak
molekul yang dapat mencapai keadaan transisi.
Enzim mempercepat reaksi dengan memfasilitasi pembentukan keadaan transisi, tanpa mengubah
energi bebas reaksi, dan karenanya keadaan energi bebas produk dan substrat adalah sama. Energi
bebas untuk pencapaian keadaan transisi tidak ikut dihitung dalam penentuan energi bebas reaksi,
karena energi bebas saat keadaan transisi atau energi aktivasi yang diperlukan, akan diperoleh
kembali saat keadaan transisi berubah menjadi produk. Alhasil, energi bebas produk dan substrat
atau reaktan adalah tetap, sedangkan laju reaksi dapat meningkat. Enzim mempercepat reaksi
dengan mengurangi energi aktivasi. Kombinasi enzim-substrat menghasilkan suatu jalur reaksi yang
energi transisinya lebih rendah daripada yang dimiliki oleh reaksi yang tanpa dikatalisis. Esensi dari
katalisis adalah pengikatan yang khusus pada keadaan transisi.
BAGIAN FUNGSIONAL MOLEKUL ENZIM
Holoenzim
Apoenzim/ apoprotein
Gugus prostetik
Koenzim
Kofaktor
Keterangan:
Beberapa enzim tidak membutuhkan molekul kimiawi lain untuk aktifitasnya, beberapa
membutuhkan kofaktor / koenzim
• Koenzim molekul organik (komplek) yang dibutuhkan enziim untuk melakukan fungsinya
• Koenzim atau kofaktor yang terikat sangat kuat bahkan terikat dengan ikatan kovalen dengan
enzim gugus prostetik
• Bagian yang terdiri dari protein saja pada suatu enzim Apoenzim / apoprotein
• Fungsi koenzim adalah sebagai karier sementara dari gugus fungsional yg berperan dalam reaksi
ensimatis tersebut.
Nama enzim sering kali diturunkan dari nama substrat ataupun reaksi kimia yang ia kataliskan
dengan akhiran -ase. Contohnya adalah laktase, alkohol dehidrogenase (mengatalisis penghilangan
hidrogen dari alkohol), dan DNA polimerase.
International Union of Biochemistry and Molecular Biology telah mengembangkan suatu tatanama
untuk enzim, yang disebut sebagai nomor EC; tiap-tiap enzim memiliki empat digit nomor urut
sesuai dengan ketentuan klasifikasi yang berlaku. Nomor pertama untuk klasifikasi teratas enzim
didasarkan pada ketentuan berikut:
EC 4 Liase: memutuskan berbagai ikatan kimia selain melalui hidrolisis dan oksidasi
Pada saat baru beberapa enzim yang dikenal, penamaan enzim dilakukan tanpa memperhatikan
acuan tertentu seperti emulsin, ptyalin. Penamaan tersebut tidak memberikan informasi yang jelas.
Setelah makin banyak enzim ditemukan, enzim-enzim tersebut diidentifikasi dengan penambahan
akhiran ase pada nama substrat yang dikatalisisnya. Sebagai contoh misalnya enzim yang
mengkatalisis pemecahan lipid (hidrolisis lipid = lipos) disebut lipase; Enzim yang menggunakan pati
(amilum = amylos) sebagai substratnya disebut amilase.
Seiring dengan perkembangan zaman, dimana makin banyak enzim yang ditemukan, para ahli
biokimia berpendapat penamaan tersebut tidak memadai, ketika ditemukan berbagai enzim yang
mengatalisis reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama. Misalnya ada beberapa enzim yang
menggunakan glukosa 6 fosfat sebagai substrat yaitu fosfo heksosa isomerase, glukosa 6 fosfatase,
glukosa 6 fosfat dehidrogenase dan fosfoglukomutase. Kenyataan tersebut dapat membingungkan,
karena memberi nama yang sama pada enzim-enzim yang berbeda. Pada perkembangan berikutnya,
akhiran -ase tetap digunakan, tetapi lebih ditekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya (digunakan
sebagai akhiran jenis reaksi yang dikatalisisnya). Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis
pengeluaran hidrogen, sementara enzim transferase mengatalisis reaksi pemindahan gugus.
Dengan semakin banyaknya enzim yang ditemukan, ketidakjelasan juga semakin tak terelakkan, dan
kerap kali tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan oleh seorang penyelidik. Untuk mengatasi
permasalahan ini, International Union of Biochemistry (IUB) telah menyusun sebuah sistem yang
kompleks tetapi tidak meragukan bagi peristilahan enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi,
tetapi nama yang lebih pendek dan sudah sering digunakan sebelumnya tetap digunakan dalam
buku ajar dan laboratorium klinik.
1. Enzim dibagi menjadi enam klas, berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisisnya, masing-masing di
bagi lagi menjadi 4-13 subklas.
2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian. bagian pertama menunjukkan substrat, sedangkan bagian
kedua menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisisnya, ditambah akhiran –ase.
Contoh: 1.1.1.1 Alkohol: NAD oksidoreduktase = alkohol dehidrogenase yang mengkatalisis di bawah
ini:
Sebagai substrat enzim tersebut adalah alkohol, NAD+ bertindak sebagai ko-substrat, sedangkan
oksidoreduktase menunjukkan bahwa enzim tersebut mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi.
3. Apabila diperlukan informasi tambahan, untuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan dalam tanda
kurung pada bagian akhir.
Sebagai contoh misalnya, enzim yang mengatalisis reaksi L-malat + NAD+ piruvat + CO2 + NADH + H
+ diberi nama 1.1.1.37 L-malat: NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi). Enzim yang dimaksud
mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi yang disertai dengan pelepasan CO2 (dekarboksilasi).
Bandingkanlah dengan enzim 1.1.1.37 L-malat: NAD+ oksidoreduktase yang mengkatalisis reaksi
berikut ini:
4. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4 nomor. Nomor pertama
menunjukkan klas enzim yang bersangkutan (digit pertama), subklas (digit kedua), dan subsubklas
(digit ketiga). Digit keempat adalah untuk enzim spesifik. Sebagai contoh misalnya enzim dengan EC
2.7.1.1. Enzim tersebut termasuk ke dalam klas 2 (transferase: lihat pembagian klas enzim), subklas 7
(transfer fosfat), subsubklas 1 (alkohol merupakan aseptor fosfat). Digit terakhir menunjukkan enzim
yang bersangkutan, yaitu heksokinase atau ATP: D-heksosa 6-fosfotrasferase, sebuah enzim yang
mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil pada atom karbon keenam molekul
glukosa.
3.1 Kesimpulan
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang
terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein.
1. Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi
menentukan kekhususan dari enzim.
2. Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau
elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.
KARAKTERISTIK ENZIM
3. Protein
5. Bekerja cepat
6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan yaitu, pH, Suhu dan Inhibitor (Zat penghambat)
8. Enzim tidak terpengaruh oleh reaksi yang dikatalisisnya pada kondisi stabil
1. Suhu
2. Logam berat
3. Logam
4. pH
5. Konsentrasi
a. Inhibitor kompetitif
Sifat-sifat Enzim
Peranan Enzim
1. Reduksi
2. Dehidrasi
3. Oksidasi
4. Hidrolisis
5. Deminase
6. Dekarbolisasi
7. Fosforilasi
1. Holoenzim
2. Apoenzim/ apoprotein
3. Gugus prostetik
4. Koenzim
5. Kofaktor
3.2 Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang berjudul “ENZIM DAN KOENZIM” kami buat dengan harapan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, kami
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka kami harap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata kami sampaikan Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajar-indah.blogspot.com/2009/08/pengertian-enzim.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim
http://matahati99.blogspot.com/2012/01/sifat-sifat-enzim.html#.UTwYRLean9w
http://husnulfitrihasibuan.blogspot.com/2010/09/enzim-dan-nomenklatur.html
http://rinalutfiaalfisyahrin.blogspot.com/2013/06/makalah-enzim-dan-koenzim.html