Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM ENZIM

Nama Anggota : Siti Maimunah Febriani (4301418065)


Candrawulan Primadianningsih (4301418070)
Ilham Nurkholis Majid (4301418080)
Dining Hanni Oktavia (4301418098)
Devy Rida Budiharti (4301418099)
Jurusan/Prodi : Kimia/Pendidikan Kimia-A
Kelompok :6
Tanggal Praktikum : 3 Mei 2021
Nama Praktikum : Enzim (Mengidentifikasi Aktivitas Enzim)

A. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami fungsi enzim didalam tubuh manusia.
2. Mengidentifikasi aktivitas enzim melalui gejala dan fenomena yang dapat diamati.
3. Terampil melaksanakan eksperimen pengujian aktivitas enzim.

B. PENDAHULUAN
Makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan tidak dapat digunakan oleh tubuh bila
tidak diabsorbsi melalui dinding saluran pencernaan dan dibawa keseluruh tubuh oleh darah. Zat
makanan dapat diabsorbsi harus dalam bentuk molekul-molekul yang kecil-kecil (mikro
molekul). Pemecahan makanan yang berbentuk makromolekul menjadi mikromolekul ini
dikerjakan oleh saluran pencernaan yang dibantu oleh enzim-enzim pencernaan Sejak makanan
ada dalam mulut, karbohidrat mengalami proses pemecahan oleh gigi dan oleh enzim ptialin
menjadi molekul sakarida yang lebih kecil, seperti oligosakarida bahkan disakarida dan
monosakarida sedangkan protein, lemak dan zat lain baru akan mengalami pemecahan mekanik
saja yaitu pemecahan oleh gigi. Makanan yang telah dipecah dalam mulut baik secara fisik
maupun secara enzimatik akan masuk terus ke dalam lambung.
Pada keadaan normal makanan tinggal untuk beberapa jam di dalam lambung, sementara
asam klorida dan pepsin menguraikan protein dan karbohidrat menjadi oligopeptida dan
oligosakarida. Selanjutnya proses pencernaan berlangsung di dalam usus halus yang mengalami
pemecahan secara enzimatik. Enzim-enzim pencernaan yang disekresi oleh pankreas, empedu,
getah lambung dan usus halus yang akhirnya menjadi monosakarida, gliserol dan asam lemak,
asam amino. Senyawa hasil selanjutnya akan diserap melalui dinding usus halus masuk ke dalam
peredaran darah dan disalurkan ke dalam bagian-bagian tubuh yang membutuhkan bersama
dengan vitamin dan mineral lainnya (Tim Dosen Biokimia, 2019).
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika
tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat
memperoleh makanan/ nutrien dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat
dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang
terdapat dalam amilum dan disebut endoamilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian
tengah molekul amilum (Ruddin, 2010).
Berdasarkan reaksinya enzim digolongkan menjadi 6 kelas yaitu (1) oksidoreduktase, (2)
Isomerase, (3) Ligase, (4) Liaise, (5) Hidrolase dan (6) transferase. Enzim adalah protein yang
berfungsi sebagai biokatalisator yang bekerja sama satu sama lain secara kompak dan teratur.
Produk enzim yang satu dapat menjadi substrat enzim yang lain/berikutnya. Aktivitas katalitik
enzim dipengaruhi oleh pH, suhu, kadar substrat, kadar enzim dan inhibitor (penghambat) (Tim
Dosen Biokimia, 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh
konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan
konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting.
a. Pengaruh suhu
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai
suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang
aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai
puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum
sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C,
karena terjadi denaturasi.
b. Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik
mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang
sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar
pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun
substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak
dapat berikatan dengan substrat (Soewoto, 2000).
Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi
tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukkan suhu
tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga
ada kondisi optimum yang disebut sebagai suhu optimum.
Makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah pula laju
reaksinya. Akan tetapi, keadaan yang menyebabkan rendahnya suhu di luar suhu optimum
berbeda antara suhu yang lebih rendah dengan suhu yang lebih tinggi. Pada suhu yang lebih
rendah penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik yaitu kurangnya gerak termodinamik, yang
menyebabkan kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Jika kontak antara
kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks ES tidak terbentuk. Padahal kompleks ini sangat
penting untuk mengolah S menjadi P. Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik
tersebut akan semakin berkurang. Pada daerah suhu yang lebih tinggi gerak termodinamik akan
lebih meningkat, sehingga tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi
tidak terus meningkat, melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding
dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamik
meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya
berubah secara bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar
deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk menempati secara
tepat di bagian aktif molekul enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga
produk juga makin sedikit. Pada sisi A dari kurva terdapat hubungan tertentu antara kenaikan
suhu dengan laju reaksi. Arrhenius secara empiris telah mengembangkan suatu rumusan umum
antara laju suatu reaksi kimia dengan suhu mutlak system reaksi tersebut (Sadikin, 2002).
Mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan kompleks enzim
substrat (ES), oleh karena itu hambatan atau inhibisi pada suatu reaksi yang menggunakan enzim
sebagai suatu katalis dapat terjadi apabila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim
mengalami hambatan. Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi tersebut disebut
inhibitor. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa :
1. Hambatan tidak reversibel, pada umumnya disebabkan oleh terjadinya proses destruksi
atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau modifikasi sebuah gugus fungsi.
2. Hambatan reversibel
a. Hambatan bersaing, yaitu hambatan yang disebabkan karena adanya molekul yang
mirip dengan substrat yang dapat pula membentuk kompleks yaitu kompleks enzim
inhibitor (EI).
b. Hambatan tidak bersaing (non competitive inhibition), yaitu hambatan yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor. Contoh inhibitor tidak
bersaing ialah logam berat (Cu2+, Hg2+, Ag +).
(Tim Dosen Biokimia, 2019).
Gambar 1. Spesifisitas reaksi dan substrat (Koolman, 2005).
Keterangan:
Enzim A = mengkatalisis pemutusan 1 jenis ikatan dan hanya terjadi apabila struktur substrat
tepat
Enzim B = memiliki spesifisitas reaksi rendah dan spesifisitas substrat tinggi
Enzim C = spesifisitas reaksi dan substrat rendah (jarang dijumpai)

C. METODE
Alat

1. Tabung Reaksi 6. Pembakar spiritus

2. Kertas saring 7. Kaki tiga

3. Timbangan 8. Kasa

4. Mortir porselin 9. Beaker glass

5. Pipet tetes

Bahan

1. Sampel air ludah 10. Pasir bersih

2. Larutan amilum 11. Toluena

3. Larutan I2 dalam KI (larutan 12. Larutan natrium karbonat


lugol)

4. Indikator universal 13. Larutan buffer pH 4

5. Getah/cairan lambung binatang 14. Sukrosa

6. Aquades 15. Filtrat kedelai

7. Reagen benedict 16. Indikator PP

8. Ragi roti 17. Larutan HgCl2

9. Larutan urea 1%

Prosedur
1) Uji Aktivitas Ptialin
2) Uji Getah Lambung

3) Uji Sukrase

Setelah penambahan larutan Benedict selanjutnya dipanaskan dalam penangas air


selama 10 menit.
4) Uji Aktivitas Urease dalam Kedelai
D. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini bertujuan untuk memahami fungsi enzim didalam tubuh manusia dan
mengidentifikasi aktivitas enzim melalui gejala dan fenomena yang dapat diamati. Dalam
percobaan ini juga dilakukan eksperimen pengujian aktivitas enzim, diantaranya uji aktivitas
ptialin, uji getah lambung, uji sukrase, dan uji aktivitas urease dalam kedelai. Aktivitas enzim
disebut juga sebagai kinetik enzim. Kinetik enzim adalah kemampuan enzim dalam membantu
reaksi kimia. Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai
bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan
manusia adalah enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia.
Pertama yaitu uji aktivitas ptialin, uji ptialin bertujuan untuk menguji adanya enzim
ptialin dalam ludah. Amilase atau ptialin adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan pati
menjadi gula. Enzim amilase terbagi menjadi α-Amilase, β-Amilase, γ-Amilase. Enzim Amilase
Merupakan komponen yang sangat penting pada proses pencernaan makanan. Enzim ini
mengubah karbohidrat menjadi gula yang pada akhirnya diubah menjadi ATP (Sumardjo, 2008).
Enzim amilase yang terkandung dalam saliva dapat menghidrolisis ikatan 1,4-glikosidik yang
terdapat dalam amilum menghasilkan dextrin, maltosa, dan sejumlah kecil glukosa dengan
konfigurasi gula (Retnaningrum & Nafisah, 2011).
Eksperimen ini menggunakan campuran air ludah dengan amilum yang ditetesi lugol.
Pada tabung 1 mencampurkan air ludah yang sudah diencerkan dengan amilum, fungsi
pencampuran dengan amilum ini sebagai sampel karbohidrat polisakarida yang diuji dengan
enzim ptialin. Air ludah sendiri berfungsi sebagai penyedia enzim ptialin. Sedangkan pada
tabung 2 dicampurkan dengan aquades. Fungsi pencampuran aquades sebagai sampel
pembanding atau pengontrol. Setelah dicampurkan, campuran kemudian dikocok agar homogen
lalu ditambahkan dengan lugol. Penambahan lugol ini untuk mengidentifikasi adanya amilum,
uji positif ditunjukan dengan sampel berubah warna menjadi biru kehitaman. Pada tabung 1
dihasilkan larutan berwarna kuning ((-) amilum, (+) enzim ptialin) karena amilum telah dipecah
oleh enzim ptialin menjadi monosakarida glukosa dan maltosa, sehingga lugol tidak mendeteksi
adanya amilum. Adapun reaksi yang terjadi pada tabung 1 ialah:
Pada tabung 2 dihasilkan larutan berwarna biru kehitaman ((+) amilum, (-) enzim ptialin) karena
tidak adanya enzim ptialin sehingga amilum tidak terpecah menjadi monosakarida. Reaksi yang
terjadi pada tabung 2 ialah:

Selanjutnya yaitu uji getah lambung. Uji getah lambung dilakukan dengan memeriksa pH
sampel dengan indikator pH universal. Sampel berupa getah lambung pada tabung I dan akuades
sebagai pengontrol pada tabung II. Pada tabung I, pH getah lambung = 1 karena getah lambung
mengandung asam klorida yang bersifat asam. Getah lambung merupakan cairan yang terdapat
dalam lambung yang terdiri dari air, asam lambung (HCl), enzim pencernaan, dan garam
mineral. Sedangkan pada tabung II, pH air = 7 karena jumlah ion H+ dan OH- dalam air sama
sehingga air memiliki pH yang netral.
Uji yang ketiga yaitu uji sukrase. Enzim sukrase adalah salah satu enzim pencernaan
yang terdapat dalam kelenjar usus, sukrase sendiri merupakan enzim yang memecah sukrosa dan
menggunakan energi yang dilepaskan untuk menggabungkan unit gula sehingga membentuk
rantai polimer gula (poligula) (Van Geel-Schutten, 2000). Fungsi enzim sukrase adalah untuk
mengubah sukrosa menjadi menjadi glukosa dan maltosa. Enzim sukrase dapat diperoleh dari
pemanfaatan mikroba penghasil enzim seperti Saccharomyces cerevisiae yang terdapat dalam
ragi roti. Uji enzim sukrase dilakukan dengan memberi perlakuan yang berbeda pada supernatan.
Supernatan merupakan penyedia enzim sukrase yang dibuat dari ragi roti yang mengandung
mikroba penghasil enzim sukrase.
Pada pengujian ini terdapat 4 tabung yang berisi supernatan yang mendapatkan perlakuan
berbeda antar tabung. Secara umum, supernatan ditambahkan dengan buffer asetat, natrium
karbonat, dan pereaksi benedict. Penambahan buffer asetat berfungsi untuk mempertahankan pH
agar kerja enzim tidak terganggu, lalu penambahan natrium karbonat untuk menetralkan kembali
dari penambahan buffer asetat dan pereaksi benedict berperan untuk mengidentifikasi adanya
glukosa sebagai hasil dari aktivitas enzim sukrase. Identifikasi ini positif jika menghasilkan
larutan berwarna hijau atau terdapat endapan merah bata. Setelah ditambahkan benedict,
kemudian dipanaskan untuk menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih
cepat.
Pada tabung I dimana supernatan ditambahkan dengan aquades didapatkan hasil yaitu
larutan berwarna biru yang berarti menunjukkan uji negatif terhadap glukosa. Hasil pada tabung
I menunjukkan bahwa sampel aquades tidak mengandung glukosa karena enzim sukrase tidak
menghidrolisis akuades. Pada tabung II dimana dengan penambahan sukrosa 3 mL didapatkan
hasil pengamatan yaitu larutan hijau kebiruan dimana menunjukan uji positif glukosa. Sukrosa
berperan sebagai sampel yang akan dihidrolisis oleh enzim sukrase. Hasil tersebut disebabkan
oleh adanya aktivitas enzim sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Kemudian glukosa dan fruktosa masing - masing direaksikan dengan Benedict maka reaksi yang
akan terjadi ialah:
(Reaksi Fruktosa dengan Benedict)

(Reaksi Glukosa dengan Benedict)


Kemudian pada tabung III dengan penambahan amilum 3 mL didapatkan hasil
pengamatan larutan berwarna biru yang menunjukan hasil uji negatif glukosa. Amilum berperan
sebagai sampel yang akan dihidrolisis oleh enzim sukrase. Hasil tersebut karena amilum
merupakan polisakarida yang sulit terpecah dan tidak terhidrolisis oleh enzim sukrase
membentuk glukosa. Pada tabung IV dan V, digunakan supernatan yang telah dipanaskan
terlebih dahulu. Fungsi dari pemanasan adalah untuk mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas
enzim sukrase. Pada tabung IV dengan penambahan sukrosa 3 mL didapatkan hasil pengamatan
yaitu larutan berwarna biru yang menunjukan hasil uji negatif glukosa. Kemudian, pada tabung
V dengan penambahan 3 mL amilum didapatkan hasil pengamatan yaitu larutan berwarna biru
yang juga menunjukkan hasil uji negatif glukosa. Hasil pengamatan pada kedua tabung ini
disebabkan karena enzim sukrase mengalami denaturasi akibat kenaikan suhu ketika dipanaskan
sehingga semakin sedikit enzim yang aktif. Oleh karena itu, sukrosa pada tabung IV dan amilum
pada tabung V tidak terhidrolisis menjadi glukosa. Selain itu, amilum merupakan polisakarida
yang tidak terhidrolisis oleh enzim sukrase.
Uji yang terakhir yaitu uji aktivitas urease dalam kedelai. Urease disebut juga urea
amidohydrolase. Urease merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis dari urea menjadi
karbon dioksida dan amonia:
(NH2)2CO + H2O → CO2 + 2NH3
Urease adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa
tanaman tingkat tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 64 celcius dengan
spesifikasi enzimatis : urea dan hidroksi urea. Beberapa tanaman memanfaatkan ureases untuk
keperluan yang sama. Ureases ditemukan dalam jumlah yang besar pada jack bean, kacang
kedelai dan beberapa biji tanaman lainnya. Ureases juga terdapat pada beberapa jaringan
binatang dan pencernaan mikroorganisme. Ureases penting dalam sejarah enzimologi sebagai
enzim pertama yang dimurnikan dan dikristalkan (Sumner, 1926).
Uji enzim urease dilakukan dengan memberi perlakuan yang berbeda pada filtrate
kedelai. Filtrat kedelai merupakan penyedia enzim urease. Secara umum, filtrat kedelai
ditambahkan dengan ureum dan indikator pp. Penambahan ureum berfungsi sebagai sampel yang
akan diuraikan oleh enzim urease sedangkan, penambahan indikator pp bertujuan sebagai
indikator adanya amonia sebagai hasil penguraian urea. Sampel positif mengandung amonia jika
berwarna merah muda. Setelah ditambahkan indikator pp, larutan dipanaskan agar dapat
menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Pada tabung 1
didapatkan hasil pengamatan yaitu larutan berwarna merah muda yang menunjukan sampel
positif mengandung amonia. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas enzim urease yang
menguraikan ureum menjadi ammonia dan karbon dioksida. Adapun reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

Pada tabung II filtrat kedelai ditambahkan larutan ureum, HgCl2, dan indikator pp.
Penambahan HgCl2 berfungsi untuk mengetahui pengaruh logam berat terhadap aktivitas enzim
urease. Pada tabung II didapatkan hasil pengamatan yaitu larutan berwarna putih yang
menunjukkan sampel tidak mengandung amonia. Hal ini disebabkan karena logam berat
bertindak sebagai inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim urease oleh karena itu, ureum
tidak terurai menjadi amonia dan karbondioksida. Adapun mekanisme enzim dengan adanya
suatu inhibitor ditunjukkan sebagai berikut:
Pada tabung III filtrat kedelai dipanaskan terlebih dahulu untuk mengetahui adanya
pengaruh suhu pada enzim urease. Hasil pengamatan tabung III yaitu larutan yang berwarna
merah muda bening hal ini menunjukkan bahwa sampel positif mengandung amonia. Pada
tabung III ini Hasil menunjukkan bahwa amonia yang terdapat dalam sampel lebih sedikit.
Penyebabnya yaitu karena enzim urease mengalami denaturasi sehingga hanya sedikit enzim
yang aktif. Oleh karena itu, urea menjadi lebih sulit terurai dan amonia yang dihasilkan pun
menjadi lebih sedikit.

E. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
● Enzim secara alami dihasilkan oleh sel tubuh yang berfungsi sebagai
biokatalisator dalam metabolisme sel tubuh. Enzim juga terdapat dalam usus
halus yang berperan dalam proses pencernaan makanan secara kimiawi.
● Aktivitas enzim dapat diamati dengan dilakukan uji ptialin, uji getah lambung, uji
sukrase, dan uji aktivitas urease dalam kedelai.
● Hasil positif didapatkan pada uji ptialin yang ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi warna kuning. Uji aktivitas getah lambung juga menunjukkan
hasil positif pada tabung 1 yang ditandai dengan harga pH=1 (karena
mengandung HCl dan enzim pencernaan). Uji sukrase juga didapatkan hasil yang
positif pada tabung ke 2 yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna
hijau kebiruan (atau endapan merah bata). Kemudian, uji positif juga didapatkan
pada uji aktivitas urease dalam kedelai, dimana pada tabung 1 dan 3 dihasilkan
larutan dengan warna merah muda yang berarti adanya aktivitas enzim urease
yang menguraikan ureum menjadi ammonia dan karbondioksida.
b. Saran
● Sebaiknya pada uji sukrase pemanasan dilakukan agak lama dengan temperatur
rendah (400-500C) agar terbentuk endapan bata merah.
● Sebaiknya pada setiap prosedur dikerjakan secara hati-hati, terutama pada saat
memanaskan sampel enzim agar sampel enzim tidak rusak.

DAFTAR PUSTAKA
Koolman, J & K.H. Roehm. (2005). Color Atlas of Biochemistry Second Edition, Revised and
Entarged. New York: Thieme Stuttgart.
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah. Ebookpangan.com
Palar, H. (2002). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Retnaningrum, E., & Nafisah, Z. (2011). Aktivitas Immobilized α-Amylase dan Free
α-Amylase dari Zoogloea ramigera ABL 1 dalam Medium Pati Cair dengan Perlakuan
Faktor Lingkungan. Journal of Biota, 16(1), 95–106.
Ruddin, Choi. (2010) . LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II PERCOBAAN II ENZIM.
Jayapura : Universitas Cendrawasih.
Sadikin, Mohamad. (2002) . Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz. (2000) . Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.
Sumardjo, D. (2008) . Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bio Eksakta. Jakarta (ID) : EGC.
Sumner, J.B. (1926) . The Isolation and Crystallization of the Enzym Urease. J. Biol. Chem., 69,
435-441.
Tim Dosen Biokimia. (2019) . Petunjuk Praktikum Biokimia. Jakarta: Unnes Press.
Van Geel-Schutten, GH. (2000) Exopolysaccharide Synthesis by Lactobacillus reuteri: Molecular
Characterization of A Fructosyltransferase and A Glucansucrase. Centrum voor
Koolhydraat Bio-engineering TNO-RUG, 8 - 18.
F. LAMPIRAN-LAMPIRAN
● Data Pengamatan
Uji Aktivitas Ptialin

Tabung Perlakuan Pengamatan Keterangan

I Amilum encer + air ludah Tak berwarna

I Amilum encer + air ludah Larutan berwarna +


+ 2 tetes larutan lugol kuning

II Amilum encer + akuades Tak berwarna

II Amilum encer + aquades + Larutan berwarna biru -


2 tetes larutan lugol kehitaman

Uji Getah Lambung

Tabung Perlakuan Pengamatan Keterangan

I Getah lambung + indikator pH = 1 +


pH

II Aquades + indikator pH pH = 7 -

Uji Sukrase
Sebelum dipanaskan:

No. Super Buffer Sukros Amilum H2O Na2CO3 Benedict Pengamatan


natan asetat a sebelum
dipanaskan

1. 3 mL 1 mL - - 3 5 tetes 5 mL Larutan
mL berwarna
biru
2. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
biru

3. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
biru

4. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru

5. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru

Setelah penambahan larutan Benedict selanjutnya dipanaskan dalam penangas air selama
10 menit:

No. Super Buffer Sukrosa Amilum H2O Na2CO3 Benedict Pengamatan


natan asetat setelah
dipanaskan

1. 3 mL 1 mL - - 3 5 tetes 5 mL Larutan
mL berwarna
biru

2. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
hijau
kebiruan

3. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
biru

4. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru

5. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru

Uji Aktivitas Urease dalam Kedelai


Sebelum dipanaskan:

Tabung Sampel Ureum HgCl2 PP Pengamatan


5% sebelum
dipanaskan

I 1 mL filtrat kedelai 5 cc - 1 tetes Larutan berwarna


merah muda

II 1 mL filtrat kedelai 5 cc 1 tetes 1 tetes Larutan berwarna


merah muda

III 1 mL filtrat kedelai 5 cc - 1 tetes Larutan berwarna


yang sudah merah muda
dididihkan

Setelah dipanaskan pada suhu 40 C selama 5 menit:

Tabung Sampel Ureum HgCl2 PP Pengamatan


5% setelah
dipanaskan
I 1 mL filtrat 5 cc - 1 tetes Larutan berwarna
kedelai merah muda

II 1 mL filtrat 5 cc 1 tetes 1 tetes Larutan tak


kedelai berwarna, ada
endapan putih

III 1 mL filtrat 5 cc - 1 tetes Larutan berwarna


kedelai yang
merah muda bening
sudah dididihkan

● Gambar Praktikum
Uji Aktivitas Ptialin

Gambar 2. Hasil Uji Tabung I Gambar 3. Hasil Uji Tabung II

Uji Getah Lambung

Gambar 4. Hasil Uji Getah Lambung (kiri tabung II (pH=7), kanan tabung I (pH=1))
Uji Sukrase

Gambar 5. Hasil Uji Tabung I-III Gambar 6. Hasil Uji Tabung IV-V

Uji Aktivitas Urease dalam Kedelai

Gambar 7. Hasil Uji Tabung I Gambar 8. Hasil Uji Tabung II

Gambar 9. Hasil Uji Tabung III

● Jawaban Soal
1. Tuliskan fungsi ptialin dalam proses pencernaan dan jelaskan termasuk enzim
apakah ptialin?
Jawab:
Enzim ptialin termasuk dalam golongan enzim amilase yang bertugas
memecah/menghidrolisis pati/karbohidrat menjadi gula.

2. Jelaskan bagaimana membuat larutan iodium?


Jawab:
Langkah-langkahnya:
● Timbang padatan Iodium ( I2 ) dan padatan Kalium Iodida (KI)
● Lalu kedua padatan dilarutkan dengan 200 mL air
● Setelah semua Iodium larut, kemudian diencerkan dengan air hingga menjadi
volume larutan yang diinginkan.
Misal, membuat larutan Iodine/Iodium 0.1N ( 0.05 M)
1. Timbang Iodine sebanyak 12.69 gram dan KI 18 gram, lalu masukkan kedua
padatan kedalam gelas beker 250 mL.
2. Tambahkan aquades 150 mL. Aduk hingga larut sempurna (jika masih susah
larut bisa ditambahkan KI lagi).
3. Setelah larut sempurna, masukkan larutan iodine ke dalam labu takar 1000
mL, tambahkan aquades sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
4. Segera pindahkan ke dalam botol reagen gelap dan beri label.

3. Jelaskan mengapa pada uji aktivitas ptialin timbul perubahan warna?


Jawab:
Karena terdapat larutan lugol yang dapat mengidentifikasi adanya amilum dan
aktivitas enzim amilase/ptialin dalam sampel sehingga dihasilkan perubahan warna.

4. Pada uji getah lambung, mengapa tidak memakai kertas lakmus?


Jawab:
Karena pH sampel getah lambung sudah dipastikan asam dan jika tidak memakai
indikator pH universal maka tidak dapat mengetahui secara pasti berapa nilai pH
pada sampel getah lambung, sehingga kertas lakmus tidak diperlukan pada
percobaan ini.

5. Perubahan warna pada uji getah lambung terjadi pada salah satu tabung, mengapa
demikian? Jelaskan!
Jawab:
Ya, karena terdapat enzim dalam sampel getah lambung yang menandakan adanya
aktivitas dari enzim tersebut. Sedangkan pada tabung lainnya berisi aquades sebagai
kontrol sehingga tidak terjadi perubahan warna/tetap berwarna merah muda.

6. Apa fungsi getah lambung dalam tubuh!


Jawab:
Getah lambung mengandung 0,4 persen HCl yang mengasamkan semua bahan
makanan dan bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan untuk membunuh kuman.
Getah lambung berfungsi untuk memecahkan sari-sari makanan agar mudah diserap
oleh pembuluh darah. Hal ini karena HCI mampu mengubah pepsinogen menjadi
pepsin.

7. Enzim apakah yang bisa bekerja pada pH getah lambung?


Jawab:
Enzim pepsinogen dan renin.

8. Dalam ragi roti terdapat enzim, sebut dan jelaskan apa fungsinya!
Jawab:
Pada ragi terdapat enzim yaitu protease yang dapat memecah protein, lipase yang
dapat memecah lemak, invertase yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa, maltosa yang memecah maltosa menjadi glukosa-glukosa, serta zymase
yang memecah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida (Koswara, 2009).

9. Apakah fungsi larutan buffer pada uji sukrase!


Jawab:
Larutan buffer berfungsi untuk mempertahankan pH agar kerja enzim tidak
terganggu.

10. Pada uji sukrase mengapa pada tabung 3 tidak terjadi perubahan warna seperti yang
terjadi pada tabung 2, jelaskan!
Jawab:
Ya, hal itu dikarenakan tabung ke 3 merupakan kelompok kontrol (tidak diberi
larutan sukrosa) sehingga pada saat bereaksi dengan Benedict tidak dihasilkan
endapan merah bata ataupun larutan berwarna biru kehijauan karena enzim sukrase
tidak dapat bekerja aktif untuk memecah sukrosa menjadi
monosakarida-monosakarida lainnya.

11. Pada uji aktivitas urease, tabung manakah yang terjadi perubahan warna, jelaskan
mengapa demikian?
Jawab:
Pada tabung ke 2 (uji negatif), dimana pada tabung tersebut diberi perlakuan dengan
penambahan larutan HgCl2 sehingga kerja enzim terhambat karena logam berat
bertindak sebagai inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim urease oleh karena
itu, ureum tidak terurai menjadi amonia dan karbondioksida.

12. Apakah fungsi penggunaan HgCl2 pada tabung II dan sebutkan logam berat yang
lain!
Jawab:
Fungsi HgCl2 yaitu untuk mengetahui pengaruh logam berat terhadap aktivitas
enzim urease. Logam berat lainnya seperti Pb, Cd, Cr, Ni, As dan lain-lain.

13. Berdasarkan reaksinya urease termasuk enzim apa?


Jawab:
Urease merupakan enzim yang digunakan dalam hidrolisis urea menjadi amoniak.

14. Mengapa dengan logam berat, enzim tidak dapat bekerja?


Jawab:
Karena, logam-logam ini menyerang ikatan sulfida pada molekul-molekul penting
sel misalnya protein (enzim) ,sehingga enzim tidak berfungsi. Misal, enzim - enzim
yang memiliki gugus S-H merupakan kelompok enzim yang paling mudah
terhalang kerjanya. Hal tersebut disebabkan karena gugus S-H mudah berikatan
dengan ion ± ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh, akibat dari ikatan yang
terbentuk antara gugus S-H dan logam berat, daya kerja yang dimiliki oleh enzim
menjadi sangat berkurang atau sama sekali tidak bekerja (Palar, 2002).

Anda mungkin juga menyukai