A. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami fungsi enzim didalam tubuh manusia.
2. Mengidentifikasi aktivitas enzim melalui gejala dan fenomena yang dapat diamati.
3. Terampil melaksanakan eksperimen pengujian aktivitas enzim.
B. PENDAHULUAN
Makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan tidak dapat digunakan oleh tubuh bila
tidak diabsorbsi melalui dinding saluran pencernaan dan dibawa keseluruh tubuh oleh darah. Zat
makanan dapat diabsorbsi harus dalam bentuk molekul-molekul yang kecil-kecil (mikro
molekul). Pemecahan makanan yang berbentuk makromolekul menjadi mikromolekul ini
dikerjakan oleh saluran pencernaan yang dibantu oleh enzim-enzim pencernaan Sejak makanan
ada dalam mulut, karbohidrat mengalami proses pemecahan oleh gigi dan oleh enzim ptialin
menjadi molekul sakarida yang lebih kecil, seperti oligosakarida bahkan disakarida dan
monosakarida sedangkan protein, lemak dan zat lain baru akan mengalami pemecahan mekanik
saja yaitu pemecahan oleh gigi. Makanan yang telah dipecah dalam mulut baik secara fisik
maupun secara enzimatik akan masuk terus ke dalam lambung.
Pada keadaan normal makanan tinggal untuk beberapa jam di dalam lambung, sementara
asam klorida dan pepsin menguraikan protein dan karbohidrat menjadi oligopeptida dan
oligosakarida. Selanjutnya proses pencernaan berlangsung di dalam usus halus yang mengalami
pemecahan secara enzimatik. Enzim-enzim pencernaan yang disekresi oleh pankreas, empedu,
getah lambung dan usus halus yang akhirnya menjadi monosakarida, gliserol dan asam lemak,
asam amino. Senyawa hasil selanjutnya akan diserap melalui dinding usus halus masuk ke dalam
peredaran darah dan disalurkan ke dalam bagian-bagian tubuh yang membutuhkan bersama
dengan vitamin dan mineral lainnya (Tim Dosen Biokimia, 2019).
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika
tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat
memperoleh makanan/ nutrien dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat
dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang
terdapat dalam amilum dan disebut endoamilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian
tengah molekul amilum (Ruddin, 2010).
Berdasarkan reaksinya enzim digolongkan menjadi 6 kelas yaitu (1) oksidoreduktase, (2)
Isomerase, (3) Ligase, (4) Liaise, (5) Hidrolase dan (6) transferase. Enzim adalah protein yang
berfungsi sebagai biokatalisator yang bekerja sama satu sama lain secara kompak dan teratur.
Produk enzim yang satu dapat menjadi substrat enzim yang lain/berikutnya. Aktivitas katalitik
enzim dipengaruhi oleh pH, suhu, kadar substrat, kadar enzim dan inhibitor (penghambat) (Tim
Dosen Biokimia, 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh
konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan
konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting.
a. Pengaruh suhu
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai
suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang
aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai
puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum
sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C,
karena terjadi denaturasi.
b. Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik
mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang
sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar
pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun
substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak
dapat berikatan dengan substrat (Soewoto, 2000).
Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi
tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukkan suhu
tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga
ada kondisi optimum yang disebut sebagai suhu optimum.
Makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah pula laju
reaksinya. Akan tetapi, keadaan yang menyebabkan rendahnya suhu di luar suhu optimum
berbeda antara suhu yang lebih rendah dengan suhu yang lebih tinggi. Pada suhu yang lebih
rendah penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik yaitu kurangnya gerak termodinamik, yang
menyebabkan kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Jika kontak antara
kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks ES tidak terbentuk. Padahal kompleks ini sangat
penting untuk mengolah S menjadi P. Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik
tersebut akan semakin berkurang. Pada daerah suhu yang lebih tinggi gerak termodinamik akan
lebih meningkat, sehingga tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi
tidak terus meningkat, melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding
dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamik
meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya
berubah secara bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar
deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk menempati secara
tepat di bagian aktif molekul enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga
produk juga makin sedikit. Pada sisi A dari kurva terdapat hubungan tertentu antara kenaikan
suhu dengan laju reaksi. Arrhenius secara empiris telah mengembangkan suatu rumusan umum
antara laju suatu reaksi kimia dengan suhu mutlak system reaksi tersebut (Sadikin, 2002).
Mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan kompleks enzim
substrat (ES), oleh karena itu hambatan atau inhibisi pada suatu reaksi yang menggunakan enzim
sebagai suatu katalis dapat terjadi apabila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim
mengalami hambatan. Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi tersebut disebut
inhibitor. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa :
1. Hambatan tidak reversibel, pada umumnya disebabkan oleh terjadinya proses destruksi
atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau modifikasi sebuah gugus fungsi.
2. Hambatan reversibel
a. Hambatan bersaing, yaitu hambatan yang disebabkan karena adanya molekul yang
mirip dengan substrat yang dapat pula membentuk kompleks yaitu kompleks enzim
inhibitor (EI).
b. Hambatan tidak bersaing (non competitive inhibition), yaitu hambatan yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor. Contoh inhibitor tidak
bersaing ialah logam berat (Cu2+, Hg2+, Ag +).
(Tim Dosen Biokimia, 2019).
Gambar 1. Spesifisitas reaksi dan substrat (Koolman, 2005).
Keterangan:
Enzim A = mengkatalisis pemutusan 1 jenis ikatan dan hanya terjadi apabila struktur substrat
tepat
Enzim B = memiliki spesifisitas reaksi rendah dan spesifisitas substrat tinggi
Enzim C = spesifisitas reaksi dan substrat rendah (jarang dijumpai)
C. METODE
Alat
3. Timbangan 8. Kasa
5. Pipet tetes
Bahan
9. Larutan urea 1%
Prosedur
1) Uji Aktivitas Ptialin
2) Uji Getah Lambung
3) Uji Sukrase
Selanjutnya yaitu uji getah lambung. Uji getah lambung dilakukan dengan memeriksa pH
sampel dengan indikator pH universal. Sampel berupa getah lambung pada tabung I dan akuades
sebagai pengontrol pada tabung II. Pada tabung I, pH getah lambung = 1 karena getah lambung
mengandung asam klorida yang bersifat asam. Getah lambung merupakan cairan yang terdapat
dalam lambung yang terdiri dari air, asam lambung (HCl), enzim pencernaan, dan garam
mineral. Sedangkan pada tabung II, pH air = 7 karena jumlah ion H+ dan OH- dalam air sama
sehingga air memiliki pH yang netral.
Uji yang ketiga yaitu uji sukrase. Enzim sukrase adalah salah satu enzim pencernaan
yang terdapat dalam kelenjar usus, sukrase sendiri merupakan enzim yang memecah sukrosa dan
menggunakan energi yang dilepaskan untuk menggabungkan unit gula sehingga membentuk
rantai polimer gula (poligula) (Van Geel-Schutten, 2000). Fungsi enzim sukrase adalah untuk
mengubah sukrosa menjadi menjadi glukosa dan maltosa. Enzim sukrase dapat diperoleh dari
pemanfaatan mikroba penghasil enzim seperti Saccharomyces cerevisiae yang terdapat dalam
ragi roti. Uji enzim sukrase dilakukan dengan memberi perlakuan yang berbeda pada supernatan.
Supernatan merupakan penyedia enzim sukrase yang dibuat dari ragi roti yang mengandung
mikroba penghasil enzim sukrase.
Pada pengujian ini terdapat 4 tabung yang berisi supernatan yang mendapatkan perlakuan
berbeda antar tabung. Secara umum, supernatan ditambahkan dengan buffer asetat, natrium
karbonat, dan pereaksi benedict. Penambahan buffer asetat berfungsi untuk mempertahankan pH
agar kerja enzim tidak terganggu, lalu penambahan natrium karbonat untuk menetralkan kembali
dari penambahan buffer asetat dan pereaksi benedict berperan untuk mengidentifikasi adanya
glukosa sebagai hasil dari aktivitas enzim sukrase. Identifikasi ini positif jika menghasilkan
larutan berwarna hijau atau terdapat endapan merah bata. Setelah ditambahkan benedict,
kemudian dipanaskan untuk menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih
cepat.
Pada tabung I dimana supernatan ditambahkan dengan aquades didapatkan hasil yaitu
larutan berwarna biru yang berarti menunjukkan uji negatif terhadap glukosa. Hasil pada tabung
I menunjukkan bahwa sampel aquades tidak mengandung glukosa karena enzim sukrase tidak
menghidrolisis akuades. Pada tabung II dimana dengan penambahan sukrosa 3 mL didapatkan
hasil pengamatan yaitu larutan hijau kebiruan dimana menunjukan uji positif glukosa. Sukrosa
berperan sebagai sampel yang akan dihidrolisis oleh enzim sukrase. Hasil tersebut disebabkan
oleh adanya aktivitas enzim sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Kemudian glukosa dan fruktosa masing - masing direaksikan dengan Benedict maka reaksi yang
akan terjadi ialah:
(Reaksi Fruktosa dengan Benedict)
Pada tabung II filtrat kedelai ditambahkan larutan ureum, HgCl2, dan indikator pp.
Penambahan HgCl2 berfungsi untuk mengetahui pengaruh logam berat terhadap aktivitas enzim
urease. Pada tabung II didapatkan hasil pengamatan yaitu larutan berwarna putih yang
menunjukkan sampel tidak mengandung amonia. Hal ini disebabkan karena logam berat
bertindak sebagai inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim urease oleh karena itu, ureum
tidak terurai menjadi amonia dan karbondioksida. Adapun mekanisme enzim dengan adanya
suatu inhibitor ditunjukkan sebagai berikut:
Pada tabung III filtrat kedelai dipanaskan terlebih dahulu untuk mengetahui adanya
pengaruh suhu pada enzim urease. Hasil pengamatan tabung III yaitu larutan yang berwarna
merah muda bening hal ini menunjukkan bahwa sampel positif mengandung amonia. Pada
tabung III ini Hasil menunjukkan bahwa amonia yang terdapat dalam sampel lebih sedikit.
Penyebabnya yaitu karena enzim urease mengalami denaturasi sehingga hanya sedikit enzim
yang aktif. Oleh karena itu, urea menjadi lebih sulit terurai dan amonia yang dihasilkan pun
menjadi lebih sedikit.
E. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
● Enzim secara alami dihasilkan oleh sel tubuh yang berfungsi sebagai
biokatalisator dalam metabolisme sel tubuh. Enzim juga terdapat dalam usus
halus yang berperan dalam proses pencernaan makanan secara kimiawi.
● Aktivitas enzim dapat diamati dengan dilakukan uji ptialin, uji getah lambung, uji
sukrase, dan uji aktivitas urease dalam kedelai.
● Hasil positif didapatkan pada uji ptialin yang ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi warna kuning. Uji aktivitas getah lambung juga menunjukkan
hasil positif pada tabung 1 yang ditandai dengan harga pH=1 (karena
mengandung HCl dan enzim pencernaan). Uji sukrase juga didapatkan hasil yang
positif pada tabung ke 2 yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna
hijau kebiruan (atau endapan merah bata). Kemudian, uji positif juga didapatkan
pada uji aktivitas urease dalam kedelai, dimana pada tabung 1 dan 3 dihasilkan
larutan dengan warna merah muda yang berarti adanya aktivitas enzim urease
yang menguraikan ureum menjadi ammonia dan karbondioksida.
b. Saran
● Sebaiknya pada uji sukrase pemanasan dilakukan agak lama dengan temperatur
rendah (400-500C) agar terbentuk endapan bata merah.
● Sebaiknya pada setiap prosedur dikerjakan secara hati-hati, terutama pada saat
memanaskan sampel enzim agar sampel enzim tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Koolman, J & K.H. Roehm. (2005). Color Atlas of Biochemistry Second Edition, Revised and
Entarged. New York: Thieme Stuttgart.
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah. Ebookpangan.com
Palar, H. (2002). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Retnaningrum, E., & Nafisah, Z. (2011). Aktivitas Immobilized α-Amylase dan Free
α-Amylase dari Zoogloea ramigera ABL 1 dalam Medium Pati Cair dengan Perlakuan
Faktor Lingkungan. Journal of Biota, 16(1), 95–106.
Ruddin, Choi. (2010) . LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II PERCOBAAN II ENZIM.
Jayapura : Universitas Cendrawasih.
Sadikin, Mohamad. (2002) . Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz. (2000) . Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.
Sumardjo, D. (2008) . Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bio Eksakta. Jakarta (ID) : EGC.
Sumner, J.B. (1926) . The Isolation and Crystallization of the Enzym Urease. J. Biol. Chem., 69,
435-441.
Tim Dosen Biokimia. (2019) . Petunjuk Praktikum Biokimia. Jakarta: Unnes Press.
Van Geel-Schutten, GH. (2000) Exopolysaccharide Synthesis by Lactobacillus reuteri: Molecular
Characterization of A Fructosyltransferase and A Glucansucrase. Centrum voor
Koolhydraat Bio-engineering TNO-RUG, 8 - 18.
F. LAMPIRAN-LAMPIRAN
● Data Pengamatan
Uji Aktivitas Ptialin
II Aquades + indikator pH pH = 7 -
Uji Sukrase
Sebelum dipanaskan:
1. 3 mL 1 mL - - 3 5 tetes 5 mL Larutan
mL berwarna
biru
2. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
biru
3. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
biru
4. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru
5. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru
Setelah penambahan larutan Benedict selanjutnya dipanaskan dalam penangas air selama
10 menit:
1. 3 mL 1 mL - - 3 5 tetes 5 mL Larutan
mL berwarna
biru
2. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
hijau
kebiruan
3. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
berwarna
biru
4. 3 mL 1 mL 3 mL - - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru
5. 3 mL 1 mL - 3 mL - 5 tetes 5 mL Larutan
didih- berwarna
kan biru
● Gambar Praktikum
Uji Aktivitas Ptialin
Gambar 4. Hasil Uji Getah Lambung (kiri tabung II (pH=7), kanan tabung I (pH=1))
Uji Sukrase
Gambar 5. Hasil Uji Tabung I-III Gambar 6. Hasil Uji Tabung IV-V
● Jawaban Soal
1. Tuliskan fungsi ptialin dalam proses pencernaan dan jelaskan termasuk enzim
apakah ptialin?
Jawab:
Enzim ptialin termasuk dalam golongan enzim amilase yang bertugas
memecah/menghidrolisis pati/karbohidrat menjadi gula.
5. Perubahan warna pada uji getah lambung terjadi pada salah satu tabung, mengapa
demikian? Jelaskan!
Jawab:
Ya, karena terdapat enzim dalam sampel getah lambung yang menandakan adanya
aktivitas dari enzim tersebut. Sedangkan pada tabung lainnya berisi aquades sebagai
kontrol sehingga tidak terjadi perubahan warna/tetap berwarna merah muda.
8. Dalam ragi roti terdapat enzim, sebut dan jelaskan apa fungsinya!
Jawab:
Pada ragi terdapat enzim yaitu protease yang dapat memecah protein, lipase yang
dapat memecah lemak, invertase yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa, maltosa yang memecah maltosa menjadi glukosa-glukosa, serta zymase
yang memecah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida (Koswara, 2009).
10. Pada uji sukrase mengapa pada tabung 3 tidak terjadi perubahan warna seperti yang
terjadi pada tabung 2, jelaskan!
Jawab:
Ya, hal itu dikarenakan tabung ke 3 merupakan kelompok kontrol (tidak diberi
larutan sukrosa) sehingga pada saat bereaksi dengan Benedict tidak dihasilkan
endapan merah bata ataupun larutan berwarna biru kehijauan karena enzim sukrase
tidak dapat bekerja aktif untuk memecah sukrosa menjadi
monosakarida-monosakarida lainnya.
11. Pada uji aktivitas urease, tabung manakah yang terjadi perubahan warna, jelaskan
mengapa demikian?
Jawab:
Pada tabung ke 2 (uji negatif), dimana pada tabung tersebut diberi perlakuan dengan
penambahan larutan HgCl2 sehingga kerja enzim terhambat karena logam berat
bertindak sebagai inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim urease oleh karena
itu, ureum tidak terurai menjadi amonia dan karbondioksida.
12. Apakah fungsi penggunaan HgCl2 pada tabung II dan sebutkan logam berat yang
lain!
Jawab:
Fungsi HgCl2 yaitu untuk mengetahui pengaruh logam berat terhadap aktivitas
enzim urease. Logam berat lainnya seperti Pb, Cd, Cr, Ni, As dan lain-lain.