Anda di halaman 1dari 10

Proses Fermentasi Vitamin C

A. Struktur dan Sifat - Sifat Vitamin C

Vitamin C (http://en.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C)

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus
molekul C6 H8 O6 . Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192C. Bersifat
larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen. Dengan logam
membentuk garam. Sifat asam ditentukan dengan ionisasi enol grup pada atom C
nomor tiga.
Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah
teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim Askorbat oksidase,
sinar, temperatur yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih
stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk
asam dihidroaskorbat. Vitamin C dengan iodin akan membentuk ikatan dengan atom C
normor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Sudarmadji, 1989).
Vitamin C merupakan senyawa turunan gula yang sangat penting. Banyak
dijumpai dalam berbagai tanaman seperti sitrus, Hungarian Paprika, Green Wallnuts
serta beberapa jaringan hewan. Vitamin C diperlukan di dalam diet (diet essensial)
untuk mencegah penyakit scurvy sehingga biasa juga disebut vitamin anti skorbut.
Struktur asam askorbat pertama sekali dikemukakan oleh Haworth. Asam
askorbat disintesa secara komersial dengan bantuan bakteri berlangsung sebagai
berikut :

red oks
Acetobacter

red oks
D-glukosa D-sorbitol L-sorbosa Vitamin C
Acetobacter

Vitamin C merupakan asam kuat dengan nilai pKa 4,21 dalam bentuk kristal,
cukup stabil tetapi sangat mudah teroksidasi bila dalam bentuk larutan dan di udara
terbuka. Tes iodin dan 2,6-dichlorophenolindophenol adalah merupakan tes kuantitatif
yang spesifik untuk menentukan konsentrasi asam askorbat (West, 1966).
Asam askorbat (vitamin C) adalah suatu zat organik yang merupakan ko-enzim
atau ko-faktor pada berbagai reaksi biokimia di dalam tubuh. Salah satu peran utama
asam askorbat adalah proses hidroksilasi prolin dan lisin pada pembentukan kolagen.
Kolagen adalah komponen penting jaringan ikat, oleh sebab itu vitamin C
penting untuk kelangsungan hidup jaringan ikat. Dengan demikian vitamin C berperan
penting pada proses penyembuhan luka, adaptasi tubuh terhadap trauma dan infeksi.
Vitamin C ini harus tersedia secara kontinu dalam makanan sehari-hari agar tidak
sampai timbul gejala defisiensi. Khususnya pada manusia (juga pada binatang jenis
primata lainnya, dan pada marmut), vitamin C ini tidak dapat dibuat sendiri di dalam
tubuh. Defisiensi vitamin C ini disebut sebagai skorbut. Kebutuhan yang dianjurkan
untuk orang dewasa di Indonesia adalah 30 mg/hari. Vitamin C adalah sebuah reduktor,
di mana sangat berperan pada proses respirasi jaringan.

B. Sorbitol, Struktur dan Sifat-Sifatnya


Glukosa mempunyai 6 jumlah rantai atom C, 4 diantaranya merupakan atom C
asimetris sehingga banyak isomer yang dapat digambarkan dari molekul glukosa
tersebut. Salah satu isomer yang penting adalah isomer D-sorbitol karena merupakan
prekursor di dalam fermentasi vitamin C oleh Acetobacter xylinum.
Konversi struktur D-sorbitol ke dalam bentuk L-sorbosa sangatlah penting
karena L-sorbosa merupakan prekursor dari sintetis L-asam askorbat dengan
menggunakan larutan sorbitol 15% setelah difermentasi selama 24 jam oleh bakteri
Acetobacter suboxydans akan dihasilkan 93% L-sorbosa melalui reaksi di bawah ini :

CH2OH CH2OH
H – C – OH oksigen H – C – OH
HO – C – H HO – C – H
H - C - OH dehidrogenase H – C – OH
H - C - OH - H2O C=O
CH2OH CH2OH
D-sorbitol L-sorbosa

Pada tahap awal fermentasi, senyawa D-sorbitol akan berubah menjadi bentuk L-
sorbosa dengan adanya enzim yang dihasilkan oleh bakteri. Perubahan bentuk D-
sorbitol menjadi bentuk L-sorbosa dapat diuji dengan alat polarimeter yaitu dari
putaran sudut polarisasi dari kanan [D(+)] ke kiri [L(-)].
Gugus alkohol dari senyawa-senyawa gula dapat dioksidasi menjadi bentuk
ketosa oleh beberapa jenis bakteri dengan adanya oksigen. Sebagai contoh, D-sorbitol
dioksidasi oleh bakteri Acetobacter suboxydans sebagai berikut :
D-sorbitol + O2  L-sorbosa + H2O
L-sorbosa difermentasi lebih lanjut menjadi asam askorbat (West, 1966).
C. Fermentasi Vitamin C
Metode untuk mendapatkan vitamin C secara sintesis dengan urutan langkah yang
diperlukan dengan bantuan mikroba. Perkembangan vitamin C dianggap penting sekali.
Isolasi kristalin asam askorbat pada tahun 1928 dilakukan oleh Szent-Gyorgyi yang
dilanjutkan dengan identifikasi vitamin C oleh Waugh dan King serta Svirbely dan
Szent-Gyorgyi pada tahun 1932.
Vitamin C pertama kali diperoleh secara sintetis. Berbagai jenis sintetis vitamin
C diklasifikasikan menjadi empat metoda yang terpenting.
Metoda pertama dimana secara industri meliputi konversi D-glukosa menjadi
asam askorbat atau vitamin C. Langkah dari metoda tersebut meliputi oksidasi
mikrobiologi dari gugus hidroksil kedua 2,3,4,6-diisopropylidene derivative menjadi
gugus karbonil L-ascorbic acid (Vitamin C). Konfigurasi lanjutan yang penting adalah
L-sorbose, suatu senyawa gula yang jarang ditemukan. L-Sorbose dihasilkan dalam
skala besar dari D-glucitol (sorbitol) dengan pertumbuhan Acetobacter suboxydans.
Penggunaan 15% larutan sorbitol, dihasilkan L-sorbose sebesar 93% setelah
difermentasi selama 24 jam dari waktu inokulasi yang ditemukan oleh Wells, Stubbs,
Lockwood, dan Roe.

Sorbitol ditemukan secara umum dalam skala besar dengan cara hidrogenasi
katalitik dari D-glukosa. Laporan pertama tentang oksidasi D-sorbitol menjadi L-
sorbosa oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang ditemukan Bertrand pada tahun
1896. Bakteri tersebut diidentifikasi dengan bakteri Acetobacter xylinum.

D-glucose D-glucitol (D-sorbitol) L-sorbose

2,3,4,6-diisopropylidene derivative

2,3,4,6-diisopropylidene-2-keto-L-gulonic acid

L-ascorbic acid (Vitamin C)

Untuk menyelesaikan sintetis tersebut, L-sorbosa diubah menjadi derivat 2,3,4,6-


diisopropilidena. Gugus hidroksil pertama derivat tersebut dioksidasi oleh ion
permanganat dalam larutan alkali menghasilkan asam 2,3,4,6-diisopropilidena-2-keto-
L-gulonat berdasarkan Reichstein dan Grussner. Asam 2-keto-L-gulonat atau derivat
diisopropilidena diubah menjadi asam L-askorbat dengan bermacam teknik untuk
mendapatkan hasil sempurna (Robinson, 1976).
Pada tahun 1953 dibuat beberapa studi dimana proses fermentasi vitamin C
dengan bantuan mikroorganisme hanya terjadi dalam 2 langkah. Hori dan Nakatani
mengubah glukosa oleh Acetobacter suboxydans menjadi asam 5-keto-D-glukonat,
yang selanjutnya oleh bantuan katalis enzim dirubah menjadi asam L-idonat.
Fermentasi dengan Pseudomonas, Acetobacter, atau Aerobacter inversi senyawa akhir
menjadi asam 2-keto-L-gulonat, yaitu suatu senyawa antara (intermediat) yang lazim
dikenal menjadi asam L-askorbat (Hori, 1953).
Pada tahun 1990, Boudrant menyatakan bahwa dengan menggunakan metode
Reichstein dan glukosa sebagai substrat, pembentukan asam askorbat dengan metode
fermentasi hanya berlangsung dengan 5 tahap reaksi sebagai berikut : reduksi glukosa
menjadi sorbitol dengan menggunakan katalis nikel; oksidasi L-sorbitol menjadi L-
sorbosa; hasil diaseton sorbosa atau 2,3:4,6-diisopropilidena-L-xylo-2-heksofuranosa
setelah perlakuan dengan aseton dan asam sulfat; oksidasi 2,3,4,6-diisopropilidena-L-
xylo-2-heksofuranosa menjadi asam 2-keto-L-gulonat dengan menggunakan katalis
platinium; enolisasi dan laktonisasi internal asam 2-keto-L-gulonat menjadi asam L-
askorbat.
Asam L-askorbat seperti jalur di bawah ini :

(Boudrant, 1990).
Pada zaman sekarang, ditemukan ada enam proses fermentasi bakteri untuk
menghasilkan vitamin C. Semua proses tersebut memperlihatkan prekursor langsung
dari asam L-askorbat, asam 2-keto-L-gulonat, dimana dinamakan asam 2-keto-L-
idonat. Perbedaan keenam jalur ini ditandai dari senyawa intermediat yang terbentuk
selama proses fermentasi.
Keenam jalur tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
i. Jalur Sorbitol
ii. Jalur asam L-idonat
iii. Jalur asam L-gulonat
iv. Jalur asam 2-keto-D-glukonat
v. Jalur asam 2,5-diketo-D-glukonat
vi. Jalur asam 2-keto-L-gulonat

Diagram jalur biosintesis vitamin C oleh berbagai jenis mikroorganisme :


(Boudrant, 1990).

1. Jalur Sorbitol
Biosintesis ini dinyatakan pertama kali oleh Motizuki. Sorbitol ditransformasikan
dengan cara fermentasi menjadi asam 2-keto-L-gulonat. Transformasi diperoleh dari
beberapa genus Pseudomonas dan Acetobacter, tetapi jenis metabolisme ini belum
dikenal secara umum.
Hasil transformasi dari sorbitol menjadi asam 2-keto-gulonat tidak melampaui
10%, walaupun hasil 70% dicatat dari Acetobacter cerenusote. Selain asam 2-keto-L-
gulonat, produk lain juga terbentuk. Okazaki menyarankan jalur biosintesis sebagai
berikut :

Sorbitol

L-sorbose

L-idose

L-idonic acid

2-keto-L-gulonic acid

2. Jalur asam L-idonat


Biosintesis menggunakan asam L-idonat sebagai zat antara adalah transformasi
multistep. Metabolisme multistep dikenal adalah asam D-glukonat, asam 5-keto-D-
glukonat, asam L-idonat, dan asam 2-keto-L-idonat.
Oksidasi pertama, transformasi D-glukosa menjadi asam D-glukonat, tidak
dijelaskan secara terperinci.
Ringkasan
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus
molekul C6 H8 O6 . Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192C. Bersifat
larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen. Dengan logam
membentuk garam. Sifat asam ditentukan dengan ionisasi enol grup pada atom C
nomor tiga.

Glukosa mempunyai 6 jumlah rantai atom C, 4 diantaranya merupakan atom C


asimetris sehingga banyak isomer yang dapat digambarkan dari molekul glukosa
tersebut. Salah satu isomer yang penting adalah isomer D-sorbitol karena merupakan
prekursor di dalam fermentasi vitamin C oleh Acetobacter xylinum.

Metode untuk mendapatkan vitamin C secara sintesis dengan urutan langkah yang
diperlukan dengan bantuan mikroba. Perkembangan vitamin C dianggap penting sekali.
Isolasi kristalin asam askorbat pada tahun 1928 dilakukan oleh Szent-Gyorgyi yang
dilanjutkan dengan identifikasi vitamin C oleh Waugh dan King serta Svirbely dan
Szent-Gyorgyi pada tahun 1932. Vitamin C pertama kali diperoleh secara sintetis.
Berbagai jenis sintetis vitamin C diklasifikasikan menjadi empat metoda yang
terpenting.

Anda mungkin juga menyukai