Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TETAP BIOKIMIA 2

KINETIKA ENZIM

Nama : Septi Andriani

NIM : 06101181320005

Kelompok :2

Anggota : 1. Dess Kasturi

2. Eka Ranti Bendari

3.Hasanul Kamil Ridho

4.Nurul Hidayah

5.Yuliana

Dosen Pembimbing : Desi, S.Pd , M.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016
I. Percobaan ke :
II. Tanggal Percobaan :
III. Nama Percobaan : Kinetika Enzim
IV. Tujuan Percobaan :

V. Dasar Teori

Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh secara tidak langsung dipengaruhi oleh enzim.
Katalis-katalis ini, adalah spesifik untuk reaksi-reaksi tertentu. Akan tetapi, katalis-katalis ini
sering berubah-ubah (tidak tetap), pada beberapa ribu enzim yang sekarang dikenal dapat
berperan dalam beberapa reaksi seperti hidrolisis, polimerisasi, pemindahan gugus fungsi,
oksidasi reduksi, dehidrasi dan isomerisasi, untuk menjelaskan hanya beberapa kelompok
umum dari reaksi yang dipengaruhi enzim. Enzim-enzim bukanlah merupakan permukaan
pasif pada mana reaksi berlangsung tetapi merupakan mesin molekul kompleks yang terus
bekerja melalui rasikan mekanisme reaksi yang berbeda beda. Sebagai contoh, beberapa
enzim hanya bekerja pada molekul-molekul substrat tunggal; lainnya bekerja pada dua atau
lebih molekul-molekul substrat yang berbeda yang akan mengatur terjadi atau tidaknya suatu
ikatan.
Beberapa enzim membentuk ikatan kovalen yang menjadi perantara untuk
membentuk kompleks dengan substratsubstratnya, tetapi ada juga yang tidak.Pengukuran
kinetik dari reaksi-reaksi katalis enzimatik merupakan teknik-teknikyang sangat penting
untuk menerangkan mekanisme katalis enzim.Pada bahagian ini sebagian besar akan
menguraikan mengenaiperkembangan parameter-parameter kinetik yang sangat berguna pada
penentuan mekanisme-mekanisme enzimatik.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan kinetika  Enzim
1.      Suhu
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia
berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih
cepat. Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum
terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi.
Peningkatan suhu meningkatkan reaksi enzim yang terkatalisis dan yang tidak
terkatalisis dengan cara meningkatkan energi kinetic dan frekuensi tubrukan dari
besarnya molekul. Bagaimanapun energy panas dapat meningkatkan energy kinetic dari
enzim ke titik yang mana kelebihan energy pelindung untuk dapat mengganggu interaksi
non-kovalen yang berfungsi mengatur struktur tiga dimensi dari enzim. Cincin
polipeptida kemudian mulai terbuka atau terdenaturasi, yang disertai dengan
pengurangan kecepatan dari aktivitas katalisis. Pada temperatur tertentu sebuah enzim
berada dalam keadaan stabil, konformasi.
Enzim pada umumnya stabil pada temperatur 45-55°C. Sebaliknya, enzim pada
mikroorganisme termofilik yang berada pada sumber mata air panas gunung berapi, atau
pada lubang hidrotermal bawah laut dapat stabil pada suhu kurang lebih 100°C.
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan
suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga
kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat
menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum,
yaitu antara 30° – 40°C.
Q10 atau koefisien suhu yaitu faktor yang meningkatkan proses biologis bila suhu
naik 100 C. Umumnya enzim yang stabil pada peningkatan suhu maka Q10 = 2
2.      PH
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif
enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim
dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang
berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa),
sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam). (e-dukasi.2010)
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan
ganda. Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap
efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping
pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah, atau pH tinggi dapat pula
menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya
aktifitas enzim. Terdapat suatu nilai pH tertentu atau daerah pH yang dapat
menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum.
Enzim intrasel bekerja optimum antara pH 5-9. Hilangnya atau tambahnya muatan akan
merugikan atau membuat enzim tidak aktif
3  .) Persamaan Michaelis-Menten dan Hill (Model Pengaruh Kadar Substrat)
Pada pembahasan berikut, reaksi enzim dianggap seolah-olah hanya memiiki satu
substrat dan satu produk. Sementara kebanyakan enzim memiliki lebih dari satu substrat,
prinsip-prinsip yang dibahas di bawah juga berlaku bagi enzim dengan banyak substrat. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan
konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Untuk dapat terjadi kompleks enzim substrat, diperlukan adanya kontak antara enzim
dengan substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian
aktif. Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya menampung sedikit
substrat. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan
dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim
substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Namun
dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi susbstrat tidak menyebabkan bertambah
besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak
bertambah besar.
Peningkatan konsentransi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah
enzim tetap. Namun pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan
substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya. Enzim mempunyai
spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim naka kinerja enzim juga akan
optimal
3  .) Persamaan Michaelis-Menten dan Hill (Model Pengaruh Kadar Substrat)
Pada pembahasan berikut, reaksi enzim dianggap seolah-olah hanya memiiki satu
substrat dan satu produk. Sementara kebanyakan enzim memiliki lebih dari satu substrat,
prinsip-prinsip yang dibahas di bawah juga berlaku bagi enzim dengan banyak substrat. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan
konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.

4), hanya sebagian enzim yang mungkin berada dalam bentuk kompleks ES. Dengan
demikian di titik A atau B, peningkatan atau penurunan [S] akan meningkatkan atau
menurunkan jumlah kompleks ES disertai perubahan yang sesuai di v1.
5.) Aktifator dan inhibitor

Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan


substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan
suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan
dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor.
Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :

Ø  Inhibitor kompetitif

Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut


berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim

Ø Inhibitor nonkompetitif

Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi
aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan
dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

VI. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Tabung Reaksi 1. Butanol 0,01 M
2. Rak tabung reaksi 2. Fenol 0,01 M
3. Penangas air 3. Akuadest
4. Pipet tetes 4. Pb(NO3)2
5. Gelas ukur 5. EDTA
6. Beeker gelas 6. Enzim Polifenol Oksidase
7. Corong 7. Apel
8. Blender
9. Penjepit tabung reaksi

VII. Prosedur Percobaan


Isolasi enzim polifenol oksidase :
 Sampel dihancurkan dan ditimbang sebanyak 10 gr, lalu dihomogenisasi
dengan 20 ml air bebas ion pada suhu 0ºC menggunakan stirer selama 10
menit.
 Setelah itu disaring dengan kertas saring Whatman #1 menggunakan pompa
vakum
 Filtrat yang diperoleh berupa enzm polifenol oksidase ditampung dalam
wadah
 Disimpan dalam lemari es sehu -20 ºC sebelum dikarakterisasi.

Pengaruh Inhibitor
 10 tetes Pb(NO3)2 + 15 tetes substrat +15 tetes enzim
 10 tetes EDTA + 15 tetes substrat + 15 tetes enzim
 10 tetes akuadest + 15 tetes substrat + 15 tetes enzim

Pengaruh Suhu
 10 tetes substrat + 15 tetes enzim (dipanaskan) pada suhu masing-masing 5,
10, 25, 35, 50 dan 80 ºC

VIII. Data hasil Pengamatan


 Spesifikasi Substrat
No Substrat Warna Awal Warna Setelah Dipanaskan
1 Butanol Kuning Kuning kecoklatan
2 Fenol Kuning Kuning kecoklatan pekat
3 Akuadest Kuning Kuning kecoklatan

 Pengaruh Inhibitor
No Perlakuan Warna Setelah Dipanaskan
1 10 tetes Pb(NO3)2 + 15 tetes substrat +15 Kuning Kecoklatan (pekat)
tetes enzim
2 10 tetes EDTA + 15 tetes substrat + 15 Kuning Kecoklatan
tetes enzim
3 10 tetes akuadest + 15 tetes substrat + 15 Kuning Kecoklatan
tetes enzim

 Pengaruh Suhu
No Suhu Warna Awal Setelah Dipanaskan
1 5 ºC Kuning Kuning (Pekat)
2 10 ºC Kuning < kuning
3 25 ºC Kuning < kuning
4 35 ºC Kuning < kuning
5 50 ºC Kuning < kuning
6 80 ºC Kuning < kuning

IX. Persamaan Reaksi

X. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan tentang kinetika enzim polifenol
oksidase, dimana sampel yang kami gunakan sebagai enzimnya yaitu ekstrak dari apel.
Sedangkan substrat yang kami gunakan adalah fenol karena fenol memberikan warna kuning
kecoklatan yang lebih pekat dibandingkan dengan substrat yang lain.
Percobaan pertama kami lakukan yaitu pengaruh inhibitor, dimana dilakukan 3 kali
perlakuan yang sama terhadap tiga sampel yang berbeda. Dan yang memiliki warna lebih
pekat yaitu Pb(NO3)2 dibandingakan dengan EDTA dan Akuadest.
Untuk pengujian yang kedua yaitu pengaruh temperatur, dimana kami melakukan
enam kali menaikkan suhu terhadap sampel yang diuji, dan dari hasil pengamatan kami kalau
temperatur memang sangat berpengaruh , karena enzim itu adalah suatu protein, maka
kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses
denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif
enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu
sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Peningkatan suhu
meningkatkan reaksi enzim yang terkatalisis dan yang tidak terkatalisis dengan cara
meningkatkan energi kinetic dan frekuensi tubrukan dari besarnya molekul.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa suhu optimumnya berada pada 5 ºC, karena
ketika suhunya ditingkatkan maka warna yang dihasilkan akan semakin memudar.
XI. Kesimpulan

1. Pada pengujian spesifikasi substrat sampel yang mengalami perubahan warna menjadi
kuning kecoklatan paling pekat adalah sampel fenol.
2. Suhu optimum yang dicapai terdapat pada suhu 5 ºC.
3. Untuk pengaruh inhibitor yang memberikan warna coklat yang lebih pekat adalah
Pb(NO3)2
4. Yang berperan dalam pembentukan pigmen coklat adalah senyawa kuinon.

XII. Daftar Pustaka

Hasratman, Jul. 2012. Enzim Polifenol Oksidase. (Online)


http://julhasratman.blogspot.co.id /2012/01/enzim-polifenol-oksidase-dan-
mekanisme.html diakses pada tanggal 24 Maret 2016

Mustika, Nita. 2013. Makalah Kinetika Enzim. (Online) http://nitamustika.blogspot.co.id


/2013/10/makalah-kinetika-enzim.html diakses pada tanggal 24 Maret 2016

Subend, Ari. 2011. Praktikum Biokimia. (Online) https://id.scribd.com/doc/54254123/ Lapo


ran-Utama-Enzim-I diakses pada tanggal 24 Maret 2016

XIII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai