Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP BIOKIMIA 2

ANALISIS KUANTITATIF PROTEIN

Nama : Septi Andriani

NIM : 06101181320005

Kelompok :2

Anggota : 1. Dess Kasturi

2. Eka Ranti Bendari

3.Hasanul Kamil Ridho

4.Nurul Hidayah

5.Yuliana

Dosen Pembimbing : Diah Kartika Sari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016
I. Percobaan ke :4
II. Tanggal Percobaan : 12 Febuari 2016
III. Nama Percobaan : Analisis Kuantitatif Protein
IV. Tujuan Percobaan :
 Menentukan kadar protein dengan metode formol
 Mengidentifikasi bahan makanan apa saja yang mengandung protein
V. Dasar Teori
Titrasi formol asam amino pada dasarnya merupakan suatu titrasi sama basa, dimana
penambahan formaldehid pada asam amino dimaksudkan agar pH buffer gugus amino lebih
rendah dari pH asalnya, sehingga gugus amino dapat dititrasi secara kuantitatif dengan titik
akhir titrasi ditunjukkan munculnya perubahan warna dari indikator.
Titrasi merupakan suatu metode menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain
yang sudah diketahui konsentrasinya. Biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakkan di dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya
berupa larutan. Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung.
Asam amino adalah biomolekul yang mengandung atom nitrogen (N) seperti halnya
asam nukleat. Salah satu fungsi asam amino adalah sebagai komponen penyusun peptida dan
protein. Fungsi lain asam amino adalah sebagai prekursor dari berbagai molekul lainnya.
Asam amino memiliki gugus amina (NH 2), gugus karboksil (COOH), gugus samping R, dan
satu atom hidrogen (H) yang terikat pada atom C-α. Karena asam amino memiliki gugus aktif
amina dan karboksil sekaligus, zat ini dapat dianggap sebagai sekaligus asam dan basa
(walaupun pH alaminya biasanya dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu
yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif
(terprotonasi, menjadi NH3+), sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan negatif
(terdeprotonasi, menjadi COO-). Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam
aminonya. Dalam keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitterion.
Zwitterion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang bertitik
lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino bebas berada dalam bentuk
zwitterion pada pH netral maupun pH fisiologis yang dekat netral.
Asam amino dibedakan menjadi dua golongan, yaitu asam amino esensial dan asam
amino non esensial. Asam amino esensial atau asam amino kelas satu adalah asam amino
yang harus di datangkan dari luar dikarenakan tubuh tidak bisa memproduksi sendiri, padahal
asam amino sangat diperlukan oleh tubuh. Contoh asam amino esensial beserta fungsinya,
yaitu isoleusin (penting untuk pembentukan hemoglobin dan menstabilkan kadar gula darah),
leusin (sebagai pemacu fungsi otak), lisin (memperkuat sistem sirkulasi), metionin (menjaga
kesehatan hati), fenilalanin (diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang
akan mencegah penyakit gondok), treonin (meningkatkan kemampuan usus dan proses
pencernaan), triptofan (meningkatkan kesehatan syaraf), valin (memacu kemampuan mental).
Asam amino esensial terdapat pada bahan makanan dari hewan seperti susu, ikan, daging, dan
hati. Asam amino non esensial atau asam amino kelas dua. Asam amino ini merupakan jenis
asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh. Contoh dan fungsi asam amino non esensial,
yaitu alanin (memperkuat membran sel), arginin (membantu meningkatkan sistem imun),
aspartat (membantu perubahan karbohidrat menjadi energi sel), sistein (menstabilkan gula
darah dan metabolisme karbohidrat), glutamat (mengurangi ketergantungan alkohol dan
menstabilkan kesehatan mental), glisin (meningkatkan energi dan penggunaan oksigen di
dalam sel), histidin (memperkuat hubungan antar syaraf khususnya syaraf organ
pendengaran), prolin (memperkuat persendian, tendon, tulang rawan dan otot jantung), serin
(membantu produksi antibodi dan immunoglobulin), tirosin (memperlambat penuaan sel),
dan asparagin (untuk menjaga kesetimbangan sistem saraf). Asam amino non esensial
terdapat pada tumbuhan sehingga disebut protein nabati seperti pada kedelai, kacang hijau,
kacang tanah, dan umbi-umbian.
Setiap sel hidup mengandung protein. Protein merupakan senyawa organik esensial
bagi mahluk hidup dan konsentrasinya paling tinggi di dalam jaringan otot hewan. Protein
merupakan bahan esensial yang menunjang kehidupan. Kulit, tulang, otot, darah, hormon,
enzim dan organ-organ dalam semuanya tersusun dari protein. Salah satu jenis protein adalah
gelatin, gelatin dapat meleleh jika dipanaskan, namun segera menjadi padat lagi jika
didinginkan. Bila bercampur dengan air, gelatin akan membentuk larutan dengan viskositas
tinggi yang juga akan menjadi padat (gel) bila mendingin (Ward,A.G Courts, A,1977) .
Gelatin biasanya diperoleh dari kulit babi dan tulang sapi atau babi. Akan tetapi, sekarang
tulang ikan sudah mulai digunakan untuk dibuat gelatin berdasarkan pertimbangan
keagamaan. Proses pembuatan gelatin secara umum dapat digolongkan menjadi tiga tahap,
yaitu:
a. Tahap persiapan, yang bertujuan menghilangkan pengotor yang terdapat di bahan
baku.
b. Tahap ekstraksi utama, dilakukan dengan bantuan air panas atau larutan asam yang
diencerkan.
c. Tahap pemurnian.
Meskipun sebagian besar komponen penyusun gelatin adalah protein, gelatin kurang
bernilai gizi dibandingkan sumber protein lainnya. Hal ini karena protein penyusun gelatin
adalah berjenis asam amino non esensial (glisin dan prolin), yang dapat diproduksi di dalam
tubuh. Sedangkan di sisi lain, gelatin kurang mengandung asam amino esensial (isoleusin,
treonin, dan metionin) dan tidak mengandung triptofan, suatu asam amino esensial yang lain.
Enzim adalah golongan protein yang banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai
fungsi penting sebagai katalisator biokimia, secara kolektif membentuk metabolisme antara
(intermediary metabolism) dari sel. Sebagai molekul protein yang amat spesifik, enzim
dibentuk oleh sel dari unit-unit sederhana asam amino. Tiap jenis enzim umumnya hanya
dapat mengkatalisa satu jenis reaksi kimia spesifik; jadi ratusan enzim yang berbeda
diperlukan oleh metabolisme tiap jenis sel (Lehningher:9). Salah satu contoh dari enzim
adalah tripsin yang merupakan enzim pencernaan. Pada prosedur yang umum, enzim
pencernaan tripsin adalah hidrolisis enzimatik polipeptida. Enzim ini sangat spesifik dalam
aksi katalitiknya. Enzim hanya mengkatalisa hidrolisis ikatan peptida dengan gugus karboksil
yang ada pada residu lisin atau arginin, tanpa memandang panjang atau deret asam amino
pada rantai polipeptida (Lehningher:149). Enzim bekerja optimal pada suhu 30°C atau pada
suhu tubuh dan akan rusak pada suhu tinggi. Biasanya enzim bersifat nonaktif pada suhu
rendah, tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali normal enzim mampu bekerja kembali.
Sementara pada suhu tinggi, enzim rusak dan tidak dapat berfungsi kembali. Enzim bekerja
optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral. Pada kondisi asam atau basa, kerja
enzim terhambat. Agar enzim dapat bekerja secara maksimal, pada penelitian atau percobaan
yang menggunakan enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah, yaitu dengan
menggunakan larutan penyangga (buffer). Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir
yang menumpuk menyebabkan enzim sulit bertemu dengan substrat. Semakin menumpuk
hasil akhir, semakin lambat kerja enzim. Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut zat
penghambat atau inhibitor. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat masuk ke
substrat, atau ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga enzim salah masuk ke
penghambat tersebut.

VI. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Buret 1. Indikator PP 7. NaOH
2. Statif 2. D-oksalat
3. Erlenmeyer 3. Akuadest
4. Beeker gelas 4. Terong
5. Pipet tetes 5. Keju pasta
6. Gelas ukur 6. Tahu

VII. Prosedur Percobaan


Uji Formol
 Larutan Blanko
1. Ambil 20 ml akuadest kemudian tambahkan 8 tetes (0,4 ml) larutan D-oksalat.
2. Tambahkan indikator pp sebanyak tiga tetes kemudian diamkan selama 2
menit
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna pada larutan
yang dititrasi.
4. Tambahkan 2 ml formaldehid (warna larutan menjadi seperti warna aslinya)
kemudian titrasi lagi dengan lautan NaOH sampai terjadi perubahan warna
larutan menjadi warna merah muda.

 Larutan Sampel
1. Ambil 10 ml larutan sampel kemudian tambahkan 20 ml akuadest lalu tetesi
dengan 8 tetes larutan D-oksalat.
2. Tambahkan indikator pp sebanyak tiga tetes kemudian diamkan selama 2
menit
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna pada larutan
yang dititrasi.
4. Tambahkan 2 ml formaldehid (warna larutan menjadi seperti warna aslinya)
kemudian titrasi lagi dengan lautan NaOH sampai terjadi perubahan warna
larutan menjadi warna merah muda.
5. Lakukanlah langkah 1-5 dengan sampel yang berbeda.

VIII. Data Hasil Pengamatan


I. Hasil Pengamatan
Uji Titrasi Formol

Sebelum Setelah
Penambahan Penambahan
Perubahan
Nama Formaldehida Formaldehida Volume
No Warna
Sampel Volume Volume Volume Volume Rata-rata
Larutan
NaOH NaOH NaOH NaOH
(1) (2) (1) (2)
1 Larutan 3 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 0,2+0,1 Bening-
=0,15 ml
Blanko 2 pink
2 Tahu 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 0,2+0,2 Keruh-pink
=0,2 ml
2
3 Sosis 7 tetes 10 tetes 10 tetes 7 tetes 0,85+0,85 Keruh-pink
=0,85 ml
2 keruh
4 Terong 2 tetes 3 tetes 12 tetes 14 tetes 0,71+0,85 Kuning
=0,15 ml
2 coklat-
merah bata
5 Keju 10 tetes 13 tetes 13 tetes 6 tetes 1,15+0,95 Kuning-
=1,05 ml
2 merah
jambu

HASIL PENGAMATAN

Proses Pembuatan Sampel


2 ml Formaldehid 20 ml Aquadest + 0,4 ml kalium oksalat + 3 tetes
indikator pp

titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M

Uji Blanko Uji Formol dengan terong


Uji Formol dengan Tahu Uji Formol dengan Keju

Uji formol dengan Beberapa Sampel

Terong Sosis Keju

IX. Analisa Data

Perhitungan kadar protein

0,2× 0,1× 14,008


 Tahu %N = × 100%
5× 10
0,28016
= × 100 %
50
= 0,56 %

0,85× 0,1 ×14,008


 Sosis = × 100%
5× 10
1,19068
= × 100%
50
= 2,381%
0,15× 0,1 ×14,008
 Terong = × 100%
5× 10
0,21012
= × 100%
50
= 0,42 %

1,05× 0,1× 14,008


 Keju = × 100%
5× 10
1,47084
= × 100%
50
= 2,942 %

X. Persamaan Reaksi

XI. Pembahasan

Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan tentang analisis kuantitatif
protein. Terdapat dua uji yang kami lakukan yaitu uji formol dan uji boraks. Dimana kedua
uji ini berrtujuan untuk menganalisis atau mengidentifikasi bahan makanan (sampel) apa saja
yang termasuk kedalam protein serta untuk menentukan kadar protein didalam suatu sampel.
Percobaan pertama kami melakukan uji formol yaitu dengan membuat larutan blanko,
larutan ini tidak berisi analit melainkan hanya akuadest bertujuan untuk menghidrolisis
protein yang terdapat pada sampel menjadi asam amino, lalu ditetesi natrium d-oksalat jenuh
bertujuan untuk memblokade gugus amina (-NH2) pada asam amino sehingga hanya terdapat
gugus karboksil (-COOH) pada ujung rantai yang akan bereaksi dengan NaOH sampai
larutan tersebut berubah menjadi berwarna merah muda dan indikator pp bertujuan untuk
sebagai batas penanda berakhirnya titrasi. Kemudian akan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1
N yang bertujuan untuk menetralkan gugus karboksil yang terdapat pada asam amino. Dan
selanjutnya ditambahkan formaldehid yang bertujuan untuk menguatkan sifat asam dari asam
amino hal ini ditandai dengan hilangnya warna pink pada larutan. Larutan blanko ini biasanya
digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding.
Selanjutnya kami melakukan titrasi untuk kelima sampel yang kami gunakan yaitu :
larutan terong, tahu, keju dan sosis . Yang pertama kami titrasi adalah larutan tahu, larutan ini
hanya membutuhkan sedikit titran untuk mencapai titik ekuivalennya. Kadar proteinnya
adalah 0,56 %. Sedangkan untuk larutan sosis kadar protein yang kami dapatkan adalah
2,381%, untuk larutan terong didapatkan kadar proteinnya yaitu 0,42 %. Yang terakhir kami
hitung kadarnya yaitu larutan keju pasta didapatkan 2,942 %

Dari praktikum kali ini kami mendapatkan penjelasan bahwa semakin banyak titran
atau larutan NaOH yang digunakan dalam titrasi, maka semakin banyak pula kandungan
protein yang ada pada sampel. Tetapi disini mungkin terjadi kesalahan karena bahan
makanan pokok yang banyak mengandung protein malah kandungan protein yang kami
dapatkan hanya sedikit. Ini mungkin terjadi karena kurang telitinya praktikan dalam
mengamati dan membuat larutannya. Atau mungkin karena tahu yang kami jadikan sebagai
bahan pokok hanya terbuat dari ampas kedelai sehingga kadar protein yang didapatkan
rendah.

XII. Kesimpulan

1. Pada titrasi formol ini penambahan akuadest berfungsi untuk menghidrolisis protein
yang terdapat pada sampel menjadi asam amino
2. Penambahan natrium d-oksalat jenuh bertujuan untuk memblokade gugus amina
(NH2) pada asam amino
3. Penambahan indikator PP bertujuan untuk sebagai batas penanda berakhirnya titrasi.
4. Penambahan formaldehid yang bertujuan untuk menguatkan sifat asam dari asam
amino
5. Sampel yang mengandung kadar protein tinggi berturut-turut adalah keju 2,942 %,
sosis 2,381%, tahu 0,56 % dan terong. 0,42%.
XIII. Daftar Pustakta

Bumbungan, Nober. 2011. Laporan Praktikum Protein. (online).


http://noberanagbio.blogspot.co.id/2011/11/protein.html Diakses 18
Februari 2016
Faidan, Faza. 2011. Laporan Praktikum Biokimia Titrasi Formol Asam Amino.
(Online).https://www.academia.edu/8982904/laporan_titrasi_formol_asam_a
mino_biokimia diakses pada tanggal 18 Febuari 2016
Faisal, Ahmad. 2015. Analisa Kadar Protein Titrasi Formol. (online).
http://afaisalf.blogspot.co.id/2015/01/laporan-praktikum.html Diakes
18 Februari 2016
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya.
Erlangga: Jakararta

Anda mungkin juga menyukai