Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

` PRAKTIKUM : BIOKIMIA

PERTEMUAN KE : III

JUDUL PERCOBAAN : KINETIKA ENZIM

DISUSUN OLEH :

NAMA : HIDAYATURRAHMAN

NPM : 1848201110052

KELAS :A

HARI/TANGGAL : SELASA, 23 JUNI 2020

LABORATORIUM FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2019/2020


PERCOBAAN 3

KINETIKA ENZIM

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat memahami prinsip kinetika reaksi enzim dan faktor yang
mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim.
2. Dapat melakukan percobaan sesuai Standard Operasional Procedur

II. Dasar Teori


Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis
oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-
reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam
keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang
digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. (Poedjiadi,
2006)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah
(Dwidjoseputro, 1992) suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, aktivator
dan inhibitor. Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu dan
aktifitasnya akan berkurang jika berada pada kondisi di bawah atau di atas titik
tersebut. Kondisi yang menyebabkan kerja enzim menjadi efektif ini disebut kondisi
optimal. Sebagian besar enzim pada manusia mempunyai suhu optimal yang
mendekati suhub tubuh (35oC– 40oC). Pada suhu tinggi (> 50oC), enzim dapat rusak
dan pada suhu rendah (0oC), enzim menjadi tidak aktif. Suhu yang tidak sesuai
tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk sisi aktif enzim. Sifat enzim
yang tidak tahan panas atau dapat berubah karena pengaruh suhu ini disebut
termolabil. (Dwidjoseputro, 1992)
Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap fungsi enzim
Selain suhu, faktor lingkungan yang mempengaruhi kerja enzim adalah derajat
keasaman (pH). Sebagaimana faktor suhu, enzim juga mempunyai pH tertentu agar
dapat bekerja secara efektif. Enzim dapat bekerja optimal pada pH netral (pH = 7), pH
basa, atau pH asam tergantung pada jenis enzim masing-masing. Enzim pencerna
protein misalnya, mempunyai pH paling optimal 1-2, sedangkan enzim pencernaan
yang lain mempunyai pH optimal 8. Pada pH tertentu, enzim dapat mengubah substrat
menjadi hasil akhir. Kemudian, apabila pH tersebut diubah, enzim dapat mengubah
kembali hasil akhir menjadi substrat. (Dwidjoseputro, 1992)

Gambar 2. Pengaruh pH terhadap fungsi enzim

Kadar enzim yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan reaksi secara linier
(kecepatan bertambah konstan). Dapat dikatakan bahwa hubungan antara konsentrasi
enzim dengan kecepatan reaksi enzimatis berbanding lurus. kecepatan reaksi suatu
enzim satu dengan yang lain berbeda-beda meskipun mempunyai konsentrasi enzim
yang sama. Konsentrasi enzim yang sangat tinggi dalam suatu sistem yang kompleks
akan berpengaruh terhadap terhadap kecepatan reaksi. (Dwidjoseputro, 1992)
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap fungsi enzim

Pada konsentrasi substrat yang rendah, kenaikan substrat akan meningkatkan


kecepatan reaksi enzimatis hampir secara linier. Jika konsentrasi substrat tinggi, maka
peningkatan kecepatan reaksi enzimatis akan semakin menurun sejalan dengan
peningkatan jumlah substratnya. kecepatan maksimum (v maks) reaksi enzimatis
ditunjukan dengan garis mendatar yang menggambarkan peningkatan kecepatan yang
rendah seiring penambahan konsentrasi substrat. (Dwidjoseputro, 1992)

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap fungsi enzim

Zat-zat kimia tertentu dapat memacu atau mengaktifkan kegiatan enzim.


Contoh : garam-garam dari logam alkali dan logam alkali tanah dengan konsentrasi
encer, ion kobalt (Co), mangan (Mn), nikel (Ni), magnesium (Mg), dan klor
(Cl).Sedangkaninhibisi aktifitas enzim adalah penurunan kecepatan suatu reaksi
enzimatik yang dalam makhluk hidup penting pada proses metabolisme. Pada
keadaan tertentu suatu reaksi enzimatik dapat membentuk dua atu lebih produk dan
hambatan tersebut dapat ditunjukan hanya pada suatu produk, sedangkan
pembentukan produk yang lain tidak dipengarihi atau malah di tingkatkan. Inhibitor
adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan tempat kerjanya,
inhibitor terbagi atas, reaksi inhibitor dengan apoenzim, reaksi inhibitor dengan
substrat, reaksi inhibitor dengan substrat, reaksi inhibitor dengan koenzim, reaksi
inhibitor dengan kofaktor, reaksi inhibitor dengan bentuk kompleks enzim.

Mekanisme
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan ΔG‡:

 Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana


keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi
konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)

 Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan


menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan
keadaan transisi.

 Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara


waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.

 Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada


orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan
destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil. (Anonim 1,
2015)

Tanpa bantuan enzim, semua bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh
hanya sekedar numpang lewat. Enzim merupakan komponen penting yang
diperlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan makanan. Kini pemahaman
masyarakat mengenai enzim pencernaan dan fungsinya masih sangat rendah.
Umumnya masyarakat hanya mengaitkan masalah pencernaan dengan penyakit maag.
Enzim bertanggung jawab menjaga kesehatan dan proses metabolisme di dalam
tubuh. Kekurangan enzim dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan
pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan penyerapan (malabsorpsi).
Gejala malabsorpsi adalah kembung pada perut, nafsu makan menurun, diare dan
perut tidak nyaman. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah malabsosrpsi akibat
kekurangan enzim adalah dengan mengkonsumsi suplemen enzim. Kekurangan enzim
akan menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan atau dalam istilah
kedokteran disebut maldigesti, yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan
pencernaan atau malabsorbsi. Di sisi lain, kekurangan enzim juga akan
mengakibatkan timbulnya gas yang berlebih di dalam sistem pencernaan, baik di
lambung maupun usus halus dan usus besar (Almatsier, 2003).
Kinetika reaksi enzimatis dapat digunakan untuk menentukan kadar enzim.
Kinetika reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang diubah
atau produk yang dihasilkan per satuan waktu, dan pada suatu waktu yang sangat
pendek, atau pada satu titik tertentu pada grafik disebut kecepatan sesaat (instantaneus
velocity). Kecepatan sesaat merupakan tangens dari garis singgung terhadap grafik
pada suatu titik tertentu. Kecepatan sesaat pada waktu mendekati nol, yaitu saat grafik
masih berupa garis lurus disebut kecepatan awal (Vo). Pada reaksi enzimatis, jika
disebut kecepatan, umumnya yang dimaksud adalah kecepatan awal. Hal ini
disebabkan karena pada keadaan awal reaksi, kita dapat mengetahui kondisi/ keadaan
dengan lebih tepat. Disamping kecepatan sesaat dan Vo, juga dikenal istilah
kecepatan rata-rata, yaitu perbandingan antara perubahan jumlah substrat terhadap
waktu (Poedjiadi, 1994).

Reaksi enzimatik berlangsung melalui pembentukan kompleks enzim substrat


(ES), bila semua enzim dalam keadaan ES (sistem jenuh oleh substrat) maka laju
reaksi akan mencapai nilai maksimum (Vmaks). Kinetika enzim menginvestigasi
bagaimana enzim mengikat substrat dengan mengubahnya menjadi produk. Data laju
yang digunakan dalam analisa kinetika didapatkan dari asai enzim. Aktivitas enzim
akan meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu, laju berbagai proses
metabolisme akan naik sampai batasan suhu maksimal. Prinsip biologis utama adalah
homeostatis, yaitu keadaan dalam tubuh yang selalu mempertahankan keadaan
normalnya. Perubahan relatif kecil saja dapat mempengaruhi aktivitas banyak enzim.
Adanya inhibitor non kompetitif irreversibel dan antiseptik dapat menurunkan
aktivitas enzim. Kecepatan reaksi mula-mula meningkat dengan menaiknya suhu, hal
ini disebabkan oleh peningkatan energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi.
Akan tetapi pada akhirnya energi kinetik enzim melampaui rintangan energi untuk
memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan
struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini terjadi denaturasi enzim menunjukkan
suhu optimal. Sebagian besar enzim suhu optimalnya berada diatas suhu dimana
enzim itu berada. Ada dua metode analisis kuantitatif kinetika reaksi enzim, yaitu asas
keseimbangan Michaelis-Menten dan asas teori keadaan tunak (steady state theory)
Briggs-Haldone. Persamaan Michaelis-Menten merupakan persamaan kecepatan
reaksi enzimatik substrat tunggal yang menyatakan hubungan kuantitatif kecepatan
reaksi awal (Vo), kecepatan reaksi maksimum (Vmaks), konsentrasi substrat [S], dan
konstanta Michaelis-Menten [KM] (Murray, 2003)
III. Alat dan Bahan
Reagen-reagen yang digunakan :
1. Larutan 2% TCA (Asam Tri Klor Asetat), harus disimpan di lemari es sehingga tetap
baik untuk beberapa bulan.
2. Larutan 1% (b/v) kasein: larutkan 1 g kasein dalam 100 ml buffer fosfat 0,1 M (pH 8)
dengan jalan pemanasan di atas air mendidih selama 20 menit, kalau perlu tambahkan
aquadest.untuk mengganti air yang menguap. Pakailah Erlenmeyer 250 ml. larutan ini
harus disimpan dalam lemari es dan tidak boleh dipakai jika sudah 10 hari.
3. Larutan 0,1 M buffer fosfat (pH=8,0): Timbang NaH2PO4 yang diperhitungkan
untuk membuat 250 ml buffer, larutkan dalam air (lebih kurang 200 ml) dan
penambahan 0,5 N NaOH pH-nya dibuat tepat 8,0. Untuk itu dipakai suatu pH meter.
Larutan tersebut kemudian dipindah secara kuantitatif ke dalam labu takar 250 ml dan
ditambahkan air sampai garis. Larutan disimpan dalam lemari es.
4. Larutan Tripsin: Larutkan 8 mg tripsin ke dalam 20 ml 0,1 N buffer fosfat (pH=8,0).
Larutan buffer ini disimpan dalam lemari es dan larutan akan tetap baik selama paling
sedikit 1 minggu.
5. 0,5 NaOH
6. Reagen Follin Ciocalteu (REF No. 1)
7. 0,5 M HCl

Alat:
1. Tabung reaksi, pengaduk gelas, stopwatch, thermostat, pipet.
2. Corong dan kertas saring, alat sentrifuge klinik, tabung sentrifuga
3. Spektrofotometer.

IV. Cara Kerja:


Panaskan 5 ml kasein 1% dalam tabung selama 5 menit pada suhu 35ºC.
tambahkan larutan buffer fosfat dan larutan tripsin sejumlah yang ditentukan sambil
diaduk perlahan (jangan sampai berbusa). Semua dilakukan dalam duplo. Lama
inkubasi adalah tepat 20 menit dihitung mulai enzim ditambahkan. Reaksi dihentikan
dengan penambahan 20% TCA disertai dengan pengadukan yang kuat. Diamkan 30
menit pada suhu rendah (air es) agar pengendapan protein berlangsung sempurna
kemudian saring dengan kertas saring. Filtrate kemudian dikerjakan dengan Metode
Anson. Selain disaring dapat pula disentrifuge selama 10 menit kemudian ambil
supernatannya. Untuk harga t=0 menit dalam tabung masukkan terlebih dulu larutan
buffer dan larutan enzim, kemudian tambahkan 3 ml TCA 20% dan 5 m kasein 1%.
Diamkan 30 menit pada suhu rendah, kemudian saring atau sentrifuge seperti di atas.

Metode Anson:

Campurkan 2 ml TCA filtrate dengan 4 ml 0,5 M NaOH. Tambahkan 1 ml larutan


encer reagen fenol Follin Ciocalteu 1 volume reagen ditambah 1 volume air sehingga
mengandung 1 N asam. Setelah didiamkan 10 menit tetapkan ekstingsinya pada 650
mg.
V. Hasil percobaan dan perhitungan

Data untuk perhitungan hasil pecobaan

Substrat kasein 1% (buf Larutan tripsin dalam buffer fosfat 
Tabung Buffer Fosfat
fer fosfat pH=8,0) (0,1 M pH=8,0)

t=0 menit 5 ml 1.75 ml 0.25 ml

t=20 menit 5 ml 1.75 ml 0.25 ml


II
t=0 menit 5 ml 1.5 ml 0.5 ml

t=20 menit 5 ml 1.5 ml 0.5 ml


III
t=0 menit 5 ml 1.0 ml 1.0 ml

t=20 menit 5 ml 1.0 ml 1.0 ml


IV
t=0 menit 5 ml 0.5 ml 1.5 ml

t=20 menit 5 ml 0.5 ml 1.5 ml


V
t = 0 menit 5 ml 0 ml 2.0 ml

t=20 menit 5 ml 0 ml 2.0 ml


 Hasil Uji kualitatif

Tabung Setelah ditambahkan tripsin dan didinginkan


I Larutan bening, sedikit putih keruh diatas
II Larutan bening, larutan berwarna putih keruh di bagian atas
III ¾ bagian putih keruh
IV Larutan putih keruh, ada endapan putih

Tabung Setelah ditambahkan tripsin dan didinginkan


I Larutan bening, sedikit putih keruh diatas
II Larutan bening, larutan berwarna putih keruh di bagian atas
III ¾ bagian putih keruh
IV Larutan putih keruh, ada endapan putih
Tabung Setelah didinginkan dan ditambahkan TCA 20 %
I Bening
II Agak putih
III Keruh, terdapat gumpalan putih teersebar
IV Terbentuk endapan keruh

 Hasil uji kuantitatif

No Tabung Nilai Absorbansi

T=0 0.208
I
T = 20 0.216

T = 0 0.210
II
T = 20 0.218

T = 0 0.212
III
T = 20 0.222
T = 0 0.213
IV
T = 20 0.226

V T=0 0.214

T = 20 0.228

Perhitungan
1. Menghitung ΔA

ΔA = At20 – At0

ΔA1 = 0.216 – 0.208 = 0.008


ΔA2 = 0.218 – 0.210 = 0.008
ΔA3 = 0.222 – 0.212 = 0.01
ΔA4 = 0.226 – 0.213 = 0.013
ΔA5 = 0.228 – 0.214 = 0.014
2. Menghitung V

V = ΔA/Δt

 Δt = t20 – t0
 Δt = 20 – 0 = 20 menit
V1 = 0.008 = 0.0004
20

V2 = 0.008 = 0.0004
20

V3 = 0.01 = 0.0005
20

V4 = 0.013 = 0.00065
20

V5 = 0.014 = 0.0007
20

3. Menghitug E
E = Aliquotx 2 %
Vtotal
 Vtotal = V setiap tabung
= 7 ml
 Aliquot = jumlah tripsin (enzim)
E1 = 0.25 x 2 % = 0.7 x 10-3 = 0.0007
7
E2 = 0.5 x 2 % = 1.4 x 10-3 = 0.0014
7
E3 = 1.0 x 2 % = 2.8 x 10-3 = 0.0028
7
E4 = 1.5 x 2 % = 4.2 x 10-3 = 0.0042
7
E5 = 2.0 x 2 % = 5.6 x 10-3 = 0.0056
7
4. Grafik Lineweaver-Burk

1/E (X) 1/V (Y)

1428.57 2500
714.29 2500
357.14 2000
238.09 1538.46
178.57 1428.57

a = 1512.44
b = 0.8245
r = 0.6971
5. Menghitung Vmaks dan Km

 b(gradien) = Km
V maks  
 1 1
Vmaks = a maka, Vmaks =1
a
Vmaks =1 / 1512.44
Vmaks = 0.00066 ppm/menit
 Km = b(gradien) x Vmaks
Km = 0.8245 x 0.00066
Km = 0.00054
VI. KESIMPULAN
 Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH, suhu, konsentrasi
enzim dan konsentrasi substrat
 Metode yang dilakukan pada percobaan kinetika kerja enzim ada dua metode
yaitu, Lineweaver-Burk (penentuan kurva) dan metode Anson (pencarian nilai
serapan masing-masing supernatant).
 Nilai absorbansi yang dihasilkan dari percobaan pada tiap tabung t=0 dan t=20
cenderung mengalami peningkatan.
 Grafik Lineweuver-burk yang dihasilkan yang dihasilkan dari praktikum ini
tidak linier atau tidak lurus.
 Nilai Vmax yang didapat = 0.00066 ppm/menit
 Nilai Km yang didapat = 0.00054

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia PustakaUtama

Dwijoseputro.1992.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Murray, R. K., dkk.2003.Harper’s Illustraterd Biochemistry 26th Edition.USA: McGraw-Hill


Companies

Poedjiadi, Anna.1994.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta: UI Press

Poedjiadi, Anna. dan F.M. Titin Supriyanti.2006.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: UI Press

Anonim1.2015.Enzim. http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim

Anda mungkin juga menyukai