Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“ KINETIKA ENZIM ”

Disusun Oleh:

Nama : Awal Josua Aritonang

NIM : 205040201111095

Kelas :H

Asisten : Alzena Aufannisa Syahda

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kinetika enzim ialah salah satu ilmu, salah satu studi atau mata kuliah yang
didalamnya akan mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia. Ketika kita ingin
mengetahui tentang enzim baik itu dari laju reaksi, konsentrasi, atau bahkan
mengetahui bahwa ada suatu yang memperhambat laju reaksi (inhibitor) dapat
dilihat melalui kinetika enzim ini.
Metabolisme kerja tubuh suatu makhluk hidup selallu dipengaruhi oleh
enzim. Enzim merupakan suatu zat, molekul atau bahkan senyawa yang kononnya
memiliki bentuk, sifat, dan karakteristik yang sama dengan protein. Enzim akan
mengalami sebuah reaksi-reaksi dengan berbagai substrat dengan melakukan
sebuah proses yang disebut dengan katalisasi enzim. Enzim dapat memiliki
kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi substat dan konsentrasi enzim itu
sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim dan substratnya sendiri. Di sisi lain, seperti yang disebutkan
adanya inhibitor menjadi salah satu bagian dari beberapa faktor yang
mempengaruhi reaksi enzimatik. Faktor- faktor ini perlu untuk diperhatikan ketika
ingin melakukan sebuah reaksi, diantaranya ialah suhu, pH, konsentarsi substrat,
konsentrasi enzim, aktivator dan inhibitor. Oleh keberagaman manfaat yang
ditimbulkan dari kinetika enzim tersebut, maka perlu dilakukan praktikum kinetika
enzim bagi mahasiswa. Apalagi sebagai mahasiswa pertanian, perlu untuk paham
dan mengerti tentang berbagai reaksi-reaksi serta faktor-faktor apa saja yang ikut
mempengaruhi sebuah reaksi enzimatik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui defenisi dan mekanisme kerja enzim
2. Mengetahui berbagai teori tentang kerja enzim
3. Mengetahui karakteristik enzim
4. Mengetahui defenisi dan macam-macam inhibitor
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik
6. Mengetahui tentang persamaan Michaelis Menten

1.3 Manfaat
Dengan adanya praktikum ini, praktikan menjadi paham dan mengerti
tentang kinetika enzim baik itu defenisi, mekanisme, terori-teori, karakteristik
enzim, faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik, mengerti akan defenisi dan
macam-macam inhibitor dan mengerti tentang persamaan Michaelis Menten.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Mekanisme Kerja Enzim


Enzim adalah suatu zat yang memiliki beberapa sifat sama seperti protein
baik sifat fisik maupun kimia. Enzim merupakan katalis yang mampu bekerja
dengan efektif dengan meningkatkan kecepatan proses kimia suatu zat. Enzim
memberikan banyak manfaat penting dalam proses kehidupan, dikarenakan semua
rekasi yang terjadi dikatalisasi oleh enzim (Kurnia, 2010). Hal ini di dukung oleh
pernyataan Supriyatna et al., (2015) yang mengatakan bahwa sekelompok protein
yang terkumpul akan membentuk enzim, sesudah itu menjalankan tugas antara lain
mengatur jalan kerjanya proses katalis, menjalankan berbagai macam perubahan-
perubahan mekanik dari suatu zat kimia dalam sistem biologi.
Menurut Aryulina et al., (2006), enzim mempunyai struktur tiga dimensi.
Adanya sisi aktif enzim menjadi bagian penting yang berfungsi sebagai katalis.
Kemudian enzim melakukan katalisasi reaksi dengan meningkatkan kecepatan
reaksi dengan melakukan sebuah proses penurunan energi aktivasi. Penurunan
energi ini bertujuan untuk membentuk substrat kompleks. Kemudian enzim akan
berikatan dengan substrat kompleks menghasilkan sebuah produk. Kemudian
dengan dihasilkannya produk ini, enzim akan kembali dilepaskan untuk bebas
membentuk sebuah produk baru dengan substrat yang lain.

2.2 Teori Kerja Enzim


Menurut Aryulina et al., (2006), terdapat 2 teori yang menggambarkan cara
dan proses kerja enzim. Pertama ialah teori yang ditemukan oleh Emil Fischer dan
disebut dengan teori kunci dan anak kunci (Lock and Key). Kedua ialah teori yang
ditemukan oleh Daniel Kashland dan disebut dengan teori induksi pas (Induced
Fit). Adapaun cara kerja diantara 2 teori ini adalah sebagai berikut:
a) Teori Lock and Key
Teori ini sering dikatakan sebagai teori kunci dan anak kunci. Enzim
sering diibaratkan sebagai kuncinya dan substrat diibaratkan sebagai anak
kuncinya. Substrat ini nantinya akan memasuki enzim dari sisi aktifnya
sama seperti anak kunci yang masuk kedalam sisi aktif kunci. Kemudian
substrat ini berproses dengan enzim dan menghasilkan suatu produk.
Setelah itu produk nantinya akan dilepaskan kembali, dengan tujuan agar
enzim dapat menerima substrat yang baru dan juga menghasilkan produk
yang baru.

b) Teori Induced Fit


Teori ini lebih mengidentifikasi tentang enzim melakukan
perubahan bentuk untuk menyesuaikan dirinya dengan bentuk substrat yang
sudah terikat dengan enzim terzebut. Pengikatan dan penyesuaian ini akan
membantu dan meningkatkan molekul enzim kompleks dan substrat berada
dalam keadaaan reaktif.

2.3 Karakteristik Enzim


Menurut Aryulina et al., (2006), enzim memiliki beberapa sifat dan
karakteristik tersendiri, diantaranya adalah sebagai beriku:
a) Enzim tidak dapat bekerja dengan baik jika kondisi lingkungan tidak
sesuai.
b) Enzim hanya dapat bekerja jika pada substrat yang cocok
c) Enzim membentuk kecepatan reaksi bukan mengubah produk.
d) Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.
e) Enzim mampu bereaksi hebat meskipun dalam jumlah yang sedikit.
f) Enzim dapat dipengaruhi oleh inhibitor (zat penghambat)

2.4 Defenisi Inhibitor + Macam-macam Inhibitor + Contoh

Molekul yang menghambat atau menyangkal proses pengikatan enzim


dengan substrat disebut dengan inhibitor. Inhibitor merupakan sebuah zat atau
molekul yang menghambat laju reaksi yang dilakukan oleh enzim (Sidiq, 2013).
Menurut Utomo et al., (2016), zat penghambat laju reaksi atai inhibitor
dibagi menjadi 3 jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Inhibitor Kompetitif, merupakan zat penghambat yang berikatan dengan
enzim, sehingga sewaktu berikatan inhibitor ini mencegah sis ajtif enzim
melakukan proses pengikatan dengan substrat. Contohnya yaitu asam
malonat, yang menghambat ikatan antara enzim dengan asam suksinat.
b) Inhibitor Non-Kompetitif, adalah zat penghambat yang sama sekali tidak
berikatan dengan sisi lain enzim. Contohnya adalah Penisilin yang
mengahambat kerja enzim pada sel bakteri.
c) Inhibitor Unkompetitif, adalah zat penghambat yang akan berikatan
diantara sisi, dimana setiap sisi muncul ketika terjadi reaksi antara sisi aktif
enzim dengan subtract telah terjadi. Enzim nantinya akan merubah bentuk,
dan inhibitor inilah yang akan mengikat enzim pada kompleks enzim-
substrat dan melakukan penghambatan laju reaksi serta aktivitasnya.
Contohnya adalah senyawa flavonoid yang menghambat kerja Xo.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Enzimatik


Menurut Aryulina et al., (2006), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi reaksi enzimatik adalah sebagai berikut:
a) Suhu
Suhu yang tinggi akan mempercepat peningkatan molekul substrat,
sehingga saat terjadi benturan dengan enzim energi molekul tadi akan
berkurang. Oleh sebab inilah suhu berpengaruh pada enzim karena
memudahkan molekul substrat terikat dnegan sisi aktif dari enzim.

b) pH
Derajat keasaman (pH) termasuk dalam faktor yang mempengaruhi
reaksi enzimatik dikarenakan pada saat kondisi asam dan basa pada sekitar
molekul enzim akan memberikan pengaruh terhadap bentuk tiga dimensi
enzim atau bahkan dapat mengakibatkan sebuah kerusakan enzim. Hal ini
menunjukkan bahwa pH mempengaruhi reaksi enzimatik karena setiap
enzim pastinya memiliki tingakt derajat keasaman (pH) yang optimum.

c) Aktivator dan Inhibitor


Sebuah molekul yang terbentuk dengan tujuan membantu dan
mempermudah enzim melakukan pengikatan dengan substrat disebut
dengan activator. Sedangkan molekul yang menghambat atau menyangkal
proses pengikatan enzim dengan substrat disebut dengan inhibitor.

d) Konsentrasi Enzim
Konsentrasi dari enzim menjadi salah satu faktor yang ikut
mempengaruhi reaksi enzimatik karena semakin tinggi dan besar
konsentrasinya maka akan semakin cepat pula reaksi terjadi. Enzim
memiliki suatu sisi yang disebut dengan sisi aktif yang dapat digunakan
berulang-ulang oleh substat yang berbeda. Oleh karena inilah timbul sebuah
pernyataan yang mengatakan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus
dengan kecepatan reaksi.

e) Konsentrasi Substrat
Kecepatan reaksi juga akan meningkat jika adanya penambahan dari
konsentrasi substrat. Namun ada saatnya konsentrasi substrat tidak
berkontribusi dalam mempercepat reaksi. Kondisi ini disebut dengan
konsentrasi substrat pada titik yang jenuh sehingga kecepatan oleh reaksi
sudah mencapai batak maksimum.

2.6 Persamaan Michaelis Menten

Persamaan Michaelis-Menten merupakan persamaan yang mendasari


berbagai aspek-aspek kerja dari enzim. Kecepatan reaksi dari suatu enzim dapat
dihitung jika nilai Km dan Vmaks diketahui. Hal ini dapat dilihat dengan bukti seperti
enzim dapat mengkatalis reaksi hanya dengan melakukan penggabungan substrat
dalam waktu sementara, sehingga energi aktivasi dari seluruh reaksi mengalami
penurunan (Kurnia, 2010).
Menurut Utomo et al., (2016) mengatakan bahwa tetapan yang sering
disebut Km digunakan menyatakan hubungan yang baik dan benar diantara
konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi enzimatiknya. Sedangkan untuk dapat
mengetahui nilai dari aktivitas kinetik enzim dapat menggunakan rumus dasar
sebagai berikut:
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Grafik Simulasi Enzim dengan Software

3.1.1 Grafik Hubungan Km dan Vmaks

Berdasarkan grafik di bawah, dapat diketahui bahwa hubungan yang


tercipta antara Km dengan Vmaks akan memberikan pengaruh terhadap
kecepatan reaksi dari enzim guna membentuk sebuah produk. Pada jenis enzim
yang sama tidak akan selalu memiliki kecepatan maksimum (Vmaks) yang
sama, karena Vmaks juga tergantung pada konsentrasi enzim. Nilai Km dan
Vmaks tergantung pada jenis substrat dan keadaan lingkungan.
Menurut Putra (2009), Kinetika enzim (Vmaks dan Km) dapat
ditentukan dengan didasarkan pada atas plot grafik hubungan antara 1/[S] dan
1/(V). [S} diartikan sebagai konsentrasi substrat dan V sebagai aktivitas enzim.
Oleh karena itu maka akan diperoleh kurva dari persamaan linear, y = ax + b.
Nilai y = 1/V dan untuk nilai x = 1/[S]. 1/V = 1/Vmaks + Km/Vmaks(1/[S])
Intersep garis (b) yang didapat dari persamaan linear adalah 1/Vmaks dan slope
(a) adalah Km/Vmaks.
3.1.2 Grafik Tanpa Inhibitor

Berdasarkan grafik di bawah, dapat diketahui data bahwa Vmaks


bisa mencapai 2,0 dan setengah Vmaks sebesar 1,0. Kemudian jika ditarik garis
ke bawah dari nilai setengah Vmaks sebesar 1,0, maka di dapatkan hasil Km-
nya bernilai 0,5. Dengan hasil data yang diterima, grafik tanpa inhibitor ini
memiliki nilai Km 0,5 dan Vmaks 2,0.
Menurut Jariyah (2002), konsentrasi enzim pada likuifikasi menjadi
suatu hal yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas enzim tanpa inhibitor.
Kejadian seperti ini merupakan dampak atau akibat dari keefektivitasan cara
kerja enzim berbanding lurus terhadap konsentrasinya. Dari data dan grafik
yang akan dibentuk, kita dapat menyimpulkan bahwasanya kecepatan enzim
semakin meningkat jika diikuti dengan meningkatnya konsentrasi substrat dan
enzim.

3.1.3 Grafik Inhibitor kompetitif

Berdasarkan grafik dibawah, dapat diketahui data bahwa Vmaks


bernilai 2,0 dan setengah dari Vmaks adalah 1,0. Dengan demikian, ketika ada
penarikan garis ke bawah dari titik 1,0 akan menghasilkan data Km senilai 0,9.
Oleh karena itu, grafik inhibitor kompetitif ini memiliki data dengan
konsentrasi 5 mol/liter dengan nilai Km sebesar 0,9 dan nilai Vmaks bernilai
2,0.
Inhibitor kompetitif merupakan salah satu dari 3 jenis inhibitor.
Namun, inhibitor ini lebih sering dikaitkan dengan sebuah perlakuan atau
proses yang nantinya akan mengikat enzim bebas. Sisi aktif enzim nantinya
akan bertabrakan dengan substrat dan mengalami pengikatan. Inhibitor ini akan
mengalami peningkatan hanya karena nilai Km-nya dibentuk hanya untuk
substrat tanpa harus disertai berbagai macam perubahan yang berdampak pada
nilai Vmaks (Sugiwati et al., 2009).

3.1.4 Grafik Inhibitor Unkompetitif


Berdasarkan grafik dibawah, dapat diketahui data bahwa Vmaks
bernilai 0,2 dan setengah dari Vmaks adalah 0,1. Dengan demikian, ketika ada
penarikan garis ke bawah dari titik 0,1 akan menghasilkan nilai Km sebesar
0,5. Oleh karena itu, grafik inhibitor un-kompetitif ini memiliki data dengan
nilai konsentrasi sebesar 5 mol/liter dengan nilai Km sebesar 0,5 dan nilai
Vmaks bernilai 0,2.
Menurut Bachrudin (2014), inhibitor ini merupakan inhibitor yang
sama sekali tidak melakukan proses pengikatan dengan enzim bebas. Sifat dan
karakterisnya yang tidak dapat bereaksi dengan enzim bebas mengakibatkan
cara atau mekanisme kerjanya tidak sesuai. Apalagi tujuan untuk dapat
menghilangkan inhibitor ini sangatlah sulit meskipun ditambahkannya
susbstrat yang berlebihan.

3.1.5 Grafik Inhibitor Non Kompetitif


Berdasarkan grafik dibawah, dapat diketahui data bahwa Vmaks
bernilai 1,0 dan setengah dari Vmaks adalah 0,5. Dengan demikian, ketika ada
penarikan garis ke bawah dari titik 0,5 akan menghasilkan nilai Km sebesar
0,2. Oleh karena itu, grafik inhibitor un-kompetitif ini memiliki data dengan
nilai konsentrasi sebesar 5 mol/liter dengan nilai Km sebesar 0,2 dan nilai
Vmaks bernilai 1,0
Inhibitor jenis ini adalah inhibitor yang dapat mengikat enzim bebas
dengan suatu susunan yang tertara rapi dengan kompleks enzim-subtrat dengan
baik. Nilai Vmaks dapat mengalami penurunan secara signifikan karena
inhibitor nonkompetitif. Sedangkan untuk nilai Km dapat terjadi peningkatan
karena di ikuti dengan penurunan nilai pada Vmaks-nya (Elmaniar, 2017).

3.2 Analisa Grafik

3.2.1 Analisa Grafik Hubungan Km dan Vmaks


Kecepatan reaksi hidrolisis merupakan salah satu faktor yang menjadi
parameter dalam proses berjalannya reaksi enzimatik sendiri yang sering dizebut
dengan velocity (V). Kecepatan reaksi ini akan mencapai batas maksimum yang
disebut dengan Vmaks, jika konsentrasi substratnya tinggi. Hal ini juga didukung
pernyataan Mardawati (2019) yang mengatakan kecepatan reaksi (V) akan
mengalami percepatan jika di ikuti dengan semakin meningkatnya juga konsentrasi
substrat, yang dimana nanti akan tercapai suatu kondisi yang disebut konsentrasi
substrat jenuh atau dalam keadaan ini laju reaksi akan mencapai batas maksimum
(Vmaks). Tetapan Michaelis-Menten (Km) adalah suatu nilai yang menjadi
parameter untuk menentukan konsentrasi substrat yang akan dibutuhkan hingga
tercapainya setengah laju reaksi dari laju reaksi maksimumnya (Vo = ½ Vmaks).
3.2.2 Analisa Grafik Tanpa Inhibitor
Kecepatan maksimum yang terbentuk dalam grafik diatas menunjukan
bahwasanya hubungan konsentrasi substrat dan enzim ini berjalan sangat baik. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan tidak adanya inhibitor yang menggangu proses
berikatan tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Purwanto (2004), yang
mengatakan bahwa dengan adanya inhibitor akan menimbulkan dampak yang
negatif. Pada umumnya senyawa yang menghambat aktivitas enzim dalam
melakukan katalisasi dengan substrat adalah inhibitor. Namun, perlu untuk
diketahui bahwa tidak semua inhibitor memberikan dampak yang merugikan bagi
aktivitas enzim.

3.2.3 Analisa Grafik Inhibitor Kompetitif


Berdasarkan grafik ini dapat diketahui bahwa inhibitor kompetitif
memiliki kemampuan untuk melakukan sebuah proses peningkatan Km dan Vmaks
yang tetap. Salah satu kelemahan dari inhibitor ini ialah sifat dan bentuknya yang
lemah mengakibatkannya tidak dapat melakukan penghambatan dengan cara
berikatan dengan enzim (Ilannes, 2008).

3.2.4 Analisa Grafik Inhibitor Un-Kompetitif


Inhibitor unkompetitif ini memiliki kemampuan untuk menurunkan Km
dan Vmaks. Hal ini terjadi dikarenakan substrat tidak mampu untuk mengikat
enzim. Namun ada suatu Langkah atau cara agar kondisi ini tidak dapat terjadi,
dimana harus dilakukan penambahan konsentrasi substratnya (Bachrudin, 2014).

3.2.5 Analisa Grafik Inhibitor Non-Kompetitif

Inhibitor jenis ini memiliki ciri khas tersendiri. Inihibitor ini mampu
melakukan proses pengikatan dengan enzim melalui berbagai sisi. Oleh karena itu,
inhibitor ini sering disebut dengan inhibitor yang dapat mengikat berbagai enzim
baik itu bebas maupun enzim kompleks (Abdurrahman, 2000).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa enzim
merupakan suatu zat, molekul atau bahkan senyawa yang kononnya memiliki
bentuk, sifat, dan karakteristik yang sama dengan protein. Enzim akan mengalami
sebuah reaksi-reaksi dengan berbagai substrat dengan melakukan sebuah proses
yang disebut dengan katalisasi enzim. Enzim dapat memiliki kecepatan reaksi
bergantung pada konsentrasi substat dan konsentrasi enzim itu sendiri. Hal ini dapat
diartikan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi enzim dan
substratnya sendiri. Enzim memiliki dua teori yang menjadi salah satu perumpaan
yang sering menggambarkan cara kerja suatu enzim hingga membentuk sebuah
produk. Teori kerja enzim terbagi menjadi dua, yaitu teori Lock and Key (kunci dan
anak kunci) serta teori Induced Fit (induksi pas). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja enzim antara lain ialah suhu, pH, konsentrasi substrat dan enzim, serta
aktivator dan inhibitor. Inhibitor terbagi menjadi tiga, yaitu inhibitor kompetitif,
inhibitor nonkompetitif dan inhibitor unkonpetitif.

4.2 Saran
Diharapkan pada pertemuan selanjutnya asisten praktikum dan praktikan
dapat bekerja sama dengan lebih baik lagi. Pada pertemuan selanjutnya juga
diharapkan agar asisten praktikum dapat menjelaskan materi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, D. 2008. BIOLOGI : Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Jakarta


: Gramedia Pustaka.

Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., & Winarni, E. W. 2006. Biologi SMA dan
MA Untuk Kelas XII. Jakarta Timur : Erlangga.

Bachrudin, Z. 2014. Teknologi Fermentasi pada Industri Peternakan. Yogyakarta :


UGM press.
Elmaniar, R. 2017. Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase Oleh Ekstrak
Etanol Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ilannes, A. 2008. Enzyme Biocatalysis. Chile: Springer Science.


Jariyah. 2002. Analisis Komponen Gula Pada Sirup Maltosa Hasil Hidrolisis Pati
Garut Secara Enzimatis. Tesis. UB. Malang.
Kurnia, D. R. D. 2010. Studi Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergillus niger sebagai
biokatalis pada proses gliserolisis untuk menghasilkan monoasilgliserol
(Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

MARDAWATI, E. 2019. Karakterisasi Produk dan Pemodelan Kinetika Enzimatik


Αlfa-Amilase pada Produksi Sirup Glukosa dari Pati Jagung (Zea Mays).
Jurnal Industri Pertanian, 1(1).

Putra G.P., Ganda, 2009, Penentuan Kinetika Enzim Poligalakturonase (PG)


Endogenous dari Pulp Biji Kakao, Jurnal Biologi 13(1):21 - 24.

Sidiq, M. F. 2013. Analisa korosi dan pengendaliannya. jurnal foundry, 3(1), 25-
30.

Sugiwati S., Setiasih S. and Afifah, E. 2009. Antihyperglycemic Activity of the


Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] Leaf Extracts as an
Alpha-Glucosidace Inhibitor, Makara Kesehatan, 13 (2), 74–78.
Supriyatna, A., Jauhari, A. A., & Holydaziah, D. 2015. Aktivitas enzim amilase,
lipase, dan protease dari larva Hermetia illucens yang diberi pakan jerami
padi. Jurnal Istek, 9(2).

UTOMO, A. R. C., ALBAARI, A. N., & LEGOWO, A. M. 2016. Penetapan


Inhibitory Activity Peroksidase dari Ekstrak Daun Tomat oleh Gula D-
psikosa dan L-psikosa.(Determination of Inhibitory Activity Peroxidase
from Tomato Leaves Extract Against D-psicose and L-psicose (Doctoral
dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai