Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM BIOKIMIA

ENZIM AMILASE (WOHLGEMUTH)

Dosen Pengampu :
Rissa Laila Vifta, S.SI., M.Sc
Richa Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si
apt. Sikni Retno Karminingtyas, S.Farm., M.Sc.

Disusun Oleh
1. Sultan Rizky Saputra (051221101)
2. Inna Refti Safitri (051221116)
3. Jasmine Desnita Amelinda S (051221117)
4. Avia Az Zahra Arum Wangi Kusuma (051221118)

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan
laporan kegiatan praktikum biokimia enzim amilase wohlgemuth. Praktikum ini
dilakukan dengan tujuan memenuhi tugas Ibu Rissa Laila Vifta, S.SI., M.Sc.,
Richa Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si., dan apt. Sikni Retno Karminingtyas,
S.Farm., M.Sc pada mata kuliah Praktikum Biokimia serta sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan budaya ilmiah di Universitas Ngudi Waluyo

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rissa Laila Vifta, S.SI., M.Sc., Ibu
Richa Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si dan Ibu apt. Sikni Retno Karminingtyas,
S.Farm., M.Sc selaku dosen mata kuliah Praktikum Biokimia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Teman-teman yang telah bekerja sama untuk melakukan praktikum
tersebut, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan laporan ini
baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan

Ungaran

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
A. Judul Praktikum.................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian...............................................................................................1
C. Tinjauan pustaka................................................................................................1
a. Definisi dan Struktur Enzim.........................................................................1
b. Faktor Kinerja Enzim....................................................................................1
c. Laju Reaksi Enzim........................................................................................2
d. Koenzim........................................................................................................2
e. Enzim Amilase..............................................................................................3
D. Alat dan Bahan...................................................................................................3
E. Cara Kerja..........................................................................................................4
F. Data Pengamatan................................................................................................4
G. Perhitungan........................................................................................................5
H. Pembahasan........................................................................................................5
I. Kesimpulan........................................................................................................6
J. Daftar Pustaka....................................................................................................6
K. Jobdesk Tim.......................................................................................................7
L. Pengesahan Dosen..............................................................................................8
M. Dokumentasi......................................................................................................8

ii
A. Judul Praktikum
Enzim Amilase (Wohlgemuth)
B. Tujuan Penelitian
Untuk Menentukan Index Diastase Urine dengan Metode Wohlgemuth
C. Tinjauan pustaka
Enzim merupakan protein yang berfungsi dalam mempercepat reaksi
biokimia (biokatalisator). Aktivitas biokatalisator juga mampu menurunkan energi
aktivasi sehingga proses reaksi biokimia berjalan dengan cepat dan efektif. Enzim
dapat mempercepat reaksi namun tidak memengaruhi kesetimbangan akhir.
Secara umum, enzim menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan kendali pengaturan
terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai kasalisator yaitu senyawa
yang meningkatkan reaksi kimia,suatu enzim dapat mempercepat laju reaksi 10⁸
sampai 10¹¹ kali lebih cepat dibandingkan jika reaksi tidak menggunakan katalis.
(Putra dkk, 2021).
a. Definisi dan Struktur Enzim
Enzim tersusun atas struktur protein yang disebut dengan apoenzim. Enzim
akan aktif dengan bantuan gugus prostetik berupa kofaktor atau koenzim. Struktur
apoenzim dan gugus prostetik akan bergabung membentuk struktur enzim yang
aktif yang disebut dengan holoenzim. Keberadaan kofaktor dan koenzim dapat
menentukan aktif atu tidaknya enzim sehingga juga dapat menentukan terjadinya
reaksi biokimia. Enzim memiliki karakter yang sama dengan golonganya yaitu
protein. Enzim memiliki sifat bekerja pada substrat tertentu secara spesifik. Dalam
reaksi tersebut enzim mengubah senyawa yang selanjutnya disebut substrat
menjadi suatu senyawa yang baru yaitu produk, namun enzim tidak ikut berubah
dalam reaksi tersebut. (Supriyatna dkk, 2015).
Enzim biasanya memiliki pasangan yang dapat bekerja bolak balik pada suatu
reaksi. Seperti halnya protein, enzim akan mengalami denaturasi pada suhu tinggi.
Setiap enzim memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda-beda.
b. Faktor Kinerja Enzim
Faktor-faktor utama yang memengaruhi enzim adalah suhu, pH, konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, inhibitor dan aktivator. (Risnawati dan
Cahyaningrum, 2013). Suhu dapat memengaruhi kerja enzim. Secara fisika,
adanya peningkatan suhu menyebabkan pertikel akan bergerak makin aktif.
Dalam hal ini enzim dan substrat bertubrukan lebih sering sehingga enzim
memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengkatalis reaksi. Fenomena ini
meningkat sampai suhu optimal tercapai. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak
enzim (enzim mengalami denaturasi). Sedangkan pada suhu yang rendah , enzim
tidak punya cukup energi untuk bereaksi. Agar reaksi biokimia dapat berlangsung,

1
reaktan harus bertumbukan dengan energi yang cukup bagi enzim untuk
memutuskan ikatan kimia dan membuat ikatan baru . energi ini disebut dengan
energi aktivasi.
Derajat keasamam (pH) akan memengaruhi kerja enzim karena pH
menyebabkan struktur intra molekuler enzim. Di samping itu sedikit pergeseran
pH dari pH optimum juga akan menyebabkan perubahan besar pada reaksi yang
dikatalisis enzim. (Kusumaningrum dkk, 2019). Apabila perubahan terlalu besar
dapat menyebabkan terjadinya denaturasi, sehingga enzim akan kehilangan
aktivitasnya, sesuai dengan hukum kinetika kimia, maka semakin tinggi
temperature, kecepatan reaksi enzimatis juga semakin tinggi. Kenaikan kecepatan
reaksi akan diikuti penurunan apabila fungsi dan aktivitas enzim menurun.
c. Laju Reaksi Enzim
Laju reaksi enzimatis hingga konsentrasi tertentu akan berbanding lurus
terhadap peningkatan konsentrasi enzim namun setelah melewati daerah linier,
aktivitas enzim terhambat dan menurun. Dengan demikian daerah tersebut tidak
tepat digunakan dalam pengkajian aktivitas enzim. Salah satu hal yang diperlukan
agar reaksi enzimatis dapat berjalan efisien ialah dengan memperkirakan jumlah
substrat yang di perlukan. (Ratnayani dkk, 2015). Aktivitas enzim didefinisikan
sebagai ukuran jumlah berkurangnya substrat dan terbentuknya produk per satuan
waktu yang dipengaruhi oleh jumlah enzim yang digunakan untuk pengujian.
Pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim secara
bertingkat akan menaikan kecepatan reaksi enzimatis. Kecepatan proses
metabolism molekul substrat mengikuti konsentrasi enzim hingga mencapai
kecepatan konstan. Kecepatan konstan akan tercapai jika semua substrat sudak
terikat oleh enzim dan menjadi produk.
Enzim dapat bekerja karena pengaruh substransi lain didalam suatu reaksi.
Sejumlah substransi yang dapat mempengaruhi kerja enzim antara lain
kofaktor/koenzim, aktivator dan inhibitor. Kofaktor/koenzim merupakan struktur
yang akan bergabung dengan apoenzim untuk membentuk struktur holoenzim
atau bentuk aktif dari enzim. Kofaktor/koenzim dapat membantu enzim untuk
memperkuat ikatan dengan substrat atau kebutuhan unsur organik seperti karbon
dan membantu proses transper electron. Koenzim merupakan senyawa organik
sedangkan kofaktor merupakan senyawa anorganik. Inhibitor merupakan zat
maupun senyawa yang sifatnya dapat menghambat suatu raksi, sedangkan
aktivator merupakan zat atau senyawa yang dapat mempercepat reaksi (Damira
dkk, 2021).
d. Koenzim
Salah satu senyawa yang mempunyai peranan sebagai koenzim yaitu vitamin.
Semua jenis vitamin sudah terbukti mendukung aktivitas enzim dalam reaksi
metabolisme tubuh. Koenzim dikenal sebagai kofaktor yang berfungsi pada
membran dalam mitokondria dalam mentransfer elektron dari kompleks I dan II

2
untiuk kompleks III pada proses pembentuk ATP. (Naibaho dan Sobirin, 2019).
Tiamin (vitamin B1) merupakan koenzim yang berperan didalam reaksi yang
menggunakan enzim alpha keto dekarboksilase, asam alpha keto aksidase ,
transketolase dan fosfoketolase. Riboflavin (vitamin B2) terdiri atas D ribitol yang
berperan sebagai faktor pertumbuhan. Kobalami (vitamin B12) berperan sebagai
koenzim yang aktif bagi konversi metilkobaiamin dan deoksiadenosilkobalamin
yang penting dalam menjaga fungsi sel.
e. Enzim Amilase
Amilase adalah enzim yang berfungsi memecah zat tepung dan polisakarida
lainnya menjadi monisakarida, bentuk gula yag dapat di serap tubuh. Amilase
terdiri dari 3 jenis, yaitu: α-amilase, β-amilase dan γ-amilase. α-amilase terdapat
dalam saliva (ludah) dan prankreas. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat
dalam amilum dan disebut endo amilase karena memecah bagian dalam atau
bagian tengah molekul amilum. β-amilase terdapat pada tumbuhan dan dinamakan
ekso amilase, sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul
amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya membentuk maltosa. γ-amilase
terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen
dan menghasilkan glukosa. (Tazkiah dkk, 2017)

D. Alat dan Bahan


 Alat
 Tabung reaksi : Tempat mereaksikan dua larutan atau bahan kimia
 Pipet tetes : Untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil
 Gelas kimia : Tempat mereaksikan, menampung, melarutkan dan
memanaskan bahan
 Pro pipet : Untuk menyedot larutan dan mengeluarkannya
 Penangas air : Untuk menciptakan suhu yang konstan dan
menginkubasi analisis mikrobiologi
 Pipet ukur : Untuk memindahkan cairan ke dalam wadah dengan
berbagai ukuran volume
 Rak tabung reaksi : Sebagai wadah meletakan tabung reaksi saat
praktikum mereaksikan bahan kimia
 Batang pengaduk : Unuk mengaduk campuran larutan agar tercampur
secara sempurna
 Labu ukur : Untuk membuat larutan dengan volume tertentu dan
mengencerkan larutan dengan teliti
 Bahan
 Larutan amilum : Sebagai larutan penguji
 Larutan iod 0,02N : Sebagai larutan indikator
 Aquades : Untuk mengencerkan urine
 Urine : Sebagai bahan utama
 Larutan NaCl : Sebagai larutan penguji

3
E. Cara Kerja

Hitunglah index urine (jumlah


air seni yang paling sedikit yang
Siapkan dua kelompok dapat mencernakan 2 ml larutan
Amati masing-masing
tabung reaksi masing- amilum 0,1% yang dapat
masing terdiri dari 5 tabung tabung dicernakan oleh 1 ml air seni
pada suhu 37℃ dalam waktu 30
menit

Tempatkan semua tabung di atas


Kelompok 1 di isi masing- penangas air pada suhu 37℃
masing 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; selama 30 menit. Segera dinginkan
0,9 ml urine encer, ke dalam air es dan kemudian
tambahkan 2 tetes larutan Iod,
gunakan pipet takar. gojok kuat.

Tambahkan aquades
Kelompok 2 di isi masing-
hingga masing-masing 1 ml,
masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; Index diastase urin normal
tuangkan 2ml larutan
0,5 ml urine pekat, 5 sampai 20
amilum 0,1% dan gojok
gunakan pipet takar.
kuat

F. Data Pengamatan
 Data 1
No Sampel 1 2 3 4 5
1 Urine 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
encer
2 Aquades 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1
3 Amilum 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
4 Iod 2 2 2 2 2
(Tetes)
5 Hasil Biru Biru Ungu Bening Ungu
pekat pekat muda

 Data 2
No Sampel 1 2 3 4 5
1 Urine 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
pekat
2 Aquades 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5
3 Amilum 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml

4
4 Iod 2 2 2 2 2
(Tetes)
5 Hasil Bening Bening Bening Bening Bening

G. Perhitungan
 Perhitungan 1
Volume sampel / tab× FP 1ml × 10
Indeks diastase urine encer= = =14,2
Volume urine(Ungu) 0,7 ml
(normal)
FP: Faktor pengenceran

 Perhitungan 2
Tidak ada perhitungan karena amilum dalam urine sudah terhidrolisis
sempurna

H. Pembahasan
Praktikum enzim amilase wohlgemuth menggunakan bahan utama urine encer
dan urine pekat. Urine dipilih karena mudah diambil dan merupakan hasil ekskresi
manusia, urine encer adalah urine yang ditambah air dengan perbandingan 1:10
yaitu 1 ml urine pekat dan 10 ml aquadest sedangkan urine pekat adalah urine asli
hasil ekskresi manusia. Tujuan adanya dua jenis urine adalah untuk mengetahui
perbedaan kandungan karbohidrat pada urine encer dan urine pekat. Lalu terdapat
bahan lain yaitu amilum dalam NaCl 0,5%, larutan iodin, dan aquadest. Amilum
dilarutkan dalam NaCl bertujuan agar amilum tidak cepat rusak karena bakteri di
udara, larutan amilum berfungsi sebagai larutan penguji karena mampu
mengkatalis reaksi hidrolisis pati sehingga menghasilkan molekul lebih sederhana
seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin (Nangin dan Sutrisno, 2015), reaksi
hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan
satu zat baru atau lebih dan juga menyebabkan suatu larutan terdekomposisi
dengan menggunakan air, proses hidrolisis berlangsung sangat lambat, sehingga
membutuhkan katalis enzim amilase (Praputri dkk, 2018). Lalu larutan iodin
berfungsi sebagai larutan indikator untuk menguji keberadaan karbohidrat
(Riwayati, 2013) mengambil prinsip sifat serap molekul polisakarida yang
mengandung rantai glukosa dan membentuk heliks. Ruang antara heliks ini
mampu menampung molekul iodin sehingga terjadi perubahan warna ditandai
dengan perubahan warna secara bertahap dari amilum membentuk warna biru
(Mustakin dan M Tahir, 2019), warna ungu/biru artinya terdapat dekstrin, warna
merah artinya terdapat eritodekstrin, dan tidak berwarna artinya terbentuk maltosa
karena karbohidrat dalam campuran larutan urine, amilum, dan aquadest telah
terhidrolis sempurna. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan indeks
diastase urine yaitu jumlah urine paling sedikit yang dapat mencerna atau
menghidrolisi amilum pada suhu 37 derajat celcius selama 30 menit, suhu 37
deraja celcius dipilih karena pada suhu tersebut enzim dapat bekerja secara
optimal sedangkan waktu 30 menit bertujuan agar urine tidak rusak karena jika

5
dibiarkan lebih dari 2 jam akan menyebabkan unsur-unsur berbentuk di urin
(sedimen) mulai mengalami kerusakan (Naid dkk, 2014), indeks diastase normal
berkisar antara 5-20 jika melebihi batas tersebut artinya terdapat masalah pada
ginjal.
Sesudah masing masing campuran urine encer dan pekat diberi aquadest, larutan
amilum 2 ml serta melalui proses pemanasan, pendinginan, lalu diberi 2 tetes
larutan amilum maka diperoleh hasil data pengamatan urine pekat 0,1 ml, 0,2 ml ,
0,3 ml , 0,4 ml, dan 0,5 ml menghasilkan larutan tak berwarna (maltosa) sehingga
dapat disimpulkan bahwa karbohidrat telah terhidrolisis sempurna sedangkan pada
urine encer 0,5 ml dan 0,6 ml menghasilkan warna biru pekat artinya terdapat
amilum, lalu pada urine encer 0,7 ml menghasilkan ungu artinya terdapat dekstrin,
dan pada urine encer 0,9 ml menghasilkan ungu muda artinya terdapat dekstrin.
Sehingga pada perhitungan indeks diastase urine diambil sampel urine encer 0,7
ml yang menghasilkan warna ungu, karena apabila diambil warna biru pekat maka
masih berbentuk amilum dan apabila diambil larutan tidak berwarna maka amilum
telah terhidrolisis sempurna sehingga tidak bisa dilakukan perhitungan jumlah
amilum yang terhidrolisis. Untuk menghitung indeks diastase urine digunakan
rumus volume sampel urine x faktor pengenceran (fp) / volume urine (warna
ungu) dengan volume sampel urine 1 ml sesuai tabel pada data pengamatan, faktor
pengenceran 10x karena perbandingan urine dan air adalah 1:10, dan volume
urine adalah 0,7 ml karena urine encer 0,7 ml menghasilkan warna ungu pada uji
iodin. Maka diperoleh hasil indeks diastase urine sebesar 14,2 artinya sampel
urine dalam keadaan normal.

I. Kesimpulan
Pada praktikum enzim amilase wohlgemuth dapat disimpulkan bahwa
indeks diastase urine dapat dianalisis melalui metode wohlgemuth dengan enzim
amilase dan prinsip hidrolisis melalui larutan indikator iodin sehingga diperoleh
indeks diastase urine sebesar 14,2 (normal).

J. Daftar Pustaka

Damira, dkk. (2021). Aktivitas Enzim Amilase pada Saliva dan Enzim Protease
pada Sekret Pankreas Rana esculenta. Prosiding SEMNAS BIO 2021
Universitas Negeri Padang Volume 01 , 111-121.
Kusumaningrum, dkk. (2019). OPTIMASI SUHU DAN pH TERHADAP
AKTIVITAS ENZIM ENDOGLUKANASE MENGGUNAKAN
RESPONSE SURFACE METHODOLOGY (RSM). Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri Vol. 7, No. 2, 243-253.

6
Naibaho, S. (2019). PENGARUH SUPLEMENTASI KOENZIM Q10
TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HEART FAILURE
WITH PRESERVED EJECTION FRACTION. JURNAL KEDOKTERAN
DIPONEGORO Volume 8, Nomor 2, 910-920.
Naid, dkk. (2014). PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL
URINALISIS SEDIMEN URIN. As-Syifaa Vol 06 (02), 212-219.
Praputri, dkk. (2018). Penggunaan katalis homogen dan heterogen pada proses
hidrolisis pati umbi singkong karet menjadi glukosa. Jurnal Litbang
Industri, 105-110.
Putra, dkk. (2021). AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM KOLAGENASE
DARI ORGAN DALAM IKAN MALONG (Congresox talabon) PADA
pH BERBEDA. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 27-
30.
Ratnayani, dkk. (2015). PENENTUAN LAJU REAKSI MAKSIMAL (Vmaks)
DAN KONSTANTA MICHAELIS-MENTEN (KM) ENZIM LIPASE
PANKREAS PADA SUBSTRAT MINYAK KELAPA, MINYAK
SAWIT, DAN MINYAK ZAITUN. JURNAL KIMIA 9 (1), 93-97.
Risnawati, C. (2013). PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ca2+
TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PAPAIN. UNESA Journal of
Chemistry Vol. 2, No.1, 76-83.
Riwayati. (2013). IODIUM MINERAL SEBAGAI ZAT GIZI. Jurnal Keluarga
Sehat Sejahtera Vol. 11 (22), 35 - 41.
Supriyatna, dkk. (2015). AKTIVITAS ENZIM AMILASE, LIPASE, DAN
PROTEASE DARI LARVA . Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 , 18-32.
Tahir, M. (2019). ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI, OTOT,
DAN OTAK HEWAN. CANREA JOURNAL Vol. 2 Issue 2, 75-80.
Tazkiah, dkk. (2017). ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE
DARI BIJI NANGKA (Artocarpus heterophillus). al-Kimiya, Vol. 4, No.
1, 17-22.

K. Jobdesk Tim

Nama NIM Jobdesk


Sultan Rizky Saputra 051221101 Mereaksikan urine
encer, dan menghitung
indeks diastae urine
Inna Refti Safitri 051221116 Mereaksikan urine
pekat, menghitung

7
indeks diastae urine,
tinjauan pustaka, tujuan
penelitian, daftar isi,
dokumentasi
Jasmine Desnita 051221117 Mereaksikan urine
Amelinda S encer, menghitung
indeks diastae urine,
pembahasan,
kesimpulan, daftar
pustaka, penulisan
jobdesk, dokumentasi
Avia Az Zahra Arum 051221118 Mereaksikan urine
Wangi Kusuma pekat, menghitung
indeks diastae urine, alat
dan bahan, data
pengamatan,
perhitungan,
dokumentasi

L. Pengesahan Dosen

(Richa Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si)

M. Dokumentasi

8
Gambar 2. Suhu urine dipanaskan
Gambar 1. Urine pekat yang diencerkan

Gambar 3. Urine di panaskan di suhu 37 derajat celcius alam waktu 30 menit

Gambar 4. Hasil akhir dari urine pekat

9
Gambar 5. Hasil akhr dari urine encer

Gambar 6. Hasil akhr dari urine encer

10

Anda mungkin juga menyukai