Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

BLOK 2 : BIOMEDIS 1
“ENZIM”

DISUSUN OLEH

Nama : Awwaliyya Masrurah


Stambuk : N10123076
Kelompok : 06
Asisten Dosen : Melianita Nurkhalifah

PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TADULAKO PALU
2023

11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim adalah protein yang bekerja pada molekul substrat dan menurunkan energi
aktivasi yang diperlukan untuk terjadinya reaksi kimia dengan menstabilkan keadaan
transisi. Stabilisasi ini mempercepat laju reaksi dan mewujudkannya pada laju
fisiologis yang signifikan. Enzim mengikat substrat pada lokasi penting dalam
strukturnya yang disebut situs aktif. Mereka biasanya sangat spesifik dan hanya
mengikat substrat tertentu untuk reaksi tertentu. Tanpa enzim, Sebagian besar reaksi
metabolisme akan memakan waktu lebih lama dan tidak cukup cepat untuk menopang
kehidupan (Lewis ,2023) .
Ada enam kategori utama enzim yaitu, oksidoreduktase, transferase, hydrolase,
liase, isomerase, dan ligase. Masing-masing kategori melakukan jenis reaksi umum
tetapi mengkatalisis banyak reaksi spesifik yang berbeda dalam kategorinya masing-
masing.Beberapa enzim,yang disebut apoenzim, tidak aktif sampai mereka terikat pada
kofaktor, yang mengaktifkan enzim tersebut. Kofaktor dapat berupa ion logam atau
senyawa organik yang menempel,baik secara kovalen maupun nonkovalen. Pada
enzim, kompleks kofaktor dan apoenzim disebut holoenzim. Enzim adalah protein yang
terdiri asam amino yang dihubungkan Bersama dalam satu atau lebih rantai polipeptida.
Urutan asam amino dalam rantai polipeptida ini disebut struktur primer. Hal ini, pada
gilirannya menentukan struktur tiga dimensi enzim, termasuk bentuk situs aktifnya.
Struktur sekunder suatu protein menggambarkan struktur rantai polipeptida
terlokalisasi, misalnya heliks alpha atau lembaran beta (Lewis,2023) .
Lipatan tiga dimensi lengkap dari rantai polipeptida menjadi subunit protein
dikenal sebagai struktur tersiernya. Suatu protein dapat terdiri dari satu atau lebih
subunit (monomer/dimer). Susunan subunit tiga dimensi dikenal sebagi struktur
kuartnernya.Struktur subunit ditentukan oleh urutan dan karakteristik asam amino
dalam rantai polipeptida. Situs aktif adalah alur atau celah pada enzim tempat substrat
berikatan untuk memfasilitasi reaksi kimia yang dikatalisis. Enzim biasanya spesifik
karena konformasi asam amino pada situs aktif menstabilkan pengikatan spesifik
substrat. Situs aktif umumnya menempati Sebagian kecil dari keseluruhan enzim dan
biasanya diisi dengan air bebas ketika tidak mengikat substrat (Lewis,2023) .
Protein dapat dihidrolisis dengan asam klorida dengan waktu yang sangat lama;
Tetapi di dalam tubuh, dengan bantuan enzim, proteolisis terjadi dalam waktu singkat
22
pada suhu tubuh. Katalisis enzim sangat cepat, biasanya 1 molekul enzim dapat bekerja
pada sekitar 1000 molekul substrat per menit. Zat di mana enzim bertindak, disebut
substrat. Enzim akan mengubah substrat menjadi produk. Aliran metabolik didasarkan
pada reaksi anabolik dan katabolik. Metabolisme dimulai dengan mengkonsumsi
makanan yang dipecah dalam saluran pencernaan menjadi molekul yang lebih kecil
oleh hidrolisis. Dalam aliran metabolisme anabolik, senyawa yang lebih besar
terbentuk dari yang lebih kecil. Sedangkan metabolisme katabolik adalah jenis proses
yang berlawanan, yaitu pemecahan senyawa yang lebih kompleks menjadi yang lebih
kecil (Prihatini,2021) .
Siklus metabolisme pada manusia : Fase ergotrope, yaitu antara pukul 3 pagi dan 3
sore. Hildebrandt et al (1998) menunjukkan bahwa satu makanan 2000 kalori yang
diambil selama waktu ini menghasilkan penurunan berat badan lebih dari 500 gram
dalam 5 hari. Katabolisme mendominasi selama fase ini. Sedangkan fase trofotrope
antara 3 PM dan 3 AM. Satu makanan yang sama yang diambil selama fase trofotrop
pada manusia menghasilkan kenaikan berat badan lebih dari 500 gram dalam waktu
seminggu. Anabolisme mendominasi metabolisme selama fase ini (Prihatini,2021) .
Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, pH, dan
aktivator. pH berpengaruh terhadap kecepatan aktivitas enzim dalam mengkatalisis
suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi ion hidrogen mempengaruhi struktur
dimensi enzim dan aktivitasnya. Bila konsentrasi ion hidrogen berubah dari konsentrasi
optimal, aktivitas enzimatik secara progresif hilang sampai pada akhirnya menjadi
tidak fungsional (Hanum 2022).
Ada dua model pengikatan substrat yang berbeda ke situs aktif suatu enzim. Model
pertama yang disebut model gembok dan kunci, mengusulkan bahwa bentuk dan kimia
substrat saling melengkapi dengan bentuk dan kimia situs aktif pada enzim. Ini berarti
ketika substrat memasuki situs aktif, substrat tersebut menyatu dengan sempurna, dan
kemudian berikatan, membentuk kompleks enzim-substrat. Model lainnya disebut
model kecocokan terinduksi, dan model ini berhipotesis bahwa enzim dan substrat pada
awalnya tidak memiliki bentu/kimiawi atau penyelarasan komplementer yang tepat.
Namun, penyelarasan ini diinduksi di situs aktif melalui pengikatan substrat.
Pengikatan substrat pada suatu enzim umumnya distabilkan oleh interaksi molekul
local dengan residu asam amino pada rantai polipeptida (Lewis,2023).

33
1.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan mrngetahui pengaruh suhu, pH, kadar enzim, kadar
substrat, dan inhibitor kompetitif terhadap kecepatan reaksi enzim

44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim yang mengatalisis satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih
senyawa (Produk) biasanya meningkatkan laju reaksi yang bersangkutan hingga 106
kali lipat atau lebih cepat dibandingkan reaksi yang tidak dikatalisis. Enzim dapat
mengalami modifikasi sementara, tetapi tidak habis atau berubah secara permanen.
Selain sangat efisien, enzim juga sangat selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang
digunakan dalam bidang kimia sintetik,enzim bersifat spesifik, baik bagi tipe reaksi
yang dikatalisis maupun bagi satu substrat atau sekelompok kecil substrat yang
berhubungan erat. Kebanyakan enzim juga merupakan katalis stereospesifik yang
biasanya hanya bekerja pada satu stereoisomer senyawa tertentu. Karena berikatan
dengan substrat melalui sedikitnya “tiga titik perlekatan”,enzim dapat membentuk
produk kiral dari substrat non-kiral (Rodwell,2017) .
Kebanyakan ahli biokimia awal memberi nama pada enzim yang baru ditemukan
dengan, menambahkan akhiran -ase ke keterangan tipe reaksi yang dikatalisis.
Contohnya enzim yang mengeluarkan atom hydrogen disebut dehydrogenase, enzim
yang menghidrolisis protein disebut protease, enzim yang mengatalisis tata ulang
konfigurasi disebut isomerase.Semakin banyak enzim ditemukan,konvensi penamaan
awal ini tanpa disengaja terus menghasilkan banyak nama untuk enzim yang sama atau
nama yang sama untuk enzim yang menunjukkan kemampuan katalis enzim yang
mirip.enzim dikelompokkan ke dalam enam kelas,sebagai berikut :

1. Oksireduktase : enzim yang mengatalisis oksidasi dan reduksi

2. Transferase : enzim yang mengatalisis pemindahan gugus

3. Hidrolase : enzim yang mengatalisis pemutusan hidrolitik

4. Liase : enzim yang mengatalisis pemutusan C-C,C-O & C-N

5. Isomerase : enzim yang mengatalisis perubahan geometrik atau

Struktural suatu molekul


6. Ligase : enzim yang mengatalisis penyatuan dua molekul
(Rodwell,2017) .
Enzim merupakan polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia yang esensial
55
untuk merombak nutrient sehingga mampu menyediakan energi dan chemical building
blocks. Penyatuan dari chemical building blocks ini menjadi protein, DNA, membran,
sel dan jaringan serta energi yang dapat digunakan untuk motilitas sel dan kontraksi
otot. Defisiensi dari kuantitas dan kualitas enzim utama dapat menyebabkan defek
genetik, defisit nutrisi atau menjadi toksin. Enzim memiliki beberapa sifat umum, yaitu
:

 Spesifisitas reaksi enzimatis dan substrat


Mekanisme kerja enzim bersifat sangat spesifik. Hal ini berlaku tidak hanya
pada tipe reaksi yang dikatalisis (spesifisitas reaksi), tetapi juga sifat dari
reaktan (substrat) yang terlibat

 Pembentukan kompleks enzim-substrat (E-S)


Kemampuan katalisis enzim diawali dengan pembentukan transition state dalam
kompleks enzim-substrat. Substrat akan terikat pada region spesifik dari enzim yang
disebut sisi aktif. Model sisi aktif pada interaksi enzim-substrat dibagi atas 2,yaitu
model lock and key dan model induced fit (Wahyuni, 2017).
2.2 Pengaruh pH
Terdapat dua alasan untuk mengetahui tingkat keasaman atau pH terhadap aktivitas
enzim. Pertama, sebagai produk makhluk hidup secara teori selalu ada kemungkinan
dari pengaruh pH ini terhadap aktivitas biologis dari enzim ini. Kedua, sebagai suatu
protein enzim tidak berbeda dengan protein lainnya. Masing-masing enzim memiliki
pH optimum yaitu kecepatan reaksi yang dikatalisis adalah pada kondisi maksimum.
Pergeseran kecil pH dari nilai optimum menurunkan aktivitas karena perubahan
ionisasi gugus dari sisi aktif enzim. Deviasi besar pH menyebabkan denaturasi dari
protein enzim itu sendiri, oleh karena gangguan dengan banyaknya ikatan non kovalen
lemah mempertahankan struktur 3 dimensi enzim. Kebanyakan enzim memiliki suhu
optimum sekitar 6,8, namun ada perbedaan besar dalam pH optimal enzim karena
perbedaan lingkungan tempat enzim tersebut bekerja. Sebagai contoh, enzim
pencernaan pepsin mampu bekerja pada pH sangat asam dari lambung (pH sekitar 2,0)
(Wahyuni,2017).
2.3 Pengaruh Suhu
Suhu mempengaruhi reaksi katalisis enzim melalui dua cara. Pertama, peningkatan
suhu meningkatkan energi termal dari molekul substrat yang bereaksi. Akan tetapi,
pada akhirnya, energi kinetik enzim akan melampaui rintangan energi sehingga akan

66
meningkatkan kecepatan reaksi. Energi kinetik enzim ini mampu memutuskan ikatan
hidrogen dan hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan struktur sekunder-
tersiernya. Pada suhu ini, terutama terjadi denaturasi disertai hilangnya aktivitas
katalitik secara cepat. Kisaran suhu yang suatu enzim akan mempertahankan
konfirmasi yang stabil serta memiliki kemampuan katalisis umumnya akan bergantung
pada suhu sel tempat enzim itu didapat dan sedikit melebihi suhu sel tersebut
(Sukri,2022).
Enzim dari manusia yang mempertahankan suhu tubuh pada 37 °C, umumnya
memperlihatkan stabilitas hingga suhu setinggi 45– 55 °C. Enzim dari mikroorganisme
yang hidup di dalam mata air panas alam atau pada suhu tempat-tempat ventilasi
hipertemal di dasar samudera dapat stabil pada suhu 100 °C atau lebih. Sebagai contoh,
Taq polymerase yang digunakan dalam teknik polymerase chain reaction (PCR)
ditemukan pada bakteri yang hidup pada suhu tinggi dan dapat bekerja optimal pada
suhu yang tinggi (Sukri,2022).
2.4 Faktor yang mempengaruhi kerja enzim
1.Efek suhu
2,Pengaruh pH
3.Pengaruh konsentrasi enzim
4. Pengaruh konsentrasi substrat
5.Pengaruh konsentrasi produk
6.Efek aktivator (Sukri,2022).

77
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Gelas Ukur
3. Penangas Air
4. Indikator Universal
3.2 Bahan
1. Susu Sapi
2. Larutan enzim pepsin 0,5% ; 0,2% ; 0,1% ; 0,05%
3. NaCL
4. HCL
5. Akuades
6. Kloroform
7. Fenol 5%
8. HgCL2 5%

3.3 Prosedur

1. Pengaruh Suhu

- Menyiapkan 4 tabung reaksi

- Memasukkan masing-masing tabung dengan 5 ml susu

- Inkubasi tabung 1 pada 0 derajat

- Inkubasi tabung 2 pada suhu kamar

- Inkubasi tabung 3 pada 37 derajat

- Inkubasi tabung 4 pada 80 derajat

- Tambahkan 1 ml larutan enzim 0,5% pada masing-masing tabung

- Inkubasi Kembali

88
2. Pengaruh pH

- Menyiapkan 3 tabung reaksi

- Menambahkan NaOH/HCL, air , dan pepsin pada setiap tabung

- Mengukur pH

- Menambahkan 5 ml susu ke setiap tabung

- Memanaskan pada suhu 37 derajat

3. Pengaruh Kadar Substrat

- Menyiapkan 3 tabung reaksi

- Pada tabung pertama masukkan 5 ml susu

- Pada tabung kedua masukkan 4 ml susu dan 1 ml akuades

- Pada tabung ketiga masukkan 3 ml susu dan 2 ml akuades

- Inkubasi pada 37 derajat

- Menambahkan 1 ml pepsin 0,2 %

4. Pengaruh kadar enzim

- Menyiapkan 3 tabung reaksi

- Memasukkan 5 ml susu pada tabung

- Inkubasi pada 37 derajat

- Menambahkan 1 ml pepsin 0,2% pada tabung 1

- Menambahkan 1 ml pepsin 0,1% pada tabung 2

- Menambahkan 1 ml pepsin 0,05% pada tabung 3

5. Pengaruh antiseptic

- Menyiapkan 4 tabung reaksi

- Menambahkan 5 ml susu di setiap tabung

- Inkubasi pada 37 derajat

- Pada tabung 1 tambahkan 5 tetes kloroform

- Pada tabung 2 tambahkan 5 tetes fenol 1%


99
- Pada tabung 3 tambahkan 5 tetes HgCL2

- Pada tabung 4 tambahkan 5 tetes H2O

- Pada setiap tabung tambahkan 2 ml pepsin 0,2%, inkubasi kembali


BAB IV
TABEL HASIL
4.1 Pengaruh Suhu

No Sampel Hasil Percobaan Gambar


1 Susu Suhu 0˚
Pada suhu 0˚ tidak
terbentuk
penggumpalan

2 Susu Suhu 25˚


Pada suhu 25˚ tidak
terbentuk
penggumpalan

3 Susu Suhu 37˚


Pada suhu 37˚ tidak
terjadi
penggumpalan

4 Susu Suhu 80˚


Suhu 80˚ tidak
terbentuk
penggumpalan

10
10
4.2 Pengaruh pH
No Sampel Hasil Percobaan Gambar
1 Air + Pepsin + Susu Pada percobaan Air
+ Pepsian + Susu
Tidak terjadi reaksi
penggumpalan
ataupun endapan

2 Air + HCl + Pepsin + Pada percobaan Air


Susu + HCl + Pepsin +
Susu terjadi
penggumpalan
maksimal

3 Air + NaOH + Pepsin + Pada Percobaan Air


Susu + NaOH + Pepsin
+ Susu terjadi
perbedaan
kelarutan seperti
yang terjadi antar
air dan minyak

4.3 Pengaruh Antiseptik


No Sampel Hasil Percobaan Gambar
1 Susu + Kloroform + Pada suhu 37˚
Pepsin
dalam waktu 15
menit tidak terjadi
Penggumpalan
terhadap reaksi
Susu + Kloroform
+ Pepsin

11
11
2 Susu + Fenol + Pepsin Pada suhu 37˚
dalam waktu 20
menit tidak terjadi
penggumpalan
tehadap reaksi susu
+ Fenol + Pepsin

3 Susu + HgCl2 + Pepsin Pada suhu 37˚


dalam waktu 7
menit terjadi
endapanm tehadap
reaksi Susu
+ HgCl2 + Pepsin

4 Susu + Air + Pepsin Pada suhu 37˚


dalam waktu 25
menit tidak terjadi
penggumpalan
tehadap reaksi Susu
+ Air + Pepsin

12
12
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh enzim terhadap suhu

Pada uji coba reaksi enzim terhadap suhu, didapatkan hasil


bahwa suhu yang terlalu rendah atau pun susu dengan suhu terlalu
tinggi tidak didapatkan adanya endapan.Pada saat penyimpanan
dengan suhu 0 °C tidak terjadi reaksi seperti endapan karena
reaksinya tidak aktif, lalu pada suhu 25 °C yaitu suhu ruangan,
juga tidak terjadi reaksi seperti endapan yang kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu ruangan yang tidak
tetap 25°C, Pada 80 °C tidak terjadi reaksi endapan karena rusak
atau denaturasi yang disebabkan suhu yang terlalu tinggi dan
merusak struktur enzim. Pada suhu 37 °C, tidak terjadi endapan,
kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi ialah saat
pemanasan, inkubatornya tidak di tutup rapat sehingga panas yang
di hasilkan kurang maksimal.

5.2 Pengaruh enzim terhadap pH

Pada uji coba reaksi enzim terhadap pH, didapatkan hasil


larutan dengan pH normal tidak memberikan reaksi apa-apa
terhadap larutan susu, tetapi hasil larutan dengan pH yang asam
dan basa lah yang memberikan reaksi. Contohnya seperti larutan
HCL yang bersifat asam, HCL yang memiliki kadar pH 1-1,5
bereaksi dengan enzim pepsin membentuk gumpalan yang
menandakan enzim bekerja dengan optimal di pH optimalnya,
larutan ini menggumpal dikarenakan saat enzim pepsin
ditambahkan ke tabung yang berisikan larutan HCl, enzim pepsin
akan merusak struktur kimianya sehingga saat di inkubasi terjadi
penggumpalan dan pemadatan pada larutan.Larutan pada tabung
reaksi ini terjadi penggumpalan yang cukup cepat dikarenakan
pH larutan yang ditambahkan bersifat asam. NaOH bersifat basa

13
13
sehingga tidak dapat bereaksi dengan pepsin, hasil yang kami
depat setelah inkubasi dengan suhu optimal enzim yaitu 37 °C
dengan waktu selama 5 menit adalah larutan yang terbentuk tidak
ada penggumpalan ataupun endapan, yang muncul adalah lebih
kepadaa perbedaan kelarutan seperti yang terjadi pada air dan
minyak.

5.3 Pengaruh Antiseptik terhadap enzim

Pada uji coba yang ketiga, uji coba reaksi enzim terhadap
antiseptik, kami mendapatkan hasil ke empat larutan pada
tabung reaksi tidak terjadi reaksi penggumpalan walaupun
sudah dipanaskan dengan waktu yang cukup di waterbath faktor
yang dapat menyebabkan peristiwa ini dikarenakan waktu
inkubasi yang kurang lama. Bisa terjadi penggumpalan jika
suhu inkubasi dinaikkan, namun kemungkinan yang terjadi
hanya sedikit yang menggumpal karena akan terjadi denaturasi
jika suhu terlalu tinggi. Suhu optimal agar terjadi penggumpalan
adalah 37 °C. Kemungkinan lainnya adalah bahan yang
digunakan kurang baik ataupun telah tercampur dengan bahan
lain yang terkandung di dalam susu. Dari keempat tabung
tersebut 2 dari 4 terjadi endapan pada larutan HgCl2 dan Fenol
1%, tetapi tidak bisa di katakan kalau terjadi endapan enzim nya
dapat bekerja, malahan sebaliknya jika mengikuti sifat protein
dimana endapan itu menandakan kalau protein itu terdenaturasi,
dan tanda kalua enzim itu bekerja ialah terjadinya
penggumpalan.

Enzim sebagai biokatalisator berstruktur protein, dalam


mekanisme kerja aktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, pH, suhu, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,
kehadiran aktivator atau inhibitor. pH merupakan salah satu
faktor penting yang harus diperhatikan apabila bekerja dengan

14
14
enzim, hal ini dikarenakan enzim hanya mampu bekerja pada
kondisi pH tertentu saja. Suatu kondisi pH dimana enzim dapat
bekerja dengan aktivitas tertinggi yang dapat dilakukannya
dinamakan pH optimum. Sebaliknya pada pH tertentu enzim
sama sekali tidak aktif atau bahkan rusak. Hal ini dapat
dijelaskan karena diketahui bahwa enzim merupakan molekul
protein, molekul protein kestabilannya dapat dipengaruhi oleh
tingkat keasaman lingkungan, pada kondisi keasaman yang
ekstrim molekul-molekul protein dari enzim akan rusak.
Enzim bertindak sebagai katalis dalam organisme hidup.
Enzim mengatur laju reaksi kimia tanpa dirinya sendiri berubah
dalam proses tersebut. Molekul yang bekerja dengan enzim
disebut dengan istilah substrat. Substrat berikatan dengan suatu
daerah pada enzim yang disebut tapak aktif. Ada dua model cara
kerja enzim. Pada model gembok dan kunci (Lock and key),
situs aktif enzim dibentuk secara tepat untuk menampung
substrat tertentu. Sementara di model induced-fit atau
kecocokan yang terinduksi, situs aktif dan media tidak cocok
satu sama lain, tetapi keduanya mengubah bentuknya agar
terhubung.

15
15
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

 Percobaan kali ini kami mengidentifikasi apa pengaruh suhu, pH


dan antiseptik terhadap cara kerja enzim

 Pada percobaan pengaruh suhu membuktikan bahwa ketika berada


di suhu rendah enzim akana inactive,sedangkan pada suhu tinggi
enzim akan terdenaturasi

 Pada percobaan pengaruh pH membuktikan bahwa ketika enzim


pepsin dicampurkan dengan senyawa basa akan terjadi
penggumpalan

 Pada percobaan pengaruh antiseptik membuktikan bahwa


antiseptik berperan sebagai inhibitor yang menghambat kerja
enzim

6.2 Saran
Pada praktikum kali ini sangat memadai sekali untuk fasilitas yang
diberikan departemen,praktikan tidak kekurangan alat praktikum atau
yang lainnya. Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar
praktikan melakukan percobaan dengan lebih cepat agar sesi sharing
memiliki waktu lebih , sehingga prinsip pengerjaan praktikum lebih
mudah dipahami.

16
16
DAFTAR PUSTAKA

Lewis,Theodore.,William Batu. 2023.Biokimia,Enzim protein.Treasure island :


Statpearls Publishing

Prihatini,Indah .,Ratna Kumala Dewi.2021 .Kandungan enzim papain pada


Pepaya terhadap metabolism tubuh.1(3).Jurnal Tadris IPA
Indonesia.

Isti’anah, Dina.,Ulfah Utami.,Ahmad Barizi.2020.Karakterisasi enzim amilase


Dari bakteri bacillus megaterium pada variasi suhu,pH dan
Konsentrasi substrat.2(1).Jurnal riset biologi dan aplikasinya

Wahyuni,Sri. 2017.Biokimia enzim dan karbohidrat.Aceh :Unimal Press

Rodwell, Victor W, dkk (2017). Biokimia harper edisi 30.Jakarta : EGC

17
17

Anda mungkin juga menyukai