Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN 6

PENGARUH PH DAN INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

Disusun Oleh

Sanra Destiani (10060313119)

Ferisa Riferty (10060313121)

Feresta Riferty (10060313122)

Ismah Indri Sudiyanti (10060313123)

Shift / kelompok : E/3

NamaAsisten : Ilham Kholikul Rohman, S.Farm

Tanggal Praktikum : 11 Maret 2015

Tanggal Penyerahan : 18 Maret 2015

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2015
PERCOBAAN 6
PENGARUH PH DAN INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

I. Tujuan Percobaan
Diharapkan dapat memahami pengaruh pH dan inhibitor terhadap aktivitas
enzim.
II. Teori Dasar
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan
urut-urutan yang teratur, enzim mengkatalis ratusan reaksi bertahap yang
menguraikan molekul nutrient, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi
kimiawi, dan yang membuat makromolekul sel dari precursor sederhana.
(Lehninger, 1982:235)
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108
sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping
itu mempunyai kekhasan yang tinggi. (Poedjiadi, 2005:143)
Substrat akan bekerja jika ada hubungan antara enzim dengan substrat.
Suatu enzim mempunyai mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat.
Hubungan anata substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat
tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak
dengan substrat dinamai bagian aktif (active site). (Poedjiadi, 2005:145)
Enzim ptialin adalah termasuk kedalam enzim amilase (alfa-amilase) yang
berperan dalam mengkatalisis atau mempercepat proses hidrolisis pati menjadi
gula sederhana, yaitu maltosa yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh tubuh
untuk menghasilkan energy. Enzim ptialin dihasilkan oleh kelenjar saliva yang
berlokasi di sekitar mulut. Enzim ptialin akan bekerja bekerja pada pH yang
netral, sedangkan pada suasana asam akan terinaktivasi. (Anonim, 2015:1)
Sifat-Sifat Enzim
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah
produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbagan reaksi,
hanya meningkatkan laju suatu reaksi.
b. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi
substrat tertentu saja
c. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu
kamar. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pHyang terlalu asam
atau basa kuat, dan pelarut organic. Selain itu, panas yang terlalu tinggi
akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai
mana mestinya.
d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya
mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan.
f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, activator (pengaktif), dan
inhibitor (penghambat) serta konsentrasi substrat.
(Nahampun, 2013: 8).

Mekanisme Kerja Enzim


Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak
kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
A. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti
kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi
dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan
melepaskan produk serta membebaskan enzim. (Nahampun, 2013: 12).
B. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan
bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah
terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga,
substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut (Nahampun, 2013: 12).

Faktor–faktor yang mempengaruhi kerja enzim:


1. Konsentrasi enzim
Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi
enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi
bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
2. Konsentrasi substrat
Konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak
terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
3. Suhu
Pada suhu yang rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi,
maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif
enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun.
4. Pengaruh pH
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungannya. Perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas
bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat.
5. Pengaruh Inhibitor
Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
reversibel atau hambatan reversibel. Hambatan tidak reversibel pada umumnya
disebabkan oleh terjadinya proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi
atau lebih yang terdapat pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa
hambatan bersaing atau hambatan tidak bersaing (Poedjiadi, 1994:158).

Enzim Dapat dihambat oleh Senyawa Kimia Spesifik


Hampir semua enzim dapat diracuni atau dihambat oleh senyawa kimia
tertentu. Dari penelitian mengenai senyawa penghambat enzim, telah diperoleh
informasi yang berguna mengenai spesifisitas substrat enzim, sifat-sifat alamiah
gugus fungsional pada sisi aktif, dan mekanisme aktivitas katalitik. Senyawa
penghambat enzim juga amat berguna dalam menjelaskan lintas metabolik di
dalam sel (Lehninger, 1982: 251).
Terdapat dua jenis utama penghambat enzim, yaitu yang bekerja secara
tidak dapat balik (irreversible) dan dapat balik (reversible). Penghambat tak dapat
balik adalah golongan yang bereaksi dengan, atau merusakkan suatu gugus
fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya
(Lehninger, 1982: 251).

Terdapat Dua Jenis Penghambat Dapat Balik:


Kompetitif dan Nonkompetitif
Penghambat enzim dapat bukan balik juga telah memberikan banyak
informasi penting mengenai struktur sisi aktif berbagai enzim. Suatu penghambat
kompetitif berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim,
tetapi sekali terikat tidak dapat oleh enzim tersebut. Ciri penghambat kompetitif
adalah penghambatan ini dapat dibalikkan atau diatasi hanya dengan
meningkatkan konsentrasi substrat. Penghambat kompetitif biasanya menyerupai
substrat normal pada struktur tiga dimensinya. Karena persamaan ini, penghambat
kompetitif “menipu” enzim untuk berikatan dengannya. Sebenarnya,
penghambatan kompetitif dapat dianalisa secara kuantitatif oleh teori Michaelis-
Menten. Penghambat kompetitif I hanya berikatan secara dapat balik dengan
enzim, membentuk suatu kompleks EI (Lehninger, 1982: 253).
E + I ↔EI
Akan tetapi, penghambat I tidak dapat dikatalisa oleh enzim untuk
menghasilkan produk reaksi yang baru.
Pada penghambatan nonkompetitif, penghambat berikatan pada sisi enzim
selain sisi tempat substrat berikatan, mengubah konformasi molekul enzim,
sehingga mengakibatkan inaktifasi dapat balik sisi katalitik. Penghambat
nonkompetitif berikatan secara dapat balik pada kedua molekul enzim bebas dan
kompleks ES, membentuk kompleks EI dan ESI yang tidak aktif:
E + I ↔ EI
ES + I ↔ ESI
Penghambat nonkompetitif yang paling penting adalah senyawa antara
metabolic yang terdapat di alam, yang dapat berikatan secara dapat balik dengan
sisi spesifik pada enzim pengatur tertentu, dan karenanya mengubah aktivitas sisi
katalitiknya (Lehninger, 1982: 255).
Diagram lineweuver-burk dapat digunakan untuk menilai sifat
penghambatan enzim. Apabila terjadi katalisis, maka harus terdapat korelasi
struktural tertentu antara substrat disatu pihak dan sisi aktif enzim dengan
sekelilingnya dipihak lain. Segala sesuatu yang merubah atau mengganggu ini
akan menghambat atau mencegah katalitik. (Mentgomery,Rex. 1993)
Pada Inhibisi-Mix , inhibitor dapat mengikat enzim(E) bersamaan
mengikat Enzim-Substrat (ES). Ikatan E dengan inhibitor mengganggu ikatan E
dengan substrat, dan sebaliknya.Dampak Inhibisi tipe ini tidak dapat dikurangi
dengan menaikkan konsentrasi substrat [S]. Meski ikatan inhibitor dapat pada site
aktif, inhibisi umumnya dihasilkan oleh efek Allosterik dimana inhibitor terikat
pada site lain dari enzim. Ikatan inhibitor pada site Allosterik menyebabkan
perubahan konformasi ( pada struktur tertier atau bentuk tiga-demensi) enzim dan
menyebabkan afinitas substrat pada site aktif berkurang. Inhibitor Mix:
 Ikatan pada keduanya E dan ES (K i ≠ K i').
 Inhibitor Mix mengganggu ikatan dengan S (Km naik) dan hambatan katalisis
pada kompleks ES.
(Mentgomery,Rex. 1993)
III. Alat dan Bahan Percobaan
Alat:
 Stop watch
 Water bath 38 C
 Tabung reaksi
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Pengaduk
 Pipet ukur 1 ml, 5 ml, 10 ml
Bahan:
 Larutan saliva
 Aquadest
 Larutan toluene
 Kloroform
 Larutan merkuri klorat 1%
 Larutan phenol 2%
 Natrium florida
 Larutan amilum 1%
 Larutan iodine
 Pereaksi Benedict
 Lartan buffer Ph 5.2, 6, 6.8, 7.4, 8
 Larutan NaCl 0.1 M
 Larutan saliva (1:9)
IV. Prosedur Kerja
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Sebanyak 10 ml larutan buffer disiapkan dengan pH 8, 7.4, 6.8, 6, dan 5.2
dalam tabung reaksi yang terpisah. Lalu ditambahkan 5 ml larutan amylum 1%, 2
ml larutan NaCl 0.1 M dan 2 ml larutan saliva (1:9) pada tiap tabung reaksi. Lalu
tabung reaksi tersebut ditempatkan dalam water bath 38°C. Setelah itu,
ditambahkan larutan Iodine secukupnya pada tiap tabung reaksi sedikit demi
sedikit. Lalu diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Namun pada tabung
dengan pH 8 dan 7.4 sebaiknya diasamkan dengan ditambahkan asam asetat
sedikit demi sedikit sebelum ditambahkan iodine. Lalu, tentukan tabung mana
yang pertama kali mencapai titik akromik (tidak memberikan warna dengan
iodine).

Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktivitas Enzim


Pertama, 1 ml saliva dilarutkan dengan 4 ml aquadest, campurkan dengan
baik. Kemudian, ditambahkan 1 ml larutan saliva yang telah diencerkan pada tiap
tabung reaksi yang berbeda sejumlah 6 buah tabung. Pada tabung yang terpisah
ditambahkan 3 tetes larutan toluene, 3 tetes kloroform, 3 tetes larutan merkuri
klorida 1%, 3 tetes larutan phenol 2%, 0,25 gram natrium florida, dan 3 tetes
aquadest. Lalu, tabung tersebut diletakkan pada rak tabung selama 10 menit
dengan sesekali dikocok perlahan-lahan. Kemudian, ditambahakan 5 ml larutan
amilum 1% pada tiap tabung reaksi. Tiap-tiap tabung reaksi tersebut ditempatkan
dalam water bath 38C selama 15 menit. Setelah itu, masing-masing tabung
dibagi menjadi 2 bagian untuk dilakukan uji iodine dan benedict test. Diamati dan
dicatat perubahan yang terjadi.
V. Data Pengamatan
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Berubah
+2.5 ml larutan amilum
Tabung + 3 tetes menjadi
pH +2 ml NaOH 0,1 M +1
reaksi Iodine tidak
ml larutan saliva
berwarna
1 8 Putih keruh Biru tua Kedua
2 7.4 Putih keruh Biru tua Pertama
3 6.8 Putih keruh Biru tua Ketiga
4 6 Putih keruh Biru tua Keempat
5 5.2 Putih keruh Biru tua Kelima

Dalam waktu 32 menit, tabung reaksi dengan pH 7.4 berubah menjadi tidak
berwarna lalu diikuti dengan pH 8, 6.8, 6, dan 5.2.

Pengaruh Inhibitor terhadap aktivitas enzim


Uji Iodine
No
Campuran bahan Warna
Tabung
1 Saliva + larutan toluene + Iodine Ungu ++
2 Saliva + kloroform + Iodine Ungu +
3 Saliva + merkuri klorida + Iodine Ungu +++
4 Saliva + larutan phenol + Iodine Ungu ++++++
5 Saliva + larutan NaF+ Iodine Ungu +++++
6 Saliva + aquadest + Iodine Ungu ++++
Keterangan:
Simbol (+) menunujukkan semakin pekat warna ungu yang terbentuk.
Uji Benedict
No
Campuran Bahan Warna endapan
Tabung
1 Saliva + Toluena + Benedict Latutan biru muda (-)
2 Saliva + kloroform + Benedict Latutan biru muda (-)
3 Saliva + merkuri klorida + Benedict Latutan biru muda (-)
4 Saliva + phenol + Benedict Latutan biru muda (-)
5 Saliva + natrium florida + Benedict Latutan biru muda (-)
6 Saliva + aquadest + Benedict Latutan biru muda (-)
Keterangan:
Tabung 1 – 6 tidak mengandung endapan merah bata yang ditandai dengan
symbol (-) yang menunjukkan tidak adanya gula pereduksi.

Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktivitas Enzim

Sebelum dipanaskan

Uji Iodine Uji Benedict


VI. Pembahasan
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Pada percobaan kali ini mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
ptyalin yang berada pada saliva. Pada percobaan ini digunakan beberapa pH yaitu
8, 7.4, 6.8, 6, dan 5.2 yang dimaksudkan untuk mengamati pada pH berapa enzim
ptyalin yang berada pada larutan saliva bekerja paling optimal. Pertama-tama
dilakukan penyiapan larutan buffer dengan pH bermacam-macam, lalu
penambahan 5 ml larutan amilum untuk mengetahui apakah aktivitas enzim cepat
atau lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim ptyalin tersebut. Kemudian
dilakukan penambahan NaOH dan 1 ml larutan saliva. Setelah itu dilakukan
pemanasan dalam water bath 38°C diikuti dengan penambahan larutan iodine
sebanyak 3 tetes sedikit demi sedikit. Dengan penambahan iodine, larutan akan
berubah warna dari putih keruh menjadi biru tua. Suhu 38oC ini enzym dapat
bekerja secara optimum seperti halnya pada suhu tubuh manusia. Apabila enzim
ptyalin menghidrolisis amilum menjadi sakarida yang sederhana dan dekstrin,
maka warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama-
kelamaan akan berubah menjadi tidak berwarna seiring dengan berkurang dan
habisnya amilum dalam larutan akibat terhidrolisis menjadi gula sederhana. Pada
tabung reaksi dengan pH 8 dan 7.4 diasamkan dengan penambahan buffer asetat.
Tujuan penambahan asam asetat adalah untuk mengamati apakah aktivitas enzim
ptyalin akan meningkat seiring dengan diturunkannya pH akibat penambahan
asam asetat. Apabila pH nya sudah turun dan mendekati angka pH optimum untuk
aktivitas enzim ptyalin, maka enzim akan semakin mudah beraktivitas dan
menghidrolisis amilum.
Pada percobaan ini, penambahan asam asetat sehingga pH menjadi
menurun berhasil merubah tingkat aktivitas enzim, hasilnya pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim didapatkan pH optimum pada pH 7.4. Lalu diikuti dengan pH 8,
6.8, 6, dan 5.2. Menurut (Poedjiadi, 2005: 163) menyatakan bahwa pH optimum
enzim amylase adalah 5.6 – 7.2. Pada percobaan yang dilakukan seharusnya
menghasilkan pH optimum 6 atau 6,8 karena pH tersebut termasuk ke dalam pH
optimum enzim. Namun hasil yang didapatkan adalah pH optimum 7.4
merupakan pH yang melewati batas optimum pH enzim ptyalin walaupun hanya
berbeda 0.2.
Untuk percobaan selanjutnya dengan menggunakan pH 5,2 dan pH 6.
Selama berlangsungnya proses pemanasan sampai berakhirnya proses pemanasan
pH 5,2 lebih banyak mengandung endapan ungu dan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menghidrolisis amylum menjadi gula yang lebih sederhana yaitu
dengan ditandai adanya warna bening dibandingkan pada pH 6 yang
membutuhkan waktu yang lebih sebentar untuk menghasilkan warna bening (hasil
hidrolisis amylum menjadi gula sederhana) dengan endapan ungu yang lebih
sedikit. Hal ini terjadi karena enzim ptyalin yang dapat menghidrolisis amylum
menjadi gula yang lebih sederhana dapat bekerja secara optimum pada pH 5.6 –
7.2. pH 5,2 lebih lama karena kurang dari pH optimumnya sedangkan pH 6
termasuk pada pH optimum sehingga lebih cepat daripada pH 5,2. Pada hal ini
apabila dalam keadaan pH yang asam atau pH kurang dari pH optimumnya dan
pH yang tinggi melebihi pH optimumnya dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi atau mengakibatkan aktivitas enzim yang menurun. kecepatan reaksi
enzimatik yang menurun menyebabkan proses hidrolisis amylum menjadi gula
sederhana membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan reaksi enzimatik
pada pH optimumnya.

Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktivitas Enzim


Pada percobaan kedua dilakukan percobaan tentang pengaruh inhibitor
terhadap aktivitas enzim ptyalin yang bertujuan untuk mengurangi kemampuan
enzim ptyalin dalam mengubah substrat menjadi produk atau amilum menjadi
gula sederhana. Inhibitor merupakan senyawa yang dapat menghambat atau
menurunkan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Saliva yang digunakan
berfungsi sebagai enzim ptyalin, sedangkan amilum berfungsi sebagai substrat.
Amilase adalah enzim pemecah karbohidrat dari bentuk majemuk menjadi bentuk
yang lebih sederhana. Enzim ini terdapat dalam saliva (ptyalin) dan getah
pankreas yang membantu pencernaan karbohidrat dalam makanan.
Tampung saliva di gelas beaker menggunakan batang pengaduk. Fungsi
menggunakan batang pengaduk adalah supaya tidak ada gelembung-gelembung
seperti ludah. Satu ml saliva dilarutkan / diencerkan dalam 4 ml aquadest. Fungsi
diencerkan adalah untuk menurunkan konsentrasi enzim karena untuk melihat
kemampuan inhibitor dalam menghambat hidrolisis amilum menjadi gula
sederhana. Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata
berbanding lurus. Jadi, makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju
reaksi. Kemudian dikocok supaya aquades dan saliva tercampur seluruhnya
(homogen). Kemudian dimasukkan 0,5 ml saliva ke 6 tabung reaksi dan
ditambahkan larutan inhibitor. Fungsi didiamkan adalah agar pati terdegradasi
secara sempurna. Setelah itu ditambahkan amilum. Fungsi ditambahkan amilum
adalah karena didalam mulut mengandung enzim ptialin (amilase) yang berfungsi
mengubah zat karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana. Kemudian, semua
tabung ditempatkan dalam water bath 38C selama 5 menit yang berfungsi agar
suhu dalam tabung dioptimalkan supaya substrat dan enzim dapat bekerja. Karena
suhu tubuh normal manusia berkisar ± 37℃-38℃.
Uji Iodine digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan amilum
dalam sampel. Melalui uji ini larutan berubah warna menjadi biru / keunguan,
maka dikatakan sampel mengandung amilum. Warna biru tersebut terjadi karena
terdapat molekul iodium yang terperangkap yang menandakan adanya amilum
dalam saliva. Amilum yang ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi enzim
akan terhidrolisis menjadi gula yang sederhana. Namun, karena pada percobaan
ini untuk melihat kemampuan inhibitor terhadap aktivitas enzim, maka disini
praktikan melihat mana warna ungu yang lebih pekat. Warna ungu yang lebih
pekat menandakan seberapa besar kemampuan inhibitor menghambat hidrolisis
enzim. Hasil percobaan uji iodine adalah semua tabung reaksi menunjukkan hasil
positif. Semua berubah menjadi warna ungu. Warna ungu menandakan tidak
terjadi reaksi hidrolisis pada tabung yang berisis saliva sebagai enzim dan amilum
sebagai substrat. Warna ungu yang lebih pekat adalah phenol, NaF, Aquades,
HgCl, toluene dan kloroform. Secara struktural enzim adalah protein, sehingga
sifat-sifat protein dimiliki oleh enzim, seperti termolabil, rusak oleh logam berat
(Ag,Pb,Hg), dan terganggu oleh perubahan pH. Ion-ion logam berat seperti Hg2+
salah satunya dapat mengurangi aktivitas enzim. Jika ion logam berat ini berikatan
dengan enzim, enzim akan mengalami denaturasi.Seharusnya inhibitor yang
paling kuat adalah HgCl karena enzim itu terganggu dengan logam berat. Hg2+
adalah logam berat. Tetapi dalam percobaan ini, yang paling pekat adalah phenol.
Ini mungkin bisa terjadi karena terlalu banyaknya jumlah inhibitor phenol yang
ditetesi ke dalam tabung, sehingga kemampuan inhibitor phenol lebih besar dari
HgCl. Ini bisa terjadi karena praktikan terlalu sedikit memberi HgCl sehingga
kemampuan menghambatnya juga lebih kecil. Selain itu, bisa juga karena alat-alat
yang tidak bersih, sehingga terkontaminasi dengan air kran yang mungkin
mengandung logam.
Uji Benedict digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan gula
pereduksi dalam sampel. Uji ini ditandai dengan adanya endapan merah bata
dibawahnya. Larutan benedict mengandung Cu yang berasal dari CuSO 4, Cu2+
menjadi Cu+ menunjukkan gula pereduksi. Pada percobaan ini, hasil yang didapat
adalah semua tabung negative, artinya adalah tidak ada yang mengandung gula
pereduksi. Semua tabung berwarna biru muda dengan endapan putih dibawahnya.
Ini menunjukkan bahwa karbohidrat yang ada dalam tabung masih berada dalam
bentuk polisakarida. Itu berarti inhibitor telah menghambat hidrolisis enzim yang
mengubah amilum menjadi gula sederhana.
VII. Kesimpulan
 pH optimum untuk aktivitas enzim melalui percobaan uji pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim didapat pada Ph 7.4
 Aktivitas enzim ptyalin akan meningkat seiring dengan diturunkannya pH
akibat penambahan asam asetat. Apabila pH nya sudah turun dan
mendekati angka pH optimum untuk aktivitas enzim ptyalin, maka enzim
akan semakin mudah beraktivitas dan menghidrolisis amilum.
 Uji iodine untuk mendeteksi adanya amilum dalam sampel. Yang ditandai
dengan warna ungu. Semakin pekat warna ungu maka semakin kuat
inhibitor menghambat hidrolisis enzim.
 Uji Benedict untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan gula pereduksi
dalam sampel. Uji ini ditandai dengan adanya endapan merah bata. Warna
biru dan endapan putih menunjukkan bahwa inhibitor menghambat
hidrolisis enzim.
VIII. Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Enzim ptyalin dan perannya dalam proses pencernaan. Dalam
http://informasitips.com/enzim-ptialin-dan-perannya-dalam-proses-
penernaan diakses tanggal 12 Maret 2015
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Montgomery, rex, dkk. 1993. Biokimia. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Nahampun, Rayani. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
Dalamhttp://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32535800/BAB
__I__biokimia.docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&
Expires=1426579718&Signature=nNALk3BGzprT14GfP8EHljcLQ9Y%3
D. Diunduh tanggal 15 Maret 2015 pukul 13.00 WIB.
Poedjiyadi, Anna dkk. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai