KELOMPOK 3
FARMASI F
Disusun oleh :
Annisa Zaidira Shafa Ariadne (201710410311135)
Vita Maulidya Aristawaty (201810410311266)
Aisyah Bidarina Kartono (201810410311275)
Ariqdhia Faisal Rafi (201810410311278)
Annisa Firdaus Ramadhini (201810410311297)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang di berikan, sehingga laporan praktikum Biokimia yang berjudul Asam Amino
dan Protein ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini kami susun sebagai bagian
dari tugas praktikum Biokimia.
Laporan biokimia “Asam Amino dan Protein” ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Tujuan Percobaan.............................................................................................................4
1.2 Prinsip Percobaan.............................................................................................................4
1.3 Dasar Teori.......................................................................................................................5
BAB II ALAT BAHAN DAN PROSEDUR.............................................................................9
2.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................9
2.2 Prosedur Kerja................................................................................................................10
BAB III HASIL PENGAMATAN...........................................................................................12
3.1 Hasil Pengamatan...........................................................................................................12
3.2 Pembahasan....................................................................................................................13
3.3 Pertanyaan Diskusi.........................................................................................................17
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
LAMPIRAN.............................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
b) Test Xanthoprotein
Reaksi ini berdasarkan nitrasi inti bensen yang terdapat dalam molekul protein.
Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam lingkungan alkalis akan
terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua atau menjadi jingga.
c) Test Millon
Reaksi ini disebabkan oleh derivat-derivat monofenol seperti tirosin. Pereaksi yang
digunakan adalah larutan ion merkuri/merkuro dalam asam nitrat atau nitrit. Warna
merah yang terbentuk mungkin disebabkan oleh garam merkuri dari tirosin yang
ternitasi.
d) Test Nihidrin
Semua asam amino alfa bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid dengan satu
atom C lebih rendah dan melepaskan NH 3 dan CO2. Di samping itu, terbentuk kompleks
berwarna biru yang disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH 3
setelah asam amino tersebut dioksidasi. Garam-garam ammonium, amina, peptide, dan
protein juga bereaksi tetapi tanpa melepaskan CO2 dan NH3.
0 2 0 0 0 0
0 0 4 0 3 2 0 0 2 0 3 00
a b c d e f
0 0 0 0 0
2 1 3 2 3 0 4 1 3 0
0 ox 0
g h i j l
2.2 Prosedur Kerja
a) Uji Biuret
b) Uji Ninhidrin
Kasein 1ml Aquadest 1ml Putih Telur 1ml
c) Uji Xanthoprotein
Kasein 1ml Aquadest 1ml Putih Telur 1ml
Pb Hg Fe Pb Hg Fe Pb Hg Fe
Tambahkan
Tabung Pb : + Pb Asetat 2% 5 tetes
Tabung Hg : + HgCl2 2% 5 tetes
Tabung Fe : + FeCl3 2% 5 tetes
e) Uji Millon
Kasein 1ml Aquadest 1ml Putih Telur 1ml
b) Test Xanthoprotein
SAMPEL PERLAKUAN HASIL
Ada endapan putih dan
Kasein (2ml) Warna menjadi kuning
+ HNO3 pekat 1ml lewat dinding tabung,
jingga
panaskan ad larut sambil diperhatikan
Aquadest (2ml) Bening
perubahan warna, lalu didinginkan
Ada endapan putih dan
+ NaOH 10% 2 ml
Putih Telur (2ml) Warna menjadi kuning
jingga
c) Test Millon
SAMPEL PERLAKUAN HASIL
Kasein (2ml) Endapan gumpalan merah
+ Pereaksi millon 5 tetes,lalu panaskan di Bening, tidak terjadi
Aquadest (2ml)
penangas hingga terjadi perubahan warna perubahan warna
Putih Telur (2ml) Endapan merah
d) Test Nihidrin
SAMPEL PERLAKUAN HASIL
Kasein (1ml) + Amonium Sulfat 1 ml Warna menjadi ungu
Aquadest (1ml) + Pereaksi Ninhidrin 0,1% 0,5 ml, Bening
Putih Telur (1ml) panasakan di penangas selama 10 menit Warna menjadi ungu
3.2 Pembahasan
Protein merupakan polimer dari 20 jenis asam amino yang saling berikatan dalam
ikatan peptida. Peptida terdiri dari sekitar lebih dari 100 asam amino dan rata-rata molekul
peptida memiliki bobot molekul lebih dari 10.000. Asam amino dalam protein mengandung
unsur C,H,O, dan N serta ada juga unsur S dan P. Asam amino adalah senyawa organik
yang memiliki gugus amina (biasanya –NH2) dan gugus fungsional karboksil (-COOH),
keduanya terikat pada satu atom C (alfa). Gugus amina memberikan sifat basa dan gugus
karboksil memberikan sifat asam. Asam amino akan bersifat amfoterik apabila dalam
bentuk larutan dan cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada
larutan asam. Protein berfungsi untuk mengkatalis enzim dalam reaksi biokimia. Dalam
praktikum kali ini, dilakukan pengujian untuk mengetahui kandungan protein dan asam
amino dengan menggunakan 5 metode uji yang berbeda yaitu metode uji biuret, uji
ninhidrin, uji xanthoprotein, uji logam berat, dan uji millon
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui cara mengidentifikasi sifat dan reaksi
dari asam amino dan protein. Penggunaan 5 metode tersebut digunakan untuk menguji
kandungan protein pada putih telur dan kasein dalam susu sebagai kontrol positif. Selain
larutan uji putih telur dan kasein digunakan larutan uji tambahan yakni pada uji biuret dan
uji logam berat digunakan larutan uji fenol. Sedangkan, pada uji ninhidrin, uji
xanthoprotein, dan uji millon menggunakan larutan uji aquadest sebagai kontrol negatif.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu pada uji biuret digunakan NaOH 10% sebagai
pembentuk suasana alkali dalam reaksi dan CuSO4 berfungsi untuk mengikat ikatan peptida
sehingga warna larutan menjadi ungu, uji ninhidrin digunakan Amonium Sulfat (NH 4)2SO4
dan pereaksi ninhidrin 0,1% 0,5 ml sebagai reagen untuk mendeteksi adanya asam amino
uji xanthoprotein digunakan HNO3 pekat dan NaOH 10% sebagai pembentuk suasana basa
dalam reaksi, pada uji logam berat digunakan Pb asetat 2%, HgCl2 2%, dan FeCl3 2%,
sedangkan pada uji Millon menggunakan pereaksi milon 5 tetes.
Di dalam putih telur terkandung asam amino dan sangat kaya akan protein,
bebas lemak. Putih telur adalah cairan putih (disebut juga albumen atau glair atau glaire)
yang terkandung di dalam sebuah telur. Putih telur terdiri dari 10% protein terlarut di air.
Sekitar 90 persen dari keseluruhan kandungan putih telur adalah air, dan sisanya sebesar
10 persen adalah protein. Putih telur juga mengandung kalium dan natrium. Selain itu,
keunggulan lain yang dimiliki oleh putih telur adalah rendah kalori namun kaya akan
protein. Bahkan dari total protein dalam telur, 67 persen di antaranya bersumber dari
putih telur. Sedangkan p ada susu terkandun g 3,25% lemak susu, dan 8,25%
padatan susu bukan lemak yakni protein, karbohidrat, vitamin larut air,
mineral, kasein, Zn, Kalsium, Omega-3, dan fosfor. (Frisianflag.com, 2017). Kasein
merupakan fosfoprotein paling dominan yang terdapat pada susu dan keju. Dalam susu,
sekitar 80% dari proteinnya adalah kasein yang biasanya berupa garam dari kalsium.
Kasein tidak mempunyai jembatan disulfida. Sebagian kecil memiliki struktur sekunder
dan sisanya merupakan struktur tersier. Karena strukturnya itu, kasein tidak terdenaturasi
seperti protein lain pada umumnya. (Winarno, 1984)
Praktikum ini menggunakan 5 metode yang berbeda dilakukan beberapa hal berikut
yaitu:
a) Uji Biuret
Masukkan masing-masing kasein 2 ml, fenol 2 ml, dan putih telur 2 ml ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan NaOH 10% 1 ml dan pereaksi CuSO 4 3 tetes pada
masing-masing larutan uji lalu goyang-goyangkan ad homogen.
b) Uji Ninhidrin
Memasukkan masing-masing kasein 1 ml, aquadest 1 ml, dan putih telur 1 ml ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan Amonium Sulfat (NH 4)2SO4 1 ml dan pereaksi
ninhidrin 0,1% 0,5 ml pada setiap tabung, panaskan di penangas selama 10 menit.
c) Uji Xanthoprotein
Masukkan masing-masing kasein 2 ml, aquadest 2 ml, dan putih telur 2 ml ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan HNO3 pekat lewat dinding tabung, panaskan dengan
bunsen sambil diperhatikan perubahan warna, lalu didinginkan dan tambahkan NaOH pekat
10% lalu goyang-goyangkan ad homogen.
d) Uji Logam Berat
Masukkan masing-masing larutan uji 3 ml kasein ke dalam 3 tabung reaksi, fenol 3
ml ke dalam 3 tabung reaksi, dan putih telur 3 ml ke dalam 3 tabung reaksi, pada setiap
tabung reaksi telah diberikan label bertanda Pb, Fe, dan Hg. Kemudian ditambahkan Pb
asetat 2% 5 tetes, HgCl2 2% 5 tetes, FeCl3 2% 5 tetes ke dalam tabung reaksi sesuai label
yang tertera.
e) Uji Millon : dengan memasukkan masing-masing 2 ml kasein, fenol, dan putih telur ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan pereaksi milon 5 tetes dan panaskan di
penangas hingga terjadi perubahan warna.
Test Biuret
Prinsip reaksi pada uji biuret NaOH 10% sebagai suasana alkali akan membuat
Cu2+ dari pereaksi biuret CuSO4 yang bereaksi dengan gugus CO2 dan NH3 dari rantai
peptida yang menyusun protein sehingga akan membentuk warna menjadi ungu. Metode
biuret didasarkan pada prinsip zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida dapat
membentuk kompleks berwarna ungu dengan garam Cu dalam larutan alkali. Metode biuret
ini merupakan metode yang baik untuk menentukan kandungan larutan protein karena
seluruh protein mengandung ikatan peptide. Reaksi ini positif protein dengan timbulnya
warna ungu. Dari hasil percobaan larutan uji kasein dan putih telur memberikan reaksi
positif dengan warna ungu yang terbentuk berbanding langsung dengan konsentrasi protein,
dimana semakin meninggkat intensitas warnannya konsentrasi protein semakin besar.
Fenol sebagai kontrol negatif tidak memberikan perubahan warna pada uji ini, karena fenol
tidak mengandung protein sehingga tidak tampak warna keunguan.
Test Ninhidrin
Pada uji ninhidrin warna ungu akan terbentuk disebabkan bereaksinya semua asam
amino α dengan pereaksi ninhidrin yang akan membentuk aldehid dengan 1 atom C
sehingga melepaskan NH3 dan CO2 yang akan membentuk warna menjadi ungu. Dengan
memanaskan campuran asam amino dan ninhidrin, terjadilah larutan berwarna ungu. Uji
Ninhidrin merupakan uji warna pada protein dengan membentuk larutan berwarna ungu
akibat adanya gugus amino bebas. Semua asam amino dan peptida yang mengandung
gugus α-amino bebas memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Reaksi positif,
mengandung gugus amino bebas, ditandai dengan warna larutan ungu setelah dipanaskan.
Ninhidrin merupakan reagen pengoksidasi yang sangat kuat, akan bereaksi dengan asam
amino pada pH antara 4 sampai 8. Reaksi ini juga positif untuk amina primer atau ammonia
tanpa adanya CO2 yang dibebaskan. Dari hasil percobaan yang memiliki reaksi positif
menghasilkan warna ungu adalah kasein 0,2% dan putih telur. Reaksi ini bereaksi positif
hampir dengan semua jenis protein. Sedangkan untuk aquadest tidak mengandung asam
amino α sehingga menghasilkan warna bening dan tidak terjadi perubahan warna.
Test Xanthoprotein
Dalam uji xanthoprotein, inti benzene akan ternitrasi dalam protein oleh asam nitrat
pekat membentuk nitrobenzene dan pada suasana basa akan berwarna kuning jingga.
Senyawa xanthoprotein berdasarkan nitrasi inti bensen yang terdapat dalam molekul
protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam lingkungan alkalis akan
terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua atau menjadi jingga. Pada larutan
uji kasein dan putih telur terdapat perubahan warna kuning jingga setelah ditambahkan
NaOH. Sedangkan pada aquadest tidak menghasilkan perubahan warna karena tidak
mengandung protein.
Test Logam Berat
Pada percobaan ini digunakan tiga reagen yaitu Pb asetat 2%, HgCl 2 dan FeCl3 2%.
Pada pengendapan protein dengan pengendapan logam, melalui penambahan HgCl2 dan
(CH3COO)2Pb ke dalam larutan kasein dan putih telur menyebabkan terjadinya reaksi
sehingga larutan yang sebelumnya jernih berubah menjadi keruh dan terdapat endapan.
Penambahan HgCl2 dan (CH3COO)2Pb ini karena diketahui bahwa protein mampu
menawarkan racun sebab asam amino yang merupakan penyusun suatu protein dapat
mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau logam yang
terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih. Pada saat ditambahkan ke
dalam protein, HgCl2 dan (CH3COO)2Pb akan terionisasi dalam bentuk Hg2+ dan PbSO4
sehingga dapat menghasilkan endapan. Ikatan yang amat kuat dari reaksi protein yang
ditambahkan dengan HgCl2 dan (CH3COO)2Pb akan memutuskan ikatan jembatan garam,
sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang
terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan dapat membentuk
senyawa kelat.
Adanya endapan disebabkan karena adanya kemampuan protein atau asam amino
untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan
karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia akan
bermuatan negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Adanya
pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan ikatan kovalen S-S
pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.
Pada percobaan kali ini putih telut dan kasein Ketika ditambahkan logam berat
terbentuk partikel dan warnanya menjadi keruh. Hal ini terjadi karena apabila protein
ditambahkan logam berat akan mengalami koagulasi ditandai dengan terbentuknya partikel.
Sedangkan pada kontrol negatif larutan fenol tidak terlihat adanya pembentukan partikel
karena tidak terjadi koagulasi.
Test Millon
Sedangkan pada uji milon, derivat- derivat monofenol (tirosin) yang ternitrasi jika
ditambahkan pereaksi milon sehingga membentuk endapan merah setelah dipanaskan.
Warna endapan merah yang tebentuk setelah dipanaskan pada kasein dan putih telur
merupakan tanda positif adanya protein dan asam amino pada larutan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ariwulan, R.R. Dyah Roro, 2011, Uji Reaksi Protein (online), (http://pustakabiolog.
wordpress.com)
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua,
Penerbit Eralangga, Jakarta.
Katili, A. S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen (online), (http://ejurnal.ung.ac.
id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5), Hal : 19-29, Universitas
Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia Schaum’s Easy Outlines, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging
(online), (http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal
: 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Winarno, F.G., 1984, “Kimia Pangan dan Gizi“, halaman 59-62, 67-69, Gramedia,
Jakarta
Tim Dosen, 2020. Buku Panduan Praktikum Biokimia Farmasi 2020. UMM : Malang.
LAMPIRAN