Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA

PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL

NAMA : Nur Azmi Hidayati (201810410311077)


Maulana Aldi Ashari (201810410311081)
Indah Paulina Dewi (201810410311086)
Fitria Kusuma Putri (201810410311091)
Elva Dwi Kurnia (201810410311098)
Altrisna Sukma Indriyani (201810410311107)
KELOMPOK : B-5
TOPIK : UJI STERILITAS
TGL. PRAKTIKUM: 11 Oktober 2021

I. TUJUAN :
Untuk menjamin bahwa satu bets produk adalah steril atau telah disterilkan. Hal ini
terutama harus disertai dengan validasi proses sterilisasi atau prosedur proses aseptik.
Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang dipersyaratkan
harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi mikroba
ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian (FI VI hal. 1832).

II. KOMPOSISI MEDIA DAN CARA PEMBUATAN :


Terdapat 2 media yang diguakan dalam uji strerilitas yaitu Media Cair Tioglikolat dan
Soybean-Casein Digest Medium. Media Cair Tioglikolat digunakan untuk pertumbuhan
bakteri anaerob, termasuk juga untuk mendeteksi bakteri aerob. Sedangkan untuk Soybean-
Casein Digest Medium digunakan untuk pertumbuhan kapang dan bakteri aerob (FI VI hal.
1832).
A. Media Cair Tioglikolat
L-Sistin P 0,5 g
Natrium klorida P 2,5 g
Dekstrosa monohidrat/anhidrat P 5,5/5,0 g
Agar P 0,75 g
Yeast extract (larut dalam air) 5,0 g
Pancreatic digest of casein 15,0 g
Natrium tioglikolat P atau 0,5 g
Asam tioglikolat P 0,3 mL
Larutan natrium resazurin P (1 dalam 100) 1,0 mL
dibuat segar
Air murni 1000 mL
pH setelah sterilisasi 7,1  0,2
Cara pembuatan :
1. Campur dan panaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P, dekstrosa, yeast
extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni.
2. Larutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam larutan dan atur pH
hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N.
3. Jika diperlukan penyaringan, panaskan kembali larutan tanpa mendidih, dan saring
selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
4. Tambahkan larutan natrium resazurin P, campur dan tempatkan media dalam tabung
yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan kedalaman media
sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas media yang mengalami
perubahan warna sebagai indikasi masuknya oksigen pada akhir masa inkubasi.
5. Sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi. Jika media disimpan, maka
simpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam wadah steril tertutup rapat.
6. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media dapat
diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam uap air yang
mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan dinginkan secepatnya, cegah
masuknya udara tidak steril ke dalam wadah.
7. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.
8. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35°.

B. Media Cair Tioglikolat Alternatif


L-Sistin P 0,5 g
Natrium klorida P 2,5 g
Dekstrosa monohidrat/anhidrat P 5,5/5,0 g
Yeast extract (larut dalam air) 5,0 g
Pancreatic digest of casein 15,0 g
Natrium tioglikolat P atau 0,5 g
Asam tioglikolat P 0,3 mL
Air murni 1000 mL
pH setelah sterilisasi 7,1  0,2
Cara pembuatan:
1. Campur dan panaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P, dekstrosa, yeast
extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni.
2. Larutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam larutan dan atur pH
hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N.
3. Jika diperlukan penyaringan, panaskan kembali larutan tanpa mendidih, dan saring
selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
4. Sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi. Jika media disimpan, maka
simpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam wadah steril tertutup rapat.
5. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media dapat
diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam uap air yang
mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan dinginkan secepatnya, cegah
masuknya udara tidak steril ke dalam wadah.
6. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.
7. Media tioglikolat alternatif dapat digunakan jika sudah disetujui. Buat campuran
menggunakan komposisi sama seperti media cair tioglikolat tetapi tidak menggunakan
agar P dan larutan natrium resazurin P.
8. Sterilkan sama seperti di atas. pH setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2. Panaskan dalam tangas
air sebelum digunakan dan inkubasi pada suhu 30° - 35° dalam kondisi anaerob.

C. Soybean-Casein Digest Medium

Pancreatic digest of casein 17,0 g


Papaic digest of soybean meal 3,0 g
Natrium klorida P 5,0 g
Kalium fosfat dibasa P 2,5 g
Dekstrosa monohidrat/anhidrat P 2,5/2,3 g
Air murni 1000 mL
pH setelah sterilisasi 7,1  0,2

Cara pembuatan:

1. Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut.
2. Dinginkan larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N.
3. Jika perlu saring hingga jernih, bagikan dalam wadah-wadah yang sesuai dan sterilisasi menggunakan
proses yang telah divalidasi.
4. Simpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam wadah steril dan tertutup baik, kecuali jika segera
digunakan.
5. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah tervalidasi.
6. Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5o.
III. SEDIAAN YANG DIUJI
NAMA VOLUME SEDIAAN VOLUME SAMPEL
Lidokain HCl 2 ml 2 ml

IV. CARA KERJA


A. Metode Inokulasi Langsung (FI VI hal.1384)
1. Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum steril.
2. Secara aseptic inokulasikansejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam
tabung media.
3. Campur cairan dengan media uji tanpa aerasi berlebihan.
4. Inkubasi dalam media tertentu selama tidak kurang dari 14 hari.
5. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin, sekurang-kurangnya
pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 serta pada hari terakhir
masa uji.
6. Dilakukan pengamatan setelah masa inkubasi (Berdasarkan FI VI hal.1834)
a. Jika setelah masa inkubasi terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas secara
visual dibandingkan dengan tabung yang tidak berisi sampel, maka sampel tidak
memiliki sifat antimikroba pada kondisi uji atau aktifitasnya telah dihilangkan
dengan sempurna. Uji sterilitas kemudian dapat dilakukan tanpa modifikasi lebih
lanjut.
b. Jika tidak terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas pada tabung yang berisi
sampel secara visual, dibandingkan dengan tabung yang tidak berisi sampel, maka
sediaan uji mempunyai aktifitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi
dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam
sejumlah media yang cukup.
B. Metode Penyaringan Membran (FI VI hal.1836)
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu perangkat yang dapat
memudahkan penanganan bahan uji secara aseptis dan membrane yang telah diproses
dapat dipindahkan secara aseptis untuk inokulasi ke dalam media atau satu perangkat
yang dapat ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan membrane diinkubasi in
situ. Membran yang sesuai, umumnya mempunyai porositas 0,45 μm, dengan diameter
lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55-75 ml/ menit pada tekanan 70 cm
Hg.
V. PENAFSIRAN HASIL (FI VI hal.1836)
a. Tahap Pertama
Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi , amati isi semua wadah akan
adanya pertumbuan mikroba seperti kakeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan.
Jika tidak terjadi pertumbuhan maka bahan memenuhi syarat. Jika ditemukan
pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam pemantauan fasilitas pengujian sterilitas,
bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan control negative menunjukkan tidak
memadai atau teknik aseptic yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama
dinyatakan tidak abash dan dapat diulang.
b. Tahap Kedua
Jumlah specimen uji yang diselekdi minimum dua kali jumlah tahap pertama. Volume
minimum tiap specimen yang diuji dan media dan periode inkubasi sama seperti tertera
pada tahap pertama. Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji
memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa
bahan uji tidak memenuhi syarat. Jika dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap kedua tidak
abash karena kesalahan atau teknik aseptic tidak memadai, maka tahap kedua dapat
diulang.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. In Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai