Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM 4

UJI SCHARDINGER

KELOMPOK 3
FARMASI F

Disusun oleh :
Annisa Zaidira Shafa Ariadne (201710410311135)
Vita Maulidya Aristawaty (201810410311266)
Aisyah Bidarina Kartono (201810410311275)
Ariqdhia Faisal Rafi (201810410311278)
Annisa Firdaus Ramadhini (201810410311297)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang di berikan, sehingga laporan praktikum Biokimia yang berjudul Uji Schardinger
ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas
praktikum Biokimia.

Laporan biokimia “Uji Schardinger” ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Malang, 13 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Tujuan Percobaan.............................................................................................................4
1.2 Prinsip Percobaan.............................................................................................................4
1.3 Dasar Teori.......................................................................................................................4
BAB II ALAT BAHAN DAN PROSEDUR.............................................................................7
2.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................7
2.2 Prosedur Kerja..................................................................................................................7
BAB III HASIL PENGAMATAN.............................................................................................8
3.1 Hasil Pengamatan.............................................................................................................8
3.2 Pembahasan......................................................................................................................8
3.3 Pertanyaan Diskusi.........................................................................................................10
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
LAMPIRAN.............................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mengetahui kerja enzim scardinger pada berbagai kondisi.

1.2 Prinsip Percobaan

Enzim schardinger terdiri dari dua jenis yaitu xanthin oksidase dan xanthin
dehydrogenase. Keduanya dapat mengalami interkonvensi satu sama lain. Sehingga dapat
berubah dari jenis satu ke jenis lainnya. Didalam xanthin oxidase, mengkatalis oksidasi
hypoxanthin menjadi xanthin dan oksidasi xanthin menjadi asam urat. Xanthin
dehidrogenase juga mengkatalis dehidrogenase aldehida. Hidrogen yang lepas ditangkap
oleh suatu akseptor. Dalam praktikum ini methilen blue sebagai akseptor (penangkap)
hydrogen jalannya reaksi dapat dilihat dari perubahan warna biru menjadi tidak berwarna.

1.3 Dasar Teori


Enzim adalah suatu biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalisator
dala reaksi kimia yang dapat meningkatkan laju reaksi sampai 10 6 kali. Baik atau buruknya
kinerja enzim dapat dilihat dari laju reaksi kimia. Sebagai protein, enzim memiliki sifat
khas yang dapat memepengaruhi kinerjanya. Penggolongan enzim berdasarkan fungsinya:
1. Oksidoreduktase, enzim-enzim yang mengkatalis berbagai reaksi oksidasi-reduksi dan
sering digunakan co-enzim seperti NAD+, NADP+ dan FAD atau lipoat.
2. Transferase, enzim yang mengkatalis reaksi pemindahan berbagai gugus seperti amina,
karboksi, karbonil, metil,asil, glikoasil atau fosforil.
3. Hidrolase, enzim yang mengktalis pemutusan ikatan antara karbon dengan atom lain
sambil mengikat molekul air. Pada kelas ini enzim-enzim memiliki nama trivial yang
dikenal, antara lain : esterase, peptidase, amylase, urease, pepsin, tripsin dan
kemotripsin.
4. Liase, enzim yang mengkatalis pemecahan ikatan antara karon dengan karbon, karbon
dengan belerang, serta berbagai jenis ikatan antar karbon dengan nitrogen, kecuali
ikatan peptida.

5. Isomerase, mengkatalis reaksi rasemisasi isomer optic atau geometric, reaksi oksidasi-
reduksi, intra molekuler tertentu.
6. Ligase, mengkatalis pembentukan ikatan antara karbon dan oksigen,belerang dan atom
lain. Energy yang diperlukan untuk pembentukan ikatan berasal dari hidrolisis ATP.

Susu dari asal katanya adalah cairan yang tak tembus cahaya yang dihasilkan oleh
kelenjar susu dan terdiri atas air, protein susu (kasein), lemak, karbohidrat (laktosa) dan
beberapa zat lain. Susu emulsi lemak dalam air dengan kasein sebagai zat
pengemulsi/emulgator (Lehninger, 1995).
Susu merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal sebagai bahan
yang tidak tahan lama dan mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena susu
mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang mendekati normal dan kandungan
nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini merupakan keadaan yang cocok untuk
pertumbuhan optimum mikroorganisme (Ekawasti, 2006). Menurut Ekawasti (2006),
menyatakan bahwa pemeriksaan kesegaran susu terdiri atas beberapa uji yaitu uji sensorik
atau uji organoleptik, kestabilan protein (uji didih danuji alkohol), dan uji pH.
Susu mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-macam aldehid
menjadi asam. Reaksinya berlangsung secara anaerobik dan dapat ditunjukkan bila ada
akseptor hidrogen yang sesuai seperti : metilen biru. Jalannya reaksi dapat dilihat dari
perubahan warna biru (bentuk oksidasi) menjadi tak berwarna (bentuk reduksi). Reaksi ini
biasanya dilakukan dalam tabung Thunberg (Patong, dkk., 2012).
Uji metilen biru dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang
terdapat dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat yang biru ke dalam susu,
kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri dalam susu tersebut untuk
melakukan aktifitas yang dapat mengakibatkan perubahan warna zat tersebut. Semakin
tinggi jumlah bakteri dalam susu tersebut, semakin cepat terjadinya perubahan warna zat
tersebut. Uji metilen biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh
dan menggunakan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan perubahan penurunan kegiatan
oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Maka akibatnya metilen biru yang ditambahkan
akan tereduksi menjadi putih metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang
disebut Schardinger enzyme (Girindra, 1990).
Schardinger pada tahun 1902 mengamati bahwa metilen biru berkurang
formaldehida di dalam susu segar. Enzim yang bersangkutan dalam oksidasi ini dan
aldehida lainnya dikenal sebagai "enzim Schardinger" (Booth, 1935). Enzim Schardinger
merupakan enzim yang termasuk golongan enzim oksidase ini terdapat antara lain di dalam
susu ncubato dikenal pula sebagai enzim xanthine oksidase karena dapat mengoksidase
xanthine. ncubator juga dapat mengoksidasi aldehid. Di dalam percobaan ini ncubator blue
digunakan sebagai penangkap hydrogen (Anonim, 2012).
BAB II
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR

2.1 Alat dan Bahan


 Alat
a) 3 tabung reaksi yang sudah diberi label P, Q dan R
b) 1 rak tabung reaksi
c) Inkubator
 Bahan
a) 6 ml susu mentah (Enzim Schardinger)
b) 3 ml susu masak/matang (Enzim Schardinger)
c) Methylene blue formaldehid
a&b c d
d) Parafin cair

2.2 Prosedur Kerja


Siapkan tiga tabung reaksi bersih, tandai dengan P, Q, dan R.

Ke dalam tabung P dan Q tambahkan masing-masing 3 ml susu mentah.

Ke dalam tabung R masukkan 3 ml susu yang sudah dimasak.

Tambahkan 1 tetes methylene blue formaldehid (25 mg MB dilarutkan dalam 195 ml air dan 5
ml formaldehid 40%) ke dalam ketiga tabung dan kocok sampai warnanya rata.

Tambahkan 8 tetes parafin cair ke dalam tabung P, jangan dikocok!

1
Inkubasi ketiga tabung pada 37ºC selama jam.
2

Amati perubahan warna yang terjadi dalam masing-masing tabung.


BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabung Perlakuan Warna
Susu mentah + methylene
Tabung P Putih
blue + parafin cair
Susu mentah + methylene Putih, lapisan biru diatas
Tabung Q
blue tabung
Susu masak/matang +
Tabung R Biru
methylene blue
* Gambar tertera pada lampiran

3.2 Pembahasan
Enzim merupakan biokatalisator yang diproduksi oleh jaringan makhluk hidup
digunakan untuk mengkatalisis reaksi yang terdapat pada makhluk hidup dan dapat
meningkatkan laju reaksi yang terdapat pada jaringan. Enzim juga dapat dikaitkan sebagai
unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutan tertentu, mengkatalisis reaksi
bertahap yang berjumlah hingga ratusan yang menyimpan dan mentransformasikan energi
kimiawi dan membuat makromolekul dari prekursor yang sederhana (Lehninger, 1990).
Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat.
Pengruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan
juga merupakan faktor-faktor yang penting (Soewoto,2000). Tujuan dari praktikum ini
untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung. Hal ini dapat
dilihat dari pengaruh penambahan paraffin cair dan pengaruh pemanasan.

Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui kerja enzim scardinger pada berbagai
kondisi, yakni kerja enzim pada lingkungan anaerob/aerob dan juga kerja enzim setelah
mengalami pemanasan. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode uji
schardinger. Di dalam percobaan ini methylen blue digunakan sebagai penangkap hydrogen
jalannya reaksi dapat dilihat dari perubahan warna biru menjadi tidak berwarna. Sedangkan
paraffin cair digunakan untuk membuat suasana menjadi anaerob. Pengujian reduktase
menggunakan larutan pewarna biru metilen. Memasukkan campuran susu sebelum dan
sesudah pemanasan dengan larutan pewarna biru metilen sesuai konsentrasi dalam tabung
reaksi, kemudian menginkubasi tabung reaksi dalam penangas air suhu 37°C. Selanjutnya
mengamati perubahan warna yang terjadi setelah setengah jam inkubasi.
Enzim yang termasuk golongan enzim oksidase ini terdapat antara lain di dalam
susu sapi dan dikenal pula sebagai enzim xanthine oksidase karena dapat mengoksidase
xanthine. Enzim ini juga dapat mengoksidasi aldehid. Enzim schardinger terdiri dari dua
jenis yaitu xanthin oksidase dan xanthin dehydrogenase. Keduanya dapat mengalami
interkonvensi satu sama lain. Sehingga dapat berubah dari jenis satu ke jenis lainnya.
Didalam xanthin oxidase, mengkatalis oksidasi hypoxanthin menjadi xanthin dan oksidasi
xanthin menjadi asam urat. Xanthin dehidrogenase juga mengkatalis dehidrogenase
aldehida. Hidrogen yang leapas ditangkap oleh suatu akseptor. Dalam praktikum ini
methilen blue sebagai akseptor hydrogen. Uji metilen blue didasarkan pada kemampuan
bakteri dalam susu untuk melakukan aktivitas atau tumbuh dan menggunakan oksigen.
Sehingga, metilen blue yang ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen. Enzim
schardinger merupakan enzim yang termasuk golongan enzim oksidasi, yang terdapat
dalam susu. Enzim schardinger juga disebut enzim Xanthine Oxidase karena dapat
mengoksidasi xanthin.

Pada praktikum ini, substrat yang digunakan adalah aldehid dari formaldehid yang
akan diubah oleh enzim schardinger. Apabila formaldehid diubah oleh enzim schardinger
maka akan terjadi pelepasan elektron H2 dan akan menghasilkan asam format. H2 yang lepas
ditubuh manusia akan ditangkap oleh FAD dan menjadi FADH, tetapi pada praktikum ini
akseptor hidrogennya adalah methylen blue yang apabila methylen blue menangkap H2
akan berubah menjadi MBH2. berubahnya methylen blue menjadi MBH2 juga
mengakibatkan perubahan warna pada methylen blue itu sendiri. Dimana awalnya
methylen blue berwana biru, kemudian saat menjadi MBH 2 akan berubah warna menjadi
putih. Namun, MBH2 merupakan reaksi yang berlangsung sementara. Apabila MBH 2
bertemu dengan O2 maka akan berubah lagi menjadi methylen blue + H2O.

Siapkan 3 tabung reaksi, tandai dengan P, Q dan R. Ke dalam tabung P dan Q,


tambahkan masing-masing 3 ml susu mentah. Tambahkan 3 ml susu yang sudah dimasak
kedalam tabung R. Berikan 1 tetes methylene blue formaldehyde (25mg methilen blue
dilarutkan kedalam 195 ml air dan 5ml folmaldehyde 40%) ke dalam 3 tabung (P,Q dan R),
kocoklah sampai warnamya rata. Tambahkan 8 tetes paraffin cair kedalam tabung P, dan
jangan dikocok. Inkubasi tabung P,Q dan R, selama ½ jam pada suhu 37 oC. Amatilah
perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung.

Tabung Perlakuan Warna


Susu mentah + methylene
Tabung P Putih
blue + parafin cair
Susu mentah + methylene Putih, lapisan biru diatas
Tabung Q
blue tabung
Susu masak/matang +
Tabung R Biru
methylene blue

Tabung P setelah dilakukan inkubasi selama ½ jam pada suhu 37 oC, warna susu
yang awalnya berwarna biru menjadi warna putih. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
enzim schardinger bereaksi dengan formaldehid sehingga formaldehid melepaskan H+
kemudian yang akan ditangkap oleh akseptor hidrogen yakni methylene blue dan susu akan
berubah warna dari biru menjadi putih. Adanya penambahan paraffin cair yaitu sebagai
penghalang masukknya udara agar enzim tidak bereaksi dengan oksigen sebab enzim
schadinger bekerja pada kondisi aerob.
Pada tabung Q warna berubah menjadi putih dan terdapat lapisan tipis biru pada
permukaan atas susu. Dimana enzim schardinger tidak bekerja, tidak ada H + yang ditangkap
oleh metilen blue, akibatnya susu akan berubah kembali menjadi warna biru. Hal tersebut
disebabkan tidak adanya pemberian paraffin cair sebagai penghalang udara sehingga enzim
akan bereaksi dengan oksigen di udara.
Pada tabung R tetap berwarna biru, tidak terjadi perubahan warna dari biru menjadi
warna putih. Hal ini berarti tidak terjadi reaksi enzimatik dari enzim. Tabung ini berisi susu
yang sudah dimasak atau susu matang, berarti enzim sudah dipanaskan. Hal ini
menyebabkan kemungkinan enzim schardingernya sudah terdenaturasi sehingga enzim
rusak dan tidak bisa mengubah substrat yang ada pada tabung R.

3.3 Pertanyaan Diskusi


1. Perubahan warna apakah yang terjadi pada masing-masing tabung? Jelaskan mengapa
hal tersebut terjadi?
Pada tabung P terjadi perubahan warna dari biru menjadi warna putih. Tabung
ini berisi susu mentah kemudian di tetesi dengan methylene blue, setelah itu diberikan
paraffin cair. Pemberian paraffin cair akan menghalangi kontak atau reaksi MBH 2
bertemu dengan udara atau oksigen. Karena enzim schardinger bekerja secara aerob
dengan bereaksi bersama formaldehid yang akan melepas 2H+, yang kemudian
ditangkap oleh metilen blue, sehingga susu yang diberi metilen blue berwarna biru akan
berubah menjadi putih.
Pada tabung Q terdapat perubahan warna menjadi putih tetapi terdapat lapisan
tipis berwarna biru pada permukaan atas tabung. Tabung ini berisi susu mentah dan
ditetesi dengan methylene blue tanpa diberikan paraffin cair, maka MBH2 akan kontak
atau bereaksi dengan oksigen. Pada awalnya warna susu berubah menjadi putih, tetapi
lama-kelamaan pada permukaannya akan berubah warna menjadi biru (pada bagian
permukaan atas susu akan berwarna biru). Hal ini dikarenakan Methylene Blue
Formaldehida mengalami reduksi kembali karena bertemu oksigen. Sehingga akan
menghasilkan Methylene Blue + H2O (berwarna biru).
Pada tabung R tetap berwarna biru, tidak terjadi perubahan warna dari biru
menjadi warna putih. Hal ini berarti tidak terjadi reaksi enzimatik dari enzim. Tabung
ini berisi susu yang sudah dimasak atau susu matang, berarti enzim sudah dipanaskan.
Hal ini menyebabkan kemungkinan enzim schardingernya sudah terdenaturasi sehingga
enzim rusak dan tidak bisa mengubah substrat yang ada pada tabung R.

2. Apakah fungsi enzim xanthine oksidase dalam tubuh?


Xantin oksidase adalah ezim yang memliki peran penting dalam mengkatalis
hidroksilasi dari hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Selain itu,
xantin oksidase juga berperan dalam menghasilkan radikal bebas hidroksil dan hidrogen
peroksida yang dapat menambah atau memulai tekanan oksidatif (Hille, 1981).
Xantin oksidase digunakan dalam pengobatan asam urat, neuropati dan batu
ginjal yang mengarah ke pada keadaan hiperuresimia. Hiperuresimia adalah keadaan
terjadinya kelebihan produksi asam urat atau kurangnya ekskresi asam. Produksi asam
urat dikatalisasi oleh xantin oksidase yang berlangsung di hati (Bustanji, 2011).
Penghambatan Xantin oksidase dapat menjadi jalan terapi untuk pengobatan gout. Gout
adalah sejenis sakit sendi yang ditandai dengan pembengkakan pada sendi yang
berpengaruh kepada penurunan kualitas hidup (Wallace KL, 2004).
Xantin oksidase berasal dari golongan enzim molybendum iron-sulfur flavin
hydroxylase, dimana enzim tersebut ditemukan terutama pada organ hati, ginjal, otak
dan saluran gastrointestinal. Selain itu, enzim tersebut juga terdapat di seluruh sistem
kardiovaskular (George, 2008)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Enzim Schardinger bekerja pada kondisi anaerob atau tidak ada oksigen. Paraffin
cair bekerja dengan melindungi kontak atau reaksi MBH2 bertemu dengan udara atau
oksigen.. Enzim yang tidak dilindungi oleh paraffin cair akan kembali bereaksi dengan
oksigen. Enzim schardinger yang sudah mengalami pemanasan akan mengalami denaturasi
sehingga enzim rusak dan tidak bisa mengubah substratnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Enzim Schardinger dan Peroksidase


Girindra, A.,1990, Biokimia I, PT. Gramedia, Jakarta.
Lehninger, A., 1995, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Ekaswati, F., 2006, Penggunaan Uji Alkohol untuk Penentuan Kesegaran Susu, Skripsi tidak
diterbitkan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Booth, V.H., 1935, CCVI The Identity of Xanthine Oxidase and The Schardinger Enzyme
https://media.neliti.com/media/publications/186722-ID-reduksi-bakteri-dan-biru-metilen-serta-
p.pdf
https://blog.ub.ac.id/ludfi/2012/04/29/enzim-urease/
Triyono, waris. https://www.academia.edu/25992114/enzim
LAMPIRAN

Setelah penambahan Methylene Blue Setelah penambahan Parafin Cair


Formaldehid

Setelah diinkubasi selama 30 menit Tabung P, Q, R setelah diinkubasi selama


30 menit

Anda mungkin juga menyukai