: 3 Oktober 2014
Tanggal Pengumpulan
: 10 Oktober 2014
disusun oleh :
Rahayu Jatiningsih
10612014
Kelompok 13
Asisten :
Dita Y.W
10611045
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mikropipet adalah alat yang digunakan untuk memindahkan cairan dalam
jumlah kecil secara akurat. Mikropipet merupakan sebuah alat standar
labolatorium yang digunakan sebagai alat ukur ketika mengambil sampel
cairan dalam jumlah yang sangat sedikit. Adapun satuan yang biasa digunakan
dalam skala mikropipet adalah l. Prinsip awal pada pembuatan mikropipet
ditemukan oleh Warren Gilson dan Henry Lardy, Professor bidang biokimia di
University of Wisconsin-Madison. Dimana prinsip tersebut menjabarkan
kebutuhan adanya suatu alat ukur yang dalam laboratorium sering
membutuhkan perhitungan dengan skala yang kecil serta membutuhkan presisi
dan akurasi pada setiap perlakuan.
Alat ini bekerja dengan menggerakkan piston untuk menjaga tekanan
udara konstan saat oksigen digunakan (Zinnen, 2004). Mikropipet terdiri dari
tiga jenis ukuran yang umum digunakan yaitu P20, P200, dan P1000. Setiap
ukuran yang berbeda dirancang untuk mengukur cairan dalam rentang volume
yang berbeda.
Memiliki keahlian dalam penggunaan mikropipet sangatlah penting, hal
ini berkaitan dengan pekerjaan para saintis, khususnya bagi bidang molekuler,
yang selalu membutuhkan ketepatan dalam setiap pengukuran suatu larutan
yang diuji cobakan. Ketidak akuratan dalam perhitungan serta ketidak
presisian dalam pengulangan perlakuan, akan menimbulkan kerancuan
perhitungan yang dapat berakibat fatal dalam suatu analisis hipotesis suatu
percobaan.
1.2
Tujuan
1. Menentukan perbedaan cara penggunaan mikropipet pada larutan kental
dan larutan yang encer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikropipet sebagai suatu alat yang memiliki nilai keakuratan dan presisi
yang
cukup
tinggi,
sehingga
pemakaiannya. Hal-hal
diharuskan
untuk
berhati-hati
dalam
( )
Keterangan =
E
= Kesalahan (%)
= Volume rata-rata
Keterangan =
RSD = Standar Deviasi Relatif
SD
= Standard Deviasi
= Volume rata-rata
Va
BAB III
METODOLOGI
Alat
Bahan
Akuades ( = 1,0)
Tips kuning
Gliserol ( = 1,261)
Timbangan analitik
Tabung eppendorf
lalu ujung tips dikeluarkan dari tabung dan di geser pada dinding tabung.
Lalu tombol dilepaskan dan tips dilepas.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Jenis
Massa
Massa Tabung +
Massa
Volume
Volume
Cairan
Awal (g)
Larutan (g)
Larutan
Larutan
Rata-rata
(g)
(l)
(l)
A1
0,91
1,11
0,2
200
A2
0,92
1,13
0,21
210
A3
0,92
1,12
0,2
200
G1
0,91
1,15
0,24
190
G2
0,91
1,20
0,29
230
G3
0,92
1,17
0,25
298
203
206
Massa akuades =
Volume akuades
( )
Volume A 1 =
Volume A 2 =
Volume A 3 =
Massa gliserol =
Volume gliserol =
Volume G 1 =
( )
Volume G 2 =
Volume G 3 =
4.1.3 Perhitungan Akurasi dan Presisi pada Pemakaian Akuades dan Gliserol
Perhitungan Akurasi :
( )
( )
( )
Perhitungan Presisi :
( )
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pengukuran dengan mikropipet, telah didapatkan
nilai volume dari maisng-masing zat yang diambil serta nilai akurasi dan
presisinya. Untuk penghitungan akurasi, zat akuades memiliki nilai 1,5%
sementara zat gliserol memiliki akurasi sebesar 3%. Menurut University of
Michigan (2013), akurasi adalah rasio dari hasil pengukuran dengan mengacu
pada persentasi kesalahan dari volume rata-rata larutan yang diukur dengan
volume yang diharapkan. Semakin kecil nilai persentase kesalahan maka akurasi
alat semakin tinggi. Berdasarkan nilai standarisasi yang telah ditetapkan oleh
ISO/EN 8655, rentang persentase kesalahan untuk mengukur akurasi yang
tergolong normal sebesar 0% - 4%. Sehingga dari hasil yang didapat, mikropipet
yang digunakan berada dalam kondisi yang baik serta menghasilkan nilai yang
akurat. Sementara untuk penghitungan nilai presisi, dari hasil percobaan telah
didapatkan data senilai 2,85 % untuk zat akuades dan 10,27 % untuk gliserol.
Menurut University of Michigan (2013) pula, Presisi adalah suatu cara untuk
mengukur rasio kesalahan yang terjadi dalam setiap percobaan berulang, apakah
hasilnya cenderung sama atau berbeda. Semakin kecil nilai presisinya maka alat
yang digunakan memberikan hasil yang relatif sama dalam setiap percobaan. Nilai
presisi ini berhubungan dengan nilai standar deviasi, yakni semakin kecil nilai
standar deviasi maka akan semakin kecil nilai presisinya dan alat tersebut
memiliki kesalahan berulang yang relatif sama. Untuk penghitungan presisi, nilai
RSD normal dari zat akuades adalah sebesar 0,4 % (Eppendorff AG, 2013). Hasil
yang didapatkan pada pengukuran presisi terhadap akuades tidak memberikan
hasil yang baik, nilai standar deviasi sangat kecil sehingga menghasilkan nilai
RSD lebih dari 0,4%. Sedangkan pada pengukuran presisi terhadap gliserol
menunjukan hasil yang cukup baik dengan standar deviasi yang besar.
Hasil dari data percobaan dan literatur dapat berbeda karena disebabkan oleh
Kondisi fisik peralatan percobaan, seperti kondisi tips, viskositas atau kekentalan
larutan yang diuji, serta kandungan zat yang diuji. Selain dari kondisi alat, teknis
percobaan juga bisa menjadi faktor terjadinya perbedaan antara data percobaan
dan literatur, misalkan posisi mikropipet dan teknik pengambilan dan pelepasan
larutan. Kondisi lingkungan turut pula menyebabkan nilai akurasi dan presisi
berbeda dengan literatur seperti temperatur, tekanan udara, dan kelembaban.
Posisi mikropipet pada saat pengambilan larutan harus menjadi perhatian
karena posisinya harus tegak lurus. Posisi tegak lurus ini akan mencegah naiknya
larutan ke atas atau merembes ke dalam bersama udara yang tersedot keluar dari
tips ketika plunger ditekan. Keadaan seperti ini akan mempengaruhi keakurasian
dan presisi dari mikropipet (Sacramento City College, 2013).
BAB V
KESIMPULAN
2.
Nilai akurasi dari mikropipet sebesar 1,5% pada akuades dan 3% pada
gliserol. Sedangkan nilai presisinya sebesar 2,85% pada akuades dan 10,27%
pada gliserol.
3.
Mikropipet yang digunakan masih layak karena nilai persentasi akurasi yang
tinggi dan nilai presisi yang masih normal.
DAFTAR PUSTAKA
College.
Bates
2013.
Micropippetes.
http://abacus.bates.edu/~ganderso/biology/resources/pipet.html.
Diakses
Tom.
2004.
The
Micropipette
Story.