Oleh :
Rahayu Jatiningsih
10612014
lokal, karena di pengaruhi oleh proses pembentukan awan dan hujan selain pengaruh dari
pergerakan posisi semu matahari terhadap bumi dan sirkulasi global.
Iklim di Pulau Sumatera memiliki dua karakteristik, bagian selatan memiliki curah
hujan monsunal atau satu puncak musim hujan yang terjadi bulan Desember, Januari, dan
Februari seperti Pulau Jawa. Sedangkan bagian tengah dan utara pulau Sumatera memiliki
curah hujan ekuatorial, yaitu tipe curah hujan berbentuk bimodial (dua puncak hujan) yang
terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober (Susanto, 2003). Hal ini berbeda dengan hasil
pengelompokan pola curah hujan hasil analisis teknik spektral dari Hermawan (2010) yang
menunjukkan sebagian besar wilayah Pulau Sumatera didominasi pola hujan monsunal
dengan osilasi dominan sekitar satu tahun yang dikenal dengan sebutan AO (Annual
Oscillation), namun, ada beberapa wilayah Pulau Sumatera Barat khususnya menunjukkan
osilasi setengah tahunan yang disebut Semi Annual Oscillation. Whitten, et al (2000)
menyatakan bahwa iklim Sumatera dicirikan dengan hujanyang berlimpah dan terdistribusi
merata sepanjang tahun dengan perbedaan yang tidak menyolok antara musim kemarau
dengan musim hujan dibandingkan Pulau Jawa dan Indonesia bagian timur.
Curah hujan di Pulau Sumatera sangat bervariasi, dari >6000 mm per tahun di daerah
barat Bukit Barisan, hingga kurang dari 1500 mm per tahun di daerah timur Bukit Barisan
dimana udara lembab terhalang oleh Bukit barisan dan Malay Penisula. Namun, secara garis
besar stasiun mencatat 70% daerah Sumatera mendapat >2500 mm curah hujan per tahun.
Musim kemarau pada sebagian besar wilayah Sumatera berkaitan dengan monsun timur laut
yang terjadi antara Desember hingga Maret, sementara musim hujan utama terjadi pada masa
transisi sebelum monsun timur laut dan setelah monsun barat daya yang berlangsung Mei
sampai September. Adapun musim hujan sekunder terjadi sekitar April. Berbeda halnya
dengan sumatera bagian selatan yang hanya memiliki puncak kemarau di bulan juli dan
daerah ujung Sumatera mengalami musim kemarau di bulan Februari (Whitten, et al., 2000).
Zona Iklim menurut Whitten, et al,.(2000) dibagi menjadi lima daerah diantaranya :
1. Zona A dengan lebih dari sembilan bulan secara berurutan musim hujan dan dua bulan
atau lebih musim kemarau.
2. Zona B dengan tujuh hingga sembilan bulan secara berurutan mengalami musim
hujan dan tiga bulan atau lebih musim kemarau.
3. Zona C dengan lima hingga enam bulan secara berurutan musim hujan dan tiga atau
kurang dari tiga bulan mengalami musim kemarau.
4. Zona D dengan tiga hingga empat bulan musim hujan secara berurutan dan dua
hingga enam bulan musim kemarau yang berurutan.
5. Zona E dengan musim hujan hingga tiga bulan dan lebih dari enam bulan musim
kemarau.
Musim hujan diartikan sebagai curah hujan > 200mm per bulan sementara musim
kemarau diartikan sebagai curah hujan kurang dari 100 mm. Perbedaan utama antara iklim
Sumatera dan Jawa adalah 71% daerah Sumatera menerima tujuh bulan atau lebih musim
hujan dan musim kemarau hingga tiga bulan, sedangkan daerah Jawa yang mengalami
keadaan serupa hanya 27% dari seluruh pulau (Whitten, et al., 2000).
Whitten, et al., (2000) juga menyatakan bahwa suhu di Pulau Sumatera sangat
bervariasi. Perbedaan temperatur lebih dipengaruhi oleh ketinggian. Sebagian besar angin di
Pulau Sumatera bertiup dari utara sekitar desember dan Maret, dan bertiup dari selatan sekitar
Maret hingga September. Ketika angin menabrak Bukit Barisan, angin monsun akan
diteruskan dan bertambah kecepatannya. Beberapa angin barat yang terkenal antara lain
Angin Bahorok, Angin Depek, dan Angin Padang Lawas yang bersifat kering.
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, Edvin dan Susanto R.Dwi, 2003. Identification of Three Dominant Rainfall
Regions within Indonesia dan Their Relationship to Sea Surface Temperature.
Int.J.Climatol 23:1435-1452
Chang, C.P, et.al, 2003. The Asian Winter-Australian Summer Monsoon: An Introduction.
UK: Praxis Publishing
Hermawan, E. 2010. Pengelompokan Pola Curah Hujan yang Terjadi di Beberapa Kawasan
Pulau Sumatera Berbasis Hasil Analisis Teknik Spektral. Jurnal Meteorologi dan
Geofisika 11(2):75-84
Juaeni, Ina, et.al, 2006. Periode Curah Hujan Dominan Jurnal Sains dan Teknologi 7(2).
Mustofa M.A., 2000. Identifikasi Daerah Monsun dan Curah Hujan Berdasarkan Sifat Angin
Permukaaan di Idonesia Bagian Barat, Tesis Master, Program Studi Oseanografi dan
Sains Atmosfer, Bandung:ITB.
Satiadi, Didi., Dadang S., Sartono M., Halimurrahman, Erma Y. 2010. Pengembangan
Model Atmosfer Berbasis PC untuk Prediksi dan Simulasi Iklim Skala Provinsi.
Laporan Akhir Penelitian. LAPAN.
Tjasyono, Bayong. 2006; Impact of El Nino on Rice Planting in the Indonesian Monsoonal
Areas, the Intenational Workshop on Agrometeorology, Badan Meteorogi dan
Geofisika, Jakarta.
Whitten, Tony., Roehayat E.S, Suraya A.A., 1996. The Ecology of Java and Bali. Singapura:
Periplus Edition Ltd.
Whitten, Tony., Sengli J.D., Jazanul A., Nazaruddin H, 2000. The Ecology of Sumatra.
Singapura. Periplus Edition Ltd.