Anda di halaman 1dari 2

Arus

Menurut Hutabarat (1986) cit. Harini, WS., (2004) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya arus permukaan laut antara lain:
1) Bentuk topografi dasar laut dan pulau-pulau sekitarnya;
2) Gaya Coriolis dan Arus Ekman;
3) Perbedaan tekanan air;
4) Arus musiman
5) Upwelling dan sinking;
6) Perbedaan densitas.

Menurut Bishop (1984) cit. Harini, WS., (2004) jika suatu perairan terjadi perbedaan densitas pada
bidang datar maka perairan dengan densitas yang lebih besar akan mengalir ke wilayah perairan
yang mempunyai densitas lebih kecil. Akibat adanya gaya Coriolis maka arus yang terjadi akan
dibelokkan kea rah kiri pada belahan bumi selatan dan ke arah kanan pada belahan bumi bagian
utara.

Laut Jawa adalah perairan dangkal dengan luas kira-kira 310.000 km2 di antara Pulau Kalimantan,
Jawa, Sumatera, dan Sulawesi di gugusan kepulauan Indonesia. Laut ini relatif muda, terbentuk pada
Zaman Es terakhir (sekitar 12.000 tahun Sebelum Masehi) ketika dua sistem sungai bersatu. Di Laut
Jawa terdapat beberapa gugusan pulau dan kepulauan: Kepulauan Seribu di utara Kabupaten
Tangerang dan secara administratif masuk dalam wilayah DKI Jakarta, Kepulauan Karimun Jawa yang
masuk administrasi Jawa Tengah, Pulau Bawean dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, Kepulauan
Masalembo, dan Pulau Kangean beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya yang berada di bawah
administrasi Provinsi Jawa Timur (fieldmuseum.org).

Massa air di Laut Jawa dipengaruhi oleh beberapa fenomena, baik fisikal maupun meteorologikal.
Arus (pergerakan massa air) merupakan fenomena penting dalam oseanografi, karena berkaitan
dengan sirkulasi atau aliran massa air. Gerakan massa air terjadi karena resultan dari berbagai
macam gaya yang bekerja pada kolom massa air yang memiliki suatu percepatan (Pond dan Pickard,
1983). Gerakan-gerakan air laut disebabkan oleh beberapa faktor dan gerakan air laut ini sangat
penting bagi berbagai proses alam laut, baik itu biologis atau non-biologis (Hutabarat dan Evans,
2000)

Angin berhembus secara horizontal dari timur ke barat saat monsun timur dan bertiup ke arah
sebaliknya saat monsun barat di Laut Jawa (Nagara et al., 2007). Monsun dapat dikategorikan
sebagai angin musiman secara periodik. Monsun barat laut mencapai puncaknya pada bulan
Desember sampai Februari dan seringkali disertai dengan hujan dan angin, orang Indonesia biasanya
menyebutnya musim hujan, sedangkan monsun tenggara mencapai puncaknya pada bulan Juni
sampai Agustus dan biasanya dikategorikan sebagai curah hujan rendah, yang biasanya disebut
monsun barat. Karena sifat monsun yang sangat konstan dan periodenya yang tetap, arus laut
memperlihatkan karakteristik yang sama (Wyrtki, 1961). Karena itu, arus di permukaan Laut Jawa
cenderung mengikuti angin pada umumnya yang berubah sepanjang tahun. Daerah monsun dibatasi
oleh garis bujur 30°B dan 120°T, garis lintang 35°U dan 25°S, dan ditentukan oleh indeks monsun
(Ramage, 1971).

Menurut Harini, WS., (2004) kecepatan arus di laut Jawa secara umum lemah/rendah pada saat Arus
Musim Timur (Juni-Agustus). Di wilayah perairan Laut Jawa pada bulan Agustus, puncak terendah
terjadi dengan kecepatan 0,459 m/detik - 0,462 m/detik. Untuk kecepatan arus permukaan di laut
Jawa rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 0,507 m/detik sedangkan untuk yang
tertinggi terjadi pada bulan November yaitu sebesar 0,920 m/detik. Menurut Hutabarat (1986) cit.
Harini, WS., (2004) kecepatan arus dipengaruhi oleh keberadaan pulau-pulau disekitarnya. Sehingga
hasil kecepatan arus permukaan diperairan tertutup perlu dilakukan validasi untuk uji ketelitian hasil
perhitungan atau dibuat model persamaan yang sesuai untuk wilayah perairan tertutup atau yang
dikelilingi pulau.

Gambar. Arus Laut Wilayah Indonesia pada Bulan Juni (Atas) dan Desember (Bawah)
Menurut Wyrtki (1961)

Anda mungkin juga menyukai