Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KIMIA ORGANIK

REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN

NAMA : Azmul Fauzy Nur


NIM : H041191064
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : Reynaldi (H311 16 007)

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Asam amino dan protein” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan

dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia organik.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang

asam amino dan protein bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya

menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 4 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2

1.3 Tujuan .................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................ 3

2.1 Protein .................................................................................. 3

2.2 Asam Amino ........................................................................ 4

2.3 Reaksi Millon ....................................................................... 5

2.4 Reaksi Ninhidrin ................................................................. 5

2.5 Reaksi Biuret ....................................................................... 6

BAB 3 PENUTUP ................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional

karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia sering kali

pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang

sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan

gugus amina memberikan sifat basa.Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat

amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada

larutan asam (Anonim, 2013).

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam

amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada

atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Pada umumnya asam amino larut dalam

air dan tidak larut dalam pelarut organic non polar seperti eter, aseton dan

klorofrm. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karbiksilat maupun aromatic

yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi

larut dalam pelarut organic. Demikian pula dengan amina pada umumnya tidak

larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Poedjiadi dan Supriyanti,

2006).

Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau

utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan

atau manusia. Oleh karena itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembetukan dan

pertumbuhan tubuh (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

a. Definisi Asam amino dan Protein

b. Bagaimana reaksi Millon pada asam amino dan protein?

c. Bagaimana reaksi Ninhidrin pada asam amino dan protein?

d. Bagaimana reaksi Biuret pada asam amino dan protein ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi adanya gugus hidroksi fenil dalam asam amino

dan protein dengan pereaksi Millon.

2. Untuk mengidentifikasi asam karboksilat dalam asam amino dan protein

dengan pereaksi Ninhidrin.

3. Untuk mengidetifikasi ikatan peptida yang terdapat pada protein dengan

pereaksi Biuret.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Protein

Protein adalah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang

berhubungan satu dengan lainnya melalui ikatan amida (peptida). Protein

memainkan berbagai peranan dalam sistim biologis. Beberapa protein merupakan

komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain

mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup, juga

ada yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan

untuk mempertahankan hidup (Hart dkk., 2003).

Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar,

yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan

protein sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas protein dan gugus bukan

protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau

asam nukleat. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk

molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai

bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular

berbentuk bulat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006)

Menurut Poedjiadi (1994), ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu

struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan

jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan

antara asam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga

menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Untuk mengetahui jenis,

jumlah dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari
beberapa tahap yaitu Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri

yaitu:

1. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.

2. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan

3. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.

2.2 Asam Amino

Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik

menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran

bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun

kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-

asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).

Asam amino terdiri dari sebuah gugus amino, sebuah gugus karboksil,

sebuah atom hydrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang

dikenal sebagai karbon α, serta gugus R merupakan rantai cabang. (Winarno,

2008)

Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetric,

kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. Salah satu metode

yang banyak memperoleh pengembangan ialah metode kromatografi. Macam-

macam kromatografi ialah kromatografi kertas, krometografi lapis tipis dan

kromatografi penukar ion (Poedjiadi, 1994).

Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang

sama. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino

yang yangbiasa dijumpai pada protein. Dari struktur umumnya, asam amino

mempunyai dua gugus pada tiapmolekulnya, yaitu gugus amino dan gugus
karboksil, yang digambarkan sebagai strukturion dipolar. Gugus amino dan gugus

karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifatspesifiknya. Karena asam

amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akanmemberikan reaksi

kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi

asetilasi dan esterifikasi (Girindra, 1993).

2.3 Reaksi Millon

Reaksi-reaksi khas protein yaitu sebagai berikut (Poedjiadi, 1994)

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam

nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan

endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya

reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan

gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan

memberikan hasil positif.

2.4 Reaksi Ninhidrin

Reaksi ninhidrin adalah reaksi yang digunakan untuk mendeteksi dan

menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan

ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino

yang mempunyai gugus α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh

prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-amino

(Lehninger, 1995).

Natrium Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna

merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi, protein yang

mengandung sistein dapat memberikan hasil positif (Lehninger, 1995).


2.5 Reaksi Biuret

Reaksi Biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein. Suatu

peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi

dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu senyawa kompleks

yang berwarna biru ungu (Poedjiadi, 1994).

Protein yang mempunyai ikatan peptida sebanyak dua buah atau lebih akan

berwarna ungu. Warna ungu terjadi karena kompleks ikatan peptida dengan

tembaga, semakin banyak ikatan peptida maka semakin pekat warna ungu yamg

terbentuk (Lehninger, 1993).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas , dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Pada tes ninhidrin, alanin, glisin dan albumin yang memberikan hasil positif.

Sedangkan pada histidin dan asam aspartat memberikan hasil negatif .

2. Pada reaksi gugus rantai samping (gugus R), asam amino sistein yang

berbentuk kristal cysteina hidroklorida memberi hasil positif.

3. Pada reaksi Biuret, albumin dan histidin memberikan hasil positif. Sedangkan

pada glisin, asam aspartat, alanin memberikan hasil negatif.

4. Pada reaksi Millon, albumin memberikan hasil positif, sedangkan pada

alanin, histidin, glisin, dan asam aspartat memberikan hasil negatif.

3.2 Saran

Sebaiknya materi tentang asam amino dan protein dikaji lebih dalam lagi

agar mampu meningkatkan wawasan kita mengenai materi tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik edisi kesebelas,
Erlangga, Jakarta.

Lehninger, A.L., 1995, Dasar-Dasar Biokimia jilid 1, diterjemahkan oleh Maggy


Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.

Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., Hammond, G.S., 1988, Kimia Organik
terbitan keempat, ITB, Bandung.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokmia, UI-Press, Jakarta.

Poedjiadi, A., Supriyanti, F.M.T., 2006, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai