Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM : FITOKIMIA
PERTEMUAN KE : IV
JUDUL PERCOBAAN : ISOLASI SENYAWA DENGAN
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
PREFARATIF

DISUSUN OLEH :

NAMA : HIDAYATURRAHMAN
NPM : 1848201110052
KELAS :A
KELOMPOK :I
TANGGAL : 20 APRIL 2020

LABORATURIUM FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2019/2020
PERCOBAAN IV

ISOLASI SENYAWA DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


PREFARATIF

I. Tujuan percobaan

Mahasiswa mampu melakukan isolasi senyawa dengan menggunakan


metode kromatografi lapis tipis

II. Alat dan bahan


1. Alat: pipa kapiler, chamber, pinset, lampu UV
2. Bahan : plat KLT silica gel F 254, pelarut organic, reagen penyemprot,
sampel (fraksi hasil kromatografi kolom)
III. Cara kerja
1. Lakukan optimasi eluen yang akan digunakan untuk KLT prefaratif,
optimasi dilakukan sampai spot-spot hasil elusi yang dihasilkan tidak
berhimpit satu sama lain, akan lebih baik jika terdapat jarak antar spot,
sehingga memudahkan untuk pemisahan.
2. Chamber dijenuhkan dengan eluen yang telah dipilih. Waktu
penjenuhan disesuaikan dengan volume chamber. Pengecekan
penjenuhan bisa dilakukan menggunakan kertas saring, dimana
pangkal potongan kecil memanjang kertas saring dimasukkan kedalam
eluen dan ujungnya dibiarkan menjuntai keluar, kemudian chamber
ditutup. Bila kertas saring yang menjuntai keluar sudah dibasahi eluen,
maka chamber sudah jenuh.
3. Fraksi yang telah mongering, dilarutkan dengan pelarut yang terpilih,
ditotolkan menggunakan pipa kapiler hingga (hampir) membentuk
pita. Fraksi ditotolkan pada jarak sekitar 1.5 cm dari dasar lempeng.
4. Pastikan sampel yang ditotolkan telah mongering, kemudian dielusikan
kedalam chamber yang telah jenuh.
5. Elusi dilakukan pada jarak 0,5-1-5 cm dari batas atas plat KLT, setelah
itu plat diangkat.
6. Setelah plat mongering, diamati bercaknya pada lampu UV, baik pada
panjang gelombang 254 nm maupun pada 366 nm. Praktikan
diperbolehkan memilih senyawa yang diinginkan untuk diisolasi.
7. Hasil kerokan dimasukkan kedalam botol, kemudian dilarutkan dengan
pelarutnya. Kelarutan dapat dioptimasi dengan menggunakan
sonikator.
8. Selanjutnya disaring dengan kapas berlapis, dapat dilakukan beberapa
kali sampai diperoleh hasil yang jernih.
9. Larutan senyawa diuapkan hingga larutan tinggal sekitar 1/5-1/4 dari
volume larutan awal. Larutan senyawa inilah yang akan di cek
kemurniannya.
10. Dari larutan senyawa yang didapat dari no.9 diatas, dilakukan KLT
untuk melihat kemurniannya.
11. Apabila hasil KLT memperlihatkan adanya lebih dari satu spot, berarti
larutan senyawa tersebut belum murni.
12. Apabila terlihat hanya 1 spot, selanjutnya dilakukan uji kemurnian
lebih lanjut dengan 3 eluen yang berbeda, bila hasil KLT ada yang
memperlihatkan adanya lebih dari 1 spot, berati senyawa tersebut
belum murni.
IV. HASIL PERCOBAAN
 Sampel yang akan di KLT preparative adalah FRAKSI 3
 FRAKSI 3 Berasal dari Botol ke 15 sampai 25
 Dimana Botol 15 sampai 25 keluar dari eluen n-heksan : etil asetat
(4:6) sampai n-heksan : etil asetat (1:9)

FRAKSI 3 di KLT Preparatif dengan pola kromatogram sebagai berikut :

Setelah optimasi eluen, Pola kromatogram diatas diperoleh dari eluen n-


heksan : etil asetat (2:8), kemudian setelah masing2 pita dikerok,
dimasukkan ke masing2 botol dan dilarutkan dengan pelarut.

1
3
2 4 5
Diatas, merupakan 5 pita yg dipilih, berdasarkan ketebalan. Adapun
masing-masing pelarut adalah :
 Pita 1 n-heksan : etil asetat (4:6)
 Pita 2 n-heksan : etil asetat (4:6)
 Pita 3 n-heksan : etil asetat (3:7)
 Pita 4 n-heksan : etil asetat (2:8)
 Pita 5 n-heksan : etil asetat (2:8)

Kemudian masing2 pita di KLT, hasilnya, sebagai berikut :


Pola kromatogram masing2 pita

1 2
3 4 5

Diatas merupakan pola kromatogram dari masing2 pita senyawa, yang


dielusi dengan eluen n-heksan : etil asetat (1:9).
V. PEMBAHASAN
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu
metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai
peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam
jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah
miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih
dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam
(Hostettmann, 2006).
Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada
KLTP adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x
20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat
sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan
KLTP. Penjerap yang paling umum digunakan ialah silika gel dan dipakai
untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa
hdrofil (Hostettmann, 2006).
Cuplikan pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum
ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri
( heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan
terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5% - 10%.
Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena
pemisahan tergantung pada lebar pita (Szekely 1983).
KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan
dalam jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram. Prinsip dari kromatografi Lapis Tipis Preparatif yaitu
adsorpsidan partisi, adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan oleh
adanya fasediam (silica) sedangkan partisi yaitu pemisahan oleh adanya
fase gerak(eluen).
Pada percobaan ini dilakukan identifikasi sampel ektrak Daun
pepaya menggunakan metode kromatografi lapis tipis preparatif. Dimana
metode ini KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan,
kekuranganyang utama adalah pengambilan senyawa dari pelat yang
dilanjutkan dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika senyawa beracun
harus dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius.
Pada pengerjaan pertama, alat dan bahan yang akan digunakan
siapkan agar dapat meminimalisir dan memperlancar proses pengerjaan.
selanjutnya penyiapan pelarut dari n-heksan : etil asetat (4:6) sampai n-
heksan : etil asetat (1:9). Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah
sampel dapat membentuk fraksi yang baik atau terelusi dengan baik.
Pada metode Kromatogrfi kolom konvensional dipilih fraksi pada
vial nomor 3 sebagai fraksi yang akan ditotolkan di Lempeng KLTP.
Selanjutnya disiapkan serangkaian alat kromatografi kromatografi lapis
tipis preparative. Dimana terdapat chamber berukuran besar untuk
menampung eluen untuk membentuk pita noda, yang akan diambil atau
dikeruk sebagai isolate.
Selanjutnya digunakan lempeng KLTP untuk mendeteksi
pembentukan pita yang sebelumnya telah ditotolkan hasil campuran fraksi
dan eluen n-heksan : etil asetat (1:9). Setelah itu dielusi pada chamber dan
menghasilkan pita noda.
Kemudian diamati pada lampu UV. Dari hasil pengamatan noda
atau pita dapat terlihat pada lampu UV 254 dan juga UV 366. Hasil
pengerukan kemudian disimpan kedalam vial.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis preparatif 5 noda atau pita yang terbentuk
dengan optimal yaitu dengan menggunakan eluen n-heksan: etil perbandingan
(1:9) pada sampel ekstrak daun pepaya.
Daftar pustaka

Anonim, 2019. Buku Putnjuk Praktikum Fitokimia. Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin

Hostettmann. M, Hostettmann. K, Marston. A., cara kromatografi preparatif,


1995. ITB Bandung

Skalicka-Woźniak, 200, Isolation of the new minor constituents


dihydropyranochromone and furanocoumarin from fruits of
Peucedanum alsaticum L. by high-speed counter-current
chromatography, Journal of Chromatography A 1216 (30) : 5669-
5675
LABORATORIUM FITOKIMIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
LAPORAN HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM
“FITOKIMIA”
JUDUL PERCOBAAN : ISOLASI SENYAWA DENGAN
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
PREPARATIF
HARI/TGL PRAKTIKUM : 13 April 2020
KEL :1
TAHAP
N NAMA
PRAKTI URAIAN KEGIATAN PRAKTIKUM ACC
O PRAKTIKAN
KUM
1. KEMA
Pemilihan fraksi yang memiliki aktifitas
KERJA yang bagus/yang memiliki senyawa paling
.
sedikit
(SINGK
AT)
Melakukan optimasi eluen, dimana eluen
.
yang dipilih adalah eluen yang dapat
memisahkan zat sehingga dapat dilihat
cukup jelas, baik sinar tampak maupun UV

.
Menjenuhkan chamber dengan cara
memasukkan eluen yang digunakan kedalam
chamber selama 10-15 menit atau sampai
eluen dapat bergerak dari satu bagian ke
bagian lain di kertas saring.

penotolan, dimana plat sudah disiapkan ditotol


masukkan kedalam
memanjang
. tebal
chaber
hingga cukup yangdari
berisi eluen
ujung ke
hinggaujung
bataslalu
yang telah ditentukan
dikeringkan
amati dimana mayoritas zat terbanyak lalu
tandai dengan pensil

senyawa dikeruk atau digunting lalu


.
dimasukkan kedalam botol dan dilarutkan

Larutka di KLT dan lihat apakah sudah


mendapatkan senyawa tunggal atau belum

Didapatkan 5 pola kromatogram/zat dengan mayoritas terbanyak pada plat


setelah di elusikan.

Didapatkan 5 larutan zat dari pita yang telah di keruk/dipotong ke dalam botol
dan menghasilkan warna yang berbeda-beda.
HASIL
2. PERCO
BAAN 1 2 3 4 5

Hasil KLT ulang larutan yang telah didapatkan dari KLTP, dimana larutan
3,4 dan 5 menunjukkan senyawa tungal.
1 2 3
4
5

Dari hasil percobaan dapat


disimpulkan bahwa dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis preparatif 5
noda atau pita yang terbentuk dengan optimal
KESIMP
3. yaitu dengan menggunakan eluen n-heksan:
ULAN
etil perbandingan (1:9) pada sampel ekstrak
daun pepaya.

Anda mungkin juga menyukai