Anda di halaman 1dari 4

Kurkumin adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman

kunyit (Curcuma longa). Zat ini adalah polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin dapat memiliki dua bentuk tautomer, ketondan enoL. Struktur keton lebih
dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam
bentuk cairan. Senyawa ini memiliki rumus molekul 2 gugus vinilguaiacol yang saling
dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon.

Pada percobaan ini dilakukan KLT Preparatif terhadap hasil dari kromatografi

kolom yang dimana Setelah diamati pada sinar UV, dilakukan penentuan nilai Rf.

Berdasarkan hasil pengamatan ini, noda/bercak pada plat KLT yang sejajar didapatkan

pada vial 1,2 dan 3. Sehingga vial 1,2 dan 3 yang dihitung nilai Rfnya untuk disetarakan

dengan Rf standar kurkumin. Panjang plat 5,5 cm. Nilai Rf pada spot ekstrak yaitu 0,54

cm, spot fraksi yaitu 0,50 cm, spot vial 1,2 dan 3 yaitu 0,49 cm. Nilai Rf pada vial 1,2,3

mendekati nilai Rf standar. Nilai Rf standar yaitu 0,62. Sehingga diduga adanya senyawa

kurkumin pada vial 1,2,3 namun dalam jumlah yang sedikit sekali. Beberapa pustaka

menyatakan nilai Rf yang baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah

berkisar antara 0,2-0,8.

KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam jumlah gram,

namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Seperti halnya KLT

secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan fase diam dan fase gerak. Pada

Kromatografi Lapis Tipis preparatif digunakan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam yang

digunakan adalah Silika Gel G60 254. Silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral

raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silica gel mampu

menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal. Sedangkan fasa gerak yang

digunakan yaitu Kloroform (9,5) : Metanol (0,5). Fase gerak merupakan zat yang dapat

digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang ada pada ekstrak sedangkan

fasa diam akan melewati fasa gerak untuk memisahkan komponen pada ekstrak..
Kelebihan dari penggunaan KLT Preparatif adalah biaya yang digunakan murah

dan memakai peralatan paling dasar. Sementara kekurangannya antara lain : adanya

kemungkinan senyawa yang diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang

diperlukan dalam proses pemisahan cukup panjang, adanya pencemar setelah proses

ekstraksi senyawa dari adsorben.

Pada pengerjaan pertama, alat dan bahan yang akan digunakan siapkan agar dapat

meminimalisir dan memperlancar proses pengerjaan. Sebelum ditotolkan pada plat KLT

Preparatif, sampel dilarutkan terlebih dahulu dalam sedikit methanol. Pelarut yang baik

adalah pelarut yang mudah menguap, misalnya methanol, diklorometana atau etil asetat.

Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap, maka akan terjadi pelebaran

pita. Sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang sesempit mungkin karena baik

tidaknya pemisahan juga bergantung pada lebarnya pita.

Selanjutnya disiapkan serangkaian alat kromatografi kromatografi lapis tipis

preparative. Dimana terdapat chamber berukuran besar untuk menampung eluen proses

penotolan fraksi aktif pada KLTP (Kromatografi Lapis Tipis Prepararif). Pada KLTP,

ukuran lempeng yang digunakan berbeda dengan KLT biasa. Ukuran lempeng yang

digunakan yaitu 20cm x 20cm.Dengan ketebalan 0,5-2 mm. Cara penotolan juga

berbeda yaitu dengan cara ditotolkan berupa garis lurus (tidak putus-putus) pada salah

satu sisi lempeng (secara horisontal). untuk membentuk pita noda, yang akan diambil atau

dikeruk sebagai isolate. Kemudian lempeng yang telah ditotol dimasukkan ke dalam

chamber yang telah dijenuhkan. Adapun tujuan dari penjenuhan chamber adalah untuk

menyamakan tekanan di dalam dan di luar chamber di mana tekanannya yaitu 1 atm,

sehingga nantinya akan memudahkan senyawa untuk terelusi. Setelah itu chamber ditutup

dan dibiarkan hingga terelusi ke atas sampai batas elusi yang telah dibuat. Setelah terelusi

sempurna lempeng/plat KLT dikeluarkan dan dikeringkan, selanjutnya dilakukan


penandaan pada noda yang tampak. Selanjutnya noda yang terbentuk diamati di bawah

sinar lampu UV 366 nm, dimana penampakan noda pada lampu UV 366 nm lempeng

akan tampak berwarna gelap sedangkan noda akan berflouresensi hal ini disebabkan

karena adanya daya interaksi antara UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut.

Dari hasil pengamatan noda atau pita dapat terlihat pada lampu UV 366. Terdapat

2 pita yang terbentuk pada lempeng KLTP dimana panjang plat 8,5 cm. Nilai pada spot 1

yaitu 0,76 cm, spot 2 yaitu 0,48 cm, dari 2 spot yang terbentuk pada lempeng KLTP yang

digunakan yaitu pada pita petama yaitu 0,76 cm, karena beberapa pustaka menyatakan

nilai Rf yang baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara

0,2-0,8. Hasil pengerukan kemudian disimpan kedalam vial. Hasil kerukan tersebut yang

di namakan isolat tunggal. dan hasil pengamatan pada percobaan KLTP akan dilanjutkan

pada percobaan selanjutnya dengan cara pemurnian untuk mengetahui dengan pasti

senyawa yang terbentuk pada lempeng.

Tahap berikutnya merupakan tahap terakhir yaitu uji kemurnian isolat

menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Multi Eluen dan Dua Dimensi. Tujuan dari

tahap ini yaitu untuk mengetahui apakah senyawa isolat yang diperoleh merupakan

senyawa yang murni atau tidak. Dengan kata lain untuk mengetahui kemurnian atau

ketidakmurnian senyawa isolat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai