Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA

ENZIM KATALASE

KELOMPOK 3

Siti Hasanatul Maghfiroh (17304241015)

Cahyati Anggraini (17304241025)

Muhamad Tegar Pratama (17304241038)

Rizki Qonitati Chandra Cahyani (17304244006)

Hayuning Ratri Hapsari (17304244007)

Prodi / Kelas : Pendidikan Biologi / C

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metabolisme merupakan kumpulan reaksi kimiawi yang terjadi di dalam suatu
organisme atau makhluk hidup.Dibantu oleh enzim, metabolisme melalui jalur-jalur
yang saling berpotongan atau bersilangan, dapat bersifat katabolik ( merombak
molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dan membebaskan energi)
atau anabolik(membangun molekul kompleks dari molekul sederhana dan menyerap
energi). Proses metabolisme sangat bergantung pada kerja enzim, dimana enzim dapat
mempercepat reaksi metabolisme di dalam tubuh makhluk hidup, akan tetapi enzim
tidak ikut bereaksi.
Enzim merupakan biokatalisator dalam semua sistem kehidupan. Enzim
berperan penting dalam semua reaksi biokimia yang berlangsung di dalam sel
mikroorganisme, tanaman, hewan dan manusia. Sebagai biokatalisator, enzim
mempercepat reaksi biokimia tanpa mengalami perubahan yang permanen. Enzim
mengkatalisis semua reaksi yang berlangsung dalam sel makhluk hidup secara cepat,
efisien, dan spesifik (Sutrisno, 2017:2). Enzim-enzim di dalam sel tidak tersebar
secara merata, namun mengelompok di berbagai organel sel. Bargantung pada jenis
dan fungsinya, enzim dapat berada pada dinding atau membran sel, sitoplasma,
membran mitokondria, inti sel, retikulum endoplasma, dan lisosom. Enzim mengubah
molekul substrat menjadi hasil reaksi (produk) yang molekulnya berbeda dengan
substrat (Susanti dan Fibriana, 2017: 2).
Enzim katalase merupakan enzim yang dapat mempercepat penguraian
Hidrogen Peroksida menjadi oksigen dan air (Muchtaridi dan Justiana,
2007:107).Enzim katalase dapat ditemukan pada jaringan hewan, tumbuhan, dan
golongan mikroorganisme. Hidrogen peroksida di dalam jaringan bersifat toksik,
sehingga perlu diurai menjadi suatu senyawa yang bersifat non-toksik seperti H 2O dan
O2. Sama seperti enzim-enzim lainnya, enzim katalase dalam aktivitasnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya konsentrasi substrat, pH, suhu, dan inhibitor
(penghambat). Pengaruh tersebut dapat mengganggu stabilitas enzim katalase dan
stabilitas merupakan sifat penting enzim dalam aplikasinya sebagai biokatalis.
Stabilitas enzim merupakan kestabilan aktivitas enzim selama penyimpanan,
penggunaan serta kestabilan terhadap senyawa tertentu (asam,basa) serta pengaruh
temperatur dan pH ekstrim. Untuk membuktikan keberadaan enzim katalase serta
adanya pengaruh pH, suhu dan inhibitor terhadap kerja enzim katalase, dan untuk
menunjukkan pH dan suhu optimumuntuk aktivitas enzim katalase, maka dilakukan
percobaan enzim katalase dengan menggunakan bahan jaringan hewan (cacing tanah)
dan jaringan tumbuhan(kacang tanah, kecambah muda dan tua).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah enzim katalase terdapat pada jaringan hewan (cacing) dan jaringan
tumbuhan (kacang tanah, kecambah muda dan kecambah tua)?
2. Bagaimana pengaruh penambahan H2O2 dan MnO2 pada aktivitas enzim katalase?
3. Bagaimana pengaruh pH dan temperatur pada aktivitas enzim katalase?

C. Tujuan:
1. Untuk melacak dan menunjukkan keberadaan enzim katalase dalam jaringan
hewan (cacing tanah) dan tumbuhan (kacang tanah, kecambah muda dan
kecambah tua).
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan H2O2 dan MnO2
3. Untuk mengetahui Ph dan temperatur pada aktivitas enzim katalase
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Enzim Katalase
Enzim adalah biokatalisator organic yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma yang terdiri atas suatu senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi
sebagai senyawayang mempercepat proses reaksi tanpa habis reaksi dalam suatu
reaksi kimia. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi
metabolisme dikatalisis oleh enzim (Poedijadi, 1994:89).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain


(Lakitan, 2011:94):

1. Konsentrasi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah
dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
2. Konsentrasi substrat
Dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi
substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas
konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun
konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini diterangkan oleh Michaelis-
Menten dengan hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks enzim
substrat.
3. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat, karena enzim
adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan
suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan
reaksi.
4. Pengaruh pH
Perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas
bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. pH
rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses
denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.
5. Pengaruh inhibitor
Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
reversible. Hambatan tidak reversible pada umumnya disebabkan oleh
terjadinya proses destruksi/modifikasi sebuah gugus fungsi/lebih yang
terdapat pada molekul enzim. Hambatan reversible dapat berupa hambatan
bersaing atau hambatan tidak bersaing.
Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida
(H2O2) menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel, karena
bahan ini menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu
metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob
pasti menguraikan bahan tersebut (Lay, 1994: 104)
Enzim katalase merupakan suatu enzim yang terdiri dari 4 subunit protein.
Setiap subunitnya mengandung gugus Fe (III) yang terikat pada sisi aktifnya. Selain
itu, tiap subunitnya biasanya juga mengandung satu unit NADPH yang membantu
menstabilkan enzim. Katalase ditemukan pada darah, sumsum tulang belakang,
membrane mukosa, jantung, ginjal, dan hati. Sehingga pada organisme, letak enzim
katalase paling banyak terdapat di bagian abdomen. Katalase termasuk dalam enzim
oksido reduktase (Soeharsono, 1994: 92).
Reaksi pemecahan hydrogen peroksida oleh enzim katalase:
superoksida
2O2 + 2H+ O2 + H2O2
desmutase

katalase
H2O2 H2O + ½ O2 (gelembung udara)
peroksidase

(Girindra, 1986: 75).

B. Kandungan Pada Cacing Tanah


Cacing tanah (Lumbricus rubellus) banyak mengandung protein 64-76% dan
mengandung setidaknya sembilan macam asam amino esensial dan empat macam
asam amino non-esensial (Damayanti, 2009:7). Banyaknya asam amino yang
terkandung dalam tubuh cacing tanah dapat memberikan indikasi bahwa tubuhnya
pun mengandung berbagai jenis enzim yang sangat berguna bagi kesehatan manusia.
dari berbagai penelitian diperoleh cacing tanah mengandung enzim lumbrokinase,
peroksidase, katalase, dan selulosa. Enzim-enzim ini sangat berkhasiat untuk
pengobatan. Selain itu, cacing tanah pun mengandung asam arhidonat yang dikenal
dapat menurunkan panas tubuh yang disebabkan infeksi. Di dalam ekstrak cacing
tanah juga terdapat zat antipurine, antipiretik, antidota, dan vitamin (Gustina,
2012:83).
C. Enzim Katalase Pada Kacang Hijau
Kacang hijau sebagai tumbuhan memerlukan respirasi guna mempertahankan
hidupnya. Mekanisme respirasi pada tumbuhan erat kaitannya dengan proses
fotosintesis. Proses fotosintesis tumbuhan dibantu dengan adanya cahaya matahari
dan klorofil yang mengubah air dan karbondioksida menjadi oksigen melalui proses
fotolisis dan energi yang digunakan untuk metabolisme, misalnya untuk pertumbuhan
dan melakukan kegiatan di dalam hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan,
pembentukan protein mengangkut mineral dari dalam tanah, berkembang biak, serta
melakukan proses fotosintesis. Kacang hijau juga memiliki enzim katalase untuk
memecah hidrogen peroksida yang dihasilkan saat respirasi agar tidak keracunan.
Pada kacang hijau muda/biji yang sedang berkecambah aktivitas respirasinya sangat
aktif dibandingkan dengan tumbuhan yang tua, sehingga kandungan enzim katalase
pada tumbuhan muda lebih banyak daripada yang tua (Priosoeryanto, 2001: 62).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian:


Penelitian akan dilakukan pada tanggal 2 Mei 2018, bertempat di Laboratorium
Biologi Dasar FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

B. Alat Dan Bahan:

1. Alat yang digunakan :


a. Tabung reaksi f. Neraca
b. Pipet tetes g. Beker gelas
c. Tabung berskala h. Lidi dan korek api
d. Pisau silet i. Selang plastik
e. Sumbat gabus/karet

2. Bahan yang digunakan :


a. Cacing dipotong menjadi d. H2O2 10 %
bagian anterior, posterior e. NaOH 5 %
dan abdomen f. HCl 5 %
b. Kecambah (kecambah g. MnO2 (serbuk)
muda dan kecambah tua) h. Aquades
c. Biji kacang hijau i. PHstick
C. Langkah Kerja:
1. Melihat Keberadaan Katalase

Diambil sampel cacing (anterior, posterior, abdomen), kecambah muda, kecambah tua, dan biji
kacang hijau masing-masing seberat 1 gram. Tiap sampel dipotong-potong menjadi bagian-bagian
kecil

Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 1 ml H 2O2. tabung
reaksi ditutup dengan sumbat gabus/karet.

Masing-masing tabung reaksi dihubungkan dengan tabung berskala yang penuh air dengan
selang plastik, seperti gambar

Dicatat jumlah gelembung, volume gas selama 5 menit dan dilakukan tes nyala.

2. Melihat pengaruh penambahan H2O2

Dilakukan hal yang sama seperti kegiatan 1 (dari point a sampai d) masing-masing dengan 2
buah tabung reaksi (2 set)

Setelah tidak terbentuk gelembung lagi, pada masing-masing tabung ditambahkan 1 ml H2O2

Dicatat jumlah gelembung, volume gas selama 5 menit dan dilakukan tes nyala.
Diamati pada tabung reaksi mana saja terjadi reaksi penguraian H2O2 lagi.

3. Melihat pengaruh penambahan MnO2

Dilakukan hal yang sama seperti kegiatan 1 (dari point a sampai d) masing-masing dengan 2
buah tabung reaksi (2 set)

Setelah tidak terbentuk gelembung lagi, pada masing-masing tabung ditambahkan 1 sendok
kecil MnO2

Dicatat jumlah gelembung, volume gas selama 5 menit dan dilakukan tes nyala.

Diamati pada tabung reaksi mana saja terjadi reaksi penguraian MnO2 lagi.

4. Melihat pengaruh pH terhadap katalase

Disiapkan 12 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1 ml H2O2

Pada 6 tabung pertama ditambah dengan HCl sehingga diperoleh pH 1. Pada 6 tabung lainnya
ditambah dengan NaOH sehingga diperoleh pH 9

Diambil sampel cacing (anterior, posterior, abdomen), kecambah muda, kecambah tua, dan biji
kacang hijau masing-masing seberat 1 gram. Tiap sampel dipotong-potong menjadi bagian-
bagian kecil

Masing-masing tabung reaksi dihubungkan dengan tabung berskala yang penuh air dengan
selang plastik
Dicatat jumlah gelembung, volume gas selama 5 menit dan dilakukan tes nyala.

5. Melihat pengaruh suhu terhadap katalase

Disiapkan tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1 ml H2O2

Diambil sampel cacing (anterior, posterior, abdomen), kecambah muda, kecambah tua, dan biji
kacang hijau masing-masing seberat 1 gram. Tiap sampel dipotong-potong menjadi bagian-
bagian kecil

Sampel dimasukkan ke dalam air yang bersuhu 5oC selama 5-10 menit. Setelah itu sampel
tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung diutup dengan sumbat karet/gabus

Sampel dimasukkan ke dalam air yang bersuhu 75oC selama 5-10 menit. Setelah itu sampel
tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung diutup dengan sumbat karet/gabus

Masing-masing tabung reaksi dihubungkan dengan tabung berskala yang penuh air dengan
selang plastik

Dicatat jumlah gelembung, volume gas selama 5 menit dan dilakukan tes nyala.

D. Sasaran Pengamatan
Pengamatan ditujukan pada pembentukan gelembung (jumlah gelembung), volume
gas, dan tes nyala.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Tabel Hasil Percobaan Enzim Katalase

Sampel Perlakuan penambahan H2O2


H2O2 H2O2+ H2O2
Bagian/Fas Volume Jumlah
Organisme Jumlah Volume
e Gas Tes Nyala Gelembun Tes Nyala
Gelembung Gas (mL)
(mL) g
Anterior 75 3 +++ 927 +++
Cacing Abdomen 178 21 +++ 115
11 +++
Posterior 155 15 + 115
14 +
Biji 0 0 +++ 0 0 +++
Muda 0 0 - 215
16 -
- (tidak dapat - (tidak dapat
Kecambah dilihat,karena dilihat,karena
Kacang busa terlalu busa terlalu
Hijau Tua 254 20 banyak) 106 8 banyak)
Tabel 1. Keberadaan Katalase dan Pengaruh Penambahan H2O2pada Katalase

Sampel Perlakuan penambahan MnO2


H2O2 H2O2+MnO2
Jumlah Jumlah
Organisme Bagian/Fase Volume Tes Volume Tes
Gelembun Gelembun
Gas (mL) Nyala Gas (mL) Nyala
g g
Anterior 46 3 + 3 1 +
Cacing Abdomen 165 19 + 5 1 +
Posterior 140 14 + 3 1 +
Kecambah Biji 190 25 + 6 2 +
Kacang Muda 185 10 + 3 1 +
Hijau Tua 122 7 - 4 1 +
Tabel 2. Keberadaan Katalase dan Pengaruh Penambahan MnO2 pada Katalase

Sampel pH
1 9
Jumlah
Organisme Bagian/Fase Volume Tes Jumlah Volume Tes
Gelembun
Gas (mL) Nyala Gelembung Gas (mL) Nyala
g
Cacing Anterior 0 0 - 94 4 +++
Abdomen 0 0 - 89 3,5 ++
Posterior 0 0 - 0 0 +
Kecambah Biji 0 0 - 116 5 +++
Kacang Muda 0 0 - 163 9 ++
Hijau Tua 0 0 - 118 7 ++
Tabel 3. Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim Katalase

Sampel Suhu
0 80
Organisme Bagian/Fase Jumlah Volume Tes Jumlah Volume Tes
Gelembung Gas (mL) Nyala Gelembung Gas (mL) Nyala
Anterior 93 4 +++ 0 0 +
Cacing Abdomen 106 3 +++ 0 0 +
Posterior 100 6 +++ 0 0 +
Kecambah Biji 0 0,5 + 0 0 +
Kacang Muda 0 0,5 + 0 0 +
Hijau Tua 163 6 ++ 0 0 +
Tabel 4. Pengaruh Suhu pada Aktivitas Enzim Katalase

Keterangan:

- : Negatif, tidak menyala

+: Positif, menyala

B. Pembahasan
Pada kegiatan yang pertama yang memiliki tujuan untuk melacak dan
menunjukkan enzim katalase dalam jaringan hewan dan tumbuhan, serta untuk
mengetahui pengaruh penambahan H2O2 pada aktivitas enzim katalase, didapatkan
hasil pada percobaan menggunakan jaringan hewan cacing tanah dan jaringan
tumbuhan kacang hijau. Dari percobaan pada cacing yang ditambahkan H2O2, terdapat
sejumlah gelembung muncul, volume gas yang bervariasi. Saat di tes nyala semuanya
menghasilkan hasil yang positif. Ketika gelembung sudah tidak muncul lagi,
kemudian ditambahkan 1 mL H2O2, ternyata gelembung yang muncul lebih sedikit
pada bagian abdomen dan posterior, sedangkan pada bagian anterior menjadi lebih
banyak, begitu pun hasil volume gas yang diperoleh. Akan tetapi, saat dilakukan tes
nyala, hasil yang diperoleh tetap positif. Begitu pun dengan sampel yang
menggunakan jaringan tumbuhan yaitu biji kacang hijau, kacang hijau muda, dan
kacang hijau tua ditambah H2O2 kemudian muncul gelembung dan volume gas hanya
pada kacang hijau yang tua, sedangkan pada biji kacang hijau dan kacang hijau yang
muda menunjukkan hasil nihil. Akan tetapi, saat diuji tes nyala justru yang
memberikan hasil positif adalah yang biji kacang hijau, sedangkan untuk kacang hijau
muda hasilnya negatif, dan kacang hijau tua hasilnya negatif pula karena tidak dapat
dilihat sebab terdapat busa yang terlalu banyak. Ketika gelembung sudah tidak
muncul lagi, kemudian ditambahkan 1 mL H2O2, gelembung dan volume gas dalam
tabung reaksi menjadi lebih banyak pada kacang hijau muda, sedangkan pada kacang
hijau tua justru menurun, dan pada biji kacang hijau menunjukkan hasil tetap nihil.
Akan tetapi, saat diuji tes nyala justru yang memberikan hasil positif kembali adalah
yang biji kacang hijau, sedangkan untuk kacang hijau muda hasilnya negatif, dan
kacang hijau tua hasilnya negatif pula karena tidak dapat dilihat sebab terdapat busa
yang terlalu banyak.
Berdasarkan percobaan tersebut, munculnya gelembung dan volume gas
merupakan tanda dari adanya enzim katalase yang menguraikan H2O2. Semakin
banyak gelembung yang terbentuk maka semakin banyak dan cepat pula aktivitas
enzimnya. Enzim katalase akan menguraikan H2O2, menjadi air (H2O) dan oksigen
(O2). Penguraian dapat dilihat dengan tanda timbulnya gelembung.
Tes nyala yang menunjukkan hasil positif juga menjadi indikator bahwa
oksigen dihasilkan pada percobaan ini. Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat
bahwa enzim katalase bekerja pada jaringan hewan maupun tumbuhan dan tetap
bekerja setelah ditambahkan H2O2, meskipun kadar yang dihasilkan dari jumlah
gelembung dan volume gas berbeda-beda. Untuk jaringan hewan, jumlah gelembung,
tes nyala, dan volume gas rata-rata banyak terdapat pada bagian abdomen. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pada organisme letak enzim katalase paling banyak
terdapat di bagian abdomen utnuk kepentingan metabolisme (Soeharsono, 1994:92).
Sedangkan untuk jaringan tumbuhan, jumlah gelembung dan volume gas rata-rata
banyak dihasilkan oleh kacang hijau tua, sedangkan untuk tes nyala memiliki hasil
positif untuk biji kacang hijau. Hal ini menunjukkan terdapat ketidaksesuaian hasil
percobaan dengan teori yang ada. Berdasarkan teori, tumbuhan muda/biji yang sedang
berkecambah akan memiliki enzim katalase yang lebih banyak karena untuk
keperluan memecah toksik dari aktivitas respirasi (Priosoeryanto, 2001:62). Hal ini
dapat disebabkan karena keterbatasan praktikan dalam mengamati gejala yang
muncul, misalnya pada tes nyala yang menimbulkan busa cukup banyak sehingga
menghalangi pandangan untuk menentukan apakah hasil dari tes nyala yang
dilakukan, selain itu dapat berasal dari kualitas sampel dari biji kacang hijau, kacang
hijau muda, dan kacang hijau tua itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan.
Pada percobaan selanjutnya adalah penambahan MnO2 yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan MnO2 pada jaringan yang terdapat aktivitas enzim
katalase. Pada pengujian cacing bagian anterior + H2O2 didapatkan hasil jumlah
gelembung sebanyak 46 dengan volume gas 3 mL, lalu setelah dilakukan tes nyala
ternyata hasilnya positif(nyala). Setelah itu dilakukan penambahan MnO2 pada
anterior cacing didapatkan hasil bahwa jumlah gelembung yang dihasilkan berkurang
menjadi 3, serta volume gas menjadi 1 mL, dan pada saat dites nyala tetap
positif(nyala). Pada pengujian cacing bagian abdomen + H2O2 didapatkan hasil jumlah
gelembung sebnyak 165 dengan volume gas sebanyak 19 mL, lalu pada saat dites
nyala didapatkan hasil positif (nyala). Setelah itu dilakukan penambahan MnO 2 dan
didapatkan hasil bahwa jumlah gelembung berkurang menjadi 5 dan volume gas
menjadi 1 mL, lalu setelah dilkukn tes nyala didapatkan hasil positif (nyala). Pada
pengujin cacing bagian posterior + H2O2 didapatkan hasil jumlah gelembung
sebanyak 140 dengan volume gas 14 mL dan setelah dites nyala hasilnya positif.
Setelah diberi MnO2 jumlah gelembung berkurang menjadi 3 dan volume gas
menjadi 3 mL, lalu pada tes nyala didapatkan hasil positif (nyala). Gelembung gas
dan hasil tes nyala yang positif menunjukkan bahwa itu merupakan hasil katalisis
H2O2 oleh enzim katalase menjadi oksigen. Dilihat dari keseluruhan, ternyata jumah
gelembung dan gas yang paling banyak dihasilkan ternyata pada bagian abdomen
cacing. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada bagian abdomen cacing terdapat
banyak enzim katalase. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada organisme letak enzim
katalase paling banyak terdapat di bagian abdomen utnuk kepentingan metabolisme
(Soeharsono, 1994:92).
Pada pengujian biji kacang hijau + H 2O2 jumlah gelembung yang dihasilkan
sebanyak 190 dan volume gas sebanyak 25 mL, setelah dites nyala ternyata hasilnya
positif. Akan tetapi pada saat penambahan MnO2 terjadi penurunan jumlah gelembung
menjadi 6 dan volume menjadi 2 ml, akan tetapi tes nyala tetap positif. Pada
pengujian kecambah kacang hijau muda + H2O2 jumlah gelembung yang dihasilkan
sebanyak 185 dan volume gas sebanyak 10 mL, serta pada uji nyala api positif. akan
tetapi pada penambahan MnO2, jumlah gelembung menjadi 3 dan volume gas menjadi
1 mL walaupun tes nyala tetap positif. Dan pada pengujian kecambah kacang hijau
tua + H2O2 didapatkan hasil jumlah gelembung sebanyak 122 dan voulme gas 7 mL,
serta nyala api negatif. Akan tetapi pada saat penambahan MnO 2, terjadi penurunan
jumlah gelembung menjadi 4 dan volume gas menjadi 1 mL, dan tes nyala api positif.
Hal tersebut mungkin terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan dalam mengmati
nyala api. Pada jaringan tumbuhan tersebut dapat didapatkan hasil bahwa yang paling
banyak jumlah gelembung dan volume gas oksigen yng dihsilkan adalah pada
kecambah kacang hijau muda. Hal tersebut sesuai dengn teori “Pada kacang hijau
muda/biji yang sedang berkecambah aktivitas respirasinya sangat aktif dibandingkan
dengan tumbuhan yang tua, sehingga kandungan enzim katalase pada tumbuhan muda
lebih banyak daripada yang tua” (Priosoeryanto, 2001: 62).

Pada percobaan penambahan MnO2 tersebut, terlihat bahwa pada semua bahan
yang diuji didapatkan hasli bahwa jumlah gelembung dan volume gas oksigen yang
dihasilkan menjadi berkurang. Hasil tersebut menandakan bahwa MnO2
mempengaruhi kerja enzim katalase, baik pada jaringan hewan(cacing) maupun pada
jaringan tumbuhan (biji dan kecambah kacang hijau). Hal tersebut sesuai dengan teori
(Lakitan, 2011:94), yang menyatakan bahwa aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH,
suhu, inhibitor, konsentrasi enzim dan substrat. Dalam hal ini, MnO2 merupakan salah
satu jenis katalisator yang mempengaruhi kerja enzim katalase, yaitu mempercepat
proses penguraian H2O2 menjadi air dan oksigen. Akan tetapi, pada percobaan ini,
penambahan MnO2 malah mengurang kinerja enzim katalase, yang dilihat dari
berkurangnya jumlah gelembung dan volume gas oksigen. Hal tersebut terjadi
mungkin karena kurangnya ketelitian dan kecermatan praktikan dalam percobaan.

Kemudian percobaaan selanjutnya adalah percobaan untuk mengetahui


pengaruh kerja enzim katalase terhadap pH. Pada bagian ini, setiap sampel diberi 2
perlakuan yang berbeda yaitu dengan ditambahkan NaOH dan HCl.

Penambahan NaOH bertujuan untuk mendapatkan suasana basa pada substrat.


Pada percobaan ini pH yang dihasilkan dengan penambahan NaOH adalah sebesar 9.
Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil berupa gelembung yang berjumlah 94,
pertambahan volume air sebesar 4 mL dan tes nyala positif dengan skala +++ pada uji
substrat berupa anterior cacing. Sedangkan pada substrat yang berupa abdomen cacing
dihasilkan gelembung dengan jumlah 89, pertambahan volume air sebesar 3,5 mL
dan uji positif saat dites nyala bara api dengan skala ++. Kemudian hasil selanjutnya
adalah didapatkan hasil berupa gelembung yang berjumlah 0, pertambahan volume air
sebesar 0 mL dan tes nyala positif dengan skala + pada uji substrat berupa posterior
cacing. Sedangkan pada substrat yang berupa biji kecambah dihasilkan gelembung
dengan jumlah 116, pertambahan volume air sebesar 5 mL dan uji positif saat dites
nyala bara api dengan skala +++. Lalu, percobaan selanjutnya adalah menggunakan
biji kecambah muda yang menunjukkan hasil berupa jumlah gelembung sebanyak
163, pertambahan volume air sebesar 9 mL, serta uji positif pada tes nyala api dengan
skala ++. Percobaan selanjutnya menggunakan kecambah tua yang menunjukkan hasil
berupa jumlah gelembung sebanyak 118, pertambahan volume air sebesar 7 mL, serta
uji positif pada tes nyala apai dengan skala ++. Berdasarkan hasil percobaan, maka
dapat dilihat bahwa penambahan NaOH yang menyebabkan suasana basa pada
substrat menunjukkan hasil yang positif dengan ditunjukkan dengan adanya
gelembung yang terbentuk dan adanya pertambahan volume air serta uji positif
terhadap uji nyala bara api. Jika berdasarkan teori, (Lakitan, 1994) menyatakan bahwa
perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim
dalam membentuk kompleks enzim substrat. pH rendah atau pH tinggi dapat pula
menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim. Namun pada percobaan ini hasil yang didapatkan tidak terlalu jauh dan relatif
dapat dikatakan enzim katalase dalam substrat masih bekerja dengan baik. Hal ini
kemungkinan karena pH yang terbentuk nilainya tidak terlalu jauh dengan pH optimal
enzim. Pada percobaan ini pH nya 7, sedangkan pH optimal enzim katalase adalah
sekitar 7 sehingga enzim masih dapat bekerja dengan baik namun tidak seoptimal
pada pH 7.

Perlakuan selanjutnya adalah dengan menambahkan HCl pada substrat. Tujuan


pada penambahan HCl ini adalah untuk mendapatkan lingkungan yang asam. Pada
saat diukur, pH setelah ditambahkan HCl adalah 1. Setelah dilakukan percobaan,
didapatkan hasil negatif pada semua uji substrat. Pada substrat anterior, abdomen, dan
posterior cacing menunjukkan hasil negatif berupa tidak adanya gelembung yang
terbentuk, tidak adanya penambahan volume air, serta uji negatif pada tes nyala bara
api yang menunjukkan tidak dihasilkannya oksigen dan air. Begitu pula hasil yang
ditunjukkan pada uji substrat lainnya yaitu biji kacang hijau, kecambah muda, dan
kecambah tua yang menunjukkan hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada
lingkungan asam yang lebih rendah bila dibandingkan pH optimal enzim katalase
menyebabkan menurunnya kinerja enzim bahkan enzim tersebut dapat menjadi tidak
aktif. Hal ini sesuai dengan teori (Lakitan, 1994) yang menyatakan bahwa perubahan
pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. pH rendah atau pH tinggi dapat pula
menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim. Pada percobaan ini enzim katalase mengalami proses denaturasi karena pH
yang terlalu asam yaitu 1. Padahal pH optimal emzim adalah 7, sehingga senzim
katalase menjadi tidak berfungsi untuk menguraikan hidrogen peroksida.

Percobaan enzim katalase ini juga dilakukan dengan indikator suhu. Pada
percobaan ini digunakan suhu 0ᵒC dan 80ᵒC. Dari percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa pada suhu 0ᵒC pada jaringan hewan(cacing) dan
tumbuhan(kecambah kacang hijau) terdapat aktivitas enzim katalase. Namun pada biji
dan kecambah kacang hijau muda terlihat aktivitas enzim yang sangat lambat yang
ditunjukkan tidak adanya gelembung yang muncul saat percobaan. Sedangkan pada
suhu 80ᵒC tidak terlihat adanya gelembung yang menunjukkan bahwa tidak ada
aktivitas enzim katalase, baik pada cacing atau kecambah kacang hijau. Hal ini
menunjukkan bahwa enzim katalase tidak dapat bekerja pada suhu yang terlalu tinggi
karena enzim memiliki sifat termolabil (tidak tahan panas). Protein akan mengental
atau mengalami koagulasi bila suhunya terlalu tinggi (panas). Peningkatan suhu diatas
suhu optimum menyebabkan putusnya ikatan hydrogen dan ikatan lain yang
merangkai molekul enzim, sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi adalah
rusaknya bentuktiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi
berikatandengan substratnya. Sedangkan pada suhu rendah akan mengakibatkan
enzim bekerja kurang optimal atau aktivitasnya lambat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang elah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Enzim katalase dapat ditemukan pada organ hewan maupun tumbuhan yang
didasarkan pada uji positif terhadap substrat yang telah diuji. Pada hewan
contohnya adalah terdapat pada bagian anterior, abdomen, dan posterior cacing.
Sedangkan pada tumbuhan contohnya adalah pada biji kacang hijau, kecambah
muda dan kecambah tua.
2. Penambahan H2O2 tidak menghambat kerja dari enzim katalase. Berdasarkan
teori, seharusnya seiring dengan penambahan konsentrasi substrat maka hasil yang
diperoleh lebih banyak. Namun pada percobaan ini menunjukkan hasil yang
berbeda-beda, ada yang bertambah dan ada pula yang berkurang. Sedangkan
penambahan MnO2 berdasarkan teori dapat mempercepat reaksi. Namun pada
percobaan ini menunjukkan kecepatan reaksi yang justru menurun. Hasil ini
kemungkinan terjadi karena adanya kesalahan pada saat melaksanakan praktikum.
3. Pengaruh penambahan HCl dan NaOH menunjukkan adanya penurunan kinerja
enzim karena adanya perubahan pH. Sedangkan perubahan suhu yang lebih
rendah dan lebih tinggi juga dapat menurunkan kinerja enzim. Kedua hal tersebut
dapat terjadi karena enzim memiliki pH optimal yaitu netral (7) dan suhu optimal
masing-masing. Percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada.

B. Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan memahami langkah kerja dan
rangkaian alat yang digunakan agar hasil percobaan dapat dihasilkan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta:Gramedia.


Gustina, Indriati. 2012. Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Biologi, Vol. 3, Hal.
80-89.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Gramedia.
Lay, W.B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta:Grafindo.
Muchtaridi dan Justiana, S. 2007. Kimia. Jakarta: Penerbit Yudhistira.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Priosoeryanto, dkk. 2001. Aktivitas Antibakteri dan Efek Terapeutik Ekstrak Cacing
Tanah (Lumbricus rubellus) Secara Invitro dan Pada Mencit Berdasarkan
Gambaran Patologi Anatomi dan Histopatologi. Jurnal Balai Penelitian
Veteriner, Vol. 57, No.5, Hal. 60-69.
Soeharsono, M. 1994. Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Susanti, R. dan Fibriana, Fidia. 2017. Teknologi Enzim. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sutrisno, Aji. 2017. Teknologi Enzim. Malang: UB Press.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai