Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening
dan jaringan limfoid. Berdasarkan tipe histologiknya, limfoma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Limfoma Non Hodgkin dan Hodgkin (Bakta, 2006)
Limfoma Hodgkin (LH) merupakan penyakit keganasan yang mengenai
sel-B limfosit dan khas ditandai oleh adanya sel Reed Sternberg dengan latar belakang sel radang pleomorf (limfosit, eosinofil, neutrophil, sel plasma dan histiosit). Sel Reed Sternberg adalah sebuah sel yang sangat besar dengan ukuran diameter sekitar 15 sampai dengan 45 mikrometer, berinti besar multilobuler dengan banyak anak inti yang menonjol dan sitoplasma yang sedikit eusinofilik (Kumar, 2013)
Limfoma Hodgkin disebabkan oleh sel kanker yang berkembang pada
sistem limfatik. Sel kanker berawal dari mutasi pada sel, sehingga sel berkembang secara tidak normal dan tidak terkendali. Penyebab mutasi sel kanker hingga saat ini belum diketahui. Pada limfoma Hodgkin, sel-sel limfosit tipe B yang bertugas melawan infeksi bermutasi menjadi sel kanker dan berlipat ganda dengan cepat. Sel ini terus bertambah banyak hingga membunuh sel-sel yang sehat. Saat inilah tubuh mulai rentan terhadap infeksi, dan berbagai gejala mulai muncul (Ansell, 2015). Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan besar keganasan primer kelenjar getah bening dan jaringan limfoid ekstra nodal, yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sel NK ”natural killer”. Saat ini terdapat 36 entitas penyakit yang dikategorikan sebagai LNH dalam klasifikasi WHO. Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan besar keganasan primer kelenjar getah bening dan jaringan limfoid ekstra nodal, yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sel NK *”natural killer”. Saat ini terdapat 36 entitas penyakit yang dikategorikan sebagai LNH dalam klasifikasi WHO (Kemenkes, 2016).
Etiologi LNH sebagian besar tidak diketahui, namun beberapa faktor
risiko diketahui berhubungan dengan terjadinya LNH diantarannya imunodefisiensi seperti severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott-Aldrich syndrome, dan ataxia telangiectasia. Infeksi virus merupakan salah satu yang dicurigai menjadi etiologi LNH contohnya ialah infeksi virus Epstein Barr dan HTLV (Human T Lymphoytopic Virus type 1) yang berhubungan dengan limfoma Burkitt, yang merupakan limfoma sel B. Selain itu abnormalitas sitogenik seperti translokasi kromosom juga ikut berperan menyebabkan proliferasi dari limfosit. Limfoma non Hodgkin dapat juga terjadi karena beberapa faktor resiko seperti adanya agen infeksi, immunodefisiensi, kongenital, acquired, lingkungan, riwayat terpapar obat seperti imunosupresif agen, obat antiepilepsi, dan riwayat terpapar herbisida, peptisida, serbuk kayu, lem epoxy, riwayat penggunaan obat rambut, faktor nutrisi, dan transfusi darah. (Mozaheb, 2012)
6.2.1 Agen Infeksi
Penyakit Infeksi memiliki kontribusi di dalam mekanisme limfomagenesis.
Agen infeksi memiliki peran pada spesifik limfoma bervariasi mulai dari sebagai faktor pembawa, lingkungan dan geografi. Terdapat 2 mekanisme didalam kontribusi agen infeksi pada limfomagenesis. Contoh yang paling bagus untuk menjelaskan hal ini adalah transformasi langsung limposit oleh agen microbial. Limpotropik virus termasuk di dalamnya Epstein-Barr Virus (EBV), Human TLeukemia Virus-1 (HTLV-1), Human Herpes Virus 8 (HHV8), Hepatitis C Virus (HCV) dan Simian Virus 40 (SV40). (Mozaheb, 2012)
6.2.2 Faktor Lingkungan
Lingkungan berhubungan dengan implikasi pada pathogenesis LNH
termasuk bukan hanya infeksi tetapi juga paparan obat dan paparan toksik kimia. Pada penelitian di daerah endemic dilaporkan peningkatan LNH dilaporkan pada pekerja di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kontruksi, kendaraan bermotor, komunikasi telepon, dan industry kulit. Bahan kimia yang terlibat dalam endemic LNH yaitu organoklorin dan asam phenoxyacetic yang biasanya ditemukan pada peptisida dan herbisida. Selain itu resiko LNH juga dapat meningkat karena paparan pelarut organik, seperti benzene, dan trichloroethylene, pupuk, lem epoxy, serbuk kayu, pewarna rambut, sinar ultraviolet dan faktor gizi. (Mozaheb, 2012)
6.2.3 Faktor Sistem Imun
Gangguan ini dapat dibagi lagi menjadi bawaan, atau primer,
imunodefisiensi dan diperoleh, atau sekunder, imunodefisiensi. Komponen umum untuk semua gangguan ini terjadi gangguan pada immunoregulation, khususnya di imunitas sel-T, sehingga sitokin menurun, dan pertumbuhan sel-B yang tidak terkendali dalam jaringan limfoid, sering berkaitan dengan EBV genom. (Mozaheb, 2012)
6.2.4 Usia
Limfoma merupakan 10% kanker pada anak-anak di negara maju dan
berada diurutan ketiga setelah leukemia akut dan tumor otak. LNH lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak dan memiliki peningkatan insiden yang stabil mulai dari kecil sampai usia 80 tahun. Usia rata-rata terdiagnosis LNH adalah 45-55 tahun dan usia rata-rata tahun 2000-2005 adalah 67 tahun. Secara umum risiko terjadinya LNH meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bertambahnya usia bukan hanya dikaitkan dengan semakin meningkatmya faktor risiko namun juga menunjukan prognosis yang juga semakin buruk terutama pada lanjut usia Pada lanjut usia terjadi proses degeneratif yang menyebabkan penurunan pada sistim organ dalam tubuh. Penurunan fungsi yang terjadi juga berpengaruh terhadap sistem hormon, imunitas, fungsi hati, pembuluh darah dan sistim lainnya. Penurunan fungsi yang menyebabkan penurunan imunitas menyebabkan sesorang rentan akan infeksi dan juga menyebabkan proses penyembuhan lebih lama. Selain faktor dari penurunan fungsi riwayat terpaparnya bahan kimia yang bersifat karsinogenik, lama terpapar dan juga riwayat kanker dari keluarga dan juga pasien sendiri juga menjadi penyebab perbedaan proporsi kejadian ini. Pada usia anak-anak terjadinya LNH sering disebabkan oleh imun defisiensi. (Mozaheb, 2012)
6.2.5 Jenis Kelamin
Kejadain LNH lebih banyak di temukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan hal (Yasmin et al, 2005). Perbedaan proposi kejadian ini belum diketahui secara pasti. Pada beberapa penelitian menyatakan perbedaan itu dapat disebabkan oleh perbedaan hormonal pada laki-laki dan perempuan (Nelson et al, 2001). Pada wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral dan atau terapi sulih hormon lebih sering ditemukan dibandingkan yang tidak. Perbedaan yang terjadi bukan hanya dikeranakan oleh sistem hormon namun juga dikarenakan perbedaan paparan bahan kimia yang diterima oleh laki-laki dan perempuan dan juga kerentanan terhadap penyakit tertentu. Faktor-faktor tersebut bukan hanya menyebabkan perbedaan proporsi antara laki-laki dan perempuan juga menyebabkan perbedaan subtipe LNH yang diderita. Pada pria yang biasanya terjadi adalah Mantel Cell Lymphoma (MCL) (70%) sedangkan pada wanita yang biasanya terjadi adalah Follicular Lymphoma (FL). (Mozaheb, 2012)
DAPUS
Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. Edisi 1. Jakarta. EGC. 2006. 192-202- p.
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. Edisi 9. Philadelphia. W. B. Saunders Company. 2013. 440-442p
PENANGGULANGAN KANKER NASIONAL. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. 2016 Mozaheb, Zahra.2012.Epidemiology of Lymphoid Malignancy in Asia, Epidemiology Insight, Dr. Maria De Lourdes Ribeiro De Souza Da Cunha (ed.), ISBN: 978-953-51-0565-7
Ansell, S M. (2015). Hodgkin Lymphoma: Diagnosis and Treatment. Mayo Clinic