Anda di halaman 1dari 9

2.

MMM Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian
eksorin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus
ke dalam lumen saluran cerna. (Guyton, 2016) Pankreas eksokrin menyekresikan getah
pencernaan yang mengandung enzim-enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh sel asinus dan
larutan NaHCO3 cair yang disekresikan oleh sel duktus ke dalam lumen duodenum. Pankreas
endokrin mengeluarkan hormon insulin dan glukagon ke dalam darah yang disekresikan oleh sel-
sel yang berada di pulau Langerhans. (Sherwood, 2012)

(Sherwood, 2012)

A. Pankreas Eksokrin
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen:
 Enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang
membentuk asinus dan
 Larutan cair basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi
duktus pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium
bikarbonat (NaHCO3).
1. Enzim-Enzim Pankreas
Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disimpan di dalam vesikel
sekretarik yang disebut dengan granula zimagen setelah diproduksi, dilepaskan
dengan eksositosis. Enzim-enzim pankreas ini penting karena hampir mencerna
makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi pencernaan lain. Sel-sel asinus
Mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori
makanan: (1) enzim proteolitik untuk pencernaan protein, (2) amylase camilase
pankreas untuk pencernaan karbohidrat, dan (3) lipase pankreas untuk mencerna
lemak. (Sherwood, 2012)
1. ENZIM PROTEOLOTIK PANKREAS
Enzim-enzim pankreas yang paling penting untuk mencerna
protein adalah tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Sejauh
ini, yang paling banyak adalah tripsin. Tripsin dan kimotripsin
memecah seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptida
berbagai ukuran tetapi tidak menyebabkan pelepasan asam-asam amino.
Namun, karboksipolipeptidase ternyata memecahkan beberapa peptida
menjadi asam-asam amino, sehingga menyelesaikan pencernaan
beberapa protein menjadi bentuk asam amino. (Guyton, 2016)
Ketiga enzim proteolitik utama pankreas adalah tripsinogen,
kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase, yang masing-masing
disekresikan dalam bentuk inaktif: Setelah tripsinogen disekresikan ke
dalam lumen duodenum, bahan ini diaktifkan menjadi tripsin oleh
enterokinase (juga dikenal sebagai enteropeptidase). Tripsin kemudian
secara otokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen. Seperti
pepsinogen, tripsinogen harus tetap inaktif di dalam pankreas untuk
mencegah enzim proteolitik ini mencerna protein sel tempat enzim ini
terbentuk. Semua enzim ini akan menjadi aktif hanya sesudah disekresi
ke dalam saluran pencernaan. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin
untuk membentuk kimotripsin, dan prokarboksipeptidase diaktifkan
dengan cara yang serupa di dalam lumen duodenum. (Sherwood, 2012)

2. AMILASE PANKREAS
Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase
pankreas, yang akan menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar
karbohidrat lain (kecuali selulosa) untuk membentuk sebagian besar
disakarida dan beberapa trisakarida. Amilase pankreas berperan dalam
pencernaan karbohidrat dengan mengubah serat makanan (amilose dan
amilopektin) menjadi glukosa monosakarida, maltosa disakarida dan
polisakarida rantai cabang dekstrin a-limit. Amilase disekresikan dalam
getah pankreas dalam bentuk aktif karena amilase tidak membahayakan
sel sekretorik Sel-sel ini tidak mengandung polisakarida. (Sherwood,
2012)
3. LIPASE PANKREAS
Enzim utama untuk mencerna lemak adalah
(1) lipase pankreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi
asam lemak dan monogliserida;
(2) kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol;
dan
(3) fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.
Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya
enzim di seluruh saluran cerna yang dapat mencerna lemak. (Pada
manusia, lipase dalam jumlah tak bermakna disekresikan di liur dan
getah lambung, yaitu lipase lidah dan lipase lambung.) Lipase pankreas
menghidrolisis trigliserida makanan menjadi monogliserida dan asam
lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap. Seperti amilase,
lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko
pencernaan-diri oleh lipase. Trigliserida bukan merupakan komponen
struktural sel pankreas. (Sherwood, 2012)
2. Sekresi lon-lon Bikarbonat
getah pankreas mempunyai dua komponen penting lainnya yaitu ion
bikarbonat dan air, disekresikan terutama oleh sel-sel epitel, duktulus dan duktus
yang keluar dari asini. Jika pankreas dirangsang untuk menyekresikan sangat
banyak getah pankreas, konsentrasi ion bikarbonat akan meningkat sampai
setinggi 145 mEq/L, suatu angka sekitar lima kali lebih besar dari ion bikarbonat
dalam plasma. Keadaan ini menghasilkan sejumlah besar ion alkali pada getah
pankreas yang berfungsi untuk menetralkan asam hidroklorida yang dikeluarkan
dari lambung ke dalam duodenum. Langkah-langkah dasar mekanisme sel untuk
sekresi larutan natrium bikarbonat ke dalam duktulus dan duktus pankreatikus.
(Guyton, 2016) Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke bagian dalam sel dan di bawah
pengaruh karbonik anhidrase, bergabung dengan air untuk membentuk
asam karbonat (H2CO). Asam karbonat kemudian berdisosiasi menjadi
ion bikarbonat dan ion hidrogen (HCO-3 dan H+ ). Kemudian ion
bikarbonat secara aktif ditranspor bersama dengan ion natrium (Na+ )
melalui tepi luminal sel ke dalam lumen duktus. (Guyton, 2016)

2. Ion hidrogen yang terbentuk melalui disosiasi asam karbonat di dalam sel
ditukar dengan ion natrium melalui bagian sel yang berbatasan dengan
darah, melalui proses transpor aktif sekunder. Proses ini menyebabkan
tersedianya ion natrium (Na+ ) yang kemudian ditranspor melalui tepi
luminal ke dalam lumen duktus pankreatikus untuk menetralkan
kelistrikan ion bikarbonat yang disekresi. (Guyton, 2016)
3. Keseluruhan gerakan ion natrium dan bikarbonat dari darah ke lumen
duktus membentuk gradien tekanan osmotik yang menyebabkan osmosis
air juga ke dalam duktus pankreatikus, sehingga membentuk larutan
bikarbonat yang hampir seluruhnya isosmotik. (Guyton, 2016)

3. Pengaturan Sekresi Pankreas

Ada tiga rangsangan dasar yang penting dalam menyebabkan sekresi


pancreas yaitu :

1. Asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus parasimpatis


dan dari saraf-saraf kolinergik lain di dalam sistem-saraf enterik.

2. Kolesistokinin, yang disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyenum


bagian atas ketika makanan masuk ke dalam usus halus.

3. Sekretin, yang juga disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyunum ketika
makanan yang sangat asam masuk ke usus halus.

Asetilkolin dan Kolesistokinin, merangsang sel-sel asinus pankreas,


menyebabkan dihasilkannya enzim-enzim pencernaan pankreas dalam jumlah
besar tetapi dengan jumlah air dan elektrolit yang relatif kecil yang mengalir
bersama dengan enzim. Tanpa air, sebagian besar enzim sementara tetap disimpan
di dalam asinus dan duktus sampai lebih banyak sekresi cairan yang datang untuk
merangsang masuknya enzim-enzim tersebut ke dalam duodenum. Sedangkan,
Sekretin merangsang sekresi larutan air dari natrium bikarbonat dalam jumlah
besar oleh epitel duktus pankreas. (Guyton, 2016)

4. Fase-Fase Sekresi Pankreas

Sekresi pankreas terjadi dalam tiga fase, sama dengan sekresi gastrik: fase
sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. (Guyton, 2016)

A. Fase Sefalik
Selama fase sefalik sekresi pankreas, sinyal-sinyal saraf yang sama
dari otak yang menyebabkan sekresi dalam lambung juga menyebabkan
asetilkolin dilepaskan oleh ujung-ujung nervus vagus dalam pankreas. Hal
ini menyebabkan enzim dalam jumlah sedang disekresi ke dalam asinus
pankreas, menghasilkan kurang lebih 20 persen dari total sekresi enzim
pankreas sesudah makan. Namun sejumlah kecil sekresi segera mengalir
keluar melalui duktus pankreatikus ke dalam usus karena hanya sedikit air
dan elektrolit yang disekresi bersamaan dengan enzim. (Guyton, 2016)
B. Fase Gastrik
Selama fase gastrik, rangsang saraf terhadap sekresi enzim
berlanjut terus, menghasilkan lagi sebanyak 5 sampai 10 persen enzim
pankreas yang disekresi sesudah makan. Walaupun demikian, hanya
sejumlah kecil yang mencapai duodenum karena tidak adanya sekresi
cairan secara terus-menerus. (Guyton, 2016)
C. Fase Intestinal
Sesudah kimus meninggalkan lambung masuk ke dalam usus
halus, sekresi pankreas menjadi sangat banyak, terutama sebagai respons
terhadap hormon sekretin. (Guyton, 2016)

B. Pankreas Endokrin
Pankreas manusia mempunyai 1 sampai 2 juta pulau Langerhans, setiap pulau
Langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh kapiler kecil
yang merupakan tempat hormon disekresi oleh sel-sel tersebut. (Guyton, 2016) Pulau
Langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta, dan delta. Sel endokrin
pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta), tempat sintesis dan sekresi insulin serta
merupakan 60% massa total pulau. Sel a (alpha) menghasilkan hormon glukagon dan
merupakan 25% massa pulau. Sel D (delta) adalah tempat sintesis somatostatin. Sel pulau
yang paling jarang, sel F, menyekresi polipeptida pankreas, yang mungkin berperan
dalam mengurangi nafsu makan dan asupan makanan, yang fungsinya masih diragukan.
(Sisa 4% massa pulau terdiri dari jaringan penyambung, pembuluh darah, dan saraf.)
(Sherwood, 2012)

(Sherwood, 2012)
1. Fungsi Hormon Insulin dan Glukagon
Fungsi insulin dan glukagon sama pentingnya dengan sistem pengatur umpan balik
untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Bila konsentrasi glukosa darah
meningkat sangat tinggi, peningkatan sekresi insulin menyebabkan konsentrasi glukosa
darah kembali menurun ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah
akan merangsang sekresi glukagon; selanjutnya glukagon ini akan berfungsi secara
berlawanan, yakni akan meningkatkan kadar glukosa darah agar kembali ke nilai
normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal, mekanisme umpan balik insulin ini
jauh lebih penting daripada mekanisme glukagon, namun pada keadaan kelaparan atau
pemakaian glukosa yang berlebihan selama aktivitas fisik dan keadaan stres yang lain,
mekanisme glukagon juga menjadi bernilai. (Guyton, 2016)
2. Hormon Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam Iemak, dan asam amino darah serta
mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke
darah selama keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel
dan pengubahannya masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin
melaksanakan banyak fungsinya dengan mengubah transpor nutrien darah spesifik masuk
ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam jalur-jalur
metabolik tertentu. Insulin juga menurunkan aktivitas enzim, misalnya dengan
menghambat lipase yang peka terhadap hormon, yaitu enzim yang mengatalisis
pemecahan trigliserida yang tersimpan kembali menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
(Sherwood, 2012)
A. EFEK PADA KARBOHIDRAT
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan
mendorong penyimpanan karbohidrat:
1. Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel.
(Mekanisme peningkatan penyerapan glukosa ini di jelaskan setelah efek
lainnya insulin dalam menurunkan glukosa darah disebutkan.)
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di
otot rangka dan hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
4. Insulin menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi
glukosa di hati. Insulin melakukannya dengan mengurangi jumlah asam
amino di darah yang tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis dan dengan
menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam
amino menjadi glukosa.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan
mendorong penyerapan glukosa oleh sel dari darah untuk digunakan dan
disimpan, sementara secara bersamaan menghambat dua mekanisme pembebasan
glukosa oleh hati ke dalam darah (glikogenolisis dan glukoneogenesis). Insulin
adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah.
Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen
transporter glukosa dengan melalui glucose transporter(GLUT). GLUT-4 adalah
satu-satunya jenis transporter yang berespons terhadap insulin. Tidak seperti jenis
molekul GLUT lainnya, yang selalu ada di membran plasma di tempat mereka
melaksanakan fungsinya, GLUT-4 tidak berada di membran plasma tanpa adanya
insulin. Insulin mendorong penyerapan glukosa melalui proses rekrutmen
transporter. (Sherwood, 2012)

B. EFEK PADA LEMAK


Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan asam lemak darah dan
mendorong penyimpanan trigliserida :
1. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan
lemak Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan
2. lemak melalui rekrutmen GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk
pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk
trigliserida.
3. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya mengguna kan turunan
asam lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
4. Insulin menghambat lipolisis, mengurangi pembebasan asam lemak dari
jaringan lemak ke dalam darah. Secara kolektif, efek-efek ini cenderung
mengeluarkan asam lemak dan glukosa dari darah dan mendorong penyimpanan
kedua nya sebagai trigliserida.
(Sherwood, 2012)

C. EFEK PADA PROTEIN


Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis
protein melalui beberapa efek:
1. Insulin mendorong transpor aktif asam amino dari darah ke dalam otot dan
jaringan lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan
menyediakan bahan-bahan untuk membentuk protein di dalam sel.
2. Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein dengan
merangsang perangkat pembentuk protein yang ada di sel.
3. Insulin menghambat penguraian protein. Hasil keseluruhan efek-efek ini adalah
efek anabolik protein. Karena itu, insulin esensial bagi pertumbuhan normal.
(Sherwood, 2012)

3. Hormon Glukagon
Glukagon memengaruhi banyak proses metabolik yang juga dipengaruhi oleh
insulin, tetapi pada sebagian besar kasus efek glukagon adalah berlawanan dengan efek
insulin. Tempat utama kerja glukagon adalah hati, tempat hormon ini menimbulkan
berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Glukagon bekerja
dengan meningkatkan cAMP. (Sherwood, 2012)

A. EFEK PADA KARBOHIDRAT


Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat menyebabkan
peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah
meningkat. Glukagon melaksanakan efek hipoglikemiknya dengan menurunkan
glikogenesis, mendorong glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
(Sherwood, 2012)

B. EFEK PADA LEMAK


Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong
lipolisis serta menghambat sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi
keton hati (ketogenesis) dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi badan
keton. Karena itu, kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh
glukagon. (Sherwood, 2012)

C. EFEK PADA PROTEIN


Glukagon menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian
protein hepatik. Stimulasi glukoneogenesis memperkuat lebih jauh efek katabolik
glukagon pada metabolisme protein di hati. Glukagon mendorong katabolisme protein
di hati, tetapi tidak berefek nyata pada kadar asam amino darah karena hormon ini
tidak memengaruhi protein otot, yaitu simpanan protein utama di tubuh. (Sherwood,
2012)

4. Somatostatin Menghambat Sekresi Glukagon dan Insulin


Hormon somatostatin yang disekresi oleh sel-sel delta pulau Langerhans sebagai
respons langsung terhadap peningkatan glukosa darah dan asam amino darah selama
penyerapan makanan. Dengan menimbulkan efek inhibisi, somatostatin pancreas bekerja
melalui mekanisme umpan-balik negatif untuk mengerem kecepatan pencernaan dan
penyerapan makanan sehingga kadar nutrient dalam plasma tidak berlebihan. Hampir
semua faktor yang berhubungan dengan pencernaan makanan akan merangsang sekresi
somatostatin. Faktor-faktor ini adalah (1) naiknya kadar glukosa darah, (2) naiknya kadar
asam amino, (3) naiknya kadar asam lemak, dan (4) naiknya konsentrasi beberapa macam
hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna sebagai respons
terhadap asupan makanan. (Guyton, 2016)

Sebaliknya, somatostatin mempunyai berbagai efek penghambat berikut ini :


1. Somatostatin bekerja secara lokal di dalam pulau Langerhans sendiri guna
menekan sekresi insulin dan glukagon.
2. Somatostatin menurunkan motilitas lambung, duodenum, dan kandung empedu.
3. Somatostatin mengurangi sekresi dan absorpsi dalam saluran cerna.
(Guyton, 2016)

(Sherwood,
2012)

DAFTAR PUSTAKA

Guyton,A.C., &Hall, J. E. (2016). Textbook Medical of Physiologi Manusia twelfth


edition.Elsevier.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Edisi 8. China: Yolanda Cossio.

Anda mungkin juga menyukai