PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Permasalahan dari percobaan ini adalah bagaimana mengetahui macam-macam
enzim pencernaan makanan yang terdapat pada usus ikan serta mengetahui fungsi empedu
dalam pencernaan makanan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui macam-macam enzim pencernaan
makanan yang terdapat pada usus ikan serta mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan
makanan.
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Suripto, 2002)
2.2 Enzim
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat
yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena
enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah
terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis
enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan
perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase
hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Enzim dipelajari
dalam enzimologi (Campbell,2003).
Enzim membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Enzim banyak terdapat pada
makanan segar karena enzim sangat sensitive terhadap panas dan akan rusak dalam proses
pemasakan dan pasteurisasi. Enzim berperan penting bagi kehidupan dengan cara
menjalankan seluruh metabolisme tubuh. Kita tidak dapat mencerna atau menyerap
makanan dan kita pun bisa mati jika tidak ada enzim dalam tubuh. Enzim adalah
biokatalisator spesifik yang bergabung dengan koenzim (vitamin dan mineral) yang
menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Pada umumnya kita sudah mengetahui kegunaan vitamin dan mineral bagi tubuh, akan
tetapi kemungkinan besar Anda tidak menyadari bahwa vitamin tidak akan diaktifkan
dalam tubuh sampai bergabung dengan enzim (Campbell,2003).
2.3 Koenzim
Banyak enzim yang mengatalisis proses pemindahan gugus dan reaksi lain
memerlukan, di samping substratnya, sebuah molekul organic sekunder yang dikenal
sebagai koenzim karena tanpa koenzim, enzim tersebut tidak aktif. Koenzim akan
memperbesar kemampuan katalitik sebuah enzim sehingga menjadi jauh melebihi
kemampuan yang ditawarkan hanya oleh gugus fungsional asam aminonya, yang
menyusun massa enzim tersebut. Koenzim yang berikatan secara erat dengan enzim lewat
ikatan kovalen atau gaya nonkovalen kerap kali disebut sebaga gugus prostetik. Koenzim
yang mampu berdifusi ecara bebas umumnya berfungsi sebagai unsure pembawa
hydrogen, hidrida, atau unit-unit kimia seperti gugus asil, atau gugus metal, membawanya
bolak-balik antara tempat pembentukannya dan pemakaiannya. Oleh karena itu, koenzim
yang disebut belakangan ini dapat dianggap sebagai substrat sekunder.
Jenis-jenis enzim yang membutuhkan koenzim adalah enzim yang mengatalisis
reaksi oksidoreduksi, pemindahan gugus, serta isomerasi, dan reaksi yang membentuk
ikatan kovalen. Reaksi lisis, termasuk reaksi hidrolisis yang dikatalisis oleh enzim-enzim
pencernaan, tidak memerlukan koenzim. (Murray, 2003)
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
Perubahan suhu dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim.
Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat.
Pengruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan
juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil rekasi enzim juga dapat menghambat
kecepatan reaksi (Indah, 2004).
2.4.1 Suhu
Suhu rendah yang memdekati titik beku biasanya tidak merusak enzim.
Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10 0C, menyebabkan
keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum reaksi
berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim yang aktif
akan berkurang karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh manusia
memiliki suhu optimum sekitar 37oC. Enzim organismemikro yang hidup dalam
lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang tinggi. Sebagian
besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai + 60oC. Ini disebabkan
karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika pemanasan
dihentikan dan enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini
disebabkan oleh karena proses denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat
pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan ini (Indah, 2004).
2.4.2 pH
Bila aktivitas enzim diukur pada pH yang berlainan, maka sebagian besar
enzim didalam tubuh akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0-9,0,
kecuali beberapa enzim misalnya pepsin (pH optimum = 2). Ini disebabkan oleh :
1. Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
2. Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan
muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.
2.4.3 Pengaruh Konsentrasi Enzim
Enzim dapat dirusak dengan pengocokan, penyinaran ultraviolet dan sinar-x, sinar-
β dan sinar-γ. Untuk sebagian ini disebabkan karena oxidasi oleh peroxida yang
dibentuk pada penyinaran tersebut. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh adanya
inhibitor seperti obat-obatan dan sebagainya (Indah, 2004).
- Peptidase
Pertukaran protein, yaitu penguraian dan resintesis semua protein sel yang
berlangsung terus menerusm merupakan proses fisiologis yang penting dalam semua
bentuk kehidupan. Masing-masing protein diuraikan dengan laju yang sangat berbeda-
beda, dan lajunya bervariasi mengikuti responnya terhadap kebutuhan fisiologik.
Enzim protease intrasel menghidrolisis ikatan peptide internal protein sehingga
terjadi pelepasan peptide yang kemudian diuraikan menjadi asam amino bebas oleh enzim
peptidase. Endopeptidase memutukan ikatan internal di dalam peptide ehingga terbentuk
senyawa peptide yang lebih pendek. Aminopeptidase dan karboksipeptidase secara
terangkai mengeluarkan asam amino masing-masing dari gugus terminal –amino dan –
karboksil. Hasil akhirnya adalah asam amino bebas. (Murray, 2003)
Enzim peptidase ini bekerja salah satunya pada duodenum saat terjadi pencernaan
protein, dimana polipeptida dibongkar menjadi peptide kecil atau asam amino. (Hidayati,
2008)
- Amilase
Amylase air liur mampu membuat pati dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa
dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat. Amylase liur akan segera
terinaktivasi pada pH 4 atau kurang, sehingga kerja pencernaan makanan di dalam mulut
akan terhenti begitu lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan.
(Murray, 2003)
Kerja memecah molekul pati yang dimiliki getah pancreas terjadi akibat enzim
amylase pancreas. Kerja enzim ini serupa dengan kerja amylase liur, menghidrolisis pati
dan glikogen menjadi maltosa, maltotriosa dan campuran senyawa oligosakarida
bercabang, oligosakarida tak bercabang, serta beberapa glukosa. (Hidayati, 2008)
- Tripsin
Kerja pankreolitik yang dimiliki getah pancreas disebabkan oleh tiga buah enzim
endopeptidase : tripsin, kimotripsin, dan elastase yang menyerang protein serta polipeptida
yang dilepas dari lambung untuk membentuk senyawa-senyawa polipeptida, peptide, atau
keduanya. Tripsin bersifat spesifik untuk ikatan peptide asam amino dasar. Ketiga enzim
tadi disekresikan sebagai zimogen, membebaskan sebuah polipeptida kecil yang
memungkinkan molekul membuka lipatannya menjadi tripsin aktif. Begitu tripsin
terbentuk, enzim ini bukan hanya menyerang molekul tambahan tripsinogen, tetapi juga
zimogen lain di dalam getah pancreas, kimotripsinogen, proelastase, dan
prokarboksipeptidase, yang masing-masing secara berurutan membebaskan kimotripsin,
elastase, dan karboksipeptidase. (Murray, 2003)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Ekstrak Usus
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam enzim pencernaan
makanan yang terdapat pada usus ikan serta untuk mengetahui fungsi empedu dalam
pencernaan makanan. Percobaan ini menggunakan ikan Sebelah (Psettodes erumeri) dan
empedu ayam sebagai objek utama percobaan. Percobaan ini terbagi menjadi dua bagian,
yakni pembuatan ekstrak usus halus yang diambil dari tubuh ikan mas beserta pembuktian
enzim-enzim yang ada di dalamnya, dan menguji pengaruh empedu terhadap lemak. Pada
pembuatan ekstrak usus halus dari ikan mas, mula-mula ikan Sebelah (Psettodes erumeri)
diletakkan di atas papan seksi lalu dibedah pada bagian ventralnya dengan alat bedah
hingga tampak organ-organ dalamnya. Kemudian organ usus halus ikan mas dipisahkan
dari organ-organ dalam lainnya dengan cara memotongnya. Potongan usus halus kemudian
dicuci dalam larutan garam fisiologis hingga terbebas dari lemak-lemak yang menempel.
Larutan garam fisiologis berguna untuk menjaga kondisi fisiologis sel usus halus agar tetap
sama saat seperti di dalam tubuh ikan mas karena larutan fisiologis bersifat isotonis
terhadap cairan dalam sel-sel usus halus. Selanjutnya, potongan usus halus dipotong kecil-
kecil agar dapat bercampur secara homogen dengan larutan garam fisiologis. Lalu usus
diangkat dengan pinset, dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna gelap yang ada
tutupnya serta ditambahkan beberapa tetes gliserin dan toluen ke dalamnya.
Gambar : ikan Sebelah (Psettodes erumeri) yang dibedah dan di ambil ususnya untuk
diekstrak
Gliserin berguna untuk melarutkan sel epitel usus halus, sedangkan toluen berguna
sebagai pengawet sel agar tidak mudah menjadi rusak. Botol kemudian ditutup rapat
kemudian diletakkan di dalam tempat yang gelap selama seminggu. Perlakuan ini
bertujuan untuk memberikan waktu yang optimum bagi enzim-enzim dalam usus halus
untuk dapat bekerja lagi seperti saat berada pada tempatnya dalam tubuh ikan mas (tanpa
cahaya) setelah dikeluarkan dari tubuh ikan mas dan diberi perlakuan fisiologis tertentu.
Setelah 1 minggu botol diambil dari tempatnya dan ekstrak usus halus ikan mas yang telah
dibuat siap digunakan untuk uji adanya enzim-enzim yang terkandung di dalamnya.
Enzim-enzim yang akan dibuktikan keberadaannya dalam usus halus adalah enzim
amilase, maltase dan tripsin. Amilase dan maltase merupakan enzim pencerna molekul
makanan yang berupa karbohidrat, sedangkan tripsin adalah enzim pencerna molekul
makanan yang berupa protein yang diaktivasi oleh proenzim tripsinogen (Suripto, 2004).
Gambar : Hasil uji positif adanya enzim maltase yang dilihat dari timbulnya
endapan merah pada larutan
Gambar : Hasil uji negatif pada uji enzim tripsin karena tidak ditemukan cicin biru
pada larutan
Pada tabung B air tidak mampu bercampur dengan minyak, terbentuk 2 lapisan
yang jelas (lapisan atas minyak, lapisan bawah air), minyak dan air tidak bercampur.
Setelah tabung reaksi dikocok dengan kuat pun, air dan minyak sulit bercampur, berwarna
kuning keruh (bagian yang bercampur) tetap terbentuk 2 lapisan (lapisan bawah air).
Bahkan setelah dibiarkan selama 5-10 menit perubahan yang terjadi adalah terbentuknya 2
lapisan yang semakin jelas (atas: minyak berwarna kuning keruh, bawah: air). Air dan
minyak merupakan dua jenis cairan yang mempunyai massa jenis yang berbeda. Massa
jenis air lebih besar daripada massa jenis minyak sehingga minyak selalu berada pada
bagian atas. Dari sini juga terlihat adanya perbedaan antara air dan cairan empedu. Cairan
empedu dapat bercampur dengan minyak meskipun tidak merata (menunjukkan adanya
aktivitas enzim yang dapat mencerna lemak) sedangkan air sama sekali tidak dapat
bercampur dengan minyak (dalam air tidak terdapat enzim yang dapat mencerna lemak).
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.