Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BIOKIMIA

“ENZIM”

DISUSUN

OLEH

KELOMPOK 1 :

 EDILI ZEBUA (19507075)


 MONTELA WANEY (19507063)
 PRICHILIA KUMULONTANG (19507057)
 MELINDA G. LENGKONG (19507066)

PENDIDIKAN BIOLOGI C / II

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada TYME atas berkat dan kemurahan-Nya kami
kelompok satu bisa menyelesaikan makalah kami ini dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
“BIOKIMIA” dengan materi “ENZIM”. Kami juga berterimakasih kepada Dosen pengampuh
mata kuliah Biokimia yang telah memberikan kami tugas dan membimbing dan mengarahkan
kami, sehingga pembuatan makalah kami ini berjalan dengan baik.

Kami sadar dalam pembuatan makalah kami ini juah dari kesempunaa. Baik dalam
pengetikan dan bentuk penyusunan makalah yang baik, sudah jauh berbeda dan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Maka dari itu kami mohon kepada para pembaca, supaya dapat
memberikan saran dan komentar yang membangun. Suapaya dalam menyelesaikan makalah
selanjutnya kami bisa memperbaikinya.

Besar harapan kami, semoga materi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfat bagi
kita semua, terimaksi.

Tondano, 24 april 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
1.3 TUJUAN................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Enzim...................................................................................................................6
2.2 Sejarah perkembangan...........................................................................................................6
2.3 Tatanama dan Klasifikasi Enzim...........................................................................................8
2.4 Ciri-ciri Enzim.....................................................................................................................11
2.5 Sumber Enzim......................................................................................................................12
2.6 Jenis-jenis Enzim.................................................................................................................13
2.7 Struktur Enzim.....................................................................................................................16
2.8 Cara Kerja Enzim.................................................................................................................16
2.9 Faktor yang Mempengaruhi Enzim......................................................................................17
2.10 Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan..................................................................19
BAB III..........................................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
BAB II

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi. Pada setiap
reaksi kimia organic dibutuhkan katalisator yang mempercepat reaksi kimia. Enzim memiliki
fungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat proses suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat
dalam reaksi tersebut. Maksudnya, enzim tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan
kembali ke bentuk asalnya setelah reaksi kimia selesai. Enzim mengubah molekul awal zat,
substrat, menjadi hasil reaksi yang molekulnya berbeda dari molekul awal (produk).

Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dengan cepat.
Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata enzim mempunyai gugus bukan protein, jadi
termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein
(apoenzim) dan suatu gugus bukan protein.

Enzim merupakan zat yang paling menarik dan penting di alam. Pertama, sangat penting
untuk menyadari bahwa enzim bukan merupakan benda hidup. Mereka benda mati, sama seperti
mineral. Tapi juga tidak seperti mineral, merka dibuat oleh sel hidup. Enzim adalah benda tak
hidup yang diproduksi oleh sel hidup.

Oleh karena itu, enzim sudah tidak diragukan memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan. Tidak hanya dalam kehidupan manusia, tetapi bagi hewan dan tumbuhan. Bahkan
bisa dikatakan bahwa enzim berperan penting dalam kelangsungan alam ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian enzim?
2. Bagaiman sejarah perkembangan enzim?
3. Bagaimana tata nama dan klasifikasi enzim?
4. Jelaskan ciri-ciri enzim?
5. Jelaskan sumber-sumber enzim?
1.3 TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui pengertian enzim
2. Agar dapat mengetahui sejarah perkembangan enzim
3. Agar dapat mengetahui tata nama dan klasifikasi enzim
4. Agar dapat memahmi ciri-ciri dari enzim
5. Agar dapat mengetahui sumber-sumber enzim
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Enzim

Enzim merupakan protein yang dihasilkan oleh organisme dan berfungsi sebagai
katalisator hayati yang sangat efesien. Enzim bisanya terdapat dalam sel dengan konsentrasi
yang sangat rendah, dimana mereka dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi
kesetimbangan artinya baik laju reaksi maju maupun laju reaksi kebalikannya ditingkatkan
dengan kelipatan yang sama.

Enzim adalah biokatalisator organic yang dihasilkan organisme hidup di dalam


protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein,
berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu
reaksi kimia. Hampir semu enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim,
molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi
molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung
pada kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologi sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh
hormon sebagai promoter.

Katalis adalah zat yang menyebabkan reaksi kimia dapat berlangsung, dan dalam sel
mungkin berlangsung ratusan reaksi yang masing-masing memerlukan enzim tertentu. Enzim
mengkatalisis suatu sintesis yaitu pembentukan senyawa kompleks dari molekul sederhana, atau
mengkatalisis degradasi yaitu molekul kompleks dirombak menjadi unit yang sederhana dengan
cara hidrolisis.

2.2 Sejarah perkembangan

Hal-hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia
pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari sebagai jurusan tersendiri, tetapi sejumlah program
studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu
pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.

Pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an, pencernaan daging oleh sekresi
pelarut dan konversi pati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui. Namun,
mekanisme bagaimana hal ini terjadi belum teridentifikasi.
Pada abad ke-19, ketika mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis
Pasteur menyimpulkan bahwa frementasi ini dikatalisis oleh gaya dorong vital yang terdapat
dalam sel ragi, disebut sebagi “fermen”, dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh
organisme hidup. Ia menulis bahwa “fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan
dengan kehidupan dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel
tersebut”.

Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kuhne (1837-1900) pertama kali
menggunakan istilah “enzyme”, berasal dari bahasa Yunani yang berarti “dalam bahan
pengembang” (ragi), untuk menjelaskan proses ini. Kata “Enzyme” kemudian digunakan untuk
merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas
kimiawi yang dihasilkan oleh organisme hidup.

Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannnya mengenai kemampuan ekstrak
ragi untuk memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada sel ragi yang hidup. Pada sederet
eksperimen di Universitas Berlin, ia menemukan bahwa gula difrementasi bahkan apabila sel
ragi tidak terdapat pada campuran. Ia menamai enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai
“zymase” (zimase). Pada tahun 1907, ia menerima penghargaan nobel dalam bidang kimia atas
riset biokimia dan penemuan fermentasi tanpa sel yang dilakukannya. Mengikuti praktek Bucner,
enzim biasanya dinamai sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut. Umumnya,
untuk mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran –ase ditambahkan pada nama substrat enzim
tersebut (contohnya : lactase: merupakan enzim yang mengurai laktosa) ataupun pada jenis
reaksi yang dikatalisis (contohnya: DNA polymerase yang menghasilkan polimer DNA).

Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada sifat-
sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas enzim
diasosiasikan dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard Willstatter berargumen
bahwa protein hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein sendiri tidak dapat
melakuakan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B. Summer mengkristalisasi enzim urease
dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein
murni dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang
meneliti enzim pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan komotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih
penghargaan Nobel tahun 1946 pada bidang kimia.

Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur enzim
ditentukan melalui Kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan pada lisozim, enzim
yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang mencerna lapisan pelindung
beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh sekolompok ilmuan yang diketahui oleh
David Chilton Phillips dan dipublikasikan pada tahun 1965. Struktur lisozim dalam resolusi
tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi structural untuk memahami bagaimana enzim.
2.3 Tatanama dan Klasifikasi Enzim

1. Tata Nama Pada Enzim

Sebagian besar enzim diberi nama dengan manambahkan akhiran –ase pada nama
substrat enzim tersebut. Sebagai contoh, Maltase bekerja pada maltose, Urease pada urea
den sebagainya.

IUB (international union of biochemistry)

Digit :

1 = kode kelas enzim


2 = kode sub kelas enzim
3 = kode sub-sub kelas enzim
4 = nama enzim tertentu

2. Klasifikasi Enzim

Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat yang dikatalisis, daya
katalisisnya, dan cara terbentuknya.

 Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya


a. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya
didalam sel. Umunya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di
dalam sel dan untuk pembentukan energy (ATP) yang berguna untuk proses
kehidupan sel, missal dalam proses respirasi.
b. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya
di luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis,
untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga
dapat masuk melewati membrane sel. Energy yang disebabkan pada reaksi
pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
 Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan
pemindahan electron, hydrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim
electron transfer oksidase dan hydrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa
macam enzim electron oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase
dan dehydrogenase
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu
molekul ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai
berikut :
 Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
 Transforforilse adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
 Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asli.
c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim
adalah :
 Karboksilesterase adalah hydrolase yang menghidrolisis gugusan ester
karboksil
 Lipase adalah hydrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida)
 Peptidase adalah hydrolase yang menghidrolisis protein dan polipetida.
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah
:
 L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan air dari malat sehingga di hasilkan fumarat.
 Dekarboksiliase (dekarbosilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan gugus karboksil.
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzimyang mengkatalisis reaksi isomerisasi,
yaitu :
 Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
 Epimerase, merubaha D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat
 Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisretolal
 Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA
suksinil-CoA
f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan
dibebaskanya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah
enzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis reaksi sebagai berikut :
Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA + AMP + P-P

 Enzim lain dengan tata nama berbeda


Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara yang diatas, misalnya
enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim permease.
Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat selektif permiabel dari
membrane sel.
 Penggolongan enzim berdasarkan cara terbentuknya
a. Enzim kostitutif
Didalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel
normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel
hidup. Walaupun demikiana ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar
substratnya, misalnya enzim amylase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan
dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b. Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat mengiduksi terbentuknya enzim
tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang
sampai beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya
dirangsang oleh adanya substrat. Sebgai contoh adalah enzim beta galaktosidase
yang dihasilkan oleh bakteri E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga
awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag /fase adaptasi panjang)
stelah beberapa waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut
E. coli membentuk enzim beta galaktosidase yang digunakan untuk merombak
laktosa.
Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang
dikatalisis. Pada awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan
kebanyakan mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini
diidentifikasikan dengan menambahkan akhiran –ase pada nama substansi atau
substrat yang dihidrolisis. Contoh : lipase menghidrolisis lipid. Amylase
menghidrolisis amilum, protease menghidrolisis protein. Pemakaian penamaan
tersebut terbukti tidak memadai karena banyak enzim mengkatalisis substrat yang
sama tetapi dengan reaksi yang berbeda. Contohnya ada enzim yang
mengkatalisis reaksi reduksi terhadap funsi alcohol gula da nada pula yang
mengkatalisis reaksi oksidasi pada substrat yang sama.
Sistem penamaan enzim sekarang tetap menggunakan –ase, namun
ditambahkan pada jenis reaksi yang dikatalisisnya. Contoh : enzim dehydrogenase
mengkatalisis raeaksi pengeluaran hydrogen, enzim transferase mengkatalisis
pemindahan gugus tertentu. Untuk menghindari kesulitan penamaan karena
semakin banyak ditemukan enzim yang baru, maka IUB telah mengabdosi sistem
penamaan yang kompleks tetapi tidak meragukan berdasarkan mekanisme reaksi.
Namun sampai sekarang masih banyak buku-buku yang masih menggunakan
sistem penamaan lama yang lebih pendek.

2.4 Ciri-ciri Enzim

Ciri-ciri enzim ialah sebagai berikut :


1. Merupakan sebuah protein, jadi sifatnya sama dengan protein yaitu dapat menggumpal dalam
suhu tinggi dan terpengaruh oleh tempertur
2. Bekerja secara khusus, artinya hanya untuk bekerja dalam satu reaksi saja tidak dapat
digunakan dalam beberapa reaksi.
3. Dapat digunakan berulang kali, Enzimdapat dugunakan berulang kali karena enzim tidak
berubah pada saat terjadinya reaksi.
4. Rusak oleh panas Enzim tidak tahan pada suhu tinggi, kebanyakan enzim hanya bertahan
pada suhu 5000C, rusaknya enzim oleh panas disebut dengan denaturasi.
5. Dapat bekerja bolak-balik, artinya satu enzim dapat menguraikan satu senyawa menjadi
senyawa yang lain. Isozim atau iso-enzim adalah dalam suatu campuran terdapat lebih dari
satu enzim yang dapat berperan dalam suatu substrat untuk memberikan suatu hasil yang
sama. Keuntungan bagi tumbuhan yang mengandung isoenzim adalah karena isozim-isozim
tersebut akan memiliki tanggapan yang berbeda terhadap faktor-faktor lingkungan. Setiap
isozim dihadapkan pada lingkungan kimia yang berbeda dan masing-masing berperan pada
posisi yang berbeda dalam lintasan metabolic.
2.5 Sumber Enzim

Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan,
dan dari mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan
termasuk protease (papain, fisin, dan bromelain), amylase, lipoksigenase, dan enzim khusus
tertentu. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankraes, lipase dan enzim
untuk pembuatan mentega. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pancreas,
lipase, dan enzim untuk pembuatan mentega. Dari kedua sumber tumbuhan dan hewan tersebut
mungkin timbul banyak persoalan, yakni : untuk enzim yang berasal dari tumbuhan, persoalan
yang timbul anatara lain variasi musim, konsentrasi rendah dan biaya proses yang tinggi.
Sedangkan yang diperoleh dari hasil samping industry daging, mungkin persediaan enzimnya
terbatas dan ada persaingan dengan pemanfaatan lain. Sekarang jelas bahwa banyak dari sumber
enzim yang tradisional ini tidak memenuhi syarat untuk mencukupi kebutuhan enzim masa kini.
Oleh karena itu, penigkatan sumber enzim sedang dilakukan yaitu dari mikroba penghasil enzim
yang sudah dikenal atau penghasil enzim-enzim baru lainnya.

Program pemilihan produksi enzim sangat rumit, dan dalam hal tertentu jenis kultivasi
yang digunakan bahwa galur tertentu hanya akan menentukan metode seleksi galur. Telah
ditunjukkan bahwa galur tertentu hanya akan menghasilkan konsentrasi enzim yang tinggi dari
permukaan atau media padat, sedangkan galu yag lain memberi respon pada teknik kultivasi
terbenam (submerged), jadi teknik seleksi harus seleksi harus sesuai dengan proses akhir
produksi komersial.

Beberapa sumber enzim disajikan dalam tabel berikut

Enzim Sumber
α- amylase Aspergillus oryzae
2.6 Bacillus amyloliquefaciens Jenis-
jenis Bacillus licheniformis Enzim
a. β-glukonase Aspergillus niger Rannet
R a n n Bacilluseamyloliquefaciens
t a d a
Glucoamy lase Aspergillus niger dari
Rhizopus sp bahan
Glukosa isomerase Arthobacter sp
dasar
Bacillus sp
Lactase Kluyveromyces sp usus.
Lipase Candida lypolytica Susu
Pectinase Aspergillus sp
adalah
Penicillin acylase Eschericia coli
Protease, asam Aspergillus sp cairan
Protease, alkali Aspergillus oryzae yang
Bacillus sp
Protease, netral Bacillus amyloliquefaciens
Bacillus thermoproteolyticus
Pullulanase Klebsiela aerogenes
tersusun atas protein yang terutama kasein yang dapat mempertahankan bentuk cairnya.
Rannet merupakan kelompok enzim protease yang ditambahkan pada susu pada saat
pembuatan keju. Rannet berperan untuk menghidrolisis kasein terutama kappa keasein
yang berfungsi mempretahankan susu dari pembekuan. Enzim yang palin umum yang
diisolasi dari rannet adalah chymosin. Chymosin dapat diisolasi dari beberapa jenis
binatang, mikroba atau sayuran, akan chymosin yang berasal dari mikroorganisme lokal
atau asli yang belum mendapat rekayasa genetic kadang aplikasinya dalam pembuatan
keju atau chedder menjadi kurang efektif.
b. Lactase
Lactase adalah enzim likosida hydrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa
menjadi gula penyususnnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi
enzim lactase yang cukup dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactase
intolerant yang mengakibatkan rasa tidak nyaman diperut seperti kram, banyak buang
gas, atau diare dalam saluran cerna selama proses pencernaan produk-produk susu.
Secara komersial lactase komersial lactase digunakan untuk menyiapkan produk-produk
bebas laktosa seperti susu. Ini juga dapat digunakan untuk membuat es krim untuk
membuat cream dan rasa produk yang lebih manis. Lactase biasanya diisolasi dari yeast
(Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus sp.)
c. Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers)atau
sumber microbial. Dan digunakan untuk mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan
molekul oksigen. Enzim ini digunakan secara terbatas pada proses produksi keju.
d. Lipases
Lipase digunakan memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan
flavor keju khas. Flavor dihasilkan oleh karena adanya asam lemak bebas yang
diproduksi ketika lemak susu dihidrolisis.
e. Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari
senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam
amino). Contoh protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin dan papain sebagai
bahan pengempuk daging.
f. Amylase
Amylase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis amilum (pati) menjadi
gula-gula sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amylase dapat digunakan dalam
proses pembuatan biscuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.
g. Oksidoreduktase
Golongan enzim yang mengkatalisis pengambilan atom hydrogen dari suatu
senyawa baik dehidrogenese maupun oksidase
h. Transferase
Enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan suatu gugus dari sautu senyawa
kepada senyawa lain.
i. Hydrolase
Enzim yang berperan sebagai katalisis pada reaksi hidrolisis, baik pemecahan
ester, glikosida, dan peptide.
j. Liase
Enzim mengkatalisis dalam reaksi pemisahan gugus dari suatu substrat (bukan
cara hidrolisis) atau sebaliknya.
k. Isomerase
Enzim yang bereaksi pada reaksi perubahan intramolekuler
l. Ligase
Enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul.
2.7 Struktur Enzim

Menurut Kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu dalam
ragi. Menurut Mayrback (1952), enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisis reaksi-
reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa enzim adalah biokatalisator, yang artinya senyawa organic berupa protein bermolekul
besar yang dapat mempercepat jalannya reaksi-reaksi metabolisme tanpa mengalami perubahan
struktur kimia.

Kebanyakan enzim yang terdapat didalam alat-alat atau organ-organ organisme hidup
berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung dan cairan
pancreas. Pembentukan enzim memerlukan bahan baku asam amino sehingga pembentukannya
akan mengalami hambatan jika sumber bahan baku ini berkurang. Beberpa enzim, seperti pepsin,
tripsin dan kimotripsin yang hanya terdiri atas satu rantai polipeptida disebut enzim monomeric.
Enzim lain, seperti heksokinase, laktat dehydrogenase, endase dan piruvat kinase yang terdiri
atas dua atau lebih rantai polipeptida disebut enzim oligomerik. Seperti protein, enzim dapat
mengalami denaturasi, misalnya akibat pengaruh pemanasan, gelombang ultrasonic dan radiasi
ultraviolet atau pengaruh penambahan asam, basa dan pelarut organic terntentu. Denaturasi ini
menyebabkan enzim menjadi tidak aktif atau tidak dapat bekerja.

Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan
apoenzim, sedangakan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugu
prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu bahan senyawa organic
yang mengandung logam.

Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu ke satuanyang disebut haloenzim, tapi
ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus protestiknya tidak menaytu. Bagian gugus
propestik yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya gugus propestik. Contoh
koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (missal : vitamin B1, B2, B6, oniasindan biotin).

Karena enzim itu suatu protein, konsekuensinya karakteristik biokimia enzim sama
karakteristik protein, yang disintesis oleh sel memerlukan DNA, bila rusak oleh lingkungan yang
tidak mendukung seperti akibat suhu dan pH enzim dapat menurunkan barrier energy aktivasi,
sehingga reaksi dapat berlangsung dalam kondisi normal yang ada pada sel hidup. Enzim dapat
mepercepat tingkat reaksi yang sebenarnya terjadi, tetapi jauh lebih lambat.

2.8 Cara Kerja Enzim

Dua teori mengenai cara kerja enzim yaitu :


a. Teori Kunci dan Gembok
Pada tahun 1890-an, Fischer mengajukan model kunci dan lubang kunci, yang
menyebabkan pengikatan substrat melalui percocokan dari substrat komplementer dan
struktur tempat aktif. Selama bertahun-tahun teori ini terbukti berharga dalam penelitian
mengenai spesifisitas stereo dari reaksi enzimetik.
Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis
substrat saja. Substrat sesuai dengan sisi aktif seperti gembok kunci dengan anak
kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Jika enzim mengalami
denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai
lagi. Perubahan pH juga pengaruh yang sama.
b. Teori Kecocokan Induksi
Semua modifikasi dari model kunci dan lubang kunci yang diajukan oleh Daniel
Kosland menggambarkan suatu jenis hubungan tangan dalam sarung tangan dalam enzim
dan susbtratnya, sebagai akibat suatu kecocokan yang timbul. Model cocok yang
ditimbulkan (induced fit) merupakan interpretasi yang mempertimbangkan bahwa tempat
pengikatan dari suatu enzim bukan sebagai struktur kaku, tetapi malah sebagai sesuatu
yang berubah dalam konfirmasi dengan terjadinya pengikatan substrat untuk
menghasilkan suatu kecocokan enzim-substrat yang tepat. Jadi, model Koshland
menggabungkan sifat dinamis kedalam pengikatan substrat.
Sifat aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan dengan substrat. Ikatan
antara enzim dan substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat. Inhibitor
merupakan zat yang dapat menghambat kerja enzim. Bersifat reversible dan irreversible.

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Enzim


a. Suhu
Suhu terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih
tetap mempunyai sifat protein yang kerjanya dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat
bekerja optimum pada kisasaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 400 C. Pada suhu 00
C, enzim tidak aktif. Jika suhunya dinaikkan, enzim akan mulai aktif. Jika suhunya
dinaikkan lebih tinggi lagi sampai batas 40-500 C, enzim akan bekerja lebih aktif
lagi. Namun, pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan teruarai atau terdenaturasi
seperti halnya protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak dapat bekerja.
1. Enzim tidak aktif pada suhu kurang dari pada 00 C
2. Kadar tindak balas enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan suhu
100C.
3. Kadar tindak balas enzim paling optimum pada suhu 37 0c. Enzim ternyata
berhasil pada suhu tinggi yaitu dari 500C.
b. Derajat keasaman (pH)
Derajat bekerja pada pH tertentu, umumnya netral, kecuali beberapa jenis
enjim yang bekerja pada suasana asam atau suasana basa. Jika enzim yang bekerja
optimum pada suasana netral ditempatkan pada suasana basa ataupun asam, enzim
tersebut tidak akan bekerja atau bahkan rusak. Begitu juga sebaliknya, jika suatu
enzim bekerja optimal pada suasana basa atau asam tetapi ditempat pada keadaan
asam atau basa, enzim tersebut akan rusak.
Sebagia contohnya, enzim pepsin yang terdapat di dalam labung, efektif
bekerja pada pH rendah.
1. Setiap enzim bertindak paling cekap pada nilai pH tertentu yang disebut
sebagai pH optimum.
2. pH optimum bagi kebanyakan enzim ialah pH 7.
3. Terdapat beberapa pengecualian, misalnya enzim pepsin di dalam perut
bertindak balas paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam
usus kecil bertindak paling cekap pada pH 8.
c. Inhibitor
Hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah feed baack inhibitor.
Feed back inhibitor adalah keadaan pada saat substansi hasil ( produk) kerja enzim
yang terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan akan menghambat kerja enzim
yang bersangkutan.
1. Inhibitor Kompetisi
Pada inhibitor kompetisi terjadi penambahan substrat dapat mengurangi daya
hambatnya, karena inhibitor bersaing dengan substrat untuk mengikat bagian aktif
enzim. Misalnya enzim suksinat dehydrogenase yang berfungsi mengkatalisis
reaksi oksidasi asam uksinat menjadi furmarat, jika dalam proses ini ditambahkan
asam malonat, maka enzim suksinat dehydrogenase akan menurun aktivitasnya.
Tetapi jika diberikan lagi asam suksinat sebagai substrat reaksi akan normal
kembali. sehingga aktivitas inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi
inhibitor, konsentrasi substrat, dan aktivitas relatif inhibitor pada substrat.
2. Inhibitor nonkompetisi
Inhibitor nonkompetisi pengaruhnya tidak dapat dihilangkan dengan adanya
penambahan substrat lain, dimana inhibitor ini akan berikatan dengan permukaan
enzim tanpa lepas dan lokasinya tidak dapat dignti oleh substrat. Sehingga daya
inhibitor sangat tergantung dari konsentrasi inhibitor dan aktivitas inhibitor
terhadap enzim.
d. Konsentrasi substrat
Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi
substrat yang tersedia. Jika jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enjim juga
rendah. Sebaliknya, jika jumlah substrat yang tersedia, kerja enzim juga cepat. Pada
keadaan substrat berlebih, kerja enzim tidak sampai menurun tetapi konstan.
1. Pada kepekatan substrat rendah, bilangan molekul enzim melebihi bilangan
molekul substrat. Oleh karena itu, cuman sebilangan kecil molekul bertindak
balas dengan molekul substrat.
2. Apabila kepekatan substrat bertambah, lebih molekul enzim dapat bertindak
balas dengan molekul substrat sehingga ke satu kadar maksimum.
3. Penambahan kepekatan substrat selanjutnya tidak akan menambahkan kadar
tindak balas karena kepekatan enzim menjadi faktor penghambat

2.10 Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan

Terdapat berbagai macam peranan atau fungsi dari enzim yaitu :


1. Reduksi, yaitu reaksi penambahan hydrogen, electron atau pelepasan oksigen.
2. Dehidrasi yaitu pelepasan molekul uap air (H2O).
3. Oksidasi yaitu reaksi pelepasan molekul hydrogen, electron atau penambhan oksigen.
4. Hidrolisi yaitureaksi penambahan H2O pada suatu molekul dan diikuti pemechan
moleku pada ikatan yang di tambah H2O.
5. Deminase yaitu reaksi pelepasan gugus amin (NH2)
6. Dekarbolisasi yaitu reaksi pelepasan CO2 dan gugus kaborsil
7. Fosforilasi yaitu reaksi pelepasan fosfat
8. Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalisis reaksi kimia, di mana hampir
semua enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali
reaksi disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut produk. Cara kerja enzim dalam
mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak merubah atau merusak reaksi ini.
9. Fungsi enzim yaitu sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupu di luar sel makhluk hidup. Enzim ini berfungsi sebagai katalis yang sangat
efesien dan mempunyai dearajat yang tinggi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enzim merupakan protein yang dihasilkan oleh organisme dan berfungsi sebagai
katalisator hayati yang sangat efesien. Enzim bisanya terdapat dalam sel dengan konsentrasi
yang sangat rendah, dimana merka dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi
kesetimbangan artinya baik laju reaksi maju maupun laju reaksi kebalikannya ditingkatkan
dengan kelipatan yang sama.

Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama substrat, suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkatan keasaman) optimum
yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika
suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara
optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim huga dipengaruhi oleh molekul lain. Inbihitor
adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan activator adalah yang
meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah yang meningkatkan aktivitas
enzim. Banyak obat dan racun adalah inhibitor enzim.

3.2 Saran

Kesempurnaan makalh ini tergantung pada motivasi dan saran yang membangun dari
para pembaca. Maka dari itu, penulis mengharapkan masukan ataupun saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2016.”enzim”. (http://ikhsankes.blogspot.co.id/).
Fauzanna,nada.2014.”makalah
biokimia”(https://nadafauzannablog.wordpress.com/2014/05/27/makalah-biokimia-enzim/).
Wahyudi,rony.2013.”makalah tentang enzim”(http://www.mentari-dunia.com/2013/02/makalah-
tentang-enzim.html).

Anda mungkin juga menyukai