Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ENZIM

Mata Kuliah : Metabolisme Zat Gizi Mikro

Dosen Pengampu :

Ibu Lilia Faridatul F., S.Tr.Keb., M.Gz

Disusun oleh :

Widya Nuryana (22.04.4.029.028)

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 GIZI SEMESTER 2

INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN


KATA PENGANTAR

Allhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan


limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan "Enzim" ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bu Lilia Faridatul F., S.Tr.Keb., M.Gz selaku dosen pengajar. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Beliau yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan kita agar bisa
maksimal dalam bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyususan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karen itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga
makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan meningkatkan kreativitas.

Tuban, 4 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Sejarah Perkembangan Enzim........................................................................3

2.2 Pengertian Enzim...........................................................................................4

2.3 Enzim didalam Sel..........................................................................................5

2.4 Sifat-Sifat Enzim............................................................................................6

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

3.2 Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi.
Pada setiap reaksi kimia organik dibutuhkan katalisator untuk mempercepat
reaksi kimia. Enzim memiliki fungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat
proses suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya,
enzim tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan kembali ke bentuk
asalnya setelah reaksi kimia selesai. Enzim mengubah molekul awal zat,
substrat, menjadi hasil reaksi yang molekulnya berbeda dari molekul awal
(produk) (Wahyuni, Sri, 2017).
Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang
dengan cepat. Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata enzim
mempunyai gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk.
Gugus bukan protein ini disebut dengan kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein dan ada pula yang tidak terikat kuat oleh protein. Gugus yang terikat
kuat pada bagian protein artinya sukar terurai dalam larutan yang disebut
dengan Prostetik, sedang yang tidak begitu terikat kuat oleh protein (mudah
dipisahkan secara dialisis) disebut dengan Koenzim. Keduanya ini dapat
memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat (Suhara, 2018).
Enzim merupakan zat yang paling menarik dan penting di alam. Pertama,
sangat penting untuk menyadari bahwa enzim bukanlah benda hidup. Mereka
benda mati, sama seperti mineral. Tapi juga tidak seperti mineral, mereka
dibuat oleh sel hidup. Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel
hidup. Oleh karena itu, enzim sudah tidak diragukan memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan. Tidak hanya dalam kehidupan manusia,
tetapi bagi hewan dan tumbuhan. Bahkan bisa dikatakan bahwa enzim
berperan penting dalam kelangsungan alam ini.
Di dalam sel enzim tidak terdistribusi merata di seluruh plasma, namun
terkonsentrasi pada organela-organela tempat terjadinya reaksi. Misalnya

1
enzim yang berkaitan dengan reaksi Calvin dan Krebs berkumpul di
mitokondria dan kloropas. Enzim yang dibutuhkan dalam sitesis DNA dan
RNA serta untuk proses mitosis terdalam didalam inti sel. Enzim-enzim di
dalam sel akan beberja secara berkesinambungan. Artinya produk suatu tahap
reaksi akan dibebaskan pada tempat dimana produk ini dapat segera
dikonversi oleh enzim lain berikutnya. Ada beberapa enzim yang dijumpai di
luar organela, namun juga tidak tersebar karena adanya reticulum endoplasma
yang bercabang-cabang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah tentang perkembangan enzim?
2. Apa pengertian dari enzim?
3. Bagaimana peran enzim didalam sel?
4. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki enzim?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah tentang perkembangan enzim.
2. Untuk mengetahui pengertian dari enzim.
3. Untuk mengetahui peran enzim didalam sel.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki enzim.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Enzim


Sejarah dari enzim dimulai pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun
1800-an, pencernaan daging oleh sekresi perut dan konversi pati menjadi gula
oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui. Namun, mekanisme
bagaimana hal ini terjadi belum diidentifikasi. Pada abad ke-19, ketika
mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur
menyimpulkan bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang
terdapat dalam sel ragi, disebut sebagai "ferment", dan diperkirakan hanya
berfungsi dalam tubuh organisme hidup. Ia menulis bahwa "fermentasi
alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan dan
organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel tersebut"
(Sumiasih, NN., & Budiani, N. N, 2016).

Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kuhne pertama kali
menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
"dalam bahan pengembang" (ragi) untuk menjelaskan proses ini. Kata
"enzyme" kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin,
dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang
dihasilkan oleh organisme hidup (Rahayu, S., F. Tanuwidjaya, dkk, 2014).

Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai


kemampuan ekstrak ragi untuk memfermentasi gula walaupun ia tidak
terdapat pada sel ragi yang hidup. Pada sederet eksperimen di Universitas
Berlin, ia menemukan bahwa gula difermentasi bahkan apabila sel ragi tidak
terdapat pada campuran. Ia menamai enzim yang memfermentasi sukrosa
sebagai "zymase" (zimase). Mengikuti praktek Buchner, enzim biasanya
dinamai sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut.

3
Umumnya, untuk mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran -ase
ditambahkan pada nama substrat enzim tersebut (contohnya: laktase,
merupakan enzim yang mengurai laktosa) ataupun pada jenis reaksi yang
dikatalisasi (contoh: DNA polimerase yang menghasilkan polimer DNA)
(Suryono,2013).

Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong


penelitian pada sifat-sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal
menemukan bahwa aktivitas enzim diasosiasikan dengan protein, namun
beberapa ilmuwan seperti Richard Willstatter berargumen bahwa proten
hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein sendiri tidak dapat
melakukan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil
mengkristalisasi enzim urease dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein
murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein murni dapat berupa enzim dan
hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti
enzim pencernaan pepsin, tripsin, dan kimotripsin (Vasudevan, D. M., &
Vaidyanathan, K, 2014).

Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan


struktur enzim ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama
kali diterapkan pada lisozim, enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah,
dan telur putih yang mencerna lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur
enzim ini dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David
Chilton Phillips dan dipublikasikan pada tahun 1965. Struktur lisozim dalam
resolusi tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi struktural dan usaha
untuk memahami bagaimana enzim bekerja pada tingkat atom.

2.2 Pengertian Enzim


Kata enzim sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu “en” yang berarti
dalam dan “zyme” yang berarti ragi. Dengan begitu, bisa kita simpulkan
bahwa enzim bisa diartikan sebagai zat dalam ragi. Dengan kata lain, enzim
adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat

4
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang
akan dihasilkan bergantung pada kondisi/zat, yang disebut suatu promoter.
Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh
hormon sebagai promoter (Lestari, 2018).

Enzim adalah suatu biokatalisator, yaitu suatu bahan yang berfungsi


mempercepat reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup tetapi zat itu sendiri
tidak ikut bereaksi karena pada akhir reaksi terbentuk kembali. Suatu reaksi
kimia yang berlangsung dengan bantuan enzim memerlukan energi yang lebih
rendah. Jadi enzim juga berfungsi menurunkan energi aktivasi. Hampir semua
proses metabolisme dalam sel membutuhkan enzim untuk terjadi pada tingkat
yang cukup cepat untuk mempertahankan hidup. Sekumpulan enzim yang
dibuat dalam sel menentukan jalur metabolik terjadi pada sel tersebut. Enzim
dikenal untuk mengkatalisasi lebih dari 5.000 jenis reaksi biokimia. Sebagian
besar enzim merupakan protein, meskipun beberapa ada yang merupakan
molekul RNA katalitik (Wahyuni, Sri, 2017).

2.3 Enzim didalam Sel


Sel hidup ibarat pabrik kimia yang bergantung pada energi yang harus
mengikuti berbagai kaidah kimia. Reaksi kimia yang memungkinkan adanya
kehidupan disebut metabolisme. Terdapat ribuan reaksi berkesinambungan
yang terjadi di dalam setiap sel, sehingga metabolisme merupakan reaksi
yang menakjubkan. Agar sel berfungsi dan berkembang dengan sebagaimana
mestinya, lintasan metaboliknya harus diatur dengan seksama. Sel dapat
mengatur lintasan metabolik yang mana yang berjalan dan seberapa cepat,
dengan cara memproduksi katalis yang tepat yang dinamakan enzim, dalam
jumlah yang sesuai dan pada saat diperlukan. Hampir semua reaksi kimia
kehidupan berlangsung sangat lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan
katalis yang lebih khas dan lebih kuat dibandingkan dengan ion logam atau
senyawa anorganik lainnya yang dapat diserap tumbuhan dari tanah. Enzim
juga jauh lebih spesifik dari pada katalis anorganik atau bahkan katalis
organik sintetik dalam hal ragam reaksi yang dapat dikatalisis, sehingga

5
reaksi dapat dikendaIikan dengan terbentuknya senyawa tertentu yang yang
dibutuhkan untuk kebutuhan senyawa tertentu yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Katalisator bersifat umum, hanya berfungsi untuk mempercepat
reaksi yang dapat digunakan berulang-ulang (satu katalisator mampu
mereaksikan 2 atau 3 bahkan lebih reaksi). Enzim bersifat lebih spesifik
hanya digunakan untuk satu reaksi saja (satu enzim hanya untuk satu reaksi)
(Sri Rahayu, 2015).

Di dalam sel enzim tidak terdistribusi merata di seluruh plasma, namun


terkonsentrasi pada organela-organela tempat terjadinya reaksi. Misalnya
enzim yang berkaitan dengan reaksi Calvin dan Krebs berkumpul di
mitokondria dan kloropas. Enzim yang dibutuhkan dalam sitesis DNA dan
RNA serta untuk proses mitosis terdalam didalam inti sel. Enzim-enzim di
dalam sel akan beberja secara berkesinambungan. Artinya produk suatu tahap
reaksi akan dibebaskan pada tempat dimana produk ini dapat segera
dikonversi oleh enzim lain berikutnya. Ada beberapa enzim yang dijumpai di
luar organela, namun juga tidak tersebar karena adanya reticulum endoplasma
yang bercabang-cabang.

2.4 Sifat-Sifat Enzim


A. Biokatalisator
Bersifat katalisator yaitu enzim adalah senyawa katalis yang
mempercepat sebuah reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Sedangkan enzim
berasal dari organisme, maka disebut juga sebagai biokatalisator. Tanpa
kehadiran enzim, suatu reaksi itu sangat sukar terjadi. Sementara dengan
kehadiran enzim kecepatan reaksinya dapat meningkat sampai 107 kali.
Sebagai contoh, enzim katalase yang mengandung ion besi (Fe) mampu
menguraikan 5.000.000 molekul hidrogen peroksida (H2O2) per menit
pada 0°C. Hidrogen peroksida hanya dapat diuraikan oleh atom besi, tetapi
satu atom besi akan memerlukan waktu 300 tahun untuk menguraikan
sejumlah molekul H2O2 oleh satu molekul katalse mengandung satu atom
besi diuraikan dalam satu detik (A Sutrisno, 2017).
B. Termolabil

6
Struktur dari suatu enzim tidak lain adalah protein, karena aktivitas
katalitiknya bergantung pada integritas strukturnya sebagai protein,
walaupun ada beberapa senyawa yang dapat bertindak sebagai katalis,
misalnya RNA. Dimana sifat protein adalah dapat rusak pada suhu yang
terlampau panas atau disebut juga bersifat termolabil. Enzim memiliki
suhu optimum untuk dapat menjalankan tugasnya. Umumnya pada suhu
37°C. Enzim akan inaktif pada suhu dibawah 10°C dan akan mengalami
denaturasi pada suhu lebih dari 60°C. Terdapat pengecualian, seperti pada
kelompok bakteri purba, seperti kelompok methanogen, mereka memiliki
enzim yang bekerja pada suhu di 80°C.
C. Spesifik
Enzim akan mengikat substrat yang mampu untuk berikatan
dengan sisi aktif enzim. Hal tersebut dikarenakan sisi aktifnya atau
permukaan tempat melekatnya substrat hanya cocok dengan permukaan
substrat tertentu saja. Sifat spesifik enzim ini dijadikan sebagai dasar
penamaan enzim. Nama enzim juga biasanya diambil dari jenis substrat
yang diikat atau jenis reaksi yang berlangsung.
D. Bekerja Bolak Balik
Beberapa enzim kerjanya dapat bolak balik. Enzim yang memecah
senyawa A menjadi senyawa B, juga enzim membantu reaksi membentuk
senyawa B dari senyawa A. Contohnya adalah enzim lipase dapat bekerja
untuk mengkatalisis molekul lemak menjadi komponen penyusunnya,
yaitu asam lemak dan gliserol serta dapat juga membentuk lemak dari
komponen penyusunnya:
Lemak → gliserol + asam lemak
E. Tidak Menentukan Arah Reaksi
Enzim bukanlah yang menentukan kemana arah reaksi tersebut
akan berjalan. Senyawa yang lebih dibutuhkan ialah poin dari arah sebuah
reaksi kimia. Misalnya tubuh kekurangan glukosa, maka akan dapat
memecah cadangan berupa glikogen dan juga sebaliknya.
F. Hanya Diperlukan dalam Jumlah Sedikit

7
Dalam mempercepat reaksi pasti akan memerlukan enzim. Jumlah
enzim yang dipakai sebagai katalis tidak perlu banyak. Hal itu dikarenakan
satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali, asalkan molekul tersebut
tidak rusak.

G. Merupakan Koloid
Enzim tersusun atas komponen protein. Maka dari itu sifat-sifat
enzim dapat digolongkan sebagai koloid. Enzim memiliki permukaan
antar partikel yang sangat besar sehingga bidang aktivitasnya juga besar.
H. Mampu Menurunkan Energi Aktivasi
Energi aktivasi suatu reaksi adalah jumlah energi dalam kalori
yang diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1 mol senyawa
pada suhu tertentu menuju tingkat transisi pada puncak batas energi.
Apabila suatu reaksi kimia ditambahkan katalis yaitu enzim, maka energi
aktivasi dapat diturunkan dan reaksi akan berjalan dengan cepat.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil mengkristalisasi enzim urease


dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah
bahwa protein murni dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan
oleh Northrop dan Stanley yang meneliti enzim pencernaan pepsin, tripsin,
dan kimotripsin. Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya
mengijinkan struktur enzim ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode
ini pertama kali diterapkan pada lisozim, enzim yang ditemukan pada air
mata, air ludah, dan telur putihyang mencerna lapisan pelindung beberapa
bakteri.

Kata enzim sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu “en” yang berarti
dalam dan “zyme” yang berarti ragi. Dengan begitu, bisa kita simpulkan
bahwa enzim bisa diartikan sebagai zat dalam ragi. Dengan kata lain, enzim
adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang
akan dihasilkan bergantung pada kondisi/zat, yang disebut suatu promoter.
Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh
hormon sebagai promoter (Lestari, 2018).

9
Terdapat ribuan reaksi berkesinambungan yang terjadi di dalam setiap sel,
sehingga metabolisme merupakan reaksi yang menakjubkan. Agar sel
berfungsi dan berkembang dengan sebagaimana mestinya, lintasan
metaboliknya harus diatur dengan seksama. Sel dapat mengatur lintasan
metabolik yang mana yang berjalan dan seberapa cepat, dengan cara
memproduksi katalis yang tepat yang dinamakan enzim, dalam jumlah yang
sesuai dan pada saat diperlukan. Hampir semua reaksi kimia kehidupan
berlangsung sangat lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan katalis yang
lebih khas dan lebih kuat dibandingkan dengan ion logam atau senyawa
anorganik lainnya yang dapat diserap tumbuhan dari tanah.

Enzim mempunyai sifat-sifat banyak, salah satunya yaitu sebagai


biokatalisator yaitu enzim adalah senyawa katalis yang mempercepat sebuah
reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Sedangkan enzim berasal dari organisme,
maka disebut juga sebagai biokatalisator. Tanpa kehadiran enzim, suatu
reaksi itu sangat sukar terjadi. Sementara dengan kehadiran enzim kecepatan
reaksinya dapat meningkat sampai 107 kali (Aji Sutrisno, 2017 ).

3.2 Saran
Tentunya dari penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nanti
nya penulis akan segera melakukan berbagai susunan makalah itu dengan me
nggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun d
ari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Sri, 2017. Biokimia Enzim dan Karbohidrat: Lhokseumawe Aceh.


Unimal press

Suhara, 2018. Dasar-Dasar Biokimia: Bandung.Prisma Press

Sumiasih, NN., & Budiani, N. N, 2016. Biologi Dasar dan Biologi


Perkembangan: Jakarta Selatan. Pusdik SDM Kesehatan

Rahayu, S., F. Tanuwidjaya, Y.Rukayadi, A.Suwanto, M.T.Suhartono, J.K.


Hwang dan Y.R. Pyun, 2014. Study of Thermostable Chitinase Enzymes
from Indonesian Bacillus K29-14. J. Microbiol. Biotechnol. 14 (4): 647–
652.

Suryono, 2013. Biokimia Enzim: Yogyakarta. jurnal medika

Vasudevan, D. M., & Vaidyanathan, K, 2014. Textbook of Biochemistry for


Medical Students (Sevent Edition): New Delhi. Jaypee Brothers Medical
Publishers

Lestari, 2018. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Multiple


Intellegence pada materi enzim siswa SMA: Malang. ejurnal
budiutomomalang.ac.id

Sri Rahayu, 2015. Karakteristik Biokimiawi Enzim Termostabil Penghidrolisis


Kitin: Bogor. ejournal Universitas Pertanian Bogor

11
A Sutrisno, 2017. Sifat- Sifat Enzim: Malang. Universitas Brawijaya Press

12

Anda mungkin juga menyukai