Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA

“ENZIM”

Disusun oleh:
Indah Hermawati (2205015106)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kapada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai
generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Kindriari Nurma W .MT selaku dosen
Biokimia yang telah membimbing kami, serta pihak lain yang ikut membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam pembuatan
makalah ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan dikemudian hari.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya.

jakarta 3 oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ...........................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................4

C. TUJUAN PENULISAN ....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ENZIM .....................................................................................6

B. SEJARAH PERKEMBANGAN ENZIM............................................................6

C. TATA NAMA DAN KLASIFIKASI ENZIM ..................................................8

D. CIRI-CIRI ENZIM............................................................................................12

E. SUMBER ENZIM.............................................................................................12

F. JENIS ENZIM ..................................................................................................14

G. STRUKTUR ENZIM........................................................................................16

H.CARA KERJA ENZIM......................................................................................17

I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENZIM.................................................18

J.PERANAN DAN FUNGSI ENZIM....................................................................20

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 22

B. SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi. Pada setiap reaksi
kimia organik dibutuhkan katalisator untuk mempercepat reaksi kimia. Enzim memiliki fungsi sebagai
biokatalisator yaitu mempercepat proses suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi
tersebut. Maksudnya, enzim tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan kembali ke bentuk
asalnya setelah reaksi kimia selesai. Enzim mengubah molekul awal zat, substrat, menjadi hasil reaksi
yang molekulnya berbeda dari molekul awal (produk).

Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dengan cepat.
Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata enzim mempunyai gugus bukan protein, jadi
termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim)
dan suatu gugus bukan protein

Enzim merupakan zat yang paling menarik dan penting di alam. Pertama, sangat penting untuk
menyadari bahwa enzim bukanlah benda hidup. Mereka benda mati, sama seperti mineral. Tapi juga
tidak seperti mineral, mereka dibuat oleh sel hidup. Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi
oleh sel hidup.

Oleh karena itu, enzim sudah tidak diragukan memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan. Tidak hanya dalam kehidupan manusia, tetapi bagi hewan dan tumbuhan. Bahkan bisa
dikatakan bahwa enzim berperan penting dalam kelangsungan alam ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian enzim?

2. Bagaimana sejarah perkembangan enzim?

3. Bagaimana tata nama dan klasifikasi enzim?

4. Jelaskan ciri – ciri enzim

5. Jelaskan sumber – sumber enzim?

6. Jelaskan jenis – jenis enzim?

7. Bagaimanakah struktur dari enzim?

8. Bagaimana cara kerja enzim ?

9. Apa sajakah faktor – faktor yang mempengaruhi enzim?

10. Apa sajakah Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan?


1.3 Tujuan

1. Agar dapat mengetahui pengertian enzim.

2. Agar dapat mengetahui sejarah perkembangan enzim

3. Agar dapat mengetahui tata nama dan klasifikasi enzim

4. Agar dapat memahami ciri – ciri dari enzim

5. Agar dapat mengetahui sumber – sumber

6. Agar dapat mengetahui jenis – jenis enzim

7. Agar dapat memahami struktur dari enzim

8. Agar dapat mengetahui cara kerja enzim

9. Agar dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi enzim

10. Agar dapat mengetahui Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Enzim

Enzim merupakan protein yang dihasilkan oleh organisme dan berfungsi sebagai katalisator hayati
yang sangat efisien. Enzim biasanya terdapat dalam sel dengan konsentrasi yang sangat rendah,
dimana mereka dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi kesetimbangan, artinya baik
laju reaksi maju maupun laju reaksi kebalikannya ditingkatkan dengan kelipatan yang sama

Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang
terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua
enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut
sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda,
disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut
promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat
dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.

Katalis adalah zat yang menyebabkan reaksi kimiawi dapat berlangsung, dan dalam sel mungkin
berlangsung ratusan reaksi yang masing-masing memerlukan enzim tertentu. Enzim mengkatalisis
suatu sintesis yaitu pembentukan senyawa kompleks dari molekul sederhana, atau mengkatalisis
degradasi yaitu molekul kompleks dirombak menjadi unit yang sederhana dengan cara hidrolisis

II.2 Sejarah Perkembangan Enzim

Hal-hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia pendidikan
tinggi, enzimologi tidak dipelajari sebagai satu jurusan tersendiri, tetapi sejumlah program studi
memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan,
teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an, pencernaan daging oleh sekresi perut
dan konversi pati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui. Namun,
mekanisme bagaimana hal ini terjadi belum diidentifikasi.

Pada abad ke-19, ketika mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur
menyimpulkan bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang terdapat dalam sel ragi,
disebut sebagai "ferment", dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh organisme hidup. Ia
menulis bahwa "fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan dan
organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel tersebut."

Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900) pertama kali
menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "dalam bahan
pengembang" (ragi), untuk menjelaskan proses ini. Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk
merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas
kimiawi yang dihasilkan oleh organisme hidup.

Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai kemampuan ekstrak ragi untuk
memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada sel ragi yang hidup. Pada sederet eksperimen
di Universitas Berlin, ia menemukan bahwa gula difermentasi bahkan apabila sel ragi tidak terdapat
pada campuran. Ia menamai enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai "zymase" (zimase). Pada
tahun 1907, ia menerima penghargaan nobel dalam bidang kimia atas riset biokimia dan penemuan
fermentasi tanpa sel yang dilakukannya. Mengikuti praktek Buchner, enzim biasanya dinamai sesuai
dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut. Umumnya, untuk mendapatkan nama sebuah
enzim, akhiran -ase ditambahkan pada nama substrat enzim tersebut (contohnya: laktase,
merupakan enzim yang mengurai laktosa) ataupun pada jenis reaksi yang dikatalisasi (contoh: DNA
polimerase yang menghasilkan polimer DNA).

Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada sifat-
sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas enzim diasosiasikan
dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard Willstätter berargumen bahwa proten
hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein sendiri tidak dapat melakukan katalisis.
Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil mengkristalisasienzim urease dan menunjukkan
bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein murni dapat berupa
enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti enzim
pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih penghargaan Nobel
tahun 1946 pada bidang kimia.

Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur enzim
ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan pada lisozim, enzim yang
ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang mencerna lapisan pelindung beberapa
bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton
Phillips dan dipublikasikan pada tahun 1965. Struktur lisozim dalam resolusi tinggi ini menandai
dimulainya bidang biologi struktural dan usaha untuk memahami bagaimana enzim bekerja pada
tingkat atom.

II.3 Tatanama dan Klasifikasi enzim

A. Tata Nama pada Enzim

Sebagian besar enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran –ase pada nama substrat enzim
tersebut. Sebagai contoh, maltase bekerja pada maltose, urease pada urea dan sebagainya
IUB(international union of biochemistry)

Digit:

1 = kode kelas enzim

2 = kode sub kelas enzim

3 = kode sub sub kelas enzim

4 = nama enzim tertentu

B. Klasifikasi Enzim

Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat yang dikatalisis, daya
katalisisnya, dan cara terbentuknya.

1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya

A. Endoenzim

Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel. Umumnya
merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di dalamsel dan untuk pembentukan energi
(ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.

B. Eksoenzim

Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel. Umumnya
berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih
sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang
dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.

2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis

A. Oksidoreduktase

Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan elektron, hidrogen
atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase
(katalase). Ada beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase,
hidroksilase dan dehidrogenase.

B. Transferase

Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke molekul yang lain.
Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:

1. Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.

2. Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.

3. Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.

C. Hidrolase

Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:


1. Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester karboksil.

2. Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).

3. Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.

D. Liase

Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan dari suatu molekul
tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:

1. L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan air dari
malat sehingga dihasilkan fumarat.

2. Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan gugus


karboksil.

E. Isomerase

Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:

1. Rasemase, merubah l-alanin D-alanin

2. Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat

3. Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal

4. Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat dihidroksi aseton fosfat

5. Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA suksinil-CoA

F. Ligase

Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya molekul pirofosfat
dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah enzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi
sebagai berikut:

Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA + AMP + P-P

3. Enzim lain dengan tatanama berbeda

Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara di atas, misalnya enzim pepsin, triosin,
dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim permease. Permease adalah enzim yang berperan
dalam menentukan sifat selektif permiabel dari membran sel.

4. Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya

A. Enzim konstitutif

Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel normal, sehingga enzim
tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim
yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim
yang berperan dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.

B. Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu. Induksi
menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai beberapa ribu kali. Enzim
adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh
adalah enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam
medium yang mengandung laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga
awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa
waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. colimembentuk enzim beta
galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.

Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang dikatalisis. Pada awalnya
hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan kebanyakan mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan
kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan menambahkan akhiran –ase pada nama substansi
atau substrat yang dihidrolisis. Contoh: lipase menghidrolisis lipid, amilase menghidrolisis amilum,
protease menghidrolisis protein. Pemakaian penamaan tersebut terbukti tidak memadai karena
banyak enzim mengkatalisis substrat yang sama tetapi dengan reaksi yang berbeda. Contohnya ada
enzim yang megkatalisis reaksi reduksi terhadap fungsi alkohol gula dan ada pula yang mengkatalisis
reaksi oksidasi pada substrat yang sama.

Sistem penamaan enzim sekarang tetap menggunakan –ase, namun ditambahkan pada jenis reaksi
yang dikatalisisnya. Contoh: enzim dehidrogenase mengkatalisis reaksi pengeluaran hidrogen, enzim
transferase mengkatalisis pemindahan gugus tertentu. Untuk menghindari kesulitan penamaan
karena semakin banyak ditemukan enzim yang baru, maka International Union of Biochemistry (IUB)
telah mengadopsi sistem penamaan yang kompleks tetapi tidak meragukan berdasarkan mekanisme
reaksi. Namun sampai sekarang masih banyak buku-buku yang masih menggunakan sistem
penamaan lama yang lebih pendek.

II.4 Ciri-Ciri Enzim

Ciri – ciri dari enzim ialah sebagai berikut :

a. Merupakan sebuah protein, Jadi sifatnya sama dengan protein yaitu dapat menggumpal
dalam suhu tinggi dan terpengaruh oleh temperatur.

b. Bekerja secara khusus, Artinya hanya untuk bekerja dalam satu reaksi saja tidak dapat
digunakan dalam beberapa reaksi.

c. Dapat digunakan berulang kali, Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak
berubah pada saat terjadi reaksi.

d. Rusak oleh panas Enzim tidak tahan pada suhu tinggi, kebanyakan enzim hanya bertahan
pada suhu 500˚C, rusaknya enzim oleh panas disebut dengan denaturasi.

e. Dapat bekerja bolak – balik, Artinya satu enzim dapat menguraikan satu senyawa menjadi
senyawa yang lain. ISOZIM Isozim atau Iso-enzim adalah dalam suatu campuran terdapat lebih dari
satu enzim yang dapat berperan dalam suatu substrat untuk memberikan suatu hasil yang sama.
Keuntungan bagi tumbuhan yang mengandung isoenzim adalah karena isozim – isozim tersebut akan
memiliki tanggapan yang berbeda terhadap faltor – faktor lingkungan. Setiap isozim dihadapkan
pada lingkungan kimia yang berbeda dab masing – masing berperan pada posisi yang berbeda dalam
lintasan metabolic.

II.5 Sumber enzim


Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan,
dan dari mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan
termasuk protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu.
Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk
pembuatan mentega. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase, dan
enzim untuk pembuatan mentega. Dari kedua sumber tumbuhandan hewan tersebut mungkin
timbul banyak persoalan, yakni: untuk enzim yang berasal dari tumbuhan, persoalan yang timbul
antara lain variasi musim, konsentrasi rendah dan biaya proses yang tinggi. Sedangkan yang
diperoleh dari hasil samping industri daging, mungkin persediaan enzimnya terbatas dan ada
persaingan dengan pemanfaatan lain. Sekarang jelas bahwa banyak dari sumber enzim yang
tradisional ini tidak memenuhi syarat untuk mencukupi kebutuhan enzim masa kini. Oleh karena itu,
peningkatan sumber enzim sedang dilakukan yaitu dari mikroba penghasil enzim yang sudah dikenal
atau penghasil enzim-enzim baru lainnya.

Program pemilihan produksi enzim sangat rumit, dan dalam hal tertentu jenis kultivasi yang
digunakan akan menentukan metode seleksi galur. Telah ditunjukkan bahwa galur tertentu hanya
akan menghasilkan konsentrasi enzim yang tinggi pada permukaan atau media padat, sedangkan
galur yang lain memberi respon pada teknik kultivasi terbenam (submerged), jadi teknik seleksi
harus sesuai dengan proses akhir produksi komersial.

Beberapa sumber enzim disajikan dalam tabel berikut:

Enzim Sumber

α-amilase Aspergillus oryzae

Bacillus amyloliquefaciens

Bacillus licheniformis

β-glukonase Aspergillus niger

Bacillus amyloliquefaciens

Glucoamylase Aspergillus niger

Rhizopus sp

Glukosa isomerase Arthobacter sp

Bacillus sp

Lactase Kluyveromyces sp

Lipase Candida lipolytica

Pectinase Aspergillus sp

Penicilin acylase Eschericia coli

Protease, asam Aspergillus sp

Protease, alkali Aspergillus oryzae

Bacillus sp

Protease, netralBacillus amyloliquefaciens


Bacillus thermoproteolyticus

Pullulanase Klebsiela aerogenes

2.6 Jenis-Jenis Enzim

a. Rennet

Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju (cheese) yang terbuat
dari bahan dasar susu. Susu adalah cairan yeng tersusun atas protein yang terutama kasein yang
dapat mempertahankan bentuk cairnya. Rennet merupakan kelompok enzim protease yang
ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk menghidrolisis
kasein terutama kappa kasein yan berfungsi mempertahankan susu dari pembekuan. Enzim yang
paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin dapat diisolasi dari beberapa
jenis binatang, mikroba atau sayuran, akan chymosin yang berasal dari mikroorganisme lokal atau
asli yang belum mendapat rekayasa gebetik kadang aplikasinya dalam pembuatan keju atau cheddar
menjadi kurang efektif.

b. Laktase

Lactase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula
penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi enzim laktase yang cukup
dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactose intolerant yang mengakibatkan rasa tidak
nyaman diperut seperti kram, banyak buang gas, atau diare) dalam saluraqn cerna selama proses
pencernaan produk-produk susu. Secara komersial laktase digunakan untuk menyiapkan produk-
produk bebas laktosa seperti susu. Ini juga dapat digunakan untuk membuat es krim untuk membuat
cream dan rasa produk yang lebih manis. Laktase biasanya diisolasi dari yeast (Kluyveromyces sp.)
dan fungi (Aspergillus sp.).

c. Katalase

Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers) atau sumber
microbial. Dan digunakan untuk mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan molekul oksigen.
Enzim ini digunakan secara terbatas pada proses produksi keju.

d. Lipases

Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan flavour
keju yang khas. Flavour dihasilkan oleh karena adanya asam lemak bebas yang diproduksi ketika
lemak susu dihidrolisis. Selain pada industri engolahan susu juga pada industri lainnya.

e. Protease

Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-
senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino). Contoh
protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin danpapain sebagai bahan pengempuk daging.

f. Amilase

Amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati) menjadi gula-
gula sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam proses
pembuatan biskuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.
g. Oksidoreduktase

golongan enzim yang mengkatalisis pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa baik
dehidrogenase maupun oksidase.

h. Transferase

Enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa
kapada senyawa lain.

i. Hidrolase

Enzim yang berperan sebagai katalis pada reaksi hidrolisis, baik pemecahan ester, glikosida
dan peptide.

j. Liase

Enzim yang mekatalisis dalam reaksi pemisahan gugus dari suatu substrat (bukan cara
hidrolisis) atau sebaliknya.

k. Isomerase

Enzim yang bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler.

l. Ligase

Enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul.

II.7 Struktur Enzim

Menurut Kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu dalam ragi.
Menurut Mayrback (1952), enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia
dalam sel da jaringan mahluk hidup. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa ENZIM adalah
biokatalisator, yang artinya senyawa organik berupa protein bermolekul besar yang dapat
mempercepat jalannya reaksi-reaksi metabolisme tanpa mengalami perubahan struktur kimia.

Kebanyakan enzim yang terdapat didalam alat-alat atau organ-organ organisme hidup
berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung dan cairan
pangkreas.

Pembentukan enzim memerlukan bahan baku asam amino sehingga pembentukannya akan
mengalami hambatan jika sumber bahan baku ini berkurang.

Beberapa enzim, seperti pepsin, tripsin dan kimotripsin yang hanya terdiri atas satu rantai
polipeptida disebut enzim monomerik. Enzim lain, seperti heksokinase, laktat dehidrogenase, endase
dan piruvat kinase yang terdiri atas dua atau lebih rantai polipeptida disebut enzim oligomerik.

Seperti protein, enzim dapat mengalami denaturasi, misalnya akibat pengaruh pemanasan,
gelombang ultrasonik dan radiasi ultraviolet atau pengaruh penambahan asam, basa dan pelarut
organik tertentu. Denaturasi ini menyebabkan enzim menjadi tidak aktif atau tidak dapat bekerja.

Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim,
sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik,
biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu bahan senyawa organik yang
mengandung logam.

Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut haloenzim, tapi ada
juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prostetiknya tidak menyatu. Bagian gugus prostetik
yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya gugus prostetik. Contoh koenzim adalah
vitamin atau bagian vitamin (misal : vitamin B1,B2,B6, oniasindan biotin).

Karena enzim itu suatu protein, konsekuensinya karakteristik biokimia enzim sama seperti
karakteristik protein, yang disintesis oleh sel memerlukan DNA, bila rusak oleh lingkungan yang tidak
mendukung seperti akibat suhu dan pH enzim dapat menurunkan barier energi aktivasi, sehingga
reaksi dapat berlangsung dalam kondisi normal yang ada pada sel hidup. Enzim dapat mempercepat
tingkat reaksi yang sebenarnya terjadi, tapi jauh lebih lambat.

II.8 Cara kerja enzim

Dua teori mengenai cara kerja enzim yaitu :

A. Teori Kunci dan Gembok

Pada tahun 1890-an, Fischer mengajukan model kunci dan lubang kunci, yang menyebabkan
pengikatan substrat melalui pencocokan dari substrat komplementer dan struktur tempat
aktif.Selama bertahun-tahun teori ini terbukti berharga dalam penelitian mengenai spesifisitas
stereo dari reaksi enzimatik.

Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja Gambar
3.4 A) Substrat sesuai dengan sisi aktif seperti gembok kunci dengan anak kuncinya. Hal itu
menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas,
bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai
pengaruh yang sama.

B. Teori Kecocokan Induksi

Suatu modifikasi dari model kunci dan lubang kunci yang diajukan oleh Daniel Koshland
menggambarkan suatu jenis hubungan tangan dalam sarung tangan antara enzim dan substratnya,
sebagai akibat suatu kecocokan yang timbul. Model cocok yang ditimbulkan ( Induced Fit) (Gambar
8-13) merupakan interpretasi yang mempertimbangkan bahwa tempat pengikatan dari suatu enzim
bukan sebagai suatu struktur kaku, tetapi malah sebagai sesuatu yang berubah dalam konfirmasi
dengan terjadinya pengikatan substrat untuk menghasilkan suatu kecocokan enzim-substrat yang
tepat. Jadi, model Koshland menggabungkan sifat dinamis ke dalam pengikatan substrat

Sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur substrat. Ikatan antara enzim dan
substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat. Inhibitor Merupakan zat yang dapat
menghambat kerja enzim. Bersifat reversible dan irreversible.

II.9 Faktor Yang Mempengaruhi Enzim

a. Suhu

Enzim terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih tetap
mempuyai sifat protein yang kerjanyas dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat bekerja optimum pada
kisaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 400 C. Pada suhu 00 C, enzim tidak aktif. Jika suhunya
dinaikkan, enzim akan mulai aktif. Jika suhunya dinaikkan lebih tinggi lagi sampai batas sekitar 40 –
500 C, enzim akan bekerja lebih aktif lagi. Namun, pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan
terurai atau terdenaturasi seperti halnya protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak dapat
bekerja.

1. Enzim tidak aktif pada suhu kurang daripada 0oC.

2. Kadar tindak balas enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan suhu 10oC.

3. Kadar tindak balas enzim paling optimum pada suhu 37oC. Enzim ternyahasli pada suhu
tinggi iaitu lebih dari 50oC.

b. Derajat Keasaman (pH)

Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada netral, kecuali beberapa jenis enjim yang
bekerja pada suasana asam atau suasana basa. Jika enzim yang bekerja optimum pada suasana
netral ditempatkan pada suasana basa ataupun asam, enzim tersebut tidak akan bekerja atau
bahkan rusak. Begitu juga sebaliknya, jila suatu enzim bekerja optimal pada suasana basa atau asam
tetapi ditempatkan pada keadaan asam atau bas, enzimtersebut akan rusak.

Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdpat di dalam lambung, efektif bekerja pada pH
rendah.

1. Setiap enzim bertindak paling cekap pada nilai pH tertentu yang disebut sebagai pH
optimum.

2. pH optimum bagi kebanyakan enzim ialah pH 7.

3. Terdapat beberapa pengecualian, misalnya enzim pepsin di dalam perut bertindak balas
paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam usus kecil bertindak paling cekap pada pH
8.

c. Inhibitor

Hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah feed back inhibitor. Feed back inhibitor
adalah keadaan pada saat substansi hasil (produk) kerja enzim yang terakumulasi dalam jumlah yang
berlebihan akan menghambat kerja enzim yang bersangkutan.

1. Inhibitor Kompetisi

Pada inhibitor kompetisi terjadi penambahan substrat dapat mengurangi daya hambatnya,
karena inhibitor bersaing dengan substrat untuk mengikta bagian aktif enzim. Misalnya enzim
suksinat dehidrogenase yang berfungsi mengkatalisis reaksi oksidasi asam uksinat menjadi fumarat,
jika dalam proses ini dutambahkan asam malonat, maka enzim suksinat dehidrogenase akan
menurun aktivitasnya.

Tetapi jika diberikan lagi asam suksinat sebagai substrat reaksi akan normal kembali.
Sehingga aktivitas inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi inhibitor, konsentrasi substrat,
dan aktivitas relatif inhibitor dan substrat.

2. Inhibitor Nonkompetisi

Inhibitor nonkompetisi pengauhnya tdak dapat dihilangkan dengan adanya penambahan


substrat lain, dimana inhibitor ini akan berikatan dengan permukaan enzim tanpa lepas dan
lokasinya tidak dapat diganti oleh substrat. Sehingga daya kerja inhibitor sangat tergantung dari
konsentrasi inhibitor dan aktivitas inhibitor terhadap enzim.

d. Konsentrasi Substrat

Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi substrat yang tersedia.
Jika jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enzim juga rendah. Sebaliknya, jika jumlah substrat
yang tersedia banyak, kerja enzim juga cepat. Pada keadaan substrat berlebih, kerja enzim tidak
sampai menurun tetapi konstan.

1. Pada kepekatan substrat rendah, bilangan molekul enzim melebihi bilangan molekul
substrat. Oleh itu,cuma sebilangan kecil molekul enzim bertindak balas dengan molekul substrat.

2. Apabila kepekatan substrat bertambah, lebih molekul enzim dapat bertindak balas dengan
molekul substrat sehingga ke satu kadar maksimum.

3. Penambahan kepekatan substrat selanjutnya tidak akan menambahkan kadar tindak balas
kerana kepekatan enzim menjadi faktor pengehad.

II.10 Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan

Terdapat berbagai macam peranan atau Fungsi dari enzim yakni :

1. Reduksi, yaitu reaksi penambahan hydrogen, electron atau pelepasan oksigen.

2. Dehidrasi yaitu pelepasan molekul uap air (H20).

3. Oksidasi yaitu reaksi pelepasan molekul hydrogen, electron atau penambahan oksigen

4. Hidrolisis yaitu reaksi penambahan H20 pada suatu molekul dan diikuti pemecahan molekul
pada ikatan yang ditambah H20.

5. Deminase yaitu reaksi pelepasan gugus amin (NH2)

6. Dekarbolisasi yaitu reaksi pelepasan CO2 dan gugusan karbosil.

7. Fosforilasi yaitu reaksi pelepasan fosfat.

8. Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semua enzim
adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut substrat,
sedangkan hasilnya disebut produk. Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain
tidak merubah atau merusak reaksi ini.

9. Fungsi Enzim Yaitu sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di
luar sel makhluk hidup. Enzim ini berfungsi sebagai katalis yang sangan efisien dan mempunyai
derajat yang tinggi.

BAB III

PENUTUP
III.1 Kesimpulan

Enzim adalah senyawa organik yang berperan sebagai katalis yaitu untuk mempercepat
proses dan reaksi kimia yang sedang berlangsung. Enzim bekerja secara spesifik pada satu jenis
substrat. Namun, ada satu enzim yang dapat bekerja pada beberapa jenis substrat. Enzim sangat
berguna untuk bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu, keberadaan enzim sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan di alam ini.

Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang
berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan
keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama
sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan
aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan
racun adalah inihibitor enzim.

III.2 Saran

Kesempurnaan makalah ini tergantung pada motivasi dan saran yang membangun dari para
pembaca. Maka dari itu, penulis mengharapkan masukan ataupun saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai