Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IBADAH ZAKAT DAN UPAYA

PENGENTASAN KEMISKINAN

Disusun Oleh :

Indah Hermawati - 2205015106

Siti Nurhalimah - 2205015100

Yuliana Diony Ritz - 2205015004

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PROF.DR.HAMKA

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“ibadah zakat dan upaya pengentasan kemiskinan” guna memenuhi tugas mata
kuliah ibadah dan akhlak.

Makalah ini membahas mengenai ibadah zakat dan upaya pengentasan


kemiskinan, bagaimanan cara memberdayakannya, pihak mana saja yang terkait
dalam pengentasan kemiskinan dan juga membahas seberapa besar manfaat
ibadan zakat terhadap pengentasan kemiskinan.

Penyusunan makalah ini banyak menemukan kesulitan dan hambatan.


Namun, berkat bimbingan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak,
Alhamdulillah penulis dapat mengatasi semua itu. Untuk itu penyusun
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Pak Imron Baehaqi selaku dosen mata kuliah Ibadah Akhlaq yang telah
membimbing proses pembelajaran hingga saat ini.
2. Teman-teman yang telah memberi masukan
Kami hanya dapat berdoa semoga amal kebaikan yang telah diberikan
mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun pembaca.

Jakarta,2 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................... 4
D. Kegunaan ................................................................................ 4
E. Metode Penyusunan................................................................. 4

BAB II Pembahasan
A. Kajian Materi........................................................................... 5
B. Pembahasan..............................................................................9
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................... 15
Daftar Pustaka ............................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menunaikan zakat, terutama zakat mal, adalah ibadah wajib bagi umat
Islam yang memiliki harta kekayaan yang sudah memenuhi syarat wajib zakat.
Ibadah zakat melalui harta kekayaan yang ditunaikan setiap tahun ini jika
dioptimalkan pengelolaannya bisa menjadi instrumen sosial yang ajek untuk
mengatasi masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan yang tidak merata di
tengah masyarakat.

Ibadah zakat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi hubungan antara


manusia dengan Sang Pencipta dan hubungan manusia dengan sesama. Ibadah
zakat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi hubungan antara manusia dengan Sang
Pencipta dan hubungan manusia dengan sesama.

Dalam dimensi yang pertama terkandung makna kecintaan seorang hamba


kepada Penciptanya sekaligus wujud rasa syukur atas segala rezeki dan berkah
yang telah diterima. Sementara dalam dimensi yang kedua terkandung makna
kecintaan, kedermawanan, dan solidaritas terhadap sesama.

Zakat merupakan konsep jaminan sosial yang lebih dulu ada dibandingkan
dengan konsep jaminan sosial modern yang sekarang banyak diterapkan di
negara-negara. merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan sosial adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Sesuai dengan ajaran Islam, terdapat delapan golongan masyarakat yang


berhak menerima zakat. Mereka adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin,
para amil (pengelola) zakat, orang-orang yang dilembutkan hatinya untuk Islam,
seperti mualaf, budak, atau hamba sahaya, orang-orang yang berutang, orang-
orang yang berjuang di jalan Allah (sabilillah), dan orang-orang yang bepergian
untuk keperluan maslahat seperti menuntut ilmu.

Dengan sasaran sedemikian, pemanfaatan zakat juga bisa mencakup


sebagai program pengentasan rakyat dari kemiskinan yang serupa dengan sistem
jaminan sosial. Akan tetapi, hal itu hanya dapat terwujud jika potensi zakat yang
ada bisa dioptimalkan penghimpunan dan pengelolaannya.

Lalu, seberapa besar potensi zakat di Indonesia? Wakil Presiden Ma’ruf


Amin pada acara World Zakat Forum tahun 2019 mengatakan, Indonesia sebagai
negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi zakat lebih
dari Rp 230 triliun. Namun, hanya sekitar 3,5 persen yang berhasil dihimpun dan
dimanfaatkan oleh pemerintah.

Dalam laporan Outlook Zakat Indonesia 2019 yang dilansir Badan Amil
Zakat Nasional RI (Baznas RI), salah satu penelitian terkait potensi
penghimpunan zakat di Indonesia adalah yang dilakukan oleh Firdaus, Beik,
Irawan, dan Juanda (2012).

Dari dana ZIS yang terhimpun 2021 sebesar Rp 14,11 triliun tersebut,
penyalurannya tercatat sebesar Rp 12,22 triliun yang dibagi ke dalam lima
kategori. Porsi terbesar (68,6 persen) ditujukan untuk kegiatan kemanusiaan.
Selebihnya ditujukan untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah.

Khusus untuk zakat, pada Baznas Pusat terhimpun dana sebesar Rp


447,5 miiliar yang mayoritas disalurkan untuk kegiatan kemanusian, khususnya
kepada fakir-miskin. Secara rata-rata, dana zakat yang disalurkan kepada
kelompok fakir-miskin mengambil porsi 60-70 persen dari dana yang dihimpun.

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika menyerahkan zakat


kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di Istana Negara, Jakarta, pada
Selasa, 12 April 2022. Penyerahan zakat tersebut turut diikuti oleh Wakil Presiden
Ma'ruf Amin, sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, para pimpinan lembaga
negara, para kepala daerah, para direktur BUMN, hingga perwakilan perusahaan
swasta.

Dari hasil pengukuran dampak zakat yang dilakukan Baznas RI,


diketahui bahwa dengan menggunakan standar kemiskinan BPS, yaitu Rp 1,8 juta
per kepala keluarga per bulan, zakat yang diberikan kepada kelompak sasaran
yang berhak (mustahik) yang berada di bawah garis kemiskinan telah berhasil
mengentaskan kemiskinan sebesar 44 persen atau sebanyak 28.859 jiwa.
sementara itu, dari hasil pengukuran dampak zakat yang didistribusikan oleh
semua Baznas daerah dan semua lembaga amil zakat di Indonesia, yaitu dengan
menggunakan standar kemiskinan BPS, zakat yang diberikan kepada para
mustahik berhasil mengentaskan kemiskinan juga sebanyak 44 persen atau
285.063 jiwa. tidak diragukan lagi, peran zakat berkontribusi besar dalam upaya
mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. tidak
diragukan lagi, peran zakat berkontribusi besar dalam upaya mengentaskan
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dampaknya tentu akan
lebih besar lagi jika dana yang terhimpun lebih besar dari tahun ke tahun.

Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan


penghimpunan dana zakat. Salah satu fokus dari pemerintah adalah
mengembangkan digitalisasi zakat seiring dengan lekatnya kehidupan masyarakat
dengan teknologi, termasuk bekerja sama dengan platform perdagangan atau
pembelanjaan daring (e-commerce) untuk memudahkan orang membayar zakat.
Namun, yang tak kalah penting dengan upaya digitalisasi zakat itu ialah
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat dalam
menyalurkan zakat secara transparan dan tepat sasaran. di tengah ketidakpastian
kondisi ekonomi yang masih diliputi bahaya pandemi, zakat bukan satu-satunya
instrumen kebijakan yang bisa diandalkan untuk mengentaskan kemiskinan. Hal
yang utama ialah tetap pada upaya menyediakan lapangan kerja yang memberikan
pendapatan yang layak untuk keberlanjutan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Zakat jenis apa yang dapat mengentaskan kemiskinan di Indonesia
2. Bagaimana cara mengentaskan kemiskinan?
3. Pihak mana saja yang terkait untuk memberdayakan zakat ?
4. Seberapa besar manfaat pemberdayaan zakat terhadap pengentasan
kemiskinan di Indonesia?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk :
1. Mendeskripsikan jenis zakat yang dapat mengentaskan kemiskinan di
Indonesia.
2. Mendeskripsikan bagaimana cara mengentaskan kemiskinan.
3. Mendeskripsikan pihak mana saja yag terkait untuk memberdayakan zakat.
4. Mendeskripsikan seberapa besar manfaat pemberdayaan zakat terhadap
pengentasan kemiskinan di Indonesia.

D. Kegunaan
Makalah ini diharapkan memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembanganan ilmu
pengetahuan. Secara praktis, makalah ini diharapkan berguna bagi :
1. Penulis, sebagai wahana untuk melatih penulis agar mampu menyusun
karya ilmiah secara benar dan cermat serta memperluas wawasan keilmuan
penulis.
2. Pembaca, sebagai media informasi mengenai pemberdayaan zakat.

E. Metode Penyusunan
Metode yang di pakai dalam penyusunan makalah ini adalah metode kajian
pustaka, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan isi makalah, baik berupa buku
maupun informasi di internet.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Kajian Materi
Pengertian Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap
muslim yang mampu. Zakat secara bahasa berarti "bersih" atau "suci". Secara istilah,
zakat berarti mengeluarkan sebagian harta yang telah mencapai nisab dan haul untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik) sesuai dengan
ketentuan syariat Islam.

Tujuan Zakat
Tujuan zakat secara umum adalah untuk membersihkan harta, menegakkan
keadilan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan umat. Secara khusus, zakat dapat
dikelompokkan menjadi tiga tujuan, yaitu:
1. ) Tujuan ibadah, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
memperoleh ridha-Nya.
2. ) Tujuan sosial, yaitu untuk membantu orang-orang yang membutuhkan
dan mengurangi kesenjangan sosial.
3. ) Tujuan ekonomi, yaitu untuk meningkatkan perekonomian umat dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kaitan Zakat dengan Pengentasan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi oleh banyak
negara di dunia, termasuk Indonesia. Kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi di
mana seseorang atau keluarga tidak memiliki cukup pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan. Zakat
memiliki peran penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa aspek berikut:

1. ) Aspek ekonomi, zakat dapat meningkatkan pendapatan masyarakat


miskin. Zakat dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat miskin,
seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Selain itu, zakat juga dapat digunakan
untuk meningkatkan modal usaha masyarakat miskin, sehingga mereka dapat
meningkatkan penghasilannya.

2. ) Aspek sosial, zakat dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.


Zakat dapat membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka,
sehingga mereka dapat hidup dengan lebih layak. Selain itu, zakat juga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri masyarakat miskin.

3. ) Aspek moral, zakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pentingnya solidaritas sosial. Zakat mengajarkan kepada masyarakat untuk saling
berbagi dan menolong sesama yang membutuhkan.

Manfaat Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan

Zakat dapat memberikan beberapa manfaat dalam upaya pengentasan


kemiskinan, yaitu:

1. ) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Zakat dapat


membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga mereka
dapat hidup dengan lebih layak.

2. ) Mengurangi kesenjangan sosial. Zakat dapat membantu mengurangi


kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin.

3. ) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Zakat dapat meningkatkan


perekonomian umat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Upaya-upaya Meningkatkan Peran Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran zakat
dalam pengentasan kemiskinan, yaitu:

1. ) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya zakat.


Masyarakat perlu didorong untuk menunaikan zakat secara rutin dan tepat sasaran.

2. ) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat.


Masyarakat perlu diyakinkan bahwa zakat yang mereka berikan dikelola dengan
transparan dan akuntabel.

3. )Meningkatkan sinergi antara lembaga-lembaga zakat. Lembaga-


lembaga zakat perlu bersinergi dalam pengelolaan zakat, sehingga penyaluran zakat
dapat lebih efektif dan efisien.

Pandangan Agama tentang Kemiskinan

Pandangan agama tentang kemiskinan sangat beragam dan dipengaruhi oleh


konteks sosial, budaya, dan sejarah masing-masing agama. Namun, secara umum,
agama memandang kemiskinan sebagai:

1. Ujian dari Tuhan:

Banyak agama mengajarkan bahwa kemiskinan adalah bagian dari rencana Tuhan untuk
menguji keimanan dan kesabaran manusia. Kemiskinan dipandang sebagai kesempatan
untuk menunjukkan ketaatan dan pengabdian kepada Tuhan.

2. Tanggung jawab sosial:

Kebanyakan agama mengajarkan bahwa membantu orang miskin adalah kewajiban


moral dan keagamaan. Memberi zakat, sedekah, atau amal adalah cara untuk
mengurangi kesenjangan sosial dan membantu orang miskin memenuhi kebutuhan
dasarnya.

3. Motivasi untuk bekerja keras:

Beberapa agama mengajarkan bahwa kemiskinan adalah akibat dari kurangnya usaha
dan kerja keras. Oleh karena itu, agama menganjurkan orang untuk bekerja keras dan
berusaha untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

4. Kesempatan untuk spiritualitas:

Beberapa agama memandang kemiskinan sebagai kesempatan untuk memperdalam


kehidupan spiritual. Hidup sederhana dan bebas dari kekayaan duniawi dianggap dapat
mendekatkan diri kepada Tuhan.
5. Konsekuensi dari dosa dan ketidakadilan:

Beberapa agama mengajarkan bahwa kemiskinan adalah konsekuensi dari dosa dan
ketidakadilan di masyarakat. Kemiskinan dipandang sebagai bentuk hukuman dari Tuhan
atau akibat dari sistem sosial yang tidak adil.

Berikut adalah beberapa contoh pandangan agama tentang kemiskinan:

1.) Islam: Islam memandang kemiskinan sebagai ujian dari Allah SWT. Allah SWT
memerintahkan umat Islam untuk membantu orang miskin melalui zakat, sedekah, dan
amal lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa bekerja keras dan berusaha adalah cara
untuk meningkatkan taraf hidup.

2.) Kristen: Kristen memandang kemiskinan sebagai konsekuensi dari dosa dan
ketidakadilan di masyarakat. Kristen mengajarkan bahwa membantu orang miskin
adalah kewajiban moral dan keagamaan. Yesus Kristus sendiri hidup sederhana dan
mengajarkan bahwa kekayaan duniawi tidak menjamin kebahagiaan.

3.) Hindu: Hindu memandang kemiskinan sebagai bagian dari karma. Karma adalah
hukum sebab akibat yang menentukan nasib seseorang di kehidupan ini dan kehidupan
selanjutnya. Hindu mengajarkan bahwa seseorang dapat memperbaiki karma mereka
dengan melakukan perbuatan baik dan membantu orang miskin.

4.) Buddhisme: Buddhisme memandang kemiskinan sebagai bagian dari penderitaan


manusia. Penderitaan disebabkan oleh keinginan dan kemelekatan terhadap dunia
materi. Buddhisme mengajarkan bahwa jalan menuju kebahagiaan adalah melepaskan
diri dari keinginan dan mencapai keadaan Nirvana.

Upaya Pengentasan Kemiskinan Melalui Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap
muslim yang mampu. Zakat memiliki peran penting dalam upaya pengentasan
kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:

1. ) Aspek ekonomi, zakat dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Zakat


dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat miskin, seperti
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Selain itu, zakat juga dapat digunakan untuk
meningkatkan modal usaha masyarakat miskin, sehingga mereka dapat meningkatkan
penghasilannya.

2.) Aspek sosial, zakat dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin. Zakat dapat
membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga
mereka dapat hidup dengan lebih layak. Selain itu, zakat juga dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan harga diri masyarakat miskin.

3.) Aspek moral, zakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
solidaritas sosial. Zakat mengajarkan kepada masyarakat untuk saling berbagi dan
menolong sesama yang membutuhkan.

Manfaat Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan

Zakat dapat memberikan beberapa manfaat dalam upaya pengentasan


kemiskinan, yaitu:

1.) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Zakat dapat membantu masyarakat


miskin untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga mereka dapat hidup dengan
lebih layak.

2.) Mengurangi kesenjangan sosial. Zakat dapat membantu mengurangi kesenjangan


sosial antara orang kaya dan orang miskin.

3.) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Zakat dapat meningkatkan perekonomian


umat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Upaya-upaya Meningkatkan Peran Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran zakat
dalam pengentasan kemiskinan, yaitu:

1.) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya zakat. Masyarakat perlu


didorong untuk menunaikan zakat secara rutin dan tepat sasaran.

2.) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat. Masyarakat perlu


diyakinkan bahwa zakat yang mereka berikan dikelola dengan transparan dan akuntabel.

3.) Meningkatkan sinergi antara lembaga-lembaga zakat. Lembaga-lembaga zakat perlu


bersinergi dalam pengelolaan zakat, sehingga penyaluran zakat dapat lebih efektif dan
efisien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari ibadah zakat dan upaya pengentasan kemiskinan adalah
sebagai berikut:

 Zakat adalah kewajiban bagi umat muslim yang diperintahkan oleh Allah
untuk diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, seperti orang-
orang yang hidup dalam kemiskinan.
 Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan memiliki fungsi sebagai
bentuk pemberdayaan dari si kaya kepada si miskin, serta sebagai
instrumen dalam Islam untuk mensejahterakan kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam.
 Zakat dapat membantu mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di
Indonesia, baik di perkotaan maupun pedesaan, dengan cara meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat penerima zakat.
 Zakat juga dapat mengurangi ketimpangan pendistribusian harta dan
kekayaan antara orang kaya dan orang miskin, serta mencegah harta
kekayaan yang menumpuk pada sebagian orang.
 Zakat harus dibiasakan oleh setiap orang agar selalu tertanam dalam
dirinya rasa kedermawanan dan membuat perekonomian umat Islam
menuju kemakmuran.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dewi. (2013, 16 Oktober). “Faktor Ekonomi Pemicu Terjadinya Kasus


Trafficking di Aceh”. Tersedia :http://www.tribunnews.com. [15 Desember
2013].
Al-Hadist.
Al-Qardawi, Yusuf. (1993). Fiqhuz Zakat. Jakarta : Litera AntarNusa.
Al-Qur’anul Karim.
Badan Pusat Statistik. (2013).
Badan Amil Zakat Nasional. (2013).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2013)
Beik, Irfan Syauqi. (2009). “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan :
Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika”. Zakat & Empowering Jurnal
Pemikiran dan Gagasan – Vol II 200
Hafidhuddin, D. (2002). Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema
Insani Press
Lessy, Zulkipli. (2005). “Pemberdayaan Zakat Melalui Pendekatan Pendidikan
Penanaman Nilai”. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 2, No. 1.
Muhamadi, Sani Insan. (2013). “Zakat Produktif, Solusi Entaskan Kemiskinan”.
Tersedia : http://mizaninstitute.com. [17 December 2013]
Maradona, Stevy. (2011, 19 Desember). “Ini Dia 20 Lembaga Resmi Penerima
Zakat Versi Ditjen Pajak”. Republika. [Online] halaman 1, Tersedia :
http://www.republika.co.id. [30 Desember 2013].
Riza, Risyanti dan Roesmidi. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang :
Alqaprint Jatinagor.
Sukandi, Sarip. (2012). “Kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia”. [Online].
Tersedia : http://saripedia.wordpress.com. [17 November 2013].
UU no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Wedhaswary, Inggried Dwi dan Indra Akuntono. (2011, 26 Desember). “Angka
Putus Sekolah dan Komersialisasi Pendidikan”. Kompas. [Online], halaman
1. Tersedia : http://edukasi.kompas.com. [15 Desember 2013].

Anda mungkin juga menyukai