Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“MEMAHAMI DATA YANG BERKAITAN DENGAN MANAJEMEN


ZAKAT”
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem
Informasi Ziswaf
Dosen Pengampuh: Zuul Fitriani Umari, M.H.I

DisusunOleh:

1. Apriani (2130604092)

2. Fadilahdiah Wulan Sari (2130604085)


3. Titin Agustina (2120604058)
4. Wildan Prananda (2120604078)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT &


WAKAF FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ISLAM
UIN RADEN FATAH
PALEMBANG TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah swt atas segala rahmat yang telah ia berikan
kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat disusun sampai dengan selesai. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah
berkontribusi bekerja sama untuk memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Dengan materi makalah yang berjudul “Memahami Data Yang Berkaitan
Dengan Manajemen Zakat.”
Kami selaku anggota kelompok sangat berharap makalah yang telah kami susun
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah waawasan pengetahuan, serta pengalaman
bagi pembaca. Lebih kurang kami selaku penyusun meminta maaf atas banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, saran dan kritik sangat kami
harapkan dari setiap pembaca Uuntuk membangun kesempurnaan makalah ini. Sekian
terima kasih.

Palembang, 27 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ iii
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... iv
C. Tujuan Dan Saran ...................................................................................................................... iv
BAB II ................................................................................................................................................... vi
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... vi
A. Pengertian zakat ......................................................................................................................... vi
B. Peran Pemerintah ........................................................................................................................ 1
C. Tugas, Peran Dan Fungsi Badan Pelaksana ................................................................................ 2
D. Sistem Pengumpulan ................................................................................................................... 4
F. Sistem Penyaluran ....................................................................................................................... 6
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.Di dalam
kehidupan sehari-hari penduduk Indonesia tidak lepas dari pengaruh-pengaruh
ajaran Islam. Islam mengatur seluruh tata perkehidupan manusia baik habluminallah
(hubungan dengan Allah) maupun habluminannas (hubungan dengan
manusia),sehingga Islam mengharapkan dengan adanya keseimbangan antara
kehidupan dunia dan akhirat. Dalam kehidupan dunia ini banyak sekali perintah-
perintah Allah yang harus dilaksanakan, diantaranya adalah perintah membayar zakat.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga termasuk infak dan sedekah,hukumnya
wajib dan harus dilaksanakan bagi yang mampu. Potensi zakat diIndonesia sangat
tinggi. Data hasil survei PIRAC (organisasi sumber daya nirlaba dan independen)
pada tahun 2002 menyebutkan bahwa potensi zakat di Indonesia adalah sebesar Rp 20
trilyun per tahun (Pikiran Rakyat, 28 Oktober 2005). Potensi tersebut belum dapat
terserap sepenuhnya, dimana pada tahun 2002 di tingkat nasional hanya mampu
terserap sebesar Rp 23,5 milyar. Sementara itu, hasil penelitian Pusat Bahasa dan
Budaya UIN Syarif Hidayatullah dan Ford Foundation, jumlah filantropi
(kedermawanan) umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3 trilyun terbagi dalam bentuk
barang Rp 5,1 trilyun dan uang Rp 14,2 trilyun. 1 Indonesia berpotensi dalam
meningkatkan kualitas dalam bidang sosial melalui program pembayaran zakat, infak
dan sedekah. Zakat dapat dipandang sebagai salah satu upaya dalam mengatasi
kemiskinan. Telah diketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia beragama
Islam, dan kondisi umat Islam masih jauh dari sejahtera, salah satunya adalah tingkat
kemampuan ekonomi umat yang masih rendah dan tidak merata.
Sistem informasi sangat penting bagi setiap badan usaha. Karena mempercepat
dan memperlancar serta mengefisienkan dan mengefektifkan waktu setiap transaksi
sehari hari dan yang lebih penting lagi, sistem informasi dapat membantu dalam
pengambilan keputusan. Pada dasarnya, sistem informasi memiliki fungsi seperti
mencatat, mengumpulkan, menyimpan dan memberi laporan setiap kegiatan yang
dibutuhkan setiap badan usaha atau organisasi.
Indonesia memiliki badan yang menerima, mengelola dan menyalurkan zakat

iii
yang bernama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), selain mengelola zakat juga
mengelola infak dan sedekah, yang setelah ini akan disebut ZIS. Suat ini, sistem
informasi zakat yang ada di RAZNAS belum terintegrasi antara Bagian
Penghimpunan dengan Bagian Penyaluran. Pencatatan penerimaan donasi ZIS dengan
pengelolaan penyaluran ZIS memiliki sistem yang terpisah satu sama lain.Hal ini yang
mempersulit tugas dari pengolahan transaksi karena harus mencatat dan
membandingkan transaksi penerimaan dengan penyaluran ZIS. Pembayaran ZIS dari
muzakki akan diterima oleh Bagian Penghimpunan. setelah dana ZIS terkumpul, maka
dana tersebut harus disalurkan kepada mustahik. Bagian yang berhak dalam
menyalurkan dana ZIS ialah Bagian Penghimpunan. Bagian Penghimpunan
menyalurkan dana ZIS kepada mustahik baik secara langsung atau melalui program
program penyaluran. BAZNAS menggunakan sistem informasi yang terpisah antara
Bagian Penghimpunan dengan Bagian Penghimpunan. Sistem informasi juga dapat
membantu mempermudah pengelolaan keuangan yang diatur dalam syariat Islam. Di
sini akan dijelaskan mengenai cara kerja sebuah sistem informasi yang dapat
membantu pengelolaan zakat dan transaksi-transaksi lainnya. Dalam sistem yang
berjalan saat ini (yang dijelaskan pada buku ini), ada empat jenis transaksi atau
penerimaan yang dapat diatur yaitu zakat fitrah, zakat mal, fidiah, infak dan sedekah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian zakat ?
2. Bagaimana cara pengelolaan zakat ?
3.Bagaimana Tugas,peran dan fungsi pelaksanaan manajemen zakat ?

C. Tujuan Dan Saran


Tujuan
➢ Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat sesuai dengan tuntunan syari’at.
➢ Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
➢ Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

Sasaran
➢ Peningkatan kesadaran berzakat.

iv
➢ Pendistribusian yang proporsional dan mengacu kepada kemashlahatan umum.
➢ Peningkatan tarap ekonomi umat.
➢ Peningkatan profesionalisme pengurus BAZ dalam mengelola zakat, infaq dan
shadaqah.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam memiliki makna strategis dalam kehidupan
sosial umat. Menunaikan zakat selain sebagai implementasi kewajiban seorang muslim,
juga merupakan wujud solidaritas sosial terhadap sesama. Dalam kehidupan keseharian,
kita dihadapkan pada realitas sosial ekonomi umat yang masih memerlukan perhatian dan
solusi. Konsepsi pemberdayaan ekonomi umat melalui pengamalan ibadah zakat yang
diajarkan dalam Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam
mengatasi masalah sosial dimaksud. Potensi zakat yang cukup signifikan tersebut perlu
digali secara optimal agar dapat digunakan untuk ikut menggerakkan perekonomian umat
disamping potensi-potensi yang lain sehingga taraf hidup umat menjadi terangkat. Namun
yang menjadi masalah selama ini antara lain adalah masalah pengelolaan zakat yang belum
dilakukan secara professional sehingga pengumpulan dan penyaluran zakat menjadi
kurang terarah disamping masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap
permasalahan zakat terutama masalah yang aktual dan kontemporer seperti zakat
penghasilan (al-maal al-mustafad). Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 muncul dalam
semangat agar lembaga pengelola zakat tampil dengan professional, amanah dan mandiri.
Masih rendahnya kepercayaan terutama para muzakki terhadap para amil zakat juga
menjadi salah satu masalah 2 yang perlu mendapat perhatian. Selain itu kesadaran umat
untuk berzakat, berinfaq dan bershadaqah juga masih harus ditumbuhkan. Kegiatan
pelayanan dan sosialiasi yang dilaksanakan selama ini dengan menggunakan pola-pola
selama ini perlu diinovasi dengan menggunakan system manajemen modern dan
memanfaatkan teknologi.

Paradigma Pengelolaan Zakat


Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat telah melahirkan
paradigma baru pengolaan zakat yang diantara lain mengatur bahwa pengelolaan zakat
dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah yang terdiri dari unsur
masyarakat dan Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sepenuhnya dibentuk
oleh dan dari masyarakat. Dengan lahirnya paradigma baru ini, maka semua lembaga amil
zakat harus menyesuaikan diri dengan amanat undang-undang yakni pembentukannya
berdasarkan kewilayahan pemerintah negara mulai dari tingkat nasional, provinsi,

vi
kabupaten/kota dan kecamatan.
Pengelolan zakat oleh lembaga amil zakat, memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
Pertama, untuk menjamin kepastian dan displin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga
perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima
zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala perioritas yang ada pada suatu tempat.
Keempat, untuk memperlihatkan syi'ar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintahan yang islami.

Pengelolaan Zakat
1. Pengelolaan zakat sesuai pasal 4 UU No.38/1999 berazaskan.
a. Iman dan takwa
b. Keterbukaan
c. Kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 45
2. Tujuan pengelolaan zakat sesuai pasal 5 UU No.38/1999 :
a. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai
dengan tuntunan agama.
b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
3. Ruang lingkup pengelolaan zakat menurut pasal 1 ayat 1, yang berbunyi: "Pengolahan
zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
mencakup mengumpulkan, pendistribusian serta pendayagunaan zakat"
4. Kegiatan zakat meliputi- pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

vii
B. PERAN PEMERINTAH
1. Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan: perlindungan,
pembinaan dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan amil zakat (Pasal 3).
2. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban
menunaikan zakat.
3. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat.
4. Amil Zakat adalah Pengurus BAZ Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur yang terdiri dari Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan
Badan Pelaksana.

Keorganisasian
Organisasi Badan Amil Zakat (BAZ) sesuai dengan pasal 6 ayat 5 terdiri dari :
1. Dewan Pertimbangan
2. Komisi Pengawas
3. Badan Pelaksana

Dewan Pertimbangan
1. Susunan Dewan Pertimbangan BAZ terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, dan Anggota.
2. Dewan Pertimbangan mempunyai peran dan fungsi memberikan pertimbangan, fatwa,
saran dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman mengenai
pengelolaan zakat
3. Dewan Pertimbangan mempunyai tugas :
a. Menetapkan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat bersama Komisi
Pengawas dan Badan Pelaksana.
b. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum
zakat yang wajib diikuti oleh Pengurus Badan Amil Zakat.
c. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan
Komisi Pengawas.
d. Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat tentang pengelolaan
zakat

Komisi Pengawas

1
1. Susunan Komisi Pengawas terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil
Sekretaris, dan Anggota.
2. Komisi Pengawas mempunyai peran dan fungsi melaksanakan pengawasan
internal atas operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana.
3. Komisi Pengawas mempunyai tugas :
a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana yang
mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
d. Melakukan pemeriksaan opersional dan pemeriksaan syariah dan peraturan
undang-undang.
e. Menunjuk Akuntan Publik.

Badan Pelaksana
Badan pelaksana terdiri dari oleh 2 lembaga yaitu :
1. Badan Pelaksana BAZ (BP BAZ)
2. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

C. TUGAS, PERAN DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA


1. Badan Amil Zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama
(pasal 8).
2. Badan Amil Zakat bertanggungjawab sesuai dengan tingkatannya, (Pasal 9).
3. Badan Pelaksana mempunyai peran dan fungsi melaksanakan kebijakan dan
pendayagunaan zakat.
4. Badan Pelaksana mempunyai tugas :
a. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan,
penyaluran dan pendayagunaan zakat.
b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang
telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menyusun Laporan Tahunan dan Laporan Audit
d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pemerintah
Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera

2
Selatan.
e. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama badan amil zakat
baik ke dalam maupun ke luar.

Hubungan Kerja BAZ Provinsi dan BAZ kab/kota


Hubungan Badan Amil Zakat Provinsi dengan BAZ kabupaten/kota mempunyai
hubungan kerja yang bersifat :
➢ Koordinatif
➢ Konsultatif
➢ Informatif

Tata Kerja
1. BAZ Provinsi dalam melaksanakan tugasnya menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi serta melakukan konsultasi dan memberikan
informasi antara Badan Amil Zakat di semua tingkatan.
2. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan
serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas staf pelaksana. 6
3. Setiap Ketua Bidang meyampaikan laporan kepada Ketua Badan Amil Zakat
melalui Sekretaris. Sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta
menyusun laporan berkala.
4. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ akan diolah dan digunakan
sebagai bahan :
a. untuk menyusun laporan lebih lanjut.
b. untuk memberikan arahan kepada staf pelaksana.
5. Setiap pimpinan satuan organisasi BAZ masing-masing wajib mengadakan
rapat secara berkala.

Manajemen Terpadu
Badan Amil Zakat melakukan Akuntabilitas manajemen dengan tiga pilar utama :
1. Amanah
Sifat amanah merupakan kunci jaminan mutu dalam menumbuhkan
kepercayaan masyarakat.

3
2. Profesional
Efesiensi dan efektivitas manajemen memerlukan sikap profesional dari semua
pengurus.
3. Transparan
Sistem kontrol yang baik akan terjadi jika jiwa transparansi dalam pengelolaan
dana umat dapat dilaksanakan.

Unit Pengumpul Zakat (UPZ)


1. UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat dengan
tugas untuk melayani Muzakki, Munfiq dan Mutashaddiq.
2. UPZ BAZ adalah satuan organisasi dalam koordinasi BAZ yang dibentuk pada
Dinas/Instansi/Lembaga/ Kantor Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota,
BUMN/BUMD dan Perusahaan Swasta yang berkedudukan di tingkatnya.
3. Keputusan pembentukan UPZ dikeluarkan oleh Ketua BAZ.
4. UPZ bertugas pengumpulkan dana zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris
dan kafarat di unit masing-masing dengan menggunakan formulir yang dibuat
oleh Badan Amil Zakat dan hasilnya disetorkan kepada bagian pengumpul BAZ.
5. Kepengurusan UPZ terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris, seorang
bendahara dan beberapa, orang anggota.
6. Masa kerja Pengurus UPZ paling lama 3 tahun.
7. UPZ tidak bertugas menclayagukan zakat, kecuali ada kesepakatan antara
Pengurus BAZ Provinsi dengan UPZ.

D. Sistem Pengumpulan
a. Zakat terdiri dari zakat maal (harta) dan zakat fitrah (pasal 11 ayat 1).
b. Harta yang dikenai zakat (pasal 11 ayat 2) adalah :
1) Emas, perak, dan uang
2) Perdagangan dan perusahaan
3) Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan
4) Hasil pertambangan
5) Hasil peternakan
6) Hasil pendapatan dan jasa
7) rikaz.

4
c. Zakat, infaq dan shadaqah perorangan pada instansi/lembaga setiap bulan
dikumpulkan melalui UPZ.
d. Zakat, infaq dan shadaqah badan dan perorangan dikumpulkan juga secara
langsung oleh Pengurus BAZ Provinsi.
e. Untuk kepentingan Muzakki, BAZ Provinsi, Kabupaten/Kota mengirimkan
pemberitahuan kepada muzakki badan/perorangan untuk menyetorkan
zakatnya disertai dengan Pedoman Perhitungan Zakat Sendiri.
f. Pengurus BAZ dapat membantu Muzakki dalam menghitung
zakatnyaPenghitungan zakat dilakukan menurut nishab, kadar dan waktunya
berdasarkan ketentuan hukum agama.
g. Pengurus BAZ menerima zakat dengan menerbitkan formulir bukti setor
zakat.
h. Pengurus BAZ selain menerima zakat dapat menerima infaq, shadaqah, hibah,
wasiat, waris dan kafarat (pasal 13)
i. Bukti setor zakat mencantumkan hal-hal sebagai berikut :
a) Nama BAZ dan logonya serta alamat.
b) Nomor urut bukti setor.
c) Nama Muzakki, Alamat Muzakki, Telepon, Fax, dan email.
d) NPWZ (nomor Pokok Wajib Zakat) terdiri dari 15 digit :
➢ 2 digit pertama kode Muzakki. 01 Muzakki perorangan, 02 Muzakki
Perusahaan.
➢ 6 digit kedua menjelaskan nomor urut Muzakki. Penulisan dimulai
dari digit terakhir, misalnya nomor urut muzakki 1, maka ditulis
000001.
➢ 1 digit ketiga, menjelaskan kode lembaga amil
A. Kode BAZNAS
B. Kode BAZDA
C. Kode LAZNAS
D. Kode LAZDA
E. Kode UPZ
➢ digit keempat nomor urut Wilayah Provinsi Sumatera Selatan, yaitu
005
➢ digit kelima nomor urut Kabupaten/Kota, misalnya muzakki

5
Palembang,
yaitu 011
e) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), KMJ (Kartu Jamaah Masjid), Nama
Masjid
f) Jumlah setoran dengan dicancumkan tahun haul dan diberikan penjelasan:
1) Penyetoran zakat
2) Penyetoran infaq
3) Shadaqah
4) Wakaf
5) Waris
6) Kafarat dll
g) Nama dan Tanda Tangan penyetor
h) Nama, tanda tangan dan jabatan petugas BAZDA Provinsi serta tanggal
penerimaan setoran.
i) Bukti Setor Zakat dibuat dalam rangkap 5 dengan distribusi :
1) Lembar asli : untuk Arsip Pajak
2) Lembar kedua : untuk Arsip Wajib Zakat
3) Lembar ketiga : untuk Arsip BAZ
4) Lembar Keempat: untuk Arsip UPZ
5) Lembar kelima : untuk Bank Tempat Menyetor
Pengurus BAZ penerima setoran Zakat, Infaq dan Shadaqah ditampung
dalam rekening Dana BAZ.
j) Zakat yang ditunaikan melalui BAZ dapat dikurangkan dari penghasilan
dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

F. Sistem Penyaluran
Dasar-Dasar Pertimbangan
1. Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 Bab V pasal 16 ayat (2) dijelaskan
"Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas
mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif". Pasal 17
menegaskan bahwa : "Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris
dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 didayagunakan untuk

6
usaha produktif".
2. Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat Pasal pada masing-masing
daerah. Untuk Provinsi Sumatera Selatan Perda Nomor 6 Tahun 2005 pasal 10
menjelaskan bahwa : Hasil penerimaan Infaq, Shadaqah, wasiat, waris dan
kafarat didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.
3. Zakat sebagaimana Rukun Islam yang merupakan kewajiban bagi kelompok
masyarakat, mampu memiliki implikasi individu dan sosial. Untuk itu, sudah
saatnya, zakat tidak semata dilihat dari gugurnya kewajiban seseorang muslim
yang berkewajiban mengeluarkan zakat tersebut bagi kemaslahatan dan
kesejahteraan umat.
4. Hendaknya zakat diposisikan sebagai instrumen penting dalam pemberdayaan
ekonomi umat dan bangsa baik dalam skala kecil, menengah maupun besar.
Oleh karenanya kita perlu bersama-sama mengubah pandangan mengenai
zakat sebagai "dana bantuan" yang semata-mata sebagai alat belas kasihan
orang-orang kaya kepada orang miskin.
5. Menurut DR. Yusuf Qardhawi:
a. Apabila harta zakat itu banyak dan semua sasaran ada, zakat harus
dibagikan kepada semua mustahiq. Hal itu tergantung pada jumlah dan
pada kebutuhannya. Sebab terkadang ada pada suatu daerah seribu orang
fakir, sementara dari orang yang berhutang atau ibnu sabil hanya sepuluh
orang. Pendapat Imam Malik dan Ibnu Syhab mendahulukan sasaran yang
paling banyak jumlah dan kebutuhannya.
b. Diperbolehkan memberikan semua zakat, tertuju pada sebagian sasaran
tertentu saja dengan alasan untuk mewujudkan kemaslahatan. Juga
diperbolehkan melebihkan antara yang satu dengan yang lain sesuai dengan
kebutuhan.
c. Hendaknya golongan fakir dan miskin adalah sasaran pertama yang harus
menerima zakat, karena memberi kecukupan kepada mereka merupakan
tujuan utama dari zakat.
d. Bagian ‘amilin tidak boleh lebih dari 1/8
6. Zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul melalui BAZ didistribusian kepada
yang berhak menerimanya dan dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum
Islam.

7
7. Penyaluran dana yang terkumpul dapat bersifat konsumtif dan dapat bersifat
produktif dengan memperioritaskan mustahiq di wilayahnya.
8. Khusus dana zakat disalurkan kepada 8 (delapan) asnaf dan dana lainnya
diprioritaskan untuk menunjang usaha produktif.
9. Pendistribusian dana zakat kepada 8 asnaf diatur sesuai persetujuan Dewan
Pertimbagan, misalnya :
a. Fakir/Miskin+ Riqab+ Gharimin : 50 %
b. Sabilillah + Muallaf : 25%
c. Ibnu Sabil : 12,5%
d. Amilin : 12,5%
10. Penyaluran DANA BAZ bersifat :
a. Bantuan sesaat (konsumtif), yaitu membantu mustahiq dalam
menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat mendesak atau
darurat.
b. Bantuan Pemberdayaan (produktif), yaitu membantu mustahiq untuk
meningkatkan kesejahteraannya baik secara perorangan maupun
kelompok melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan.
11. Dana dari infaq, shadaqah, hibah dan kafarat didayagunakan untuk usaha
produktif. Sementara untuk wasiat dan waris didistribusikan sesuai dengan
permintaan dari pemberi wasiat dan waris. Apabila tidak ditentukan oleh
pemberi wasiat, maka dana keduanya didayagunakan untuk keperluan
produktif.
12. Dana BAZ didistribusikan dengan persyaratan:
a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf.
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.
13. Bantuan dana BAZ baik bantuan sesaat maupun bantuan pemberdayaan
dapat terdiri :
a. Bantuan uang konsumtif bagi fakir dan bagi kaum miskin
b. Bantuan pengobatan dan perawatan dokter/ rumah sakit bagi fakir dan
miskin.
c. Bantuan untuk anak yatim.
d. Bantuan makanan bulanan bagi siswa sekolah dasar dan sekolah

8
menengah.
e. Bantuan pendidikan, bea siswa, uang sekolah dan uang kursus atau uang
kursus-kursus.
f. Bantuan untuk sarana sekolah dan pembangunan gedung sekolah, panti
asuhan, pesantren dan madrasah.
g. Bantuan sarana hiclup bagi fakir dan miskin seperti; sews rumah, bantuan
perumahan dan tempat tinggal.
h. Bantuan operasional kepada masjid dan mushalla.
i. Bantuan untuk pendirian dan pembangunan masjid atau langgar/musholla.
j. Bantuan rehabilitasi/perbaikan bangunan masjid/musholla.
k. Bantuan penambahan sarana pokok/pendukung masjid/mushollah.
l. Bantuan Pembangunan Rumah Sakit, Poloklinik dan Puskesmas.
m. Bantuan untuk pembelian al-Qur'an dan buku-buku agama lainya.
n. Bantuan program dakwah
o. Bantuan kepada muallaf
p. Bantuan untuk menyelesaikan hutang
q. Bantuan untuk ibnu sabil.
r. Bantuan berniaga untuk pemula dan mereka yang berbakat wiraswasta.
s. Bantuan bencana alam.
t. Bantuan untuk guru TK/TPA dan Madrasah.
u. Bantuan untuk Desa Binaan
14. Penyaluran BANTUAN DANA BAZ keluar wilayah kerjanya terlebih
dahulu mengadakan koordinasi dengan Badan Amil Zakat yang berada
diatasnya atau yang berada di wilayah tersebut.
15. Mustahiq yang akan menerima BANTUAN DANA BAZ yang bersifat
produktif dengan mengisi formulir isian mencantumkan:
a. Nama mustahiq, alamat mustahiq, pekerjaan dan daftar keluarga.
b. Rekomendasi dari Ketua RT/RW
c. Usul dan alasan untuk menerima bantuan Dana BAZ.
d. Jenis bantuan yang diharapkan dan jumlahnya
e. Keterangan mengenai Bantuan yang pernah diterima mustahiq dan
instansi atau organisasi yang telah memberikan bantuan tersebut.
f. Rekomendasi dari atasan tempat kerja jika mustahiq bekerja, atau

9
g. Rekomendasi dari Pengurus UPZ, dimana mustahiq menjada anggota
instansi tempat UPZ berada, atau
h. Rekomendasi dari Ketua Majelis Taklim/ Pengurus Masjid/Pengurus
Mushalla/Pengurus Langgar, atau
i. Rekomendasi dari Pengurus BAZ Provinsi Sumatera Selatan
16. Pendayagunaan DANA BAZ untuk usaha yang produktif dilakukan
berdasarkan persyaratan sebagai berikut :
a. Terdapat usaha atau usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan
b. Mendapat persetujuan dari Dewan Pertimbangan.
17. Pendayagunaan DANA BAZ dari zakat dan non zakat untuk usaha produktif
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Dilakukan studi kelayaan.
b. Ditetapkan jenis usaha produktif
c. Dilakukan bimbingan dan penyuluhan
d. Dilakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan
e. Dilakukan evaluasi
f.Membuat laporan.

Bidang Sasaran Penyaluran


1. Pendidikan
2. Ekonomi
3. Kesehatan
4. Sosial
5. Dakwah

10
KESIMPULAN

Zakat yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan mustahiq lainnya, sebagai
tanda syukur atas nikmat Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta
untuk membersihkan diri dan hartanya sebagaimana diketahui bahwa zakat adalah
salah satu sumber pemasukan keuangan Negara (Negara Islam). Berbeda dengan
di Indonesia ini, pada umumnya anggota masyarakat langsung menyerahkan
zakatnya kepada yang berhak, walaupun sudah mulai berjalan peenyerahan zakat
kepada BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah). Pada akhir-akhir ini yang
pada umumnya di Indonesia sudah dibentuk Badan Amil Zakat (BAZ) baik tingkat
pusat, tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota dan bahkan tingkat kecamatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6, Jakarta, 1996. Departemen

Agama RI, Pedoman Zakat 9 Seri Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam,

Zakat dan Wakaf, Jakarta, 1998 – 1999.

Departemen Agama RI, Pembinaan Lembaga Amil Zakat, 2004. Departemen

Agama RI, Peraturan Perundang-undangan Pengelolaan Zakat, Jakarta, 2009.

Departemen Agama RI, Fiqh Zakat, Jakarta, 2008.

Syauqi Ismail Syahatih, Penerapan Zakat dalam Dunia Modern, Jakarta, 1987.

Yusuf Qodowi, Hukum Zakat, Litera Antar Nusa dan Mizan, Jakarta – Bandung,

1996

12

Anda mungkin juga menyukai