BIOTEKNOLOGI
Dosen Pengampu:
Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd
Dr. Ir. Badruzsaufari, M. Sc.
Disusun Oleh:
Chitania Millianton 1820113320001
Muhammad Rizki Anwar 1820113310008
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
berbagai pihak yang telah membantu, Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Macam-macam metabolit sekunder....................................................................3
2.2 Jalur pembentukan metabolit sekunder.............................................................3
2.3 Biosintesis metabolit sekunder pada hewan........................................................4
2.4 Biosintesis metabolit sekunder pada tumbuhan.................................................6
2.5 Biosintesis metabolit sekunder pada mikroba..................................................10
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
5. Mendeskripsikan biosintesis metabolit sekunder pada mikroba.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jalur Asam Malonat Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur
asam malonat diantaranya: asam lemak (laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat,
linoleat, linolenic), gliserida, poliasetilen, fosfolipida, dan glikolipida. Tanaman
yang menghasilkan senyawa ini antara lain: Jarak pagar, kelapa sawit, kelapa,
jagung, kacang tanah, zaitun, bunga matahari, kedelai, wijen, kapas, coklat, dan
alpukat. b. Jalur Asam Mevalonat Senyawa metabolit sekunder dari jalur ini
diantaranya adalah Essential oil, Squalent, Monoterpenoid, Menthol, Korosinoid,
Streoid, Terpenoid, Sapogenin, Geraniol, ABA, dan GA3. c. Jalur Asam
Sikhimat Metabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam shikimat
diantaranya adalah Asam Sinamat, Fenol, Asam benzoic, Lignin, Koumarin,
Tanin, Asam amino benzoic dan Quinon
4
Spons (porifera) merupakan biota laut multi sel yang fungsi jaringan dan
organnya sangat sederhana. Habitat spons umumnya adalah menempel pada pasir,
batu-batuan dan karang-karang mati. Biota laut ini dikenal dengan "filter feeders",
yaitu mencari makanan dengan mengisap dan menyaring air melalui sel cambuk
dan memompakan air keluar melalui oskulum. Partikel-partikel makanan seperti
bakteri, mikroalga dan detritus terbawa oleh aliran air ini (AMIR, 1996). Habitat
spons yang melekat pada pasir atau bebatuan menyebabkan hewan ini sulit untuk
bergerak. Untuk mempertahankan diri dari serangan predator dan infeksi bakteri
pathogen, spons mengembangkan system "biodefense" yaitu dengan
menghasilkan zat racun dari dalam tubuhnya, zat ini umumnya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan farmasi (MOTOMASA, 1998).
Untuk mendapatkan metabolit sekunder dari biota laut khususnya spons
dilakukan isolasi dengan metode pemisahan senyawa organik. Isolasi metabolit
sekunder dari biota laut ini dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya adalah
ekstraksi senyawa menggunakan pelarut organik. Sampel dihaluskan dan
dimaserasi (perendaman pada suhu rendah) atau dengan sokletasi (ekstraksi suhu
tinggi). Pelarut organik yang biasa digunakan dalam isolasi biota laut adalah yang
bersifat polar seperti metanol, etanol dan etil asetat. Hal ini sangat berhubungan
dengan sifat kepolaran senyawa yang akan diisolasi. Struktur kimia beberapa
senyawa aktif yang diisolasi dari biota ini mempunyai gugus polar, menyebabkan
senyawa-senyawa tersebut larut dalam pelarut polar. Selain itu, dengan
menggunakan pelarut polar senyawa nonpolar dan polar yang terkandung dalam
sample akan ikut terlarut. Tahap kedua adalah dengan ekstraksi partisi pelarut.
Ekstraksi partisi ini dimaksudkan untuk memisahkan senyawa-senyawa nonpolar
dengan senyawa polar yang terdapat dalam ekstrak kasar. Ekstraksi partisi
dilakukan dengan mencampurkan dua pelarut yang tidak bercampur kedalam
corong pisah. Ekstrak kasar akan terdistribusi kedalam dua pelarut sesuai dengan
kepolarannya. Tahap selanjutnya adalah pemisahan senyawa organik
menggunakan metode kromatografi. Metode kromatografi adalah pemisahan
berdasarkan distribusi senyawa dalam fase gerak dan fase diam. Metode
kromatografi yang umum dilakukan dalam pemisahan senyawa pada biota laut
5
adalah kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja
tinggi. Kromatografi kolom dilakukan dengan fase diam antara lain silika gel dan
oktadesil silana dengan fase gerak bertingkat kepolarannya mulai dari heksana,
etil asetat, kloroform, diklorometan, methanol dan air. Tahap pemisahan sekaligus
pemurnian senyawa dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi, kolom
yang biasa digunakan untuk isolasi senyawa biota laut diantaranya adalah kolom
ODS dan Mightysil RP 18. Pemisahan dengan kromatografi cair kinerja tinggi
akan menghasilkan isolat-isolat senyawa tunggal untuk kemudian diuji
bioaktivitasnya dan diidentifikasi struktur kimianya. Penelitian senyawa aktif dari
hasil metabolisme sekunder biota spons telah menghasilkan beberapa senyawa
obat, antara lain adalah antimikroba, antikanker, antivirus dan lain-lain. Berikut
adalah beberapa senyawa aktif dari biota spons yang berpotensi sebagai bahan
farmasi.
Penelitian jenis hewan vertebrata juga didapatkan senyawa metabolit
sekunder yaitu steroid, Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan
penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-
masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu,
hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau
dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini
ditentukan oleh jenis substituen R1, R2, R3 yang terikat pada kerangka dasar
karbon. sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada
suatu kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, gugus fungsi
yang terdapat pada substituen R1, R2, R3, jumlah serta posisi gugus fungsi
oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada
kerangka dasar karbon tersebut. Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan
bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat
dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid lanosterol
6
1) Terpenoid
Terpenoida adalah merupakan komponen-komponen tumbuhan yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut
sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal
dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan aton
hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan
perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan
terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan
campuran senyawa organik yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa
atau komponen yang berlainan. Sebagaian besar komponen minyak atsiri adalah
senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan
oksigen yang tidak bersifat aromatik yang secara umum disebut terpenoid.
Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua
atau lebih unit C-5 yang disebut unit isopren. Unit C-5 ini dinamakan demikian
karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isoprene.
2) Steroid
Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat
dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan
beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan
tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami
serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah
sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat melalui asam
mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol.
7
3) Alkaloida
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung
paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian
besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan
biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang
terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan. Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu
alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin.
Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida.
4) Flavonoid
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar
yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuh-
tumbuhan. Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3)
sehingga membentuk suatu susnan C6 – C3 – C6. Susunan ini dapat menghasilkan
8
tiga jenis struktur senyawa flavonoida. Contoh senyawa flavonoida, diantaranya
isoflavonoida.
5) Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam
tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai
bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari
metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung
terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin adalah:
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)
dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua
kelompok:
1) Steroids dengan 27 C atom.
9
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda
pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan
tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti:
·Quillage saponin: campuran dari 3 atau 4 saponin
·Alfalfa saponin: campuran dari paling sedikit 5 saponin
·Soy bean saponin: terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, atau
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
10
5. Sering terjadi produksi metabolit sekunder secara berlebihan,
sedangkan metabolit primer terikat pada metabolisme primernya,
biasanya tidak mengalami kelebihan produksi seperti hal tersebut.
Dalam metabolisme sekunder terdapat dua fase yang berbeda, yang
disebut trofofase dan idiofase. Trofofase merupakan fase pertumbuhan,
sedangkan idiofase merupakan fase pembentukan metabolit. Meskipun
merupakan suatu kekeliruan untuk menganggap hal tersebut menjadi dua
fase, tapi istilah tersebut merupakan penyederhanaan yang sesuai, karena
menolong kita dalam kajian fermentasi industri.. Jadi, jika kita berurusan
dengan metabolit sekunder, harus menjamin kondisi yang tersedia selama
trofofase untuk pertumbuhan yang baik, selanjutnya kita harus yakin bahwa
kondisi tersebut pantas untuk diubah pada waktu yang hampir bersamaan
supaya menjamin pembentukan produk yang baik.
Antibiotika adalah metabolit sekunder yang terkenal dan diteliti secara
luas. Pada metabolisme sekunder, terdapat pertanyaan mengapa produk
tidak dihasilkan dari substrat pertumbuhan primer, tapi dari produk yang
dengan sendirinya dibentuk dari substrat pertumbuhan primer. Jadi metabolit
sekunder umumnya dihasilkan dari beberapa produk perantara yang
berkumpul dalam medium atau dalam sel, selama metabolisme primer.
Satu karakteristik metabolit sekunder adalah enzim yang terlibat
pada produksi metabolit sekunder diatur secara terpisah dari enzim
metabolisme primer. Dalam banyak kasus, sudah diidentifikasi inducer
spesifik metabolit sekunder. Sebagai contoh, inducer spesifik untuk produksi
streptomisin, yaitu suatu senyawa yang disebut A-factor. Proses pertumbuhan
mikroorganisme dan tahap-tahapnya yang meliputi tahap: lag, log, dan fase
stationer, sudah diketahui sebelumnya. Berbagai metabolit yang dibentuk
pada fase-fase pertumbuhan tersebut perlu diketahui, untuk memperoleh
metabolit yang diharapkan dalam proses industri. Terdapat dua bentuk dasar
metabolit mikroorganisme yang disebut metabolit primer dan sekunder.
Metabolit primer merupakan salah satu yang dibentuk selama fase
pertumbuhan primer mikroorganisme, sedangkan metabolit sekunder
11
merupakan salah satu yang dibentuk menjelang akhir fase pertumbuhan
primer mikroorganisme, seringkali menjelang atau fase stationer
pertumbuhan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolit sekunder adalah senyawa senyawa hasil biosintetik turunan dari
metabolit primer Yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk
pertahanan diri dari lingkungan. Metabolit Sekunder terbagi ke dalam 6 golongan,
yaitu 1) poliketida dan asam lemak, 2) terpenoid dan steroid, 3) fenilpropanoid, 4)
alkaloid, 5) asam amino khusus dan peptida, dan 6) karbohidrat khusus. Jalur
pembentukan metabolit sekunder dibagi menjadi 3 yaitu; jalur asam asam
malonate, asam mevalonate asetat dan asam sikimat.
3.2 Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan
pembelajaran bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah “Biosintesis
metabolit sekunder hewan, tumbuhan, dan mikroba” yang dibuat penyusun,
diharapkan adanya saran-saran yang membangun.Dikarenakan penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, Tri Joko. 2013. Kimia Bahan Alam. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
14