Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN


PRIMER PADA HEWAN LAUT KEPITING

Disusun oleh:
HASRIANTI (102421017)
CLAUDIA ANGELINA KURNIA BAT (102421018)

Dosen Pengampu: Apt. Heldi Candra, S. Farm., M. Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BATAM
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN PRIMER PADA
HEWAN LAUT KEPITING” yang disusun berdasarkan pengalaman kuliah
penulis.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari do’a, dukungan semangat dan
perhatian besar dari orang tua dan rekan-rekan dari mahasiswa program studi
farmasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, mempunyai
banyak kekurangan dan kesalahan. Dengan dasar itu penulis memohon kritik serta
saran yang sifatnya membangun agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terjadi
lagi dikemudian hari serta demi kesempurnaan laporan ini. Semoga makalah ini
juga dapat berguna dikemudian hari.

Batam, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1. Metabolit Sekunder.....................................................................................3

2.1.1 Pengertian Metabolit Sekunder...................................................................3

2.1.2 Fungsi Metabolit Sekunder.........................................................................3

2.1.3 Ciri-Ciri Metabolit Sekunder......................................................................3

2.1.4 Identifikasi dari Isolasi Pigmen Karotenoid pada Kepiting .......................4

2.1.5 Identifikasi Pemisahan Jenis Pigmen Karotenoid dari Kepiting.................5

2.2. Metabolit Primer.........................................................................................5

2.2.1 Pengertian Metabolit Primer.......................................................................5

2.2.2 Jenis Metabolit Primer................................................................................6

2.2.3 Ciri – Ciri Metabolit Primer........................................................................9

2.2.3 Identifikasi Kandungan Lemak Total, Kalsium, Besi, Seng.....................10

2.2.4 Identifikasi Kandungan Lemak Total, Kalsium, Besi, Seng Pada............10

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................11

3.1 Saran...........................................................................................................11

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Metabolit Sekunder

JURNAL 1

JURNAL 2

JURNAL 3

Lampiran Metabolit Primer

JURNAL 1

JURNAL 2

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semua makhluk hidup mengubah dan menginterkoneksikan
sejumlah besar senyawa organik untuk melangsungkan kehidupan, tumbuh
dan bereproduksi. Makhluk hidup memiliki kemampunan menyediakan
energi dalam bentuk ATP dan pasokan gugus pembangun untuk merancang
jaringan tubuhnya. Sebuah hubungan kolektif yang terintegrasi dari reaksi
kimia yang dimediasi secara enzimatik dan ditata secara rapi dalam rangka
mencapai tujuan tersebut di atas disebut sebagai metabolisme antara,
sedangkan jalur yang terlibat diistilahkan sebagai jalur metabolisme.
Beberapa biomolekul yang sangat penting diantaranya adalah karbohidrat,
protein, lemak, dan asam nukleat. Karbohidrat tersusun atas unit gula,
protein dibuat dari asam amino, asam nukleat tersusun berdasarkan
nukleotida dan lemak terbentuk oleh 3 rantai asam lemak yang berikatan
dengan gliserol. (Dewick, P.M., 2009)
Makhluk hidup secara umum bervariasi jika ditinjau dari
kapasitasnya dalam melakukan sintesis dan proses pengubahan senyawa
kimia. Misalnya, seperti hewan dan mikroorganisme bergantung pada
memperoleh bahan mentah mereka dalam makanan mereka, misalnya
dengan mengkonsumsi tumbuhan. Dengan demikian, beberapa jalur
metabolik berkaitan dengan senyawa dasar yang diperoleh dari penguraian
makanan, sementara yang lainnya diminta untuk mensintesis molekul
khusus dari senyawa dasar yang diperoleh. Meskipun karakteristik
organisme hidup yang sangat bervariasi, jalur untuk memodifikasi dan
mensintesis karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat pada dasarnya
sama pada semua organisme. Proses-proses ini menunjukkan kesatuan
mendasar dari semua materi hidup, dan secara kolektif digambarkan sebagai
metabolisme utama. Senyawa yang terlibat dalam jalur yang disebut
metabolit primer. Karenanya, degradasi karbohidrat dan gula umumnya

1
terjadi melalui jalur yang ditandai dengan baik yang dikenal sebagai
glikolisis dan siklus Krebs/sitrat/siklus asam trikarboksilat, yang
melepaskan energi dari senyawa organik melalui reaksi oksidasi. (Banu
dkk, 2015)
Proses metabolisme terdiri atas metabolisme primer dan
metabolisme sekunder. Metabolisme primer melewati jalur utama,
sedangkan metabolisme sekunder merupakan terminal-terminal pada
cabang-cabang jalur utama tersebut. Karbohidrat, protein, dan lemak
merupakan penyusun utama dari makhluk hidup dan terbentuk dari hasil
metabolisme primer, sehingga disebut metabolit primer. Keseluruhan proses
sintesis dan perombakan metabolit primer yang dilakukan oleh organisme
untuk kelangsungan hidupnya, disebut proses metabolisme primer. Produk-
produk metabolisme lainnya, seperti terpenoid, steroid, poliketida, fenil
propanoid, flavonoid, dan alkaloid bukan merupakan produk esensial bagi
ekstistensi dari suatu organisme, karenanya disebut metabolit sekunder
(Komatsu, et al., 2013). Metabolit sekunder sangat berperan pada
kelangsungan hidup suatu spesies dalam perjuangan menghadapi spesies
lain atau faktor lingkungan lainnya. (Aliefman Hakim, 2014)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja identifikasi senyawa metabolit sekunder dan primer pada hewan
laut kepiting?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui indentifikasi senyawa metabolit sekunder dan primer
pada hewan laut kepiting.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Metabolit Sekunder


2.1.1 Pengertian Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial
bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik
atau berbeda-beda antara spesies yang satu dengan lainnya. Beberapa
jenis organisme yang terdapat didalamnya merupakan sumber vitamin,
protein, dan mineral. Selain itu, ada juga beberapa jenis organisme yang
mensintesis dan menyimpan senyawa toksin (marine toxin) pada bagian
tubuhnya atau dikeluarkan ke lingkungan hidupnya. (Harborne, 2006)
2.1.2 Fungsi Metabolit Sekunder
Fungsi dari metabolit sekunder, yaitu mempertahankan diri dari
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul
sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. (Verpoorte. R, 2000)
2.1.3 Ciri-Ciri Metabolit Sekunder
Ciri-ciri metabolit sekunder sebagai berikut (Verpoorte. R, 2000) :
 Dibuat mealui proses metabolisme sekunder.
 Diproduksi selama fase stasioner.
 Fungsi bagi organisme penghasil belum jelas, diduga tidak
behubungan dengan sintesis komponen sel atau pertumbuhan
 Dibuat dan disimpan secara ekstraseluler.
 Hanya dibuat oleh spesies tertentu dan dalam jumlah terbatas.
 Umumnya diproduksi oleh fungi filamemntus dan bakteri
pembentuk spora.
 Merupakan kekhasan bagi spesies tertentu.

3
 Biasanya berhubungan dengan aktivitas anti ikroba enzim
spesifik, penghambatan, pendorong pertumbuhan, dan sifat-sifat
farmakologis.
2.1.4 Identifikasi dari Isolasi Pigmen Karotenoid pada Kepiting Betina
(Metopograpsus sp)
Kepiting merupakan salah satu organisme laut yang termasuk
dalam golongan krustasea. Ekosistem kepiting terdapat di darat, air
tawar dan air laut dengan ukuran kepiting yang beranekaragam.
Kepiting air laut memiliki habitat yang beraneka ragam yaitu daerah
hutan dan supratidal, daerah lingkungan air payau, daerah pantai
berpasir, daerah pantai berbatu, terumbu karang, serta mangrove. Jenis-
jenis kepiting tertentu yang biasanya ditemukan di daerah mangrove
seperti dari suku Ocypodidae, Sesarmidae, Macropthalmidae,
Porcellanidae, Portunidae, Varunidae dan Grapsidae. Salah satu genus
dari famili Grapsidae adalah genus Metopograpsus. (Pratiwi dan
Rahmat, 2015)
Metopograpsus sp merupakan salah satu jenis kepiting yang
memiliki corak berwarna pada karapasnya sehingga diasumsikan
kepiting tersebut mengandung pigmen karotenoid. Karatenoid adalah
pigmen alami yang disintesis oleh tanaman, alga, jamur, kapang dan
bakteri. Karotenoid juga ditemukan dalam ikan (salmon, trout, sea
beam, kakap merah, dan tuna), kulit, cangkang atau kerangka luar
hewan air,
seperti moluska (clam, oyster, scallop) dan krustasea (lobster, udang,
dan kepiting) mengandung pigmen karotenoid yang diperoleh melalui
makanannya. (Sari dan Abdiani, 2015).
Jenis pigmen yang teridentifikasi pada kepiting Metopograpsus sp,
yaitu β-karoten, Astaxanthin, Astacene. Konsentrasi Pigmen tertinggi
terdapat pada ekstrak lapisan epidermis dengan konsentrasi (35,07
μg/gr) berat residu kering, diikuti organ karapas (16,16 μg/gr), darah
(13,23 μg/gr), gonad (11,07 μg/gr) dan hepatopankreas (9,71 μg/gr).
Kandungan Pigmen tertinggi pada organ lapisan epidermis (21,71

4
μg/gr), diikuti organ karapas (18,47 μg/gr), darah (8,19 μg/gr), gonad
(6,85 μg/gr) dan hepatopancreas (6,47 μg/gr). (Manik Dkk, 2020)
2.1.5 Identifikasi Pemisahan Jenis Pigmen Karotenoid dari Kepiting
Jantan (Grapsus sp) Menggunakan Metode Kromotografi Kolom
Grapsus sp memiliki warna tubuh hitam kehijauan dan dikenal
dengan nama kepiting batu. Kepiting dalam genus Grapsus sp memiliki
gerakkan yang cekatan, mempunyai kaki yang panjang, tidak memiliki
kaki renang dan memiliki capit berukuran kecil yang berwarna ungu
kemerahan atau ungu-oranye (Poupin and Juncker, 2010).
Kandungan pigmen karotenoid pada karapas 1,2 dan 3 adalah
46,85 μg 39 μg, dan 33,14 μg. Konsentrasi pigmen karotenoid pada
ekstrak karapas 1,2 dan 3 adalah 25,38 μg/g, 23,4 μg/g dan 5,11 μg/g.
Dari hasil pemisahan menggunakan metode kromatografi kolom jenis
pigmen yang teridentifikasi dari ekstrak karapas kepiting Grapsus sp
jantan adalah β- Karoten, Ekinenon, Astaxantin, Kantaxantin dan
Astasen. (Silaa dkk, 2019)
Manfaat dari karotenoid, yaitu lutein, β-karoten, kantaxantin dan
zeaxanthin bagi kesehatan manusia adalah sifat antioksidannya untuk
mekanisme respons anti-inflamasi, antikanker, antibakteri, dan sebagai
pro vitamin A. (Vilchez, 2011)
2.2. Metabolit Primer
2.2.1 Pengertian Metabolit Primer
Senyawa metabolit primer adalah suatu metabolit atau molekul
produk akhir atau produk antara dalam proses metabolisme makhluk hidup
yang fungsinya sangat esensial bagi kelangsungan hidup organisme
tersebut serta terbentuk secara intraseluler. Contohnya adalah protein,
lemak, karbohidrat, dan DNA pada umumnya metabolit primer tidak
diproduksi berlebihan. (Fried, George H. 2005)
Pada sebagian besar mikroorganisme, produksi metabolit yang
berlebihan dapat menghambat pertumbuhan, dan kadang-kadang dapat
mematikan mikroorganisme tersebut. Proses metabolisme untuk

5
membentuk metabolit primer disebut metabolisme primer. (Fried, George
H. 2005)
2.2.2 Jenis Metabolit Primer
Secara umum jenis metabolit primer dibagi empat kelompok sebagai
berikut :
1. Karbohidrat
Karbohidrat disebut sebagai zat pembangun tubuh dan
menghasilkan energi. Metabolit karbohidrat merupakan
makromolekul yang terdiri dari senyawa C (karbon), H
(Hydrogen), dan O (Oksigen). Senyawa yang menjadi
komponen terbesar dalam tubuh. Itu sebabnya, karbohidrat
disebut sebagai pembangun. Senyawa karbohidrat sering
disebut sebagai gula hidrokarbon. Meski demikian beberapa
ahli tidak mengelompokkannya dalam hidrokarbon karena
karbohidrat mempunyai kandungan Oksigen di dalamnya.
(Fried, George H. 2005)
Karbohidrat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu (Fried,
George H. 2005) :
 Monosakarida, karbohidrat yang memiliki
monomer. Kelompok karbohidrat ini tidak dapat
dihidrolisis menjadi karbohidrat atau senyawa lain
yang lebih kecil. Contohnya, glukosa dan fruktosa
yang terdapat pada buah-buahan.
 Disakarida, karbohidrat yang memiliki monomer
dua. Karbohidrat kelompok ini yang merupakan
metabolit primer adalah laktosa (gabungan glukosa
dan galaktosa) yang terdapat dalam susu ibu.
 Oligosakarida dan Polisakarida, karbohidrat yang
memiliki monomer lebih dari dua. Jika monomer
yang dimiliki antara 2 sampai 10 disebut
oligosakarida dan lebih dari 10 disebut polisakarida.

6
Kelompok karbohidrat ini banyak terdapat pada
tumbuhan. (Fried, George H. 2005)

2. Protein
Protein merupakan makromolekul yang terdapat dalam
tubuh makhluk hidup. Protein sendiri adalah zat makanan yang
mengandung nitrogen yang diyakini sebagai faktor penting
untuk fungsi tubuh, sehingga tidak mungkin ada kehidupan
tanpa protein. (Campbell, Neil A. 2002)
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai
asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk
rantai peptida dengan berbagai panjang dari dua asam amino
(dipeptida), 4-10 peptida (oligopeptida), dan lebih dari 10 asam
amino (polipeptida). Perbedaan terletak pada senyawa
penyusunnya. Protein di susun oleh C, H, O, N, dan S. Dalam
tubuh, secara umum metabolit primer jenis satu ini berfungsi
melindungi tubuh dari infeksi yang masuk dan memperbaiki
kerusakan sel. Dari protein zat kekebalan tubuh dibentuk.
(Campbell, Neil A. 2002)
Protein, dibagi menjadi dua kelompok besar metabolit
primer sesuai fungsinya, yaitu (Campbell, Neil A. 2002) :
 Protein fungsional
Protein yang tugasnya membantu sistem
organ tubuh melaksanakan fungsinya dengan baik.
Yang termasuk dalam protein fungsional yaitu
macam-macam enzim dan fungsinya, seperti enzim
asam klorida, amilase, tripsin, dan lipase pada
pencernaan. Semua ensim tersebut mempunyai
fungsi masing-masing.
Enzim amylase membantu mengubah
karbohidrat atau zat tepung jenis disakarida atau
polisakarida menjadi yang lebih kecil atau

7
monosakarida atau gula. Sementara asam klorida
membantu membunuh segala kuman, bakteri, dan
virus yang ikut terbawa makanan dalam lambung.
 Protein Struktural
Protein yang bertugas menyusun bagian struktural.
Contoh metabolit primer yang termasuk dalam
kelompok ini adalah protein integral dan protein
perifer yang menyusun membran sel, asam glutamat
pada sintesa protein, asam asetat, dan asam aspartat.
3. Lipid (lemak)
Lipid sering disebut lemak dalam kehidupan sehari-hari.
Lipid adalah zat yang termasuk senyawa heterogen yang
terdapat dalam jaringan tanaman dan hewan, mempunyai sifat
tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut organik seperti
ether, kloroform dan benzena. Salah satu kelompok yang
berperan penting dalam nutrisi adalah lemak dan minyak.
Lemak tersimpan dalam tubuh hewan, sedangkan minyak
tersimpan dalam jaringan tanaman sebagai cadangan energi.
(Brown HA, 2007)
Senyawa metabolit primer yang bersifat hidrofobik atau
tidak dapat diserap air. Komponen lemak sama dengan
karbohidrat dan protein, yaitu gabungan C. H, dan O.
Fungsinya, antara lain sebagai  cadangan energi tubuh, dan
bahan dasar hormon, membran sel, dan membran organel sel.
(Brown HA, 2007)
Berdasarkan strukturnya, lemak terbagi menjadi tiga, yaitu
Brown HA, 2007) :
 Lemak sederhana, yaitu lemak yang terdiri dari
trigliserida dan gliserol.
 Lemak campuran, lemak yang merupakan gabungan
dengan senyawa lain, seperti lipoprotein (lemak dan
protein) dan posfolipid (posfat dan lemak).

8
 Lemak turunan, lemak yang dihasilkan dari
hodrolisis asam lemak. Yang termasuk lemak
turunan adalah kolesterol.
4. Asam nukleat
Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu
polimer linier yang tersusun dari monomer-monomer
nukleotida yang berikatan melalui ikatan fosfodiester. Fungsi
utama asam nukleat adalah sebagai tempat penyimpanan dan
pemindahan informasi genetik. Informasi ini diteruskan dari sel
induk ke sel anak melalui proses replikasi. Asam nukleat
tersusun atas C, H, O, P dan merupakan  metabolit yang
berperan penting dalam tubuh. (Aryulina. dkk, 2003)
Asam nukleat yang terdiri dari 3 bagian, gula ribose, basa
nitrogen, dan fosfat ini dikelompokkan menjadi 4 bagian sesuai
fungsinya sebagai berikut (Aryulina. dkk, 2003) :
 Komponen materi genetik struktur DNA double
helix dan RNA atau yang sering disebut sebagai
rantai genetik ganda dan tunggal.
 Komponen yang menghasilkan energi kimia dalam
tubuh makhluk hidup, khsusunya manusia,
contohnya ATP, GTP, dan VTP.
 Kofaktor atau kimia non protein yang membantu
aktivitas biologis protein atau peranan enzim dalam
kehidupan. Yang termasuk contoh senyawa
metabolit primer jenis ini adalah NAD, FAD, dan
Koenzim A.
 Regulator, senyawa pengatur yang membantu
meregulasi ekspresi gen lain. Contoh senyawa ini
adalah cAMP dan cGMP.
2.2.3 Ciri – Ciri Metabolit Primer
Ciri-ciri metabolit primer yaitu (Verpoorte. R, 2000) :

9
 Terbentuk melalui metabolisme primer.
 Memiliki fungsi yang esensial dan jelas bagi kelangsungan hidup
organisme penghasilnya (merupakan komponen esensial tubuh
misalnya asam amino, vitamin, ukleotida, asam nukleat dan
lemak).
 Sering berhubungan dengan pertumbuhan orgnisme penghasilnya.
Bersifat tidak spesifik (ada pada hampir semua makhluk hidup).
 Dibuat dan dismpan secara intraseluler.
 Dibuat dalam kuantitas yang cukup banyak
2.2.3 Identifikasi Kandungan Lemak Total, Kalsium, Besi, Seng Pada
Kepiting (Scylla serrate) Selama Proses Ekdisis
Kepiting merupakan salah satu sumber daya laut yang melimpah di
Indonesia. Selain kaya nutrien, kepiting juga mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses ekdisis
pada kepiting Scylla serrate meningkatkan kandungan lemak total,
kalsium dan seng. Selain itu, kandungan lemak total, kalsium dan seng
kepiting cangkang lunak Scylla serrata lebih tinggi dibandingkan
kepiting biasa (cangkang keras) dari jenis yang sama. (Swasthikawati. S,
2015)
2.2.4 Identifikasi Kandungan Lemak Total, Kalsium, Besi, Seng Pada
Kepiting (Scylla serrate) Selama Proses Ekdisis
Scylla serrate merupakan jenis kepiting bakau. Kandungan
protein yang terkandung pada kepiting bakau jantan dan betina (Scylla
serrata) diperoleh kadar air pada kepiting bakau jantan 82,22% dan
kepiting bakau betina 82,34%. Kadar protein pada kepiting bakau jantan
49,88% dan kadar protein pada kepiting bakau betina 52,36%. Sehingga
kepiting bakau ini baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Parameter
lingkungan yang diukur dilokasi penelitian sangat baik untuk
perkembangan dan pertumbuhan pada kepiting bakau (Scylla serrata).
(Amalo. Dkk, 2020)

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dengan lainnya.
2. Kepiting mengandung pigmen karotenoid yang diperoleh melalui
makanannya.
3. Manfaat dari karotenoid, yaitu lutein, β-karoten, kantaxantin dan
zeaxanthin bagi kesehatan manusia adalah sifat antioksidannya untuk
mekanisme respons anti-inflamasi, antikanker, antibakteri, dan sebagai pro
vitamin A.
4. Metabolit primer adalah suatu metabolit atau molekul produk akhir atau
produk antara dalam proses metabolisme makhluk hidup yang fungsinya
sangat esensial bagi kelangsungan hidup organisme tersebut serta
terbentuk secara intraseluler.
5. Kepiting Scylla serrate meningkatkan kandungan lemak total, kalsium dan
seng. Selain itu, kandungan lemak total, kalsium dan seng kepiting
cangkang lunak Scylla serrata lebih tinggi dibandingkan kepiting biasa
(cangkang keras) dari jenis yang sama.
6. Kadar protein pada kepiting bakau jantan 49,88% dan kadar protein pada
kepiting bakau betina 52,36%.

11
3.1 Saran
Diharapkan dalam pembuatan makalah berikutnya lebih memperbanyak
literatur atau sumber yang lain sebagai acuan. Dan semoga materi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA 

Aliefman Hakim. 2014. Pengembangan Keterampilan Generik Sains,


Keterampilan Berpikir Kritis, Dan Pemahaman Konsep Mahasiswa Melalui
Praktikum Proyek Mini Kimia Bahan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia).

Amalo, D., & Damanik, D. E. R. (2020). Analisis kandungan protein pada


kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan betina di pantai Silawan
Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Jurnal Biotropikal Sains,
17(3), 77-83

Aryulina, Diah., dkk . 2003 .Biologi Jilid 3 .Jakarta : Erlangga

Banu, K.S. and Catrine, L. (2015). General Techniques Involved in


Phytochemical Analysis, International Journal of Advanced Research in
Chemical Science (IJARCS) Volume 2, Issue 4

Brown HA, ed. (2007), "Lipodomics and Bioactive Lipids: Mass Spectrometry
Based Lipid Analysis", Methods in Enzymology, Boston: Academic Press,
423, ISBN 978-0-12-373895-0

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Dewick, P.M., (2009). Medicinal Natural Product, A Biosynthetic Approach, 3rd


Edition, John Wiley and Son

Fried, George H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit: Erlangga


Swasthikawati, S., & Pratiwi, R. (2015). Total Fat, Calcium (Ca), Iron (Fe)
and Zinc (Zn) Contents During Ecdysis process in the Crabs (Scylla serrata,
Forsskal). Jurnal Sain Veteriner, 32(2).

Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Edisi IV. Kokasih P. dan I. Soediro. (penerjemah). ITB,
Bandung. 34hlm.

Manik, F. K., Paransa, D. J., Mantiri, D. M., Ginting, E. L., Warouw, V., &
Moningkey, R. (2020). Isolasi Pigmen Karotenoid Pada Kepiting
Metopograpsus sp. Betina. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 8(1), 84-90.

Manoppo, H. (2019). Pemisahan Jenis Pigmen Karotenoid Dari Kepiting Grapsus


Sp Jantan Menggunakan Metode Kromatografi Kolom. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis, 7(2), 121-128.

Poupin J dan M. Juncker. 2010. A Guide To The Decapod Crustaceans of


The South Pasific. Noumea, New Caledonia. Hal 319.

13
Pratiwi R. & Rahmat. 2015. Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda)
yang terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi-Lipi 1960-
1970. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. 14(2): Hal 195-202.

Sari, D.P dan Abdiani, I.M. 2015. Pemanfaatan Kulit Udang Dan
Cangkang Kepiting Sebagai Bahan Baku Kitosan. Jurnal Harpodon
Borneo, 8(2). Hal 142-147.

Silaa, A. E., Paransa, D. S., Rumengan, A. P., Kemer, K., Rumampuk, N. D., &
R. Verpoorte, A. W. Alfermann (2000). Metabolic engineering of plant
secondary metabolism. Springer. ISBN 978-0-7923-6360-6.Page.1-3

Silaa, A. E., Paransa, D. S., Rumengan, A. P., Kemer, K., Rumampuk, N. D., &
Manoppo, H. (2019). Pemisahan Jenis Pigmen Karotenoid Dari Kepiting
Grapsus Sp Jantan Menggunakan Metode Kromatografi Kolom. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis, 7(2), 121-128.

Swasthikawati, S., & Pratiwi, R. (2015). Total Fat, Calcium (Ca), Iron (Fe) and
Zinc (Zn) Contents During Ecdysis process in the Crabs (Scylla serrata,
Forsskal). Jurnal Sain Veteriner, 32(2).

Verpoorte, R. (2000) Pharmacognosy in the New Millennium: Leadfinding and


Biotechnology. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 52, 253-262.

Vílchez. C, Forján. E, Cuaresma. M, Bédmar. F, Garbayo. I and Vega. J. M. 2011.


Marine Carotenoids: Biological Functions and Commercial Applications.
Journal Marine Drugs. Vol 9. Hal : 319- 333.

14
Lampiran Metabolit Sekunder

JURNAL 1
JUDUL : Isolasi Pigmen Karotenoid pada Kepiting Betina (Metopograpsus
sp)
Betina

ABSTRAK :
Metopograpsus sp adalah kepiting mangrove yang biasanya ditemukan di Indo-
Pasifik dan hidup dibatang pohon mangrove. Ciri khas dari kepiting ini memiliki
corak berwarna pada karapasnya sehingga diasumsikan kepiting tersebut
mengandung pigmen karotenoid. pigmen karatenoid adalah pewarna alami yang
terdapat pada tanaman dan hewan krustasea. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui jenis-jenis pigmen karotenoid pada kepiting Metopograpsus sp
dengan menggunakan metode KLT. Hasil penelitian terdapat tiga jenis pigmen
karotenoid yang teridentifikasi pada kepiting Metopograpsus sp yaitu : β-Karoten,
Astaxanthin, dan Astacene.

KESIMPULAN :
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis pigmen yang teridentifikasi pada kepiting Metopograpsus sp yaitu: β
karoten, Astaxanthin, Astacene.
2. Konsentrasi Pigmen (C) tertinggi terdapat pada ekstrak lapisan epidermis
dengan konsentrasi (35,07 μg/gr) berat residu kering, diikuti organ karapas
(16,16 μg/gr), darah (13,23 μg/gr), gonad (11,07 μg/gr) dan
hepatopankreas (9,71 μg/gr) dan kandungan Pigmen (Q) tertinggi pada
organ lapisan epidermis (21,71 μg/gr), diikuti organ karapas (18,47 μg/gr),
darah/haemocyanin (8,19 μg/gr), gonad (6,85 μg/gr) dan hepatopancreas
(6,47 μg/gr)

15
JURNAL 2
JUDUL : Pemisahan Jenis Pigmen Karotenoid dari Kepiting Jantan
(Grapsus
sp) Menggunakan Metode Kromotografi Kolom

ABSTRAK :
Kepiting Grapsus sp memiliki warna tubuh hitam kehijauan dan dikenal dengan
nama kepiting batu. Kepiting dalam genus Grapsus sp memiliki gerakkan yang
cekatan, mempunyai kaki yang panjang, tidak memiliki kaki renang dan memiliki
capit berukuran kecil yang berwarna ungu kemerahan atau ungu-oranye warna
pada tubuh kepiting ini mengindikasikan adanya kandungan pigmen seperti
pigmen karotenoid. Pigmen karotenoid merupakan salah satu bentuk metabolit
sekunder yang yang terdiri dari golongan karoten dan xantofil. Pigmen karotenoid
hadir dalam warna kuning, oranye, atau merah oranye, yang juga ditemukan pada
kepiting. Pemisahan pigmen karotenoid dapat dilakukan dengan menggunakan
metode KLT, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan Kromatografi
Kolom (KK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pigmen
karotenoid dari ekstrak kepiting Grapsus sp Jantan dengan menggunakan metode
pemisahan Kromatografi Kolom. Dari hasil penelitian ini, didapatkan kandungan
pigmen karotenoid pada karapas 1,2 dan 3 adalah 46,85 μg 39 μg, dan 33,14 μg.
Konsentrasi pigmen karotenoid pada ekstrak karapas 1,2 dan 3 adalah 25,38 μg/g,
23,4 μg/g dan 5,11 μg/g. Hasil pemisahan menggunakan metode pemisahan
kromatografi kolom didapatkan ekstrak karapas kepiting Grapsus sp jantan
memiliki jenis pigmen β-Karoten, Ekinenon, Astaxantin, Kantaxantin dan
Astasen.

KESIMPULAN :
Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kandungan pigmen karotenoid pada karapas 1,2 dan 3 adalah 46,85 μg 39 μg,

16
dan 33,14 μg. Konsentrasi pigmen karotenoid pada ekstrak karapas 1,2 dan
3 adalah 25,38 μg/g, 23,4 μg/g dan 5,11 μg/g. Dari hasil pemisahan menggunakan
metode kromatografi kolom jenis pigmen yang teridentifikasi dari ekstrak karapas
kepiting Grapsus sp jantan adalah β- Karoten, Ekinenon, Astaxantin,
Kantaxantin dan Astasen.

17
JURNAL 3
JUDUL : Uji Potensi Antimikroba Biji Tumbuhan Mangrove (Avicennia
marina Sp) Sebagai Upaya Pemberatasan Penyakit Kepiting
Bakau (Scylla serrata)

ABSTRAK :
Besarnya potensi alam yang dimiliki oleh Kota Langsa yaitu tumbuhan mangrove
dikembangkan yang nantinya dapat digunakan dalam bidang kesehatan khususnya
untuk pencarian bahan baku obat-obatan seperti obat antimikroba. Selain
tumbuhannya, ketersediaan makanan laut seperti kepiting bakau juga merupakan
salah satu potensi lokal yang banyak diminati oleh masyarakat setempat. Namun
masyarakat harus berhati-hati dalam mengkonsumsi kepiting bakau karena ada
kepiting bakau yang mengandung mikroorganisme atau bakteri berbahaya yang
dapat merusak kesehatan manusia baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi mangrove sebagai antimikroba
dan mengetahui komponen bioaktif yang terdapat pada mangrove dalam
mengatasi penyakit pada kepiting bakau. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengambilan sampel biji mangrove Avicennia marina dilakukan pada Desa Kuala
Langsa. Sampel mangrove yang diambil adalah biji yang tua dan kondisinya utuh,
sampel kemudian dimasukkan dalam kantong sampel ditimbang hingga beratnya
1 kg. Hasil data uji skrining fitokimia diketahui kandungan senyawa biokatif dan
jenis senyawa bioaktif yang terdapat di dalam ekstraksi biji mangrove adalah
triterpenenoid, tanin, fenol dan alkaloid. Pengujian daya hambat ekstrak metanol
dan n-heksan biji A. marina dilakukan dengan metode difusi agar. Pada beberapa
pengulangan ekstrak pelarut metanol dan n-heksan sampel biji mangrove
didapatkan zona bening rata-rata 3,13 mm dan 3,03 mm dari kontrol positifnya.
Hasil gejala klinis pada kepiting bakau pasca perendaman ekstrak biji tumbuhan
mangrove terlihat adanya perubahan seperti mengecilnya melanosis pada karapas,
memudarnya kaki renang yang memerah, dan warna karapas mulai kehijauan.

18
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Uji skrining fitokimia diketahui kandungan senyawa biokatif dan jenis
senyawa bioaktif yang terdapat di dalam ekstraksi biji mangrove
Avicennia marina adalah triterpenenoid, tanin, fenol dan alkaloid. Hasil
penelitian ekstrak dari pelarut n-heksan diduga mengandung senyawa
Triterpenoid.
2. Pengujian daya hambat ekstrak metanol dan n-heksan biji A. marina
dilakukan dengan metode difusi agar pada beberapa pengulangan ekstrak
pelarut metanol dan n-heksan sampel biji mangrove A. marina didapatkan
zona bening rata-rata 3,13 mm dan 3,03 mm dari kontrol positifnya. Hal
ini menunjukkan sifat ekstrak berpotensi sebagai anti bakteri terhadap
bakteri Vibrio sp. dengan nilai zona bening mendekati kontrol positif (8,03
mm).
3. Hasil gejala klinis pada kepiting bakau pasca perendaman ekstrak biji
tumbuhan mangrove terlihat adanya perubahan seperti mengecilnya
melanosis pada karapas, memudarnya kaki renang yang memerah, dan
warna karapas mulai kehijauan.

19
Lampiran Metabolit Primer

JURNAL 1

JUDUL: Kandungan Lemak Total, Kalsium, Besi, Seng Pada Kepiting


(Scylla serrate) Selama Proses Ekdisis

ABSTRAK:
Kepiting merupakan salah satu sumber daya laut yang melimpah di
Indonesia. Selain kaya nutrien, kepiting juga mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Saat ini, telah dikembangkan inovasi baru dalam budidaya kepiting yang
memanfatkan proses pergantian cangkang (ekdisis), yaitu kepiting cangkang
lunak. Namun, penelitian mengenai nutrien pada kepiting cangkang lunak masih
terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kandungan lemak total,
kalsium, besi, dan seng pada kepiting (Scylla serrate) selama proses ekdisis
hingga menjadi kepiting cangkang lunak, serta membandingkannya dengan
kepiting biasa (cangkang keras) dari jenis yang sama. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah kepiting jantan Scylla serrate dengan ukuran 150-180
g/ekor. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan,
yaitu kepiting dipelihara 8 hari, 16 hari, cangkang lunak, dan kontrol dengan 3
ulangan. Tiap sampel dipreparasi lalu kandungan lemak total ditentukan
menggunakan metode Soxhlet dengan pelarut kloroform dan metanol (1:2, v/v),
sedangkan kandungan kalsium, besi, dan seng ditentukan menggunakan
spektrometer serapan atom. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
menggunakan One Way Anova dan Duncan 5 %. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar lemak total, kalsium dan seng kepiting cangkang lunak lebih tinggi
dan berbeda nyata dengan 3 perlakuan yang lain. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa proses ekdisis pada kepiting Scylla serrate meningkatkan
kandungan lemak total, kalsium dan seng. Selain itu, kandungan lemak total,
kalsium dan seng kepiting cangkang lunak Scylla serrata lebih tinggi
dibandingkan kepiting biasa (cangkang keras) dari jenis yang sama.

20
KESIMPULAN:
Kadar lemak total kepiting cangkang lunak menunjukkan nilai yang paling
tinggi karena selama proses pemeliharaan, kepiting mengalami proses
pertumbuhan. Selama proses pertumbuhan, kepiting menyimpan energi yang
diperoleh dari makanan dalam bentuk lemak karena lemak merupakan senyawa
penyimpan energi paling baik dan penghasil energi paling tinggi dibandingkan
karbohidrat dan protein. Simpanan energi dalam bentuk lemak tersebut, sebagian
akan digunakan sebagai sumber energi selama kepiting berganti cangkang karena
selama proses tersebut kepiting tidak bisa melakukan aktivitas makan (berpuasa)
dan berada pada kondisi lemah. Selain itu, lemak juga dibutuhkan sebagai sumber
energi dalam proses pengerasan cangkang (kalsifikasi). Oleh karena itu, saat
kepiting telah berganti cangkang namun cangkang belum mengeras (cangkang
lunak), kepiting mempunyai kandungan lemak total yang tinggi.
Hasil penelitian mengenai kandungan lemak total kepiting Scylla serrata
jantan selama proses ekdisis menunjukkan bahwa kepiting cangkang lunak
mengandung kadar lemak total paling tinggi, yaitu 15,33 %, sedangkan kadar
lemak total paling rendah pada kepiting yang dipelihara selama 8 hari, yaitu 7 %.
Uji signifikansi Duncan 5% menunjukkan kadar lemak total kepiting kontrol,
dipelihara 8 hari dan 16 hari tidak menunjukkan beda nyata, tetapi kepiting
cangkang lunak berbeda nyata dengan 3 perlakuan yang lain. Secara umum, kadar
lemak total cenderung meningkat selama proses ekdisis hingga menjadi kepiting
cangkang lunak.

21
JURNAL 2
JUDUL: Analisis Kandungan Protein Pada Kepiting Bakau (Scylla Seratta)
Jantan dan Betina Di Pantai Silawan Kecamatan Tasifeto Timur
Kabupaten Belu

ABSTRAK:
Kepiting (Scylla serrate) merupakan jenis kepiting bakau yang
dikomsumsi masyarakat Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten
Belu, karena memiliki nilai ekonomis. Masyarakat Desa Silawan belum
mengetahui kandungan protein yang terdapat pada Kepiting bakau (Scylla
serrata). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein pada
kepiting bakau jantan dan betina. Analisis kandungan protein dilakukan di
Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Undana, dengan menggunakan
metode-metode makro Kjeldahl yang meliputi kadar air dan kandungan protein.
Pengulangan dilakukan sebanyak dua kali. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil
analisis kandungan protein pada kepiting bakau (Scylla serrata) diperoleh jantan
49,88% kepiting bakau betina 52,36% kadar air pada kepiting jantan 82,22% dan
kepiting betina 82,34% Dari hasil analisis disimpulkan bahwa Kepiting bakau
(Scylla Serrata) memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga baik untuk
dikonsumsi masyarakat.

KESIMPULAN:
Protein merupakan zat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai
bahan bakar dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Protein
dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berfungsi sebagai komponen
struktural dan fungsional. Fungsi struktural berhubungan dengan fungsi
pembangun tubuh dan pengganti sel-sel yang rusak. Kandungan protein yang
terkandung pada kepiting bakau jantan dan betina (Scylla serrata) diperoleh kadar
air pada kepiting bakau jantan 82,22% dan kepiting bakau betina 82,34%. Kadar
protein pada kepiting bakau jantan 49,88% dan kadar protein pada kepiting bakau

22
betina 52,36%. Sehingga kepiting bakau ini baik untuk dikonsumsi
oleh masyarakat.

23

Anda mungkin juga menyukai