Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KODE ETIK GURU YANG PROFESIONAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

REINE JACOB (19 507 053)


REGITA BALLA (19 507 054)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “KODE ETIK GURU YANG PROFESIONAL”.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI......................................................................................................... ii
BAB I        PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.    Latar Belakang............................................................................. 1
B.    RumusanMasalah ..............................................................   ....... 1
BAB II       PEMBAHASAN................................................................................ 2
A.    PengertianKode Etik..................................................................... 2
B.    Ruang Lingkup dan Materi Kode Etik.......................................... 3
C.    Kongres PGRI XIII ...................................................................... 3
D.    Fungsi Kode Etik guru .................................................................. 5
E.     Fungsi Kode Etik Menurut Ahli .................................................... 6
BAB
III     PENUTUP........................................................................................ 10
A.    Kesimpulan................................................................................. 10
B.    Saran-saran ................................................................................... 10
DAFTAR  PUSTAKA ....................................................................................... 1
1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Guru merupakan fasilitator yang berperan aktif dalam suatu proses
belajar mengajar. Melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat
menjadi sumber daya yang berkualitas, inovatif, kreatif, kompetetif, dan
produktif sebagai aset bangsa dalam menghadapi persaingan global  yang
semakin berat seperti sekarang ini.
Dewasa ini, tidak sedikit guru dalam menjalankan  profesinya telah
melakukan berbagai penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma-
norma sebagai guru, baik itu dengan para siswa maupun dengan sesama guru.
 Hal seperti ini tentu menjadi catatan  buruk terhadap guru itu sendiri,
sehigga pemerintah menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus
dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”.
Dengan adanya kode etik guru, diharapkan para guru dapat menjalankan dan
mematuhi tugasnya dengan baik sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam
Undang – undang kode etik guru tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan bahwa:
1.      Apakah Pengertian Kode Etik Guru ?
2.      Apakah Pengertian Kode Etik Berdasarkan Pendapat para Ahli ?
3.      Apakah Ruang Lingkup Kode Etik ?
4.      Apakah Tujuan dan Manfaat Kode Etik ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kode Etik Profesi Guru
Kode etik guru adalah pedoman dalam bersikap dan berprilaku dalam
bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik
 putra-putri bangsa.
1.      Pengertian Kode Etik Guru
Kode etik terdiri dari dua kata, yaitu kode dan etik. Secara
harfiahkode   artinya aturan, dan etik berasal dari bahasa yunani
yaitu  ethosartinya watak, adab, atau cara aturan hidup. Dapat pula diartikan
kesopanan 
(tata asusila) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam
mengerjakan suatu pekerjaan.[1]
Kemudian secara etimologi kode etik adalah pola aturan, tata cara
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan sebagai pedoman berprilaku. Etis berarti sesuai dengan
nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu.[2]
Guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan
dan pengajaran kepada orang lain. Kata guru dalam arti fungsional
menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan
pengatahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya.[3]
Jadi, Kode etik guru adalah aturan-aturan  yang menjadi landasan guru
dalam menjalankan profesinya.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian kode etik, yaitu: 


a.       Gibson and Mithsel, kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu
profesi yang diterjemahkan dalam standar perilaku anggotanya. Nilai
professional tadi ditandai adanya sifat altruistis artinya lebih mementingkan
kesejahteraan orang lain dan berorientasi pada pelayanan umum dengan
prima.
b.      Homby, dkk., Code as collection of laws arranged in asystem: or system of
rules principles that has been accepted by society or a class or group of
people (kode merupakan kumpulan aturan yang disusn dalam sebuah sistem,
atau sistem aturan dan prinsip-prinsip yang diterima oleh masyarakat atau
sebuah kelas atau kelopok orang).
c.       Ethic as system of moral principles, rules of conduct (etik merupakan sistem
dari prinsip-prinsip moral, aturan dari tingkah laku). Sedangkan pengerian kode
etik guru menurut Westby Gibson, kode etik guru merupakan suatu statemen
formal yang merupakan norma atau aturan tata asusila dalam mengatur
tingkah laku guru.

B.     Ruang Lingkup dan Materi kode Etik


Kode etik profesi konseling meliputi hal-hal yang bersangkutan dengan
kompetensi yang memiliki kewenangan dan kewajiban tenaga profesi serta
cara-cara pelaksanaan layanan yang dilakukannya dalam kegiatan profesi.
Ruang lingkup dan materi kode etik profesi bimbingan  dan konseling
dituangkan dalam kode etik profesi kenselor indonesia.[4]
Kongres PGRI XIII
Hasil Kongres PGRI XIII pada tanggal 21-25 November 1973 di Jakarta,
kode etik guru merupakan aturan-aturan tentang keguruan yang menyangkut
pekerjaan-pekerjaan guru dilihat dari segi asusila. Isi sari kode etik guru hasil
dari kongres PGRI XIII pada 21 – 25 November  1973 di Jakarta, adalah sebagai
berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya utnuk membangun
manusia pembangunan yang ber-Pancasila. 
2. Guru harus mampu mengabdikan dirinya secara iklas menuntun dan
membawa  anak  didik  seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, fisik maupun
mental agar menjadi insan pembangunan yang melaksanakan berbagai
aktifitasnya berdasarkan sila-sila yang ada di dalam Pancasila.
3. Guru harus memiliki kejujuran professional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. 
4. Guru harus mampu membuat program pengajaran sesuai dengan
kondisi dan situasi peserta didiknya. Guru harus menerapkan kurikulum secara
benar sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan anak didk masing-masing anak
didiknya.
5.  Guru mengadakan komunikasi, terutama dengan memperoleh informasi
dari peserta didik.  Dalam kegiatan belajar mengajar kehidupan sekolah
dengan memelihara hubungan baik dengan orang tua murid guru harus
mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan peserta didik agar tercipta
suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan
6. Guru menciptakan suasana kehidupan dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid untuk kepentingan pesrta didik. 
7. Guru harus mempunyai rasa hubungan kekeluragaan serta
selalu menjalin silaturahmi dengan orang tua peserta didk, agar tercipta suatu
dimensi kekeluargaan.
8. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolah
maupun dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan. Sesuai dengan tri pusat pendidkan, masyarakat serta bertanggung
jawab atas pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mampu
menjalin silaturahmi dengan dengan elemen masyarakat, agar dapat
menjalankan tugas sebagai proses belajar mengajar.
9.  Guru harus mampu selalu meningkatkan mutu profesinya. Dalam
rangka meningkatkan layanan kepada masyarakat, guru harus senantiasa
meningkatkan mutu profesinya. Hal ini sangat penting karena baik atau
tidaknya layana akan berpengaruh kepada citra guru sendiri sebagai tenaga
pengajar. 
10. Guru menciptakan dan membangun hubungan silaturahmi antar sesama
guru. Kerja sama dan hubungan anatar guru di lingkungan tempat kerja
merupakan upaya yang sangat penting, sebab pembinaan kerjasama
anatarguru di lingkungan dan peningkatan mutu profesi guru secara kelompok.
Dengan membina hubungan yang baik antar sesamaguru di lingkungan tempat
kerja dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja dan peningkatan mutu
profesi guru secara kelompok.
11. Guru secara bersam-sama memelihara, membina, dan peningkatan
mutu organisia guru professional sebagai sarana pengabdian. Untuk
meningkatkan sarana pengabdian, organisasi PGRI harus dipelihara, dibina, dan
mutu serta kekompakannya.
12. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijakansanaan pemerintah di bidang pendidikan.
13. Guru sebagai kementrian aparat nasional harus memahami dan
melaksanakan ketetuan yang telah digariskan oleh pemerintah mengenai
masalah pendidikan.[5]

D.    Fungsi kode Etik Guru:


1.    Agar mempunyai dan memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya sehingga terhindar penyimpangan profesi.
2.     Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
3.     Agar Profesi guru terhindar dari perpecahan internal.
4.   Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat
sehingga jasa profesi guru diakui oleh masyarakat sebagai profesi yang
membantu dalam mencerahkan bangsa dan mengembangkan diri.
5.   Agar  Profesi guru terhindar dari campur tangan pofesi lain dan
pemerintah secara kurang professional.

E.     Fungsi dan Tujuan Kode Etik Guru Menurut Ahli:


1.      Gibson dan Michel, yang lebih mementingkan kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional.
2.      Biggs dan Blocher, mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
a.       Melindungi suatu profesi dari suatu campur tangan pemerintah
b.      Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
c.       Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
3.      Oteng Sutisna bahwa pentingnya kode etik guru dengnan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam
bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik.
Ketaatan guru dalam kode etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma
yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau
asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas profesional dan
kehidupan sebagai warga negara dan elemen masyarakat. Dengan demikian
aktualisasi guru dalam melaksanakan proses pendidikan  atau pembelajaran
secara profesional, bermartabat, dan beretika akan berwujud.
Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI telah
membentuk kode etik guru yang disebut kode etik guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil konferensi pusat PGRI NO V/Konpus II/XIX/2006
tanggal 25 maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada kongres XX PGRI No
07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 juli 2008 di Palembang. KEGI dapat
menjadii kode etik bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di
Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru
selain PGRI untuk merumuskan kode etik bagi setiap anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan departemen
pendidikan Nasional bersama pengurus besar persatuan guru republik
Indonesia (BP-PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan
publikasi KEGI dari pihak kementrian disebutkan bahwa “semua guru di
Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan prilaku
keseharian sesuai norma dan etika yang tertuang dalam  KEGI ini”. Dengan
demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas
tugasnya secara umum kode etik ini diperlukan dengan berapa alasan,
antara lain:
a.     Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan
yang telah ditetapkan berdasarkan perundang undangan yang berlaku.
b.  Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari
para pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas
internal dan eksternal pekerjaan.
c.     Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya
kasus penyimpangan tindakan.
d.  Melindungi msyarakat dari praktik-praktik yang menyimpang dari
ketentuan yang berlaku.[6]
Di dalam pasal 28 Undang-undang No 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa: “pegawai negri
sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam dan di luar kedinasan Dalam penjelasan undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa adanya kode etik ini, pegawai negri sipil sebagai
aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam
pergaulan sehari-hari.[7]
Kode etik guru dapat digunakan sebagai landasan dari pribadi guru yang
dapat dipergunakan sebagai landasan dari kepribadian guru yang
mencerminkan sikap-sikap yang terpuji dan dapat memberikan teladan baik
kegiatan yang bersifat interakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler,
meliputi kegiatan proses belajar mengajar dan di luar proses mengajar,
yang anatara lain membuat perangkat pembelajaran, manajemen kelas,
penguasaan kelas, kreatif, disiplin, dan berdedikasi tinggi terhadap tugasnya
sebagai guru.[8]
Fungsi kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru dan
nama baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian,
adanya kode tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran
terhadap tugas dan kewajiban. Secara substansial diberlakukannya kode
etik kepada guru untuk menambah kewibaan dan memelihara image, citra
profesi guru tetap baik.
Kemudian, guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara jujur,
komitmen penuh dedikasi. Hubungan-hubungan sebagaimana
dimaksud  diatas, juga harus dipatuhi demi menjaga kemajuan solidaritas
yang tinggi. Sebagai tenaga profesional, seperti hal dokter, serjana,
akuntan, hakim, dan lain-lain, guru juga memiliki kode etik sebagai
ketentuan dasar yang harus dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.
Kode etik tersebut mengatur tentang apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan dilakukan guru dalam menjalankan tugas
profesionalnya.[9] Kode etik bagi satu organisasi profesional sangat penting,
karena merupakan dasar moral dan pedoman tingkah laku setiap
anggotanya.[10] Maka dengan sendirinya kode etik ini berfungsi untuk
membuat anggotanya dinimis dalam meningkatkan pelajaran sebagai sutu
pengertian, disamping itu dapat menggerakan setiap anggota untuk selalu
mawas diri dengan penuh kesadaran, selalu memerlukan peningkatan dan
pengembangan kemampuan prosionalnya. Dengan demikian, maka tugas
profesional dalam pengertian tidak akan ketinggalan zaman.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Guru merupakan fasilitator dan evaluator yang berperan aktif dalam
suatu proses belajar mengajar. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan
setiap siswa di sekolah. Melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa
dapat menjadi sumber daya yang berkualitas, kompetetif, dan produktif
sebagai aset bangsa dalam menghadapi persaingan global  yang semakin dan
berat.
Dalam pasal 28 Undang-undang No 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa: “pegawai negri
sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
didalam dan diluar kedinasan Dalam penjelasan undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa adanya kode etik ini, pegawai negri sipil sebagai aparatur
negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunya pedoman sikap, tingkah
laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan
sehari-hari.
Fungsi kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru
dan nama baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian,
adanya kode tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran
terhadap tugas dan kewajiban. Secara substansial diberlakukannya kode etik
kepada guru untuk menambah kewibaan dan memelihara image, citra profesi
guru tetap baik.

B.     Saran-saran
1.   Dengan adanya kode etik guru, seharusnya  seorang  guru tidak melakukan
tindakan  yang melanggar aturan-aturan dari kode etik guru itu sendiri.
2.  Dalam menjalankan profesi sebagai seorang yang menjadi panutan, guru harus
mampu mematuhi kode etik guru.
DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma, dkk, Guru Profesional, Bandung:  Alfabeta, 2010.


Faelasup, Etika Keguruan, Yogyakarta: Interpena, 2016.
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru,Malang: UIN-Malang Press/anggotaIKAPI,
2009.
Supriatna Mamat, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, 
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Fachruddin Saudagar, dkk, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: GP
Gunung Persada/GP Press, 2009.
Wardan Khusnul, Motivasi Guru, Yogyakarta: Interpena, 2011.
http://kbbi.Web.id/kode
https://ridwan202.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai